Neonatus cukup bulan dengan makrosomia adalah neonatus yang lahir
pada umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kemilan. Etiologi yang meningkatkan kemungkinan bayi besar: (1) ukuran orang tua besar, terutama obesitas pada ibu; (2) pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata; (3) ibu dengan diabetes melitus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat badan bayi; (4) multiparitas, ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama; (5) ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya pernah melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia; (6) janin laki-laki; (7) ras dan etnik.1 Tanda klinis makrosomia adalah berat badan lebih dari 4000 gram, badan montok bengkak dan kulit kemerahan, lemak tubuh banyak, plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata. Angka kejadian makrosomia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Dari 2-3 dekade terakhir dari berbagai populasi terjadi peningkatan sebanyak 15%-20% wanita melahirkan dengan makrosomia. Proporsi makrosomia tiap populasi bervariasi pada tiap populasi antara 5%-20%. Resiko yang dapat terjadi pada bayi makrosomia adalah hipoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.1 Selain resiko bayi lahir besar dari faktor ibu yang obesitas dan mengalami penyakit diabetes selama kehamilan faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi kondisi neonatus adalah ibu yang mengalami penyakit infeksi baik oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Salah satu infeksi yang sering terjadi pada ibu saat masa kehamilan adalah infeksi virus Hepatitis B yang ditandai dengan hasil pemeriksaan HbsAg positif. Transmisi virus dari ibu ke bayi dapat terjadi pada masa intra uterine, pada masa perinatal, dan pada masa postnatal.2