Anda di halaman 1dari 16

DISKUSI KELOMPOK

JUDUL MATERI
“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATAN SYOK KARDIOGENIK
AKIBAT INFARK MIOKARD AKUT ”

MATA KULIAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


1. Alifia Agus Kurnia Putri S1-3A 1710003
2. Carmitha Nareswari Basmallah S1-3A 1710023
3. Ghitha Putri Immarta Dewi S1-3A 1710043
4. Ramanda Putra Rizky P. S1-3A 1710087
5. Nadiyah Fithriyani S1-3A 1710065
6. Tiara Yunanda R S1-3A 1710103

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HANG TUAH SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berkenaan dengan “Asuhan Keperawatan Pada Kegawatan Syok Kardiogenik Akibat Infark
Miokard Akut”

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada Mata
Kuliah Keperawatan Gawat Darurat di Program Studi lmu Keperawatan Stikes Hang Tuah
Surabaya.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun
makalah ini baik dari segi moril dan materil). Ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada
Merina Widyastuti S. Kep, Ns, M.Kep. selaku penangguang jawab dan dosen mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak
untuk perbaikan makalah ini.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi yang membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan

Surabaya, Maret 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................


KATA PENGANTAR ..................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................
BAB 1 ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................
1.1. Identitas umum .......................................................................
1.2. Airway, Breathing, Circulation, Disability, Expossure ...........
1.3. Keluhan Utama ......................................................................
1.4. Riwayat Penyakit Sekarang ....................................................
1.5. Riwayat Penyakit Dahulu.........................................................
1.6. Pemeriksaan B1-B6..................................................................
1.7. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................
1.8. Intervensi Keperawatan ...........................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
STIKES HANG TUAH SURABAYA TA. 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT

A. DATA UMUM :

Jenis Kelamin :

· Secara Keseluruhan Infark Miokardium Lebih Banyak Terdapat Pada Laki-Laki.


Wanita Juga Berisiko Terkena Meskipun Kasusnya Tidak Sebesar Pada Laki-
Laki

· Pria Dan Wanita Adalah 8 : 1. Satu Dari Empat Laki-Laki Dan Satu Dari Lima
Perempuan Meninggal Setiap Tahun

Sumber : Dani J.G ,2012,“Characteristic Of Patients With Myocardial Infarction In


Immanuel Hospital Bandung Period 1 January 2012 - 31 December 2012”, Jurnal
Kardiologi Indonesia-Volume 32 No.4, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen
Maranatha.

Umur :

· Jumlah Terbanyak Pada Kelompok Usia 51-60 Tahun

· Pada Laki-Laki Adalah Usia 50-60 Tahun, Sedangkan Pada Perempuan Adalah
Usia 60-70 Tahun

· Pada Perempuan Akan Tetapi Kejadian Pada Perempuan Akan Meningkat


Setelah Menopause Sekitar Usia 50 Tahun. Hal Ini Disebabkan Karena Hormon
Estrogen Memiliki Efek Proteksi Terhadap Terjadinya Arterosklerosis

· Banyak Studi Menunjukkan Hanya Sekitar 3,0 % Dari Semua Kasus Terjadi
Pada Usia Dibawah 40 Tahun

Sumber : Cipto Susilo, 2015, The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 6 , No. 1,
Identifikasi Faktor Usia, Jenis Kelamin Dengan Luas Infark Miokard Pada Penyakit
Jantung Koroner (Pjk) Di Ruang Iccu Rsd Dr. Soebandi Jember.

Faktor Berisiko :

· Faktor Risiko Pada Kelompok Usia < 45 Tahun Adalah: Dislipidemia


(P=0,006), Kebiasaan Merokok (P=0,011), Adanya Penyakit Dm (P=0,026) Dan
Penyakit Dm Dalam Keluarga (P=0,018)

Sumber : Mamat supriyono, 2008, Tesis “Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh


Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun”,
Program Pasca Sarjana – Magister,Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang.
· Keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung lebih berisiko mengalami
IMA
· Pengidap tekanan darah tinggi yang dapat meningkatkan penumpukan plak dan
kerusakan pada pembuluh arteri.
· Orang yang memiliki kadar kolesterol dan trigliserida
· Penderita diabetes. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah
dan memicu penyakit arteri koroner yang dapat berujung pada infark miokard
akut.
· Obesitas membuat orang lebih berisiko mengalami berbagai kondisi serius,
termasuk infark miokard akut.
· Risiko meningkat seiring pertambahan usia. Wanita paling berisiko mengalami
kondisi ini setelah usia 55 tahun atau setelah menopause, sedangkan pria di atas
usia 45 tahun.
· Wanita yang mengalami menopause dini.
· Merokok meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung.
· Kurang olahraga, stres, memiliki riwayat preeklampsia, hipertensi selama masa
kehamilan, dan pengguna obat terlarang seperti amfetamin dan kokain.
Sumber : https://www.alodokter.com/waspadai-infark-miokard-akut-pada-kelompok-ini

B. PRIMARY SURVEY ( Merina, 2020)

AIRWAY : CIRCULATION :

Tidak ada masalah pada airway namun bisa Takikardia, kulit pucat dan dingin, berkeringat,
tersumbat jika pasien tidak sadar dan pangkal peningkatan CVP, aritmia
lidah jatuh ke belakang
Hypotensi, Pols cepat/lemah, Kulit: dingin, pucat,
sianosis, distensi vena jugular

DISABILTY :
BREATHING :
Pasien bisa mengalami penurunan kesadaran
akibat hipoksia
Sianosis pada bibir dan bantal kuku,
Peningkatan RR, Keluhan sesak napas
EXPOSURE :
Crackles/whezing, edema paru
Pasien bisa mengalami penurunan kesadaran
akibat hipoksia, Status mental; letargi, koma

C. SECONDARY SURVEY (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013)


KELUHAN UTAMA :

Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan pada
tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang


kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejalagejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal
akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.

Sumber : Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

RIWAYAT PENYKIT DAHULU :

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, sesak nafas berat, hipertensi,
DM, atau hiperglipidemia. Tanyakan juga obat obatan yang biasanya diminum oleh
pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien.

Sumber : Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

PEMERIKSAAN B1-B6 : ( Widiyaningsih, 2019)

B1 (Breathing):

- Terlihat sesak nafas (dyspnea)

- Frekuensi nafas melebihi normal (takipnea)

- Terdapat suara nafas tambahan (ronki, wheezing, crackles)

- Terdapat retraksi intercostae

- Terdapat pernafasan cuping hidung

B2 (Blood):

- Tekanan Darah (dapat normal, naik, turun)

- CRT > 2 detik


- Nadi (penuh/tak kuat; lemah/kuat; frekuensi meningkat/takikardi)

- Bunyi jantung (S3 dan S4)

- Terdapat bunyi jantung tambahan (murmur, gallop)

- Irama jantung tidak teratur

- Terdapat edema perifer

- Akral dingin basah

- Peningkatan amplitudo vena jugular

B3 (Brain):

- Kesadaran Compos Mentis

- Dalam keadaan normal, aliran darah serebral biasanya menunjukkan autor regulasi yang
baik yaitu dengan usaha dilatasi sebagai respon terhadap berkurangnya aliran darah atau
iskemia. Namun pengaturan aliran darah serebral ternyata tidak mampu mempertahankan
aliran dan perfusi yang memadai pada tekanan darah dibawah 60 mmHg. Selama hipotensi
berat, gejala-gejala defisit neurologi dapat ditemukan.

B4 (Bladder):

- Urin output menurun

- Warna urin kuning pekat

- Frekuensi berkemin menurun

- BUN Kreatinin meningkat

B5 (Bowel):

- Terdapat penurunan peristaltik usus

- Biasanya terjadi konstipasi

- Nafsu makan menurun

- Perut biasanya kembung

- Palpasi di hati lembek

- Membran mukosa pucat

B6 (Bone):

- Penurunan ADL
- Kelemahan otot

- Keringat dingin pada ekstremitas

- Warna kulit abu-abu/sianosis

- Kuku berwarna pucat

PEMERIKSAAN PENUNJANG : ( Widiyaningsih, 2019)

Evaluasi umum:
a. Pemeriksaan laboratorium
- Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
- AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
- Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH)
.
b. Radiologi.
- Menunjukkan pembesaran jantung atau normal Bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.
- Edema paru interstisial / alveolar
- Mungkin ditemukan efusi pleura

c. Elektrokardiogram
Memberikan evaluasi umum  seperti :
- Umumnya menunjukkan infark miokard akut dengan atau gelobang Q
- Elektrikal alternans menunjukkan adanya efusi pericardial dengan tamponade
jantung

Evaluasi Khusus
a. Elektrokardiografi
Evaluasi khusus sangat penting untuk menilai :
- Hipokonesis berat ventrikel difus / segmental (bila berasal dari infark miokard )
- Efusi pericardial
- Katup mitral dan aorta yang mengalami regurgitasi maupun stenosis
- Ruptur septum

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. PENURUNAN CURAH JANTUNG (Nanda,2015).

DEFINISI :
Ketidak kuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metablisme
tubuh

DATA MAYOR : DATA MINOR :


Objectif Objectif
1. Perubahan irama jantung 1. Perubahan preload
Bradikardia / takikardia, Mur mur jantung, Berat badan
Gambaran EKG aritmia bertambah, Pulmonary artery wedge
2. Perubahan preload pressure (PAWP) menurun
Edema, Distensi vena juguaris,
Central venus pressure (CVP) 2. Perubahan afterload
meningkat / menurun Pulmonary vascular resistance (PVR)
3. Perubahan afterload meningkat/menurun dan Systemic
Tekanan darah meningkat / vascular resistance (SVR)
turun, Nadi perifer teraba meningkat/menurun
lemah, CRT >3 detik, Oliguria, 3. Perubahan kontraktilitas
Warna kuli pucat / sianosis Cardiac indeks (CI) menurun, Left
4. Perubahan kontraktilitas ventricular stroke work index
Terdengar suara jantung S3 dan (LVSWI) menurun, Stroke volume
S4, Ejectin fracti (EF) menurun index (SVI) menurun

Subjectif
Perubahan irama jantung Subjectif
(palpitasi), Lelah, Dipsnea, PND 1. Perilaku/emosional
Ortpnea, Batuk Cemas - Gelisah

KRETERIA HASIL : INTERVENSI :


1. Tekanan vital dalam rentang Observasi
normal ( Tekanan Darah, Nadi, - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
Respirasi)
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahar
2. Dapat mentoleransi aktivitas,
tidak ada kelelahan edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal
3. Tidak ada edema paru, perifer dyspnea, peningkatan CVP)
dan tidak ada asites - Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
4. Tidak ada penurunan kesadaran curah jantung (meliputi peningkatan berat
(Nanda,2015). badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan
darah ortostatik, jika perlu)
- Monitorintake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas,
lokasi, radiasi, durasi, mengurangi nyeri)
- Monitor aritmla (kelainan irama dan
frekuensi) dan saturasi oksigen
-Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
elektrolit, enzimjantung. BNP, NTpro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat (mis, beta blocke
ACE inhibitor, calelum channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler
dengan kaki ke bawah atau poSisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi
asupan kafein, natrium, kolesterol, dan
makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai foleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan hanan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia. jika perlu

- Rujuk ke program rehabilitasi jantung


(Nanda,2015).

2. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

DEFINISI :
Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler

DATA MAYOR : DATA MINOR :


Subjektif Objektif
1. Ortopnea 1. Distensi vena jugularis
2. Dispnea 2. Terdengar suara napas
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea tambahan
(PND) 3. Hepatomegali
4. Hadar Hb/Ht menurun
Objektif 5. Oliguria
1. Edema anasarka dan atau 6. Intake lebih banyak dari output
edema perifer (balance cairan positif)
2. Berat badan meningkat dalam 7. Kongesti paru
waktu singkat
3. Jugular venous pressure (JVP)
dan atau Central Venous
Pressure (CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular positif

KRETERIA HASIL : INTERVENSI :


1. Terbebas dari edema, efusi, Observasi
anaskara - Periksa tanda dan gejala nipervolemia (mis.
2. Bunyi nafas bersih, tidak ada ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP
dyspneu/ortopneu meningkat, refleks hepatojugular positif, suara
3. Terbebas dr distensi vena napas tambahan)
jugularis, reflek hepatojugular - Identifikasi penyebab hipervolemia
(+) - Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi
4. Memelihara tekanan vena jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
sentral, tekanan kapiler paru, POMP, CO. CI)
output jantung dan vital sign -Monitor intake dan output cairan
dalam batas normal Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar
5. Terbebas dari kelelahan , natrium, BUN, hematocrit, beratjenis urine)
kecemasan atau kebingungan Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
(Nanda,2015). plasma (mis. kadar protein dan albumin
meningkat)
Monitor kecepatan infus secara ketat
- Monitor efek samping diuretik (mis,
hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
· Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
- Kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu

(Nanda,2015).

3. INTOLERANSI AKTIVITAS

DEFINISI :
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
DATA MAYOR : DATA MINOR :
Tanda mayor Tanda minor
Subjektif Subjektif
Mengeluh Lelah 1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah
Objektif beraktivitas
Frekuensi jantung meningkat >20% 3. Merasa lemah
dari kondisi istirahat
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

KRETERIA HASIL : INTERVENSI :


1. Berpartisipasi dalam aktivitas Observasi
fisik tanpa disertai peningkatan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
tekanan darah, nadi dan RR mengakibatkan kelelahan
2. Mampu melakukan aktivitas -Monitor kelelahan fisik dan ernosional
sehari hari (ADLs) secara · Monilor pola dan jam tidur
mandiri -Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
3. Tanda-tanda vital normal melakukan aktivitas
4. Energy psikomotor - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
5. Level kelemahan stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
6. Mampu berpindah: Terapeutik
denganatautanpabantuanalat - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
7. Status kardiopulmunariadekuat aktif
8. Sirkulasi status baik - Berikan aklivitas distraksi yang
9. Status respirasi: pertukaran gas menenangkan
danventilasi adekuat -Fasilitasi duduk di sisi termpat tidur, jika
(Nanda,2015). tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aklivtas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ayarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan (Nanda,2015).

4. PERFUSI JARINGAN PERIFER TIDAK EFEKTIF

DEFINISI :
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme
tubuh

DATA MAYOR : DATA MINOR :


Objektif Subjektif
1. Parastesia
1. Pengisian kapiler > 3 detik 2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi
2. Nadi perifer menurun atau intermiten)
tidak teraba
3. Akral teraba dingin Objektif
4. Warna kulit pucat 1. Edema
5. Turgor kulit menurun 2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial < 0,90
4. Bruit femoral

KRETERIA HASIL : INTERVENSI :


1. Tekanan systole dan diastole Observasi
dalam rentang yang diharapkan Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
2. Tidak ada orto statik hipertensi edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
3. Tidak ada tanda peningkatan - Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
tekanan intracranial (tidak lebih (mis. diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
dari 15 mmHg) dan kadar kolesterol tinggi)
4. Tidak ada sianosis - Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
(Nanda,2015). bengkak pada ekstremitas

Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan koterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan
toumiquet pada area yang cedera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindan kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan pene
kolesterol, ika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
- Anjurkan mellakukan perawatan kulit yang
tepat (mis, melembabkan kulit kenng
kaki)
- Anjurkan program rehabilitasi vaskular
arkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (rendah lemak jenuh, omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. rasa sakit hilang eaat
Istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
(Nanda,2015).

E. DAFTAR PUSTAKA

1. Cipto Susilo, 2015, The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 6 , No. 1,
Identifikasi Faktor Usia, Jis Kelamin Dengan Luas Infark Miokard Pada
Penyakit Jantung Koroner (Pjk) Di Ruang Iccu Rsd Dr. Soebandi Jember.
2. Dani J.G ,2012,“Characteristic Of Patients With Myocardial Infarction In
Immanuel Hospital Bandung Period 1 January 2012 - 31 December 2012”,
Jurnal Kardiologi Indonesia-Volume 32 No.4, Fakultas Kedokteran, Universitas
Kristen Maranatha.
3. Merina Widyastuti S. Kep, Ns, M.Kep, 2020, “ Asuhan Keperawatan
Kegawatan pada Syok Kardiogenik” Staf Emergency Nursing & Medical
Surgical Nursing Department of Institute Health Science Hang Tuah Surabaya
4. Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
5. Widiyaningsih dan Eni Kusyati, 2019, “Hemodinamik Pasien Akut Miokard
Infark (AMI) Di Ruang Perawatan Kritis “, JOURNAL OF HOLISTIC
NURSING SCIENCE Vol. 6 No. 1 pp. 22-27, e-ISSN: 2579-7751 , STIKes
Karya Husada Semarang,

Anda mungkin juga menyukai