Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN AGRIBISNIS

USAHA TANI

Disusun Oleh :

KELAS : IA
KELOMPOK II
Andi Febi Aryani
Ardha Febriansyah
Fahikatun Nisa
Nur Alam Kadir
Reski Auliah
Zahy Muqayyimatul H

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN


SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN GOWA
KEMENTRIAN PERTANIAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaykum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan pertolongan-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini ysng berjudul “Usahatani”. Tak lupa
shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat,
semoga selalu dapat menuntun penulis pada ruang dan waktu yang lain, meskipun
banyak hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya, tetapi penulis dapat
menyelesaikannya, sesuai dengan yang diharapkan.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sumang, SP, M.Si
sebagai dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Agribisnis yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini dan sekaligus memberikan kami
nilai tambah.. Dan tidak lupa kepada pihak-pihak yang telah membantu melancarkan
penulisan makalah ini.

Semoga hal-hal yang kami bahas dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan berguna bagi kehidupan kita bersama.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Wassalamualaykum Warohmatullah Wabarokatuh

Gowa, 23 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul………………………………………………………………i

Kata Pengantar………….………………………………………………… ii

Daftar isi………….………………………………………………………… iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang………….……………………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah ………………………………...…………. 5
1.3 Tujuan ………….…………………………………………….. 5

BAB II Pembahasan

2.2 Pengertian Usahatani………………………………………… 6


2.3 Klasifikasi usahatani ………………………………………… 7
2.4 Sejarah usahatani di Indonesia ……………………………… 12

BAB III Penutup

3.3 Kesimpulan ………………………..…..…………………… 16


3.4 Saran………………………..…..…………………………. 16

Daftar Pustaka………………………..…..…………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
petani untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam(crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak(raising).
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai pengadaan saprodi, produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran dihasilkan usahataniatau hasil olahannya. Diagram Keterkaitan antara
Usahatani dengan Agribisnis.
Dengan wilayah yang luas, serta ditambah lagi dengan lahan pertanian yang
luas, dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata pencariannya
adalah dengan bertani maka Indonesia merupakan negara yang agraris, yang
menempatkan pertanian sebagai potensi yang paling dominan.
Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk
terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani.
Selain itu sektor pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai
penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang
dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan
pengelolaan usahatani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara
pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan
produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani
dapat meningkat.
Secara garis besar, besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dari
pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usahatani tersebut.
Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya
usahatani, jenis dan harga komoditi usahatani yang diusahakan, sedang besarnya
biaya suatu usahatani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan
varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang
digunakan.
Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau katakanlah
seorang petani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien
mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang maksimal. Cara pemikiran yang
demikian adalah wajar mengingat petani melakukan konsep bagaimana
memaksimumkan keuntungan. Dalam ilmu ekonomi cara berpikir demikian
sering disebut dengan pendekatan memaksimumkan keuntungan atau profit
maximization. Di lain pihak, manakala petani dihadapkan pada keterbatasan biaya
dalam melaksanakan usahataninya, maka mereka juga tetap mencoba bagaimana
meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya usaha tani yang
terbatas. Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana memperoleh
keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya.
Pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost
minimization.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud usaha tani ?
2. Apakah yang dimaksud Klasifikasi usaha tani?
3. Bagaimanakah sejarah usahatani di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan usaha tani.
2. Untuk mengetahui Klasifikasi usaha tani.
3. Untuk mengetahui perkembangan usahatani di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Usaha Tani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan
alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-
baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani mrupakan ilmu yang
mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal
mungkin. Ada banyak definisi ilmu usahatani yang diberikan. Berikut ini
beberapa definisi menurut beberapa pakar.
1) Menurut Daniel
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
petani mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor
produksi seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana
petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman
atau ternak sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu.
2) Menurut Efferson
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
mengorganisasikan dan mengoperasikan unit usahatani dipandang
sudut efisien dan pendapatan yang kontinyu.
3) Menurut Vink ()1984)
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-
norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh
pendapatan yang setinggi-tingginya.
4) Menurut Prawirokusumo (1990)
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya
secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan.
Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha
pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati oleh petani/peternak tersebut.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
melalui produksi pertanian yang berlebih maka diharapakan memperoleh
pendapatan tinggi. Dengan demikian, harus dimulai dengan merencanakan
untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh
pendapatan yang maksimal. Dari definisi tersebut juga terlihat ada
pertimbangan ekonomis di samping pertimbangan teknis.

1.2 Klasifikasi Usahatani


Klasifikasi usaha tani terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik,
ekonomis, dan faktor lainnya. Faktor yang termasuk faktor fisik yang
menyebabkan klasifikasi usaha tani antara lain iklim, topografi, ketinggian di
atas permukaan air laut, dan jenis tanah. Faktor fisik pada klasifikasi usaha
tani menyebabkan adanya tempat-tempat tertentu yang hanya mengusahakan
tanaman tertentu pula. Hal ini dikarenakan pada dasarnya tiap jenis tanaman
pda tiap klasifikasi usaha tani selalu membutuhkan syarat tertentu. Faktor
ekonomis pembentuk klasifikasi usaha tani seperti permintaan pasar,
pembiayaan, modal yang tersedia, dan resiko yang dihadapi. Hal ini akan
membatasi petani dalam melakukan usaha tani sehingga terbentuk klasifikasi
usaha tani. Faktor lain penyebab terjadinya klasifikasi usaha tani seperti hama
penyakit, sosiologis, pilihan pribadi, dan sebagainya.Hal-hal yang saling
terkait ini memerlukan perhatian sehingga perlu adanya klasifikasi usaha tani
untuk melihat aspek apa saja yang menonjol. Usaha tani sebagai obyek
pengamatan dapat dilihat dair berbagai sudut pandang dan terdiri dari
berbagai klasifikasi. Klasifikasi usaha tani dapat dibedakan menjadi 4 yaitu
menurut bentuk, corak, pola dan tipenya. Penjelasan lengkap mengenai
klasifikasi usaha tani dapat disimak di pembahasan berikut :
1. Klasifikasi Usaha Tani Menurut Bentuknya
Klasifikasi usaha tani menurut bentuk dilihat dari unsur-unsur produksi
dan cara pengelolaan usaha tani. Klasifikasi usaha tani ini dibagi
menjadi 3 bentuk yaitu :
 Usaha Tani Perorangan (Individual Farm): Usaha tani yang
seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri bersama dengan
keluarganya. Tanah yang dikelola pada klasifikasi usaha tani ini
dapat berupa milik sendiri ataupun sewa. Tenaga kerja pada usaha
tani perorangan selain dari petani dan keluarganya juga dapat
berasal dari luar keluarga. Pembayaran dapat berupa upah
borongan dan melihat apakah tenaga kerja usaha tani termasuk
tenaga kerja tetap, harian ataupun musiman. Pada penjelasan
klasifikasi usaha tani perorangan, jumlah tenaga kerja dan
pendapatan kotor yang diterima petani lebih tepat dijadikan dasar
untuk mendefinisikan usaha tani keluarga. Kegiatan yang
dikerjakan pada klasifikasi usaha tani perorangan meliputi pula
dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran. Pemasaran
disini sudah ditentukan sendiri oleh pihak petani dan keluarga.
Pada intinya Dalam klasifikasi usaha tani ini unsur-unsur produksi
ditentukan oleh seseorang maka hasilnya juga ditentukan oleh
seseorang.
 Usaha Tani kolektif: Usaha tani kolektif adalah klasifikasi usaha
tani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh
suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura
maupun keuntungan. Unsur-unsur produksi pada klasifikasi usaha
tani ini dapat diperoleh dengan cara membeli, menyewa,
menyatukan milik perorangan maupun berasal dari pemerintah.
Usaha tani kolektif terbentuk berdasarkan keinginan dan kemauan
beberapa orang yang memiliki ikatan keluarga khususnya
dikarenakan sistem pemerintahan suatu negara atau faktor
lingkungan sekitar. Usaha tani kolektif dikenal pada abad ke-10.
Usaha tani ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur
produksi milik perorangan. Melalui penyatuan kepemilikan alat-
alat produksi pertanian, kegiatan usaha tani diharapkan akan
berjalan lebih efisien. Contoh klasifikasi usaha tani yang termasuk
usaha tani kolektif yang pernah ada di Indonesia yaitu tebu Tebu
Rakyat Intensifikasi (TRI).
 Usaha Tani Kooperatif: Pengertian usaha tani kooperatif adalah
usaha tani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual. Pada
kegiatan yang dianggap penting pada klasifikasi usaha tani ini
akan dikerjakan oleh kelompok. Sehingga usaha tani kolektif
dapat disimpulkan sebagai bentuk peralihan antar usaha tani
perseorangan dan usaha tani kolektif. Pada klasifikasi usaha tani
kooperatif pengelolaan dikuasai bersama namun kepemilikan
tanah masih milik perorangan. Kegiatan yang dapat dilakukan
bersama pada usaha tani koopeatif contohnya adalah pembelian
sarana produksi pertanian, pemberantasan hama, pemasaran hasil
pertanian dan pembuatan saluran. Klasifikasi usaha tani kooperatif
ini terbentuk karena kondisi petani kecil dengan modal terbatas
dan tidak mampu membeli peralatan pertanian. Melalui
penggabungan modal yang dilakukan pada usaha tani kolektif,
petani kecil dapat membeli alat-alat untuk digunakan bersama.
Cara pada usaha tani ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan alat-alat pertanian. Contoh usaha tani yang masuk
pada klasifikasi usaha tani kooperatif adalah Perkebunan Inti
Rakyat (PIR). PIR merupakan bentuk kerjasama antara
perkebunan rakyat dan perkebunan besar.
2. Klasifikasi Usaha Tani Menurut Coraknya
Usaha tani memiliki tujuan masing-masing dikarenakan pengaruh
lingkungan alam dan pengelolaannya. Pada klasifikasi usaha tani menurut
coraknya dibagi menjadi dua sesuai dengan tujuannya yaitu ushaa tani
subsitence dan usaha tani komersial.
 Usaha Tani subsistence: Usaha tani subsistence adalah klasifikasi
usaha tani yang kegiatan usaha tani nya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. Keebutuhan sendiri berarti kebutuhan petani
pengelola dan keluarganya. Usaha tani subsistence dsiebut juga usaha
tani statis.
 Usaha Tani Komersial
Usaha tani komersial memiliki pengertian yang berbeda dengan usaha
tani subsistence. Ushaa tani komersial bertujuan utnuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Klasifikasi usaha tani ini sangat
memperhatikan kualitas serta kuantitas produk hasil pertaniannya.
Usaha tani komersial juga sering disebut usaha tani dinamis.
3. Klasifikasi Usaha Tani Menurut Polanya
Klasifikasi usaha tani menurut pola disesuaikan dengan banyaknya
cabang usaha tani yang diusahakan. Berdasarkan jumlah cabang usaha tani
yang diusahakan dapat dibedakan menjadi 3 kategori sebagai berikut :
 Usaha Tani Khusus : Klasifikasi usaha tani menurut pola yang
pertama adalah usaha tani khusus. Usaha tani khusus ialah
usaha tani yang hanya mengusahakan satu cabang usaha tani.
Misalkan usaha tani peternakan, usaha tani perikanan, dan
usaha tani tanaman pangan.
 Usaha Tani Tidak Khusus: Klasifikasi usaha tani menurut pola
yang kedua adalah usaha tani tidak khusus. Usaha tani tidak
khusus merupakan usaha tani yang mengusahakan beberapa
cabang usaha tani secara bersama-sama tetapi dengan batasan
yang tegas. Misalkan petani mengusahakan usaha tani padi dan
usaha tani perikanan.
 Usaha Tani Campuran: Usaha tani campuran merupakan
klasifikasi ketiga usaha tani menurut pola. Usaha tani ini
merupakan usaha tani yang mengusahakan beberapa cabang
usaha tani secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa
batas yang tegas. Contohnya tumpang sari dan minapadi.
4. Klasifikasi Usaha Tani Menurut Tipenya
Klasifikasi usaha tani menurut tipe dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan komoditas yang diusahakan. Misalnya usaha tani ayam, usaha
tani kambing, usaha tani jagung, dan usaha tani lainnya. Setiap jenis ternak
dan tanaman dapat merupakan tipe dari klasifikasi usaha tani.
Perbedaan ini dikarenakan karena perbedaan daerah. Pada tiap daerah
memiliki kondisi yang berbeda dari daerah lainnya sehingga mempengaruhi
tipe usaha tani. Perbedaan ini dapat dikarenakan perbedaan fisis, perbedaan
ekonomi dan perbedaan lainnya. Oleh karena itu tipe usaha tani yang
diusahakan baik usaha tani tanaman maupun usaha tani ternak pada suatu
daerah berbeda-beda
1.3 Sejarah Usahatani di Indonesia
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia.
Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga
ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kebudayaan masyarakat yang
tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi
yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat
dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang
dialami manusia.
Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena
menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani
adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai
contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak
(livestock) secara khusus disebut sebagai peternak. Berdasarkan data statistik
yang ada saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal diwilayah pedesaan.
Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup dari sektor pertanian
dengan tinggat pendapatan yang relative rendah jika dibandingkan dengan
penduduk yang tinggal di perkotaan.
Usaha tani di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah
(shifting cultivation). Sistem ladang berpindah adalah sebuah cara
perladangan yang nomaden dan hanya ditanami beberapa kali dalam jangka
waktu satu tahun dan setelah itu petani akan meninggalkan area ini. Hal ini
dikarenakan lahan tersebut sudah tidak mampu mendukung produktivitas
tanaman yang diusahakan. Ladang dibuat dengan membuka hutan dengan
cara dibabat kemudian dibakar. Hal ini terus dilakukan selama beberapa
tahun sampai pada tahun ke 10 – 20 petani akan kembali lagi pada ladang
yang pertama.
Beberapa tahun kemudian petani mulai mengenal sistem pertanian
bersawah. Dalam periode ini, orang mulai bermukim di tempat yang tetap.
Selain itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput kemudian
diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah di
atas tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap
disuatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani
persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang
berpindah-pindah” belum ditinggalkan.
Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai
di Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di
Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya bagi VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai
gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk
meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya
Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul
sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921.
Dalam system tanam paksa(Cultuurstelsel) ini, Van den Bosch mewajibkan
setiap desa harus menyisihkan sebagian sebagian tanahnya (20%) untuk
ditanami komoditi ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan tembakau.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian
tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian
khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi
kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa
dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil
tidak dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya
terhadap tanamannya pun tak berkembang.
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan
suatu program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan
program Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program
BIMAS (Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah
meningkatkan produktivitas sektor pertanian.
Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS
(Intensifikasi Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi
Pasca Usaha Tani melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per
kelompok rata-rata 50 hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit modal
dalam menjalankan usaha pertaniannya (Lokollo, 2002). Kemudian pada
tahun 1980-an pemerintah meluncurkan program SUPRAINSUS (SI).
Program ini merupakan pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk
mewujudkan peningkatan produktivitas tanaman padi.
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan
karena adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan
yang mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian
dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit
yang tersedia ke pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis
moneter membuat pemerintah dalam hal ini departemen pertanian
sebagaistake holder pembangunan pertanian mengambil suatu keputusan
untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi.”
Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih
belum efektif dan efisien dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan
pasca panen sehingga masih perlu diintensifkan sehingga dapat memberikan
hasil yang optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak
kontribusi sektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian dengan
mensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi
pertanian dengan membuka lahan peranian baru, sistem pertanian organik,
berbagai kebijakan harga dan subsidi pertanian, kebijakan tentang ekspor-
impor komoditas pertanian dan lain-lain. Sistem pertanian organik khususnya,
telah dicanangkan pemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung
Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingat
rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh penggunaan
pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk
meningkatkan distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan
dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor
faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Dalam usahatani yang kita ketahui bersama, masih memiliki banyak
sekali kekurangan dan kelemahan baik dalam sistem yang ada maupun dari
petani itu sendiri. Masalah-masalah tersebut antara lain ialah kurangnya
rangsangan dari petani, lemahnya teknologi, langkanya modal yang tersedia,
kurangnya informasi pasar dan lain sebagainya.
Sebagai mahasiswa yang berperan sebagai agen of change yang berada
di dunia pertanian sudah semestinyalah masalah-masalah ini menjadi
tanggung jawab kita bersama guna meningkatkan serta memajukan usahatani
yang ada khususnya di Indonesia.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Definisi Ilmu Usahatani.


(http://cerdaswakatobi.blogspot.com/2011/06/definisi-ilmu-usahatani.html, diakses
tanggal 17 September 2011).

Koerniawati, Tatik. 2010. Catatan Kuliah- Pendahuluan.


(Tatiek.lecture.ub.ac.id/files/2010/01/Modul-1-Usahatani-Apel5.pdf, diakses tanggal
17 September 2011).

Shinta, Agustina. 2009. Ilmu Usaha Tani. http://shinta.lecture.ub.ac.id/, diakses


tanggal 17 September 2011).

http://fakultaspertanian.com/2017/06/07/penjelasan-4-klasifikasi-usaha-tani/

http://slideplayer.info/slide/1938862/

Anda mungkin juga menyukai