Anda di halaman 1dari 8

STUDI TENTANG FAKTOR PENENTU SOSIAL EKONOMI

DALAM KELUARGA BERENCANA             


ABSTRAK

Latar belakang: India adalah negara berpenduduk padat dengan populasi


beragam yang berasal dari berbagai agama, budaya, dan lokasi
geografis. Karena variasi ini, faktor-faktor seperti pendidikan, latar belakang
ekonomi, kepercayaan budaya dan agama memengaruhi berbagai kalangan
termasuk praktik keluarga berencana. Studi ini dilakukan untuk memastikan
pengaruh ini di masyarakat kelas menengah yang bekerja.

Metode: Desain penelitian prospektif dan eksplorasi dan dilakukan di rumah


sakit umum selama 3 bulan. 90 pasien diteliti dan menggunakan
proforma prestructured untuk menganalisis kesadaran dan penggunaan metode
keluarga berencana dalam kelompok studi.

Hasil: Penelitian kami menunjukkan bahwa kesadaran serta penggunaan


metode keluarga berencana yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia,
tingkat pendidikan, status ekonomi, agama & sistem keluarga bersama. Alasan
untuk tidak menggunakan kontrasepsi adalah efek samping, alasan agama,
batasan ruang, privasi terbatas dan dalam beberapa kasus mencoba untuk anak
laki-laki.

Kesimpulan: Oleh karena itu pemerintah perlu menerapkan strategi yang


bertujuan mengatasi pengaruh ini agar program keluarga berencana nasional
dapat berhasil.

Kata kunci: Sosial-ekonomi, Keluarga Berencana, Kontrasepsi


PENGANTAR

Populasi India secara konsisten meningkat pasca 1951 dan pada tahun 2001
setelah melewati angka miliaran, India sekarang menjadi negara terpadat kedua
di dunia kedua setelah China. Lembaga studi demografis Prancis,
memperkirakan India akan menempati posisi teratas dengan populasi
mengejutkan 1,6 miliar mengungguli negara terpadat di dunia saat ini, Cina, di
tempat kedua dengan 1,3 miliar orang.1

Pemerintah India memiliki pandangan serius tentang hal ini dan telah
memperkenalkan berbagai program keluarga berencana. Sasaran '’Milenium
Development'’ termasuk meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi angka
kematian anak dan memberantas kemiskinan ekstrem, menjadikan kesehatan
reproduksi sebagai tema utama. Ini mensyaratkan bahwa perempuan memiliki

akses ke metode pengendalian kesuburan yang aman dan efektif. Promosi


keluarga berencana sehingga wanita dapat menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan adalah landasan untuk mencapai tujuan ini.

Dengan demikian, India adalah negara berpenduduk padat dan populasinya


beragam yang terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai agama,
budaya, dan lokasi geografis. Juga sebagian besar orang India tinggal di daerah
pedesaan. Karena variasi ini, faktor-faktor seperti pendidikan, latar belakang
ekonomi, kepercayaan budaya dan agama memengaruhi berbagai kalangan
termasuk praktik keluarga berencana. 3

Mengingat laju pertumbuhan populasi yang berkelanjutan dan dampak


negatifnya pada negara, kita harus mengeksplorasi faktor-faktor ini secara
terperinci, mengatasinya dan mendalilkan tindakan perbaikan. Ini
mendorong pemanfaatan sumber daya pemerintah secara optimal dan
implementasi program keluarga berencana yang memuaskan.

Penelitian ini adalah upaya untuk memahami berbagai pengaruh pada praktik
kontrasepsi pada populasi target kelas pekerja, di lingkungan perkotaan milik
strata sosial ekonomi kelas menengah ke bawah masyarakat.
METODE

Sebuah studi prospektif dilakukan di rumah sakit umum di mana pasien berasal
dari populasi pekerja kelas menengah ke bawah.

Desain penelitian bersifat eksploratif. 90 pasien diteliti dan prestructure proforma 


diisi. Parameter dibagi sebagai berikut:

 Profil responden - usia, Jumlah anak yang hidup, pendidikan, status


pekerjaan, total pendapatan keluarga, jenis keluarga dan agama.
 Tingkat kesadaran tentang praktik keluarga berencana.
 Penggunaan metode keluarga berencana.
 Keyakinan memengaruhi praktik keluarga berencana.

Tingkat kesadaran responden mengenai berbagai metode keluarga berencana


telah dihitung dengan menilai tanggapan terhadap pertanyaan terkait kesadaran
tentang masing-masing metode dan dimasukkan ke dalam kategori berikut:

 Kesadaran rendah - skor antara 5-20 untuk respons yang benar.


 Kesadaran sedang - skor antara 21-35 untuk respons yang benar.
 Kesadaran tinggi - skor antara 36-50 untuk respons yang benar.

Data yang dikumpulkan ditabulasi dan hasilnya dianalisis dan dibandingkan


dengan penelitian lain dalam jurnal dan literatur.

HASIL

Total profil responden

Total 90 wanita diwawancarai. Dari jumlah tersebut, 30 (33,3%) dari kelompok


umur 20-25 tahun, 28 (33,1%) berada pada kelompok usia 26-30 tahun, 14
(15,6%) pada 31-35 tahun diikuti oleh 10 (11,1%) dan 8 (8,9%) berada pada
kelompok umur ekstrem, yaitu ≤20 tahun dan> 35 tahun masing-masing.

Jumlah anak yang hidup dianalisis dan mayoritas yaitu 32 (35,6%) memiliki ≥3


anak. 30 (33,3%) memiliki 2 anak yang masih hidup, 22 (24,4%) memiliki 1
anak; sedangkan 6 dari mereka tidak memiliki anak.

Tabel 1 menunjukkan tingkat pendidikan perempuan dan suami mereka.


Tabel 1: Tingkat pendidikan

Istri % Suami %
(jumlah) (jumlah)
Buta huruf 4 4,4% 6 6,7%
Sampai 4thstd 4 4,4% 2 2,2%
5th-10th 40 44,4% 36 40%
12th ke atas 42 46,7% 46 51,1%
Total 90 90

Ketika total pendapatan keluarga bulanan dihitung, terlihat bahwa 42 (46,7%)


memiliki pendapatan bulanan> Rs . 15000 (batas atas Rs . 25000), 26 (28,9%)
memiliki pendapatan Rs . 10000-15000, 20 (22,2%) diterima antara Rs . 5000-
10000 dan 2 (2,2%) memiliki pendapatan < Rs . 5000.

Mayoritas dari kelompok studi kami yaitu 56 (62,2%) tinggal di


rumah petak (rumah petak satu kamar), 26 (28,9) tinggal di sebuah bangunan
sedangkan 8 (8,9%) tinggal di daerah kumuh. 48 (53,3%) tinggal dalam keluarga
bersama sementara 42 (46,7%) hidup sebagai keluarga inti.

Kelompok studi diklasifikasikan menurut agama dan 56 (62,2%) beragama


Hindu, 24 (26,7%) beragama Islam, 8 (8,9%) beragama Kristen dan 2 (2,2%)
berasal dari agama lain seperti Budha.

Kesadaran akan metode keluarga berencana

Tabel 2 menunjukkan berbagai metode keluarga berencana yang digunakan dan


persentase penggunaannya.
Tabel 2: Metode keluarga berencana

Metode Jumlah Persentase


Irama 36 40%
Penarikan 41 45,6%
Menyusui 12 13,3%
Pembatas 82 91,1%
IUD 76 84.4%
OCP 71 78.9%
Sterilisasi wanita 87 96.7%
Sterilisasi pria 38 42.2%
Kontrasepsi darurat 23 25.6%
Abortus 80 88.9%
Tingkat kesadaran diklasifikasikan dan mayoritas yaitu 49 (54,4%) memiliki
tingkat kesadaran sedang (skor 21-35), 35 (38,9%) memiliki tingkat kesadaran
tinggi (skor 36-50) dan 6 (6,7%) memiliki tingkat kesadaran rendah kesadaran
(skor 5-20).

Tabel 3 menunjukkan korelasi antara kesadaran metode keluarga berencana


dengan usia responden, tingkat pendidikan, kelompok pendapatan dan agama.

Tabel 3: Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran metode keluarga berencana

Tingkat Umur Buta huruf Di atas 4thstd Pendapatan (Rs-


kesada Agama
(tahun) -4thstd Rupee India)
ran ≤25 >25 I S I S ≤10000 >10000 H M L
Rendah 4 2 5 3 1 3 5 1 1 4 1
10% 4% 62,5% 37,5% 1,2% 3,7% 22,7% 1,5% 1,8% 16,7% 10%
Sedang 20 29 3 4 46 45 11 38 31 15 3
50% 58% 3,75% 50% 56,1% 54,9% 50% 55,9% 55,4% 62,5% 30%
Tinggi 16 19 0 1 35 34 6 29 24 5 6
40% 38% 12,5% 42,7% 41,5% 27,3% 42,7% 42,9% 20,8% 60%
Total 40 50 8 8 82 82 22 68 56 24 10
I-Istri, S-Suami, H-Hindu, M-Muslim, L-Lainnya

Penggunaan metode keluarga berencana

Di antara 90 wanita yang diteliti, 52 (57,8%) tidak menggunakan


kontrasepsi. Tabel 4 menunjukkan perbandingan antara tingkat kesadaran dan
penggunaan metode keluarga berencana.
Tabel 4: Tingkat kesadaran berbanding penggunaan keluarga berencana

Rendah Sedang Tinggi Total


Menggunakan 1 (16%) 18 (36,7%) 19 (54,3%) 38
Tdk menggunakan 5 (83,3%) 31 (63,3%) 16 (45,7%) 52
Total 6 49 35 90

Korelasi ditunjukkan antara penggunaan metode Keluarga Berencana dengan


kelompok umur, tingkat pendidikan, pendapatan, agama dan jenis sistem
keluarga pada tabel 5.

Tabel 5: Faktor yang mempengaruhi penggunaan metode keluarga berencana


Metode Umur Buta huruf Di atas 4thstd Total
keluarga (tahun) -4thstd penghasilan Agama Jenis keluarga
brencana keluarga (INR)
≤25 >25 I S I S ≤10000 >10000 H M L J N
Menggun 18 20 2 1 36 37 8 30 21 11 6 16 22
akan 45% 40% 25% 12,5% 43,9% 45,1% 36,4% 44,1% 37,5% 45,8% 60% 33,3% 52,4%
Tdkmeng 22 30 6 7 46 45 14 38 35 13 4 32 20
gunakan 55% 60% 75% 87,5% 56,1% 54,9% 63,6% 55,9% 62,5% 54,2% 40% 66,7% 47,6%
Total 40 50 8 8 82 82 22 68 56 24 10 48 42
I-Istri, S-Suami, H-Hindu, M-Muslim, L-Lainnya, J-Joint, N-Nuclear

Sistem kepercayaan

Tabel 6 mencantumkan berbagai alasan yang diberikan oleh responden untuk


tidak menggunakan metode keluarga berencana.

Kelompok studi ditanyai tentang siapa yang mengambil keputusan untuk


menggunakan atau tidak menggunakan metode keluarga berencana dan terlihat
bahwa dalam 32 (35,6%) kasus baik suami dan istri memutuskan bersama, 28
(31,1%) wanita mengatakan bahwa suami adalah orang yang memutuskan dan
dalam 22 (24,4%) kasus keputusan dipengaruhi oleh anggota keluarga lainnya.

Tabel 6: Alasan tidak menggunakan

IU Pemba Sterilisasi Sterilisasi Metode Menyu


Alasan OCP Penarikan
D tas wanita pria alami sui
Efek samping 19 18 0 0 0 0 0 0
Bosan mnggunakan 2 0 0 0 0 6 0 0
Alasan agama 3 3 0 11 10 0 0 0
Tdk ada kesadaran 2 2 1 5 11 13 10 12
Penolakan suami 0 0 3 0 6 0 0 0
Unreliable 0 0 7 0 0 8 15 11
Metode permanen 0 0 0 13 9 0 0 0
Anak perempuan 0 0 0 10 0 0 0 0

DISKUSI

Kelompok studi kami yang terdiri dari 90 wanita sebagian besar berusia antara


20 dan 30 tahun, mayoritas memiliki lebih dari 2 anak yang hidup dan hidup
dalam sistem keluarga bersama. 51,1% memiliki total pendapatan bulanan INR
5000-15000 dan 62,2% tinggal di rumah petak satu kamar . Tingkat pendidikan
suami dan istri dalam kebanyakan kasus berada di atas tingkat menengah.

Tingkat kesadaran sebagian besar kelompok adalah sedang (54,4%). Sebagian


besar mengetahui metode kontrasepsi yang ditawarkan oleh pemerintah sebagai
bagian dari program keluarga berencana nasional seperti kondom, alat
kontrasepsi dalam rahim dan metode sterilisasi wanita. Sterilisasi pria tetap
menjadi pengecualian sebagai metode kontrasepsi (hanya 42,2% yang
menyadarinya). 88,9% wanita menganggap aborsi sebagai metode
kontrasepsi. Ketika tingkat kesadaran dan penggunaan metode keluarga
berencana dibandingkan, terlihat bahwa bahkan dalam kelompok kesadaran
tingkat tinggi hanya 54,3% yang benar-benar menggunakan kontrasepsi. Ini juga
terlihat dalam sebuah studi oleh Agyei WK et al. di mana tingkat penggunaan
kontrasepsi rendah dibandingkan dengan pengetahuan dan sikap. 4

Studi kami menunjukkan bahwa kesadaran serta penggunaan metode keluarga


berencana yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, tingkat
pendidikan, status ekonomi dan agama. Penggunaan kontrasepsi juga
dipengaruhi oleh sistem keluarga bersama. Alasan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi adalah efek samping, alasan agama, batasan ruang, privasi terbatas
dan dalam beberapa kasus mencoba untuk anak laki-laki. Bongaarts J et al. juga
telah menunjukkan bahwa alasan utama untuk tidak digunakan adalah
kurangnya pengetahuan, takut efek samping dan ketidaksetujuan sosial dan
keluarga.5

Srikanthan et al. dalam penelitian mereka juga menunjukkan bahwa faktor-faktor


agama dan budaya mempengaruhi penerimaan dan penggunaan
kontrasepsi. Shaikh BT et al. telah mempelajari pengaruh agama Islam terhadap

kontrasepsi. Sebaliknya, Sriya Iyer dalam penelitiannya tidak menemukan


perbedaan yang signifikan secara statistik antara Hindu dan Muslim dalam efek
agama pada adopsi kontrasepsi. 8

Lakew Y et al. telah menunjukkan bahwa menjadi kaya, lebih berpendidikan,


dipekerjakan sangat memprediksi penggunaan kontrasepsi. Studi serupa yang

menunjukkan efek dari pendidikan dan status pekerjaan telah dilakukan oleh
Shapiro D et al. dan Cepuliene R et al.
10  11

Dalam sebuah studi oleh Mary Ann et al. pada wanita pedesaan India dicatat
bahwa mereka percaya metode reversibel modern dan vasektomi memiliki risiko
fisik dan sosial yang tinggi. 
3

KESIMPULAN
Studi kami memberikan wawasan tentang kesadaran dan pemanfaatan metode
keluarga berencana dan faktor-faktor yang berperan penting dalam memutuskan
penggunaannya. Informasi ini, meskipun tidak dapat digeneralisasi untuk semua
wanita karena terbatasnya sifat penelitian ini, memberikan pemahaman
tentang pola perilaku. Program-program untuk keluarga berencana kemungkinan
akan lebih berhasil ketika mereka melampaui batas-batas konvensional
penyediaan layanan untuk mempengaruhi dan mengubah faktor budaya dan
keluarga yang membatasi penggunaan kontrasepsi sukarela. Tantangannya
tetap, bahwa jika kesadaran akan kontrasepsi dan pilihannya ada, bagaimana
kita meningkatkan penggunaannya? Pemerintah dan penyedia layanannya perlu
berupaya menerapkan strategi yang bertujuan untuk menutup kesenjangan ini.

Anda mungkin juga menyukai