Latar belakang
ق َويُ ْؤتَ َم ُن فِيهَ ا ْالخَ ائِ ُن َّ ق فِيهَ ا ْال َك ا ِذبُ َويُ َك َّذبُ فِيهَ ا َ اس ِسنُونَ خَ َّدا َعةٌ ي ْ
ُ الص ا ِد ُ ُص َّد ِ َّإِنَّهَا َستَأتِي َعلَى الن
ال ال َّسفِيهُ يَتَ َكلَّ ُم فِي أَ ْم ِر ْال َعا َّم ِة
َ َضةُ ق َ ِضةُ ق
َ ِيل َو َما الرُّ َو ْيب ُ َويُخَ َّو ُن فِيهَا اأْل َ ِم
ُ ين َويَ ْن ِط
َ ِق فِيهَا الرُّ َو ْيب
“Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para
pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah
sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai
angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu
yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir
dalam ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih.
Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah besar lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan bahwa tayammum sudah cukup baginya sebagai ganti mandi wajib. Peristiwa ini
diceritakan dalam hadits :
ْال هَل َ َاب َر ُجالً ِمنَّا َح َج ٌر فَ َش َّجهُ فِي َر ْأ ِس ِه ثُ َّم احْ تَلَ َم فَ َسأ َ َل أَصْ َحابَهُ فَق َ ص َ َ خَرجْ نَا فِي َسفَ ٍر فَأ َ ال َ َع َْن َجابِ ٍر ق
ْ
صةً َوأ ْنتَ تَ ْق ِد ُر َعلَى ال َما ِء فَا ْغتَ َس َل فَ َماتَ فَلَ َّما قَ ِد ْمنَا َ َ صةً فِي التَّيَ ُّم ِم فَقَالُوا َما ن َِج ُد لَكَ ر ُْخ َ ت َِج ُدونَ لِي ر ُْخ
ال قَتَلُوهُ قَتَلَهُ ْم هَّللا ُ أَاَل َسأَلُوا إِ ْذ لَ ْم يَ ْعلَ ُموا فَإِنَّ َما ِشفَا ُء ْال ِع ِّي ُ
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أ ْخبِ َر بِ َذلِكَ فَق
َ َعلَى النَّبِ ِّي
السُّؤَ ا ُل إِنَّ َما َكانَ يَ ْكفِي ِه أَ ْن يَتَيَ َّم َم
Dari Jâbir Radhiyallahu anhu , beliau berkata, “Kami berangkat dalam satu perjalanan
lalu seorang dari kami tertimpa batu dan melukai kepalanya. Kemudian orang itu mimpi
“basah” lalu ia bertanya kepada para sahabatnya, ‘Apakah kalian mendapatkan keringanan
bagiku untuk tayammum ?” Mereka menjawab, “Kami memandang kamu tidak mendapatkan
keringanan karena kamu mampu menggunakan air.” Lalu ia mandi kemudian meninggal. Ketika
kami sampai dihadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, peristiwa tersebut diceritakan
kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau bersabda, “Mereka telah membunuhnya.
Semoga Allâh membalas mereka. Tidakkah mereka bertanya jika tidak mengetahui ? Karena
obat dari tidak tahu adalah bertanya. Sesungguhnya dia cukup bertayammum [HR Abu Daud
dalam sunannya dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ , no. 4362]
Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: “Berbicara tentang
Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu
disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh
mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling
tinggi.
Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-
hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-
sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan
agamaNya.”
[Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-
Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim]
2. Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-
orang yang dia sesatkan.
Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada
kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang yang telah dia sesatkan.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam:
ُ ُ
ِ ُور َم ْن تَبِ َعهُ الَ يَ ْنقُصُ َذلِكَ ِم ْن أج
ُور ِه ْم َش ْيئًا َو َم ْن َدعَا إِلَى ِ َم ْن َدعَا إِلَى هُدًى َكانَ لَهُ ِمنَ ْاألَجْ ِر ِم ْث ُل أج
ضالَلَ ٍة َكانَ َعلَ ْي ِه ِمنَ ْا ِإل ْث ِم ِم ْث ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ الَ يَ ْنقُصُ َذلِكَ ِم ْن آثَا ِم ِه ْم َش ْيئًا
َ
Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-
pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa
orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim
no:2674, dari Abu Hurairah)
3. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah.
َ ب هَ َذا َحالَ ٌل َوهَ َذا َح َرا ٌم لِّتَ ْفتَرُوا َعلَى هللاِ ْال َك ِذ
ِب إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْفتَرُونَ َعلَى هللا َ صفُ أَ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ
ِ ََوالَ تَقُولُوا لِ َما ت
َب الَ يُ ْفلِحُون َ ْال َك ِذ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.
(QS. An-Nahl (16): 116)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir
rohimahulloh berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Alloh
Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang
merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (hadits no. 6474) dari Sahl bin
Sa’id bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََم ْن يَضْ َم َّن لِي َمابَ ْينَ لِحْ يَ ْي ِه َو َما بَ ْينَ ِرجْ لَ ْي ِه أَضْ َم ْن لَهُ ْال َجنَّة
dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga.”
Yang dimaksud dengan “sesuatu yang ada di antara dua janggutnya” adalah mulut,
sedangkan “sesuatu yang ada di antara dua kakinya” adalah kemaluan.
“Bertanyalah kepada ahli ilmu apabila kalian tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: .
َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َوا ِجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما.
ِ َّاب الن
ار َ اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ ِ َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي.