Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Keutamaan Istighfar

(dzulqarnain Iskandar)

LATAR BELAKANG

Istighfar merupakan perintah Allah Ta’ala, bahkan perintah beristighfar setelah perintah
melakukan kebaikan dan ketaatan, sebagaimana termaktub dalam beberapa ayat al-Qur’an,
diantaranya; Surat Al-Baqarah [2] ayat 199, Surat An-Nisa [4] ayat 106, dan Al-Muzammil [73]
ayat 20;

َ َ‫ْث أَف‬
﴾١٩٩﴿ ‫ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ۚ َ ‫اض النَّاسُ َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا‬ ُ ‫ثُ َّم أَفِيضُوا ِم ْن َحي‬

Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan
mohonlah ampun (beristighfarlah) kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Qs. Al-Baqarah [2]: 199).

﴾١٠٦﴿ ‫ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َغفُورًا َّر ِحي ًما‬ ۖ َ ‫َوا ْستَ ْغفِ ِر هَّللا‬

“dan mohonlah ampun (beristighfarlah) kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (Qs. An-Nisa [4]:106).

﴾٢٠﴿ ‫ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ۖ َ ‫ۚ َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا‬

Dan mohonlah ampunan (beristighfarlah) kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Muzammil [73]:20).

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah membuat tulisan yang ingin dikirimkan ke berbagai ke
negeri. Isi surat tersebut adalah memerintahkan mereka untuk menutup bulan Ramadhan dengan
istighfar dan sedekah yaitu zakat fitrah. Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan orang yang
berpuasa dari hal-hal yang sia-sia dan dari kata-kata haram. Sedangkan istighfar berfungsi
sebagai penambal atas kekurangan yang dilakukan selama berpuasa yaitu ketika melakukan hal-
hal yang sia-sia dan perkara yang haram. Oleh karena itu, sebagian ulama mengibaratkan zakat
fitrah seperti sujud sahwi dalam shalat.

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis dalam kitabnya tersebut, “Ucapkanlah seperti yang
diucapkan oleh ayah kalian Adam ‘alaihis salam,

ِ ‫ظلَ ْمنَا أَنفُ َسنَا َوإِن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْال‬
َ‫خَاس ِرين‬ َ ‫َربَّنَا‬

“Ya Rabb  kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-
orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23).

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Nuh ‘alaihis salam,


َ‫َوإِاَّل تَ ْغفِرْ لِي َوتَرْ َح ْمنِي أَ ُكن ِّمنَ ْالخَا ِس ِرين‬

“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan
kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Hud: 47)

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Ibrahim ‘alaihis salam,

ْ َ‫َوالَّ ِذي أ‬
ِ ‫ط َم ُع أَن يَ ْغفِ َر لِي خَ ِطيئَتِي يَوْ َم الد‬
‫ِّين‬

“Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.” (QS.
Asy-Syu’ara: 82)

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Musa ‘alaihis salam,

‫ت نَ ْف ِسي فَا ْغفِرْ لِي‬


ُ ‫َربِّ إِنِّي ظَلَ ْم‬

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah
aku.” (QS. Al- Qashash: 16)

Begitu pula ucapkanlah seperti yang diucapkan Dzun Nun (Yunus) ‘alaihis salam,

َ‫نت ِمنَ الظَّالِ ِمين‬ َ َ‫اَّل إِ ٰلَهَ إِاَّل أَنتَ ُس ْب َحان‬


ُ ‫ك إِنِّي ُك‬

“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya’: 87)

Puasa kita butuh pada istighfar, sedangkan amalan shalih sebagai penggenapnya.
Bukankah puasa kita penuh cacat dikarenakan pelanggaran yang kita lakukan saat puasa?

Sebagian salaf menganjurkan agar setelah shalat, beristighfarlah. Tujuannya untuk


menambal cacat dalam shalat. Ini dilakukan sebagaimana orang yang berbuat dosa beristighfar.
Inilah keadaan orang-orang yang bagus ibadahnya (muhsin). Sedangan para pelaku maksiat,
bagaimana keadaan keseharian mereka? Sungguh merugi jika waktu untuk berbuat baik malah
berbalik menjadi maksiat. Lalu waktu berbuat taat, malah jadi waktu sia-sia.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan
waktu turunnya rahmat.”

Lukman pun pernah berkata pada anaknya, “Wahai anakku, basahilah lisanmu dengan
bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa waktu
yang do’a orang yang meminta tidak tertolak saat itu”. Demikian ringkasan dari Lathaif Al-
Ma’arif, karya Ibnu Rajab, hlm. 376-378.

Makna Istighfar
Cara Beristighar Nabi Muhammad SAW

Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung
dalam setiap majelisnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat paling banyak
beristigfar.

`Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ً‫َوهَّللا ِ إِنِّى ألَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ َوأَتُوبُ إِلَ ْي ِه فِى ْاليَوْ ِم أَ ْكثَ َر ِم ْن َسب ِْعينَ َم َّرة‬

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih
dari 70 kali.” (HR. Bukhari).

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى هَّللا ِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى ْاليَوْ ِم إِلَ ْي ِه ِمائَةَ َم َّر ٍة‬

“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat
kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata,

™ُ ْ‫ َكانَ فِى لِ َسانِى َذ َربٌ َعلَى أَ ْهلِى لَ ْم أَ ْع ُدهُ إِلَى َغي ِْر ِه فَ َذكَر‬-
™‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ت َذلِكَ لِلنَّبِ ِّى‬

“Dulu lisanku biasa berbuat keji kepada keluargaku. Namun, aku tidaklah menganiaya yang
lainnya. Kemudian aku menceritakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ار يَا ُح َذ ْيفَةُ إِنِّى ألَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ ُك َّل يَوْ ٍم ِمائَةَ َم َّر ٍة َوأَتُوبُ إِلَ ْي ِه‬
ِ َ‫أَ ْينَ أَ ْنتَ ِمنَ ا ِال ْستِ ْغف‬
“Mana istigfarmu, wahai Hudzaifah? Sesungguhnya aku selalu beristigfar kepada Allah setiap
hari sebanyak 100 kali dan aku juga bertaubat kepada-Nya.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al
ْ َ‫ ’إِنِّى أل‬adalah shohih lighoirihi yaitu shohih
Arnauth mengatakan bahwa sabda Nabi ‘…َ ‫ستَ ْغفِ ُر هَّللا‬
namun dilihat dari jalur lainnya yang lebih kuat atau semisal dengannya. Sedangkan sanad hadits
ini dho’if)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

ُ ْ‫ت َغدَاةً قَطٌّ إِالَّ اِ ْستَ ْغفَر‬


‫ت هللاَ ِمائَةَ َم َّر ٍة‬ ُ ْ‫َما أَصْ بَح‬
“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku
beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR. An Nasa’i. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani
di Silsilah Ash Shohihah no. 1600)

Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan bahwa jika kami menghitung dzikir Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis, beliau mengucapkan,

‫ى إِنَّكَ أَ ْنتَ التَّوَّابُ ال َّر ِحي ُم‬


َّ َ‫َربِّ ا ْغفِرْ لِى َوتُبْ َعل‬
‘Robbigfirliy wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rohim’ [Ya Allah ampunilah aku dan
terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang]
sebanyak 100 kali. (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash
Shohihah no. 556)

Dan bacaan istighfar yang paling sempurna adalah penghulu istighfar (sayyidul istighfar)
sebagaimana yang terdapat dalam shohih Al Bukhari dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Penghulu istigfar adalah apabil a
engkau mengucapkan,

‫ أَ ُعوْ ُذ بِكَ ِم ْن َشرِّ َما‬،‫ْت‬


ُ ‫ َوأَنَا َعلَى َع ْه ِدكَ َو َو ْع ِدكَ َما ا ْستَطَع‬، َ‫ َخلَ ْقتَنِ ْي َوأَنَا َع ْب ُدك‬، َ‫اَللَّهُ َّم أَ ْنتَ َرب ِّْي الَ إِلَـهَ إِالَّ أَ ْنت‬
َ‫ب إِالَّ أَ ْنت‬ ُّ ‫ َوأَبُوْ ُء بِ َذ ْنبِ ْي فَا ْغفِرْ لِ ْي فَإِنَّهُ الَ يَ ْغفِ ُر‬،‫ي‬
َ ْ‫الذنُو‬ َّ َ‫ك َعل‬ َ َ‫ أَبُوْ ُء ل‬،‫ْت‬
َ ِ‫ك بِنِ ْع َمت‬ ُ ‫صنَع‬
َ
“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa
wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa
abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta [Ya Allah! Engkau
adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang
menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu
semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-
Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada
yang mengampuni dosa kecuali Engkau].” (HR. Bukhari no. 6306)

Faedah dari bacaan ini adalah sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan
dari lanjutan hadits di atas,

‫ َو َم ْن قَالَهَا ِمنَ اللَّي ِْل َو ْه َو‬، ‫ فَه َُو ِم ْن أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة‬، ‫ فَ َماتَ ِم ْن يَوْ ِم ِه قَ ْب َل أَ ْن يُ ْم ِس َى‬، ‫ار ُموقِنًا بِهَا‬ ِ َ‫َو َم ْن قَالَهَا ِمنَ النَّه‬
‫ فَ ْه َو ِم ْن أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة‬، ‫ فَ َماتَ قَب َْل أَ ْن يُصْ بِ َح‬، ‫» ُموقِ ٌن بِهَا‬

“Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu
sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya
pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia
termasuk penghuni surga.”

Hadits sayyidul istigfar ini meliputi makna taubat dan terdapat pula hak-hak keimanan. Di dalam
hadits ini juga terkandung kemurnian ibadah dan kesempurnaan ketundukan serta perasaan
sangat butuh kepada Allah. Sehingga bacaan dzikir ini melebihi bacaan istigfar lainnya karena
keutamaan yang dimilikinya. –Semoga kita termasuk orang yang selalu merutinkannya di setiap
pagi dan sore-

Bacaan istigfar lainnya adalah sebagaimana terdapat dalam shohih Bukhari dari istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Aisyah berkata bahwa beliau
mendengar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (ketika menjelang kematiannya) sedang


bersandar padanya. Lalu beliau mengucapkan,

‫يق األَ ْعلَى‬


™ِ ِ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِى َوارْ َح ْمنِى َوأَ ْل ِح ْقنِى بِال َّرف‬

“Ya Allah, ampunilah aku, kasihilah aku dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang sholih.”
(HR. Bukhari no. 5674. Lihat Al Muntaqho Syar Al Muwatho’)

Jadi lihatlah kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang setiap waktunya selalu
diisi dengan istighfar bahkan sampai akhir hayat hidupnya pun beliau tidak lepas dari amalan
tersebut. Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengakhiri amalan-amalan
sholihnya seperti shalat, haji, shalat malam dengan istigfar, beliau juga mengakhiri hidupnya
dengan istigfar.

Saudaraku … Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang sudah dijamin dosanya
yang telah lalu dan akan datang akan diampuni, bagaimana lagi dengan kita yang tidak dijamin
seperti itu[?] Sungguh, kita sebenarnya yang lebih pantas untuk bertaubat dan beristighfar setiap
saat karena dosa kita yang begitu banyak dan tidak pernah bosan-bosannya kita lakukan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

‫وب َج ِميعًا فَا ْستَ ْغفِرُونِى أَ ْغفِرْ لَ ُك ْم‬ ُّ ‫ار َوأَنَا أَ ْغفِ ُر‬
َ ُ‫الذن‬ ™ِ َ‫يَا ِعبَا ِدى إِنَّ ُك ْم تُ ْخ ِطئُونَ بِاللَّ ْي ِل َوالنَّه‬

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku
mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni
kalian.” (HR. Muslim no. 6737)

Fadhilah Istighfar
Ditambah kekuatannya. Firman Allah, “Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun
kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat
deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa,'” (QS Hud [11]: 52).

6. Dimudahkan segala urusannya. Sabda Rasulullah, “Barangsiapa membiasakan diri untuk


beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan
kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-
sangka,” (HR Abu Daud no. 1520 dan Ibnu Majah no. 3951, dan di-dha’if-kan oleh Albani).

7. Diberi kenikmatan yang baik terus-menerus. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu meminta
ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian),
niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Aku takut kamu
akan ditimpa siksa hari kiamat,” (QS Hud [11]: 3).

8. Menolak bala dan bencana. Firman-Nya, “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun,” (QS Al Anfaal [8]: 33).

9. Penyebab turunnya rahmat Allah. Allah berfirman, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada
Allah, agar kamu mendapat rahmat,” (QS An Naml [27]: 46).

10. Dihapus kejelekannya dan diangkat derajatnya. Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah,
niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS An-Nisa’ [4]: 110).

Anda mungkin juga menyukai