Anda di halaman 1dari 8

MENGATASI VIRUS IBLIS PADA ANAK

Makhluk yang pertama kali terjangkiti virus dengki / Hasad adalah Iblis. virus ini
menyerang system software manusia yang paling inti yaitu hati. Virus ini setelah menyerang
software hati manusia maka juga akan merusak hardwarenya. Virus ini akan mengakibatkan
kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan
nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan
selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat
kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.

Seorang dokter muslim menuliskan dalam bukunya bahwa dari sekian banyak pasien
yang datang mengeluhkan penyakit yang diderita hampir semua disebabkan oleh stress. Setelah
diamati lebih jauh semua itu sesungguhnya berakar dari sifat sombong, iri dan dengki. Ketiga
sifat tersebut adalah akar yang akan tumbuh menghasilkan bunga-bunga kesedihan, menarik diri
dari pergaulan, cepat tersinggung dan marah. Bunga-bunga ini akan terakumulasi menjadi
penyakit dalam tubuh karena ketika seseorang dalam kondisi tersebut tubuh jauh dari
keseimbangan atau dapat disebut stress.

Berikut penjelasan dari ustadz Nouman Ali khan bagaimana virus itu bisa menjangkiti
diri dan keluarga kita bagaimana Iblis yang dengki kepada Adam Alaihi salam .

Sekarang mari kita menganalisis “Apakah pengangkatan manusia menjadi khalifah itu
mengambil, merenggut, mengurangi kenikmatan atau sesuatu apapun, dari iblis?

Jawabannya adalah, Tidak.

Apakah memungkinkan, Allah memberikan penghargaan kepada iblis dengan cara


tertentu, dan memberikan penghargaan kepada Adam dengan cara yang berbeda?

Jawabannya, Ya, Memungkinkan.

Tapi kenyataannya iblis tidak mau menerima itu. Saat mendapat apresiasi dari Allah,
iblis tidak menerima saat Adam mendapat apresiasi dari Allah. Seolah-olah iblis mengklaim
bahwa dirinya lah yang lebih pantas untuk diapresiasi.

Iblis hanya terfokus dengan kedengkiannya. “Dari mana Adam tiba-tiba mendapat
apresiasi kekhalifahan itu?”

Ketahuilah, iblis ingin supaya kita juga seperti itu. Supaya kita ingin kita lah sendiri
yang diapresiasi. Kita tidak ingin ada orang lain yang mendapat apresiasi. Kalo ada yang
mendapat apresiasi, iblis ingin kita berpikir bahwa kita lah yang seharusnya mendapat apresiasi
itu.

Virus iblis yang seperti ini bisa kita temukan di keluarga kita sendiri. Contohnya adalah
ketika kita sebagai orang tua memberikan perhatian yang lebih, kepada bayi yang baru lahir.
Atau baru berumur beberapa hari. Atau beberapa minggu. Maka kakaknya yang berumur tiga
tahun, bisa menganggap bahwa dirinya kurang begitu penting lagi. Merasa bahwa kita
melakukan korupsi atas jatah perhatian kita yang seharusnya dia dapatkan. Padahal tidak sama
sekali. Intinya, iblis itu ga tahan kalo ada yang dapat penghargaan, kalo ada yang dapat pujian,
selain dia.

Yang seperti itu juga biasa kita alami di kantor. Biasa juga kita alami saat di Kuttab, di
kelas-kelas sangat kita mengajar anak-anak kita, dan bahkan di mimbar mimbar para da’i.
Saat guru di Kuttab mengajukan sebuah pertanyaan, lalu ada teman kita yang bisa
menjawab pertanyaan itu dengan tepat, sehingga dapat pujian dari guru, “MasyaAllah!”, Anak
yang pintar”

Terkadang kita melihat ada anak yang bergumam.

“Aku kan tadi tunjuk tangan. Tapi gurunya sih, tidak milih aku. Apaan tuh ‘anak pintar’. Cuma
gitu doang!”

Setan ingin kita melakukan hal yang sama, seperti yang dia lakukan.

Manusia diciptakan dari tanah yang menghasilkan kehidupan yang terus menghasilkan
kebaikan demi kebaikan. Menutup api dengan Tanah adalah cara tercepat untuk memadamkan
api.nKita diciptakan dari mud, iblis diciptakan dari fire, dan mud memadamkan fire.

Api, meski punya manfaat dan kualitas yang dahsyat, manfaat itu ada kalo api membakar
sesuatu. Api itu ada, api itu eksis, kalo memusnahkan sesuatu. Api itu eksis kalo menghancurkan
sesuatu. Api harus membakar dan menghancurkan bahan bakar (fuel) supaya bisa digunakan.
Api harus membakar dan memusnahkan kayu supaya bisa digunakan.Supaya eksis, api harus
membakar dan menghancurkan. Iblis diciptakan dari api, Maka iblis sifatnya seperti api.

Dia ingin manusia punya sifat api, yang berarti suka membenci sesamanya. Sehingga
manusia suka mencari-cari keburukan orang lain.

Sekarang mari kita mencoba mencari obat anti virus yang Allah Subhanahu wata’ala
karuniakan kepada orang-orang beriman

Setelah kita mengetahui apa itu hasad, bahaya dan bagaimana virus hasad menyerang
manusia, selanjutnya kita menganalisis bentuk dan sifat virus hasad

Ibnu Rojab Al-Hanbali berkata

َ َ‫اإل ْن َسانَ يَ ْك َرهُ أَ ْن يَفُوْ قَهُ أَ َح ٌد ِم ْن ِج ْن ِس ِه فِي َش ْي ٍء ِمنَ ْالف‬


‫ضائِ ِل‬ ِ ‫اع ْالبَ َش ِر َوهُ َو أَ َّن‬
ِ َ‫َو ْال َح َس ُد َمرْ ُكوْ ٌز فِي ِطب‬

“Hasad tertanam di tabi’at manusia, yaitu namanya manusia benci jika ada seorangpun –
yang sejenis dengannya (sesama manusia)- yang mengunggulinya dalam suatu keutamaan”
(Jaami’ul ‘Uluum wa al-Hikam hal 327)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,. Inilah penyakit keumuman manusia. Tidak ada
yang bisa lepas darinya kecuali sedikit sekali. Oleh karena itu ada yang mengatakan,

‫َما َخاَل َج َس ٌد ِم ْن َح َس ٍد لَ ِك َّن اللَّئِي َم يُ ْب ِدي ِه َو ْال َك ِري َم ي ُْخفِي ِه‬


“Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad (iri). Namun orang yang
berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia (hatinya) akan
menyembunyikannya.”

Dari penjelasan Ibnu Taimiyah kita bisa menyimpulkan bahwa sifat hasad bisa
menjangkiti siapa saja setiap saat. Maka dari itu Rasulullah Sallallahu alaihi menganjurkan
untuk kita setiap selesai shalat fardhu untuk membaca 3 surah terakhir di Al-qur’an untuk
berlindung dari sifat hasad

Selanjutnya kita harus mengetahui seberapa besar pengaruh virus hasad menjangkiti
seseorang,

‫ال ْال َمحْ سُو ِد‬


ِ ‫ْال َح َس َد هُ َو ْالبُ ْغضُ َو ْال َك َراهَةُ لِ َما يَ َراهُ ِم ْن ُحس ِْن َح‬
“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang
dihasad.” (Majmu’ Al Fatawa, 10: 111).

Tenyata virus hasad memilki Tingkatan-tingkatan dalam mempengaruhi manusia, kali


ini kita akan mengetahui urutan dari yang paling parah hingga yang paling ringan, bahkan yang
terakhir yang mirip dengan hasad namun sebuah kebaikan. Berikut penjelasan Ibnu taimiyah
Rahimahullah tentang tingkatan hasad:

(Pertama) : Diantara mereka ada yang berusaha untuk menghilangkan kenikmatan yang
ada pada orang yang dihasadi, dengan berbuat dzolim kepadanya, baik dengan perkataan
maupun dengan perbuatan lalu diantara mereka ada yang berusaha hanya untuk menghilangkan
kenikmatan tersebut dari yang dihasadi tanpa harus berpindah kenikmatan tersebut kepadanya
Dan inilah yang merupakan bentuk hasad yang paling buruk dan paling keji, dan inilah hasad
yang tercela dan terlarang. Ia adalah hasad yang merupakan dosa Iblis, dimana ia telah hasad
kepada Adam ‘alaihis salaam tatkala ia melihat Adam telah mengungguli para malaikat, yaitu
Allah telah menciptakan Adam dengan tanganNya, telah memerintahkan para malaikat untuk
sujud kepadanya, Allah telah mengajarkannya nama-nama segala sesuatu, serta Allah
menempatkan Adam di surga di sisiNya. Maka Iblispun terus senantiasa berusaha untuk
mengeluarkan Adam dari surga, hingga akhirnya iapun berhasil mengeluarkan Adam dari
surga…

Hasad ini pulalah yang merasuki orang-orang yahudi sebagaimana telah Allah sebutkan
dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an, diantaranya firman Allah

ُّ ‫ب لَوْ يَ ُر ُّدونَ ُك ْم ِم ْن بَ ْع ِˆد ِإي َمانِ ُك ْم ُكفَّارًا َح َسدًا ِم ْن ِع ْن ِد أَ ْنفُ ِس ِه ْم ِم ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ُم ْال َح‬
‫ق‬ ِ ‫َو َّد َكثِي ٌر ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬

“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri,
setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS Al-Baqoroh : 109)

Juga firman Allah :

)٥٤( ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوآتَ ْينَاهُ ْم ُم ْل ًكا َع ِظي ًما‬


َ ‫اس َعلَى َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه فَقَ ْد آتَ ْينَا آ َل إِب َْرا ِهي َم ْال ِكت‬
َ َّ‫أَ ْم يَحْ ُس ُدونَ الن‬

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia [Yaitu:


kenabian, Al Quran, dan kemenangan] yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya
Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah
memberikan kepadanya kerajaan yang besar” (QS An-Nisaa’ : 54)” (Dari perkataan Ibnu Rojab
dalam Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam hal 327)

(Kedua) : Diantara mereka ada yang menghendaki kenikmatan yang ada pada
saudaranya berpindah kepada dirinya. Misalnya saudaranya tersebut memiliki seorang istri yang
cantik lantas ia berangan-angan agar saudaranya menceraikan istrinya tersebut atau agar
saudaranya segera meninggal sehingga iapun bisa menikahi sang wanita.

Atau saudaranya memimpin sebuah markaz lantas ia berangan-angan agar saudaranya


segera hengkang pergi atau segera meninggal agar ialah yang akan menjadi pemimpin markaz
tersebut.

Atau saudaranya seorang dai yang terkenal dan memiliki banyak pengikut, maka iapun
berangan-angan agar saudaranya melakukan kesalahan sehingga ditinggalkan oleh para
pengikutnya maka para pengikutnya akan berpaling kepadanya.

(Ketiga) : Ia bukan berharap hilangnya kenikmatan yang ada pada saudaranya, akan
tetapi ia berbahagia jika saudaranya tetap dalam kondisinya yang buruk, tetap dalam keadaan
miskin, atau tetap dalam keadaan bodoh, atau tetap dalam keadaan terjerumus dalam kesalahan
atau bid’ah. Karenanya hatinya menjadi teriris-iris jika saudaranya tersebut menjadi kaya, atau
menjadi pintar dan alim, atau yang tadinya terjerumus dalam bid’ah kemudian mengenal sunnah.

(Keempat) : Ia tidak berharap hilangnya kenikmatan yang ada pada saudaranya, akan
tetapi ia berharap dirinya memperoleh kenikmatan sebagaimana yang dirasakan oleh
saudaranya, dan ia berusaha untuk memperolehnya, sehingga kondisinya bisa setingkat/setara
dengan saudaranya tersebut. Akan tetapi tatkala cita-citanya tersebut tidak tercapai, kenikmatan
tidak bisa ia raih maka iapun terjerumus dalam hasad, iapun ingin kenikmatan pada saudaranya
lenyap, sehingga saudaranya tersebut bisa terjatuh dan setara dengan dirinya. (poin kedua hingga
keempat silahkan lihat kitab Fiqh Al-Hasad karya Musthofa Al-‘Adawi hal 9-10)

(Kelima) : Ia hasad kepada saudaranya, akan tetapi ia tidak berusaha untuk


menghilangkan kenikmatan yang ada pada saudaranya, ia tidak menzoliminya baik dengan
perbuatan maupun dengan perkataan. Jika ia berusaha untuk menghilangkan hasad dalam
hatinya akan tetapi ia tidak berhasil, bahkan hasad tetap mendominasinya maka orang seperti ini
tidak berdosa selama ia tidak merealisasikan penyakit hasadnya dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan.

Adapun jika ia sengaja membisikkan hatinya untuk hasad dan mengulang-ngulang


bisikan tersebut dalam hatinya, dan ia tenteram dan condong kepada hilangnya kenikmatan dari
saudaranya, meskipun ia tidak merealisasikan hasadnya dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan akan tetapi hanya disimpan dihati, maka orang seperti ini ada khilaf diantara para
ulama, apakah ia dihukum atau tidak?, apakah ia berdosa atau tidak?. Masalahnya apa yang ia
lakukan dengan membisikan hasad kepada hatinya mirip dengan ‘azam/tekad yang dipasang
untuk melakukan kemaksiatan meskipun belum melakukan kemaksiatan. Dan sebagian ulama
menyatakan bahwa jika niat sudah sampai pada derajat ‘azam/tekad maka menimbulkan dosa.
(Lihat Jaami’ul ‘Uluum hal 327-328).

Ibnu Taimiyyah berkata, “Barang siapa yang mendapati dalam dirinya rasa hasad kepada
orang lain maka hendaknya ia menggunakan ketakwaannya dan kesabarannya untuk membenci
hasad yang ada dalam dirinya.

Banyak orang yang memiliki agama (yang kuat) mereka tidak berbuat dzolim kepada
orang yang dihasadi, mereka juga tidak menolong orang yang menzolimi orang yang dihasadi.
Akan tetapi mereka juga tidak menunaikan kewajiban hak orang yang dihasadi. Bahkan jika ada
seseorang yang mencela orang dihasadi tersebut maka mereka tidak setuju dengan pencela tadi
namun juga tidak menyebutkan kebaikan-kebaikan orang yang dihasadi. Mereka ini berhutang
kepadanya karena telah meninggalkan perkara yang diperintahkan untuk menunaikan haknya
dan kurang dalam menunaikannya, namun mereka tidak berbuat pelanggaran terhadap haknya.
Maka balasan terhadap mereka adalah hak-hak mereka juga akan terkurang hak-hak mereka,
sehingga mereka juga tidak akan disikapi dengan adil dalam beberapa kondisi, serta mereka juga
tidak akan ditolong melawan orang yang yang menzolimi mereka sebagaimana mereka tidak
menolong orang dihasadi tersebut. Adapun barang siapa yang melanggar/menzolimi orang yang
dihasadi baik dengan perkataan maupun perbuatan maka ia akan dihukum” (Majmuu’ Al-
Fataawaa 10/125)

(Keenam) : Yaitu seseorang yang tatkala mendapatkan dalam dirinya rasa hasad maka ia
berusaha menghilangkannya dengan cara berbuat baik kepada saudaranya yang ia hasadi, ia
mendoakannya, ia menyebarkan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaannya, hingga
akhirnya ia mengganti hasadnya dengan mencintai saudaranya. Ini termasuk derajat keimanan
yang tertinggi. Pelakunya adalah seorang yang imannya sempurna, yang menghendaki bagi
saudaranya apa yang ia suka untuk dirinya sendiri. (Lihat Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam hal 328)

Kebanyakan dengki itu biasanya menimpa salah satu atau dua orang berikut ini. Yaitu:

Pertama, teman-teman yang setanding. Setanding dalam ilmu, setanding dalam harta,
setanding karena ada tandingan. Sehingga sering kali muncul kedengkian. Sesama pedagang,
kemudian ketika ada yang menyayanginya, maka yang seperti ini akan muncul sering kali
dengki.

Kedua, yang sejenis. Pedagang biasanya akan benci kepada pedagang lagi. Ketika ia
sedang berdagang, tau-tau ada saingannya muncul, disitu hati kita panas. Bahkan orang yang
tidak beriman itu sampai pergi ke dukun menyantetnya dan yang lainnya. Bagaimana caranya
supaya saingannya itu tidak laris. Tentu ini musibah sekali. Sesama pegawai di sebuah
perusahaan, sesama pejabat saling sikut. Maka yang sifatnya sejenis ini seringkali muncul
kedengkian. Bahkan sesama Ustadz pun juga sering kali muncul kedengkian.

Karena juru tulis biasanya akan hasad kepada juru tulis lagi. Kalau petani, tidak ada
hasad kepada dokter. Karena memang beda lembah. Biasanya dokter hasadnya sama dokter,
petani hasadnya sama petani. Makanya selama hidup kita ini masih ada persaingan, pasti yang
namanya hasad sulit untuk kita hindari, saudaraku. Karena adanya persaingan didalam bisnis,
persaingan didalam kedudukan, persaingan dalam mencari massa dan yang lainnya. Pada waktu
itu, kita seringkali sulit untuk memberikan udzur kesalahan kepada orang yang kita hasad
tersebut.

Tidaklah seseorang mencapai salah satu martabat dunia, kecuali pasti ada orang yang
tidak suka atau ada orang yang dengki. Maksudnya, kalau kita mendapatkan sebuah kedudukan
atau kehormatan atau sanjungan apapun, pasti selalu akan ada yang membenci kita. Makanya
Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lamin Nubala menyebutkan, “Tidak ada seorangpun
ulama yang telah sempurna dalam kebaikan, kecuali pasti ada orang bodoh atau ahli bid’ah yang
akan menjelek-jelekkannya.”

Read more https://firanda.com/538-bersihkan-hati-anda-dari-noda-hasad.html

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


https://rumaysho.com/10158-tingkatan-hasad-waspadalah.html
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/1402-hasad-penyakit-hati-yang-menjangkiti-setiap-insan.html

Bersambung InsyaAllah…

Dzulqranain Bin Iskandar

Anda mungkin juga menyukai