Anda di halaman 1dari 10

Rahasia pendidikan Nubuwwah

1. Mulai Dengan Keberkahan


- Niat yang lurus
- Cukupkan mata air keberkahanmu dengan Al-Qur’an dan Sunnah
- Keberkahan harta
- Keberkahan guru

2. Sinari dengan Cahaya Doa dan Keteladanan dalam Kesholehan

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‫المسافر‬
ِ ُ‫ و دعوة‬، ‫الصائم‬
ِ ُ‫ و دعوة‬، ‫د‬2ِ ‫ دعوةُ الوال‬2: ‫ت ال تُ َر ُّد‬ ُ
ٍ ‫ثالث َدعَوا‬

“Ada tiga doa yang tidak tertolak: [1] doa orang tua (kepada anaknya) [2] orang orang yang
berpuasa [3] doa orang yang sedang safar” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan-nya no. 6619,
dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah).

‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما‬

“ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA


A’YUN, WAJ’ALNA LILMUTTAQINA IMAMAA.” (Wahai Robb kami, karuniakanlah
pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula
kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa) (QS. Al Furqon:74)

‫ضاهُ َوأَصْ لِحْ لِي فِي ُذرِّ يَّتِي‬ َ ‫ي َوأَ ْن أَ ْع َم َل‬


َ ْ‫صالِحًا تَر‬ َّ َ‫َربِّ أَوْ ِز ْعنِي أَ ْن أَ ْش ُك َر نِ ْع َمتَكَ الَّتِي أَ ْن َع ْمتَ َعل‬
َّ ‫ي َو َعلَى َوالِ َد‬

“ROBBI AWZI’NI AN ASYKURO NI’MATAKALLATI AN ‘AMTA ‘ALAYYA. WA


‘ALA WAALIDAYYA WA AN A’MALA SHOLIHAN TARDHOH, WA ASHLIH LII
FI DZURRIYATIY” (Wahai Robbku, ilhamkanlah padaku untuk bersyukur atas
nikmatmu yang telah Engkau karuniakan padaku juga pada orang tuaku. Dan
ilhamkanlah padaku untuk melakukan amal sholeh yang Engkau ridhoi dan perbaikilah
keturunanku) (QS. Al Ahqof:15)

Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam berkata,


َ‫َربِّ هَبْ لِي ِمنَ الصَّالِ ِحين‬
“Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendo’akan anak Ummu Sulaim, yaitu


Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma dengan do’a,

2ُ‫ار ْك لَهُ فِي َما أَ ْعطَ ْيتَه‬


ِ َ‫ َوب‬، 2ُ‫اللَّهُ َّم أَ ْكثِرْ َمالَهُ َو َولَ َده‬

“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang engkau
karuniakan padanya.” (HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480). Dari sini
seseorang bisa berdo’a untuk meminta banyak keturunan yang sholeh pada Allah,

ِ َ‫ َوب‬،‫ َو َولَ ِدي‬2،‫اللَّهُ َّم أ ْكثِرْ َمالِي‬


2‫ أ ْعطَ ْيتَنِي‬2‫ار ْك لِي فِي َما‬

“Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii“   (Ya Allah
perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri).”

َ ‫َربِّ هَبْ ِلي ِم ْن لَ ُد ْن‬


‫ك‬

“Ya Allah, anugrahkanlah aku


robbi hablii milladunka
 
ً‫ُذ ِّريَّةً طَيِّبَة‬

keturunan yang baik dari sisi-Mu.


dzurriyyatan thoyyibatan
 
‫إِنَّكَ َس ِمي ُع ال ُّدعَا ِء‬

Sesungguhnya Engkau MahaMemperkenankan Doa”


innaka samii’ud-du’aa.

 Kepada cucunya Hasan dan Husein RA

Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,


Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain, (beliau membaca)

ِ ‫ بِ َكلِ َما‬2‫أ ُ ِع ْي ُذ ُك َما‬


‫ن الَ َّمة‬2ٍ ‫ َو ِم ْن ُك ِّل َع ْي‬2،‫ن ُك ِّل َش ْيطَا ٍن َوهَا َّم ٍة‬2ْ ‫ ِم‬،‫ت هَّللا ِ الت َّا َّم ِة‬

“Aku memohon perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untuk kalian berdua, dari
gangguan setan dan binatang berbisa, dan dari pandangan mata (ain) yang membuat
sakit.” (HR. Bukhari 3371 & Abu Daud 4737).

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ ‫ فَإ ِ َّن إِ ْب َرا ِهي َم َعلَ ْي ِه ال‬2،‫َع ِّو ُذوا بِهَا أَ ْبنَا َء ُك ْم‬
َ ‫ه إِ ْس َما ِعي َل َوإِ ْس َحا‬2ِ ‫ذ بِهَا ا ْبنَ ْي‬2ُ ‫ َكانَ يُ َع ِّو‬،‫ساَل ُم‬
‫ق‬

”Jadikanlah kalimat ini untuk memohon perlindungan dari gangguan setan bagi anak  kalian.
Karena Ibrahim ‘alaihis salam, beliau memohon perlindungan untuk Ismail  dan Ishaq dengan
kalimat doa tersebut.”  (HR. Abdur Razaq dalam Mushannaf, no. 7987).

3. Bangun Ikatan Kasih sayang dan kepercayaan.

 Alaqah : Membangun kedekatan hubungan

Al-Hasan menaiki pundak Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabi pun memanjangkan
sujudnya. Hal ini menjadikan para sahabat heran mereka berkata,

َ ‫ أَوْ أَنَّهُ يُو َحى إِلَ ْي‬،ٌ‫َث أَ ْمر‬


‫ك‬ َ ‫ فَظَنَنَّا أَنَّهُ قَ ْد َحد‬،‫هَ ِذ ِه َسجْ َدةٌ قَ ْد أَطَ ْلتَهَا‬

“Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi
sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu.”

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka,

ِ ‫ت أَ ْن أُ َع ِّجلَهُ َحتَّى يَ ْق‬


ُ‫ض َي َحا َجتَه‬ ُ ‫ فَ َك ِر ْه‬،‫ َولَ ِك َّن ا ْبنِي ارْ تَ َحلَنِي‬،‫َذلِكَ لَ ْم يَ ُك ْن‬

“Bukan. Akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya, maka aku tidak suka
menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya.” (HR. Ahmad, no. 16033 dengan sanad
yang shahih dan An-Nasa’i, no. 1141 dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫ ِد‬2 َ‫ َرةً ِمنَ ْال َول‬2 ‫َش‬ ُ ‫ َر‬2‫ فَقَا َل األ ْق‬، ‫س التَّ ِمي ِم ُّى َجالِسًا‬
َ ‫ إِ َّن لِى ع‬: ‫ع‬ ٍ ِ‫ع بْنُ َحاب‬ ُ ‫ َو ِع ْن َدهُ األ ْق َر‬، ‫قَب ََّل النَّبِ ّى صلى هللا عليه وسلم ْال َح َسنَ ْبنَ َعلِ ٍّى‬
‫ َم ْن ال يَرْ َح ُم ال يُرْ َح ُم‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ فَنَظَ َر إِلَ ْي ِه َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ت ِم ْنهُ ْم أَ َحدًا‬
ُ ‫َما قَب َّْل‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-
Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, ‘Aku punya 10
orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium.’ Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak
menyayangi maka ia tidak akan disayangi.”(HR. Bukhari, no. 5997 dan Muslim, no. 2318)

Dalam kisah yang sama dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,ia berkata,

‫كَ أَ ْن‬22َ‫ك ل‬
ُ 2ِ‫لم أَ َوأَ ْمل‬22‫ه وس‬22‫ال النَّبِى صلى هللا علي‬ ِّ ‫ تُقَبِّلُونَ ال‬: ‫َجا َء أَ ْع َرابِى إِلَى النَّبِى صلى هللا عليه وسلم فَقَا َل‬
َ َ‫ فَق‬، ‫ فَ َما نُقَبِّلُهُ ْم‬، َ‫ص ْبيَان‬
َ ِ‫نَزَ َع هَّللا ُ ِم ْن قَ ْلب‬
َ‫ك الرَّحْ َمة‬

“Seorang arab badui datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata,


‘Apakah kalian mencium anak laki-laki?’ Mereka menjawab, “Kami tidak mencium mereka”.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah
mencabut rasa sayang dari hatimu.’” (HR. Bukhari, no 5998 dan Muslim, no 2317)

1. Ciuman dengan Kelembutan dan Kasih Sayang

Ciuman memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menggerakan perasaan dan emosi
anak, selain juga berdampak dalam meredakan kemarahan dan kemurkaannya. Selain itu, juga
menimbulkan perasaan ikatan yang kuat dalam hubungan cinta antara orang dewasa dan si anak.
Ciuman adalah bukti kasih sayang dalam hati kepada si anak yang sedang tumbuh. Ciuman
adalah bukti kerendahan hati orang dewasa kepada anak kecil. Ciuman adalah cahaya gemerlap
yang menerangi hati anak, melapangkan jiwanya dan menambahkan gairah aktivitasnya dengan
orang-orang di sekitarnya. Kemudian, yang pertama dan terakhir, cinta adalah sunnah
rosul Sholallohu ‘alayhi wa Sallam bersama anak-anak.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Rodhiyallohu ‘anhu:


Rosul Sholallohu ‘alayhi wa Sallam mencium Al-Hasan bin Ali Rodhiyallohu ‘anhuma. Al-
Aqra’ bin Habis berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak ada satu pun yang pernah
aku cium.” Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa Sallam bersabda,” Barang siapa yang tidak
menyayangi, tidak akan disayangi”
Dalam hadits lain dari ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘anha ia berkata :
“Datang seorang arab badui kepada Nabi Sholallohu ‘alayhi wa Sallam  lalu berkata, “Apakah
kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka”. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa
rahmat/sayang dari hatimu” 

Ibnu Batthool rahimahullah berkata, “Menyayangi anak kecil, memeluknya,


menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhoi oleh Allah dan
akan diberi ganjaran oleh Allah. Tidakkah engkau perhatikan Al-Aqro’ bin Haabis menyebutkan
kepada Nabi bahwa ia memiliki 10 orang anak laki-laki tidak seorangpun yang pernah ia  cium,
maka Nabi pun berkata kepada Al-Aqro’ (Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan
disayang).
Pada sikap Nabi Sholallohu ‘alayhi wa Sallam  ini merupakan teladan yang paling besar
bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam menyayangi anak-anak baik masih
kecil maupun yang besar, serta berlemah lembut kepada mereka” 

Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam ‫ر َح ُم‬---
ْ ُ‫ر َح ُم ال ي‬---
ْ َ‫ َمنْ ال ي‬ (Barangsiapa yang tidak merahmati maka tidak dirahmati), yaitu
barangsiapa yang tidak merahmati manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa
Jalla –kita berlindung kepada Allah akan hal ini-, serta Allah tidak memberi taufiq kepadanya
untuk merahmati. Hadits ini menunjukan bahwa bolehnya mencium anak-anak kecil karena
rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka anak-anakmu ataukah cucu-cucumu dari
putra dan putrimu atau anak-anak orang lain. Karena hal ini akan mendatangakan rahmat Allah
dan menjadikan engkau memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang
rahmat/sayang kepada hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan
Allah mengampuni seorang wanita pezina tatkala wanita pezina tersebut merahmati seekor
anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan.

2. Pelukan Mesra

Tidak hanya mencium terkadang rasul juga memeluk anak-anak. Bahkan tidak jarang
rosul menggabungkan kedua antara pelukan dan ciuman.

Dikisahkan bahwa Abu Hurairah berjalan keluar bersama Rasulullah Sholallohu ‘alayhi


wa Sallam. Selama di perjalanan, Rasululullah Sholallohu ‘alayhi wa Sallam tidak berbicara
dengan Abu Hurairah, begitu pun sebaliknya. Ketika sampai di pasar Bani Qainuqa, Rasulullah
duduk di pekarangan rumah Fatimah lalu berkata, “Apakah terdapat anak-anak di sana?” Tidak
lama kemudian, datanglah seorang anak kecil menghampiri Rasulullah. Rasulpun memeluk dan
menciumnya sambil berdoa, “Ya Allah …! sayangilah dia dan sayangi pula orang yang
menyayanginya.” (H.R. Bukhari)
Ya’la bin Marrah berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah lalu kami diundang
untuk makan. Tiba-tiba, Husein bermain di jalan. Rasulullah pun segera mendahului orang-orang
lalu membentangkan kedua tangan beliau. Anak itu berlari menghindar ke sana kemari.
Rasulullah mencandainya hingga akhirnya beliau dapat menangkapnya. Satu tangan
beliau memegang dagu Husein dan tangan satu lagi memegang kepala lalu
beliau memeluknya. Setelah itu, beliau bersabda, “Husein bagian dariku dan aku adalah bagian
darinya. Allah mencintai orang yang mencintai Husein. Husein adalah satu dari cucu-
cucuku.” [iv]
3. Mengusap Kepala Anak

Nabi Sholallohu ‘alayhi wa Sallam biasa menggerakan emosi anak-anak dengan


mengusap kepala mereka hingga mereka merasakan kasih sayang, kerinduan dan cinta beliau.
Sesuatu yang dengannya si anak merasakan bahwa kehadirannya dihargai. Dia merasakan cinta
dan perhatian orang-orang dewasa kepadanya.
Selain berdasarkan hadits sebelumnya. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Mahdzurah,
dia berkata:

“Wahai Rosululloh, ajarkanlah aku cara adzan. Lalu beliau mengusap bagian depan
kepalaku seraya bersabda: bacalah: Allohu akbar, Allohu akbar,…dst.
Dalam Zawai’id Ibnu Hibban dari Anas radhiyallohu ‘anhu
Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa Sallam mengunjungi kaum Anshar. Beliau mengucapkan
salam kepada anak-anak dan mengusap kepala mereka. 
4. Mengusap Wajah atau Kedua Pipi

Dari Mush’ab bin Abdillah berkata,” Abdullah bin Tsa’labah, dilahirkan empat tahun
sebelum hijrah. Dia dibawa menghadap Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa
Sallam. Beliau mengusap wajahnya dan memberkatinya pada tahun pembebesan kota Mekah.
Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa Sallam meninggal dunia pada waktu dia berusia empat belas
tahun.” Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadraknya (3/379)
Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah radhiyallohu ‘anhu:

Aku mengerjakan shalat Zhuhur bersama Rosululloh Shalallohu ‘alayhi wa sallam.


Kemudian, beliau pulang. Aku menyusul di belakang beliau. Beliau bertemu dengan anak-anak.
Beliau Sholallohu ‘alayhi wa Sallam mengusap kedua pipi mereka satu persatu. Ketika beliau
mengusap kedua pipiku, aku rasakan tangan beliau dingin dan berbau harum. Seakan-akan baru
dikeluarkan dari botol parfum.

Dari hadits inilah kita mengambil dalil atas mengusap pipi anak-anak apabila jumlah
mereka lebih dari satu, dan mengusap pipi mereka semua tanpa membedakan antara mereka
semua. Ini juga merupakan keindahan petunjuk beliau Sholallohu ‘alayhi wa Sallam dalam
memperlakukan anak-anak dengan menyamakan antara mereka dalam segala sesuatu.
5. Menyentuh Bahu atau Pundak

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rosululloh pernah meletakkan
tangan beliau di atas bahuku atau pundaknya – Sa’id (perawi hadits) ragu – kemudian beliau :
”Ya Alloh, anugerahkanlah kepadanya pemahaman agama yang dalam dan ajarilah dia tentang
penafsiran.”

Imam Al-Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata: “Suatu ketika,
Rosululloh memegang pundakku, lalu bersabda:
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: ”Hadits ini menerangkan bolehnya guru menyentuh anggota tubuh
murid ketika memberikan pelajaran dan nasihat. Hal itu dilakukan dalam rangka membangun
kedekatan psikologis, dan agar murid lebih perhatian terhadap pelajaran yang akan disampaikan.
Biasanya, hal itu hanya dilakukan terhadap murid yang mendapat perhatian khusus.”

6. Menepuk Dada
Bagi kaum laki-laki pembusungan dada adalah simbol keberanian, kebanggaan, dan
kegagahan. Sehingga sentuhan pada bagian dada pada laki-laki memberikan isyarat optimisme,
rasa percaya, yakin, dan motivasi bagi mereka. Nabi pun pernah menepuk dada sahabatnya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata: Tatkala Rosululloh hendak
mengutusku ke Yaman, aku berkata: “Bagaimana mungkin engkau akan mengutusku, sedangkan
usiaku masih muda, dan aku tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai masalah peradilan.
“Ali melanjutkan: ”Lalu Rosululloh menepuk dadaku dan bersabda,”Pergilah sesungguhnya
Alloh akan memantapkan lidahmu dan menunjuki hatimu.” Ali berkata;” setelah itu,
memutuskan perkara di antara dua orang bukanlah hal yang berat untuku”

Betapa sentuhan fisik nabi memberikan optimisme dan keberanian bagi Ali. Meski
sebelumnya sempat meragu namun sentuhan fisik dan untaian kata menjadi bara semangat untuk
Ali dalam menjalankan tugas besar.

7. Menyepak Lembut Kaki


Sebagian kalangan memiliki sentuhan tersendiri dalam memberikan perhatian. Tidak jarang ada
kalangan yang memberikan perhatian terhadap kawannya dengan memberikan salam perjumpaan
dengan mengepalkan tangan dan mengadukan kepalan kedua belah pihak kepada kawan mereka
diiringi untaian kata nasihat. Demikian nabi pernah memberikan sentuhan fisik dengan cara
menyepak kaki sahabat secara lembut sebagai bentuk perhatian.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Qais bin Sa’ad bin Ubadah, bahwa ayahnya
menyerahkannya kepada Nabi agar dapat melayani beliau. Qais berkata:

“Nabi melintasiku setelah aku selesai shalat. Beliau menyepakku –lembut- seraya bersabda:
“Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu (pembuka) pintu Surga?” Aku menjawab: “Tentu.’
Beliau bersabda: La haula wa la Quwwata illa billah (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
izin Alloh)”

Sebenarnya dalil-dalil dari hadits sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana sunnah-
sunnah interaksi nabi terhadap anak. Dan kualitas didikkan nabi pun menjadi bukti kesuksesan
beliau dalam mendidik murid-muridnya. Setiap sunnah nabi pasti mengandung hikmah agung
sehingga ada tidaknya manfaat secara penelitian, seorang muslim akan meneladani beliau,
sekecil apa pun sunnah nabi. Karena cahaya iman telah menyala dalam hatinya. Menerangi
jiwanya. Menjadi roda penggerak raganya. Hingga hikmah itu lambat laun akan terlihat melalui
hasilnya.

 Jamal : Menampilkan keindahan lahiriyyah

Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjawab:

Sepantasnya pakaian dan penampilan seorang (muslim) terlihat indah sesuai dengan
kemampuannya. Sebab, tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hadits kepada
para sahabat tentang sifat sombong, para sahabat berkata,

‫سنًا‬ َ ‫ َح‬ ُ‫نَ ْعلُه‬  َ‫يَ ُك ْون‬  ْ‫أَن‬ ‫ب‬


َ ‫ َح‬ ُ‫ َوثَ ْوبُه‬ ‫سنًا‬ َّ ‫يُ ِح‬ ‫ال َّر ُج َل‬  َّ‫إِن‬ ،ِ‫هللا‬ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ َر‬ ‫يَا‬
“Wahai Rasulullah, sungguh ada orang yang senang memakai sandal yang bagus dan
pakaian yang bagus (apakah hal tesebut termasuk sifat sombong?).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menafikan sifat senang berpenampilan indah
sebagai pertanda kesombongan,
‫ا ْل َج َما َل‬ ‫يُ ِح ُّب‬ ‫ َج ِم ْي ٌل‬ َ‫هللا‬  َّ‫إِن‬
“Sungguh, Allah itu Mahaindah dan mencintai keindahan.”

Maksudnya, Allah subhanahu wa ta’ala menyukai tajammul (berhias/berpenampilan


indah). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari kesenangan mereka mengenakan
pakaian dan sandal yang bagus.

Berdasarkan hal ini, kami katakan bahwa yang dimaksud dengan hadits adalah agar
seseorang tidak memberat-beratkan diri dalam segala sesuatu. Semuanya apa adanya.
Jadi, jika hadits ini dikompromikan dengan hadits tentang tajammul,  maknanya
adalah tajammul termasuk hal yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala, tetapi dengan
syarat tajammul tersebut tidak dilakukan dengan berlebih-lebihan atau melampaui
tingkatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang lelaki.”
(Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, hlm. 1730—1731)

o Kamal : Menampilkan kesempurnaan Akhlaq mulia


o Manfaat : Memberikan sesuatu yang dia rasakan manfaatnya

‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه‬َ ‫ فَأَتَاهُ النَّبِ ُّي‬،‫ض‬َ ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه وآله َو َسلَّ َم فَ َم ِر‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ي يَ ْخ ُد ُم النَّب‬
ٌّ ‫ َكانَ غُاَل ٌم يَهُو ِد‬:‫عن أنس رضي هللا عنه قال‬
َ َ ِ َ‫ا الق‬22َ‫ ْع أب‬2‫ أ ِط‬:‫ا َل‬22َ‫ فَق‬،ُ‫ َده‬2‫ فَنَظ َر إِلى أبِي ِه َوهُ َو ِعن‬،»‫ «أَ ْسلِ ْم‬:ُ‫ فَقَا َل لَه‬،‫ فَقَ َع َد ِع ْن َد َر ْأ ِس ِه‬،ُ‫وآله َو َسلَّ َم يَعُو ُده‬
‫ َر َج‬2‫ فَ َخ‬،‫ل َم‬2‫ فَأ ْس‬،‫ ِم‬2‫اس‬ ْ َ َ ْ َ َ َ
‫ رواه البخاري‬.‫ار‬ ِ َّ‫«ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذي أَ ْنقَ َذهُ ِم ْن الن‬
ْ :ُ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه وآله َو َسلَّ َم َوهُ َو يَقُول‬ َ ‫النَّبِ ُّي‬

Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata, “Ada anak laki-laki Yahudi yang biasanya
melayani Nabi saw. sakit, lalu Nabi saw. menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepala anak
itu dan bersabda, “Masuk Islamlah.” Anak laki-laki itu pun memandang ke arah ayahnya
yang ada di sampingnya. “Taatilah Abul Qasim.” Lalu, anak itu masuk Islam, Nabi saw.
keluar seraya bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari
neraka.” (H.R. Al-Bukhari)

o Raja : Menumbuhkan harapan harapan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan mengenai ‘Abdullah bin ‘Umar,

« ً‫ قَا َل َسالِ ٌم فَ َكانَ َع ْب ُد هَّللا ِ الَ يَنَا ُم ِمنَ اللَّي ِْل إِالَّ قَلِيال‬. » ‫صلِّى بِاللَّ ْي ِل‬
َ ُ‫ لَوْ َكانَ ي‬، ِ ‫ نِ ْع َم ال َّر ُج ُل َع ْب ُد هَّللا‬.
“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau
melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin
‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.”
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/19479-orang-tua-yang-penyayang.html

3. Bangun Pondasi Keimanan


- 5 Rukun Iman
-

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


https://rumaysho.com/19479-orang-tua-yang-penyayang.html

https://akademiguru.com/sentuhan-fisik-menyentuh-sanubari/

Anda mungkin juga menyukai