المسافر
ِ ُ و دعوة، الصائم
ِ ُ و دعوة، د2ِ دعوةُ الوال2: ت ال تُ َر ُّد ُ
ٍ ثالث َدعَوا
“Ada tiga doa yang tidak tertolak: [1] doa orang tua (kepada anaknya) [2] orang orang yang
berpuasa [3] doa orang yang sedang safar” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan-nya no. 6619,
dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah).
َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما
“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang engkau
karuniakan padanya.” (HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480). Dari sini
seseorang bisa berdo’a untuk meminta banyak keturunan yang sholeh pada Allah,
“Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii“ (Ya Allah
perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri).”
“Aku memohon perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untuk kalian berdua, dari
gangguan setan dan binatang berbisa, dan dari pandangan mata (ain) yang membuat
sakit.” (HR. Bukhari 3371 & Abu Daud 4737).
َّ فَإ ِ َّن إِ ْب َرا ِهي َم َعلَ ْي ِه ال2،َع ِّو ُذوا بِهَا أَ ْبنَا َء ُك ْم
َ ه إِ ْس َما ِعي َل َوإِ ْس َحا2ِ ذ بِهَا ا ْبنَ ْي2ُ َكانَ يُ َع ِّو،ساَل ُم
ق
”Jadikanlah kalimat ini untuk memohon perlindungan dari gangguan setan bagi anak kalian.
Karena Ibrahim ‘alaihis salam, beliau memohon perlindungan untuk Ismail dan Ishaq dengan
kalimat doa tersebut.” (HR. Abdur Razaq dalam Mushannaf, no. 7987).
Al-Hasan menaiki pundak Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabi pun memanjangkan
sujudnya. Hal ini menjadikan para sahabat heran mereka berkata,
“Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi
sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu.”
“Bukan. Akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya, maka aku tidak suka
menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya.” (HR. Ahmad, no. 16033 dengan sanad
yang shahih dan An-Nasa’i, no. 1141 dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
ِد2 َ َرةً ِمنَ ْال َول2 َش ُ َر2 فَقَا َل األ ْق، س التَّ ِمي ِم ُّى َجالِسًا
َ إِ َّن لِى ع: ع ٍ ِع بْنُ َحاب ُ َو ِع ْن َدهُ األ ْق َر، قَب ََّل النَّبِ ّى صلى هللا عليه وسلم ْال َح َسنَ ْبنَ َعلِ ٍّى
َم ْن ال يَرْ َح ُم ال يُرْ َح ُم: ثُ َّم قَا َل، فَنَظَ َر إِلَ ْي ِه َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم، ت ِم ْنهُ ْم أَ َحدًا
ُ َما قَب َّْل
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-
Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, ‘Aku punya 10
orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium.’ Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak
menyayangi maka ia tidak akan disayangi.”(HR. Bukhari, no. 5997 dan Muslim, no. 2318)
كَ أَ ْن22َك ل
ُ 2ِلم أَ َوأَ ْمل22ه وس22ال النَّبِى صلى هللا علي ِّ تُقَبِّلُونَ ال: َجا َء أَ ْع َرابِى إِلَى النَّبِى صلى هللا عليه وسلم فَقَا َل
َ َ فَق، فَ َما نُقَبِّلُهُ ْم، َص ْبيَان
َ ِنَزَ َع هَّللا ُ ِم ْن قَ ْلب
َك الرَّحْ َمة
Ciuman memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menggerakan perasaan dan emosi
anak, selain juga berdampak dalam meredakan kemarahan dan kemurkaannya. Selain itu, juga
menimbulkan perasaan ikatan yang kuat dalam hubungan cinta antara orang dewasa dan si anak.
Ciuman adalah bukti kasih sayang dalam hati kepada si anak yang sedang tumbuh. Ciuman
adalah bukti kerendahan hati orang dewasa kepada anak kecil. Ciuman adalah cahaya gemerlap
yang menerangi hati anak, melapangkan jiwanya dan menambahkan gairah aktivitasnya dengan
orang-orang di sekitarnya. Kemudian, yang pertama dan terakhir, cinta adalah sunnah
rosul Sholallohu ‘alayhi wa Sallam bersama anak-anak.
2. Pelukan Mesra
Tidak hanya mencium terkadang rasul juga memeluk anak-anak. Bahkan tidak jarang
rosul menggabungkan kedua antara pelukan dan ciuman.
“Wahai Rosululloh, ajarkanlah aku cara adzan. Lalu beliau mengusap bagian depan
kepalaku seraya bersabda: bacalah: Allohu akbar, Allohu akbar,…dst.
Dalam Zawai’id Ibnu Hibban dari Anas radhiyallohu ‘anhu
Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa Sallam mengunjungi kaum Anshar. Beliau mengucapkan
salam kepada anak-anak dan mengusap kepala mereka.
4. Mengusap Wajah atau Kedua Pipi
Dari Mush’ab bin Abdillah berkata,” Abdullah bin Tsa’labah, dilahirkan empat tahun
sebelum hijrah. Dia dibawa menghadap Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa
Sallam. Beliau mengusap wajahnya dan memberkatinya pada tahun pembebesan kota Mekah.
Rosululloh Sholallohu ‘alayhi wa Sallam meninggal dunia pada waktu dia berusia empat belas
tahun.” Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadraknya (3/379)
Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah radhiyallohu ‘anhu:
Dari hadits inilah kita mengambil dalil atas mengusap pipi anak-anak apabila jumlah
mereka lebih dari satu, dan mengusap pipi mereka semua tanpa membedakan antara mereka
semua. Ini juga merupakan keindahan petunjuk beliau Sholallohu ‘alayhi wa Sallam dalam
memperlakukan anak-anak dengan menyamakan antara mereka dalam segala sesuatu.
5. Menyentuh Bahu atau Pundak
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rosululloh pernah meletakkan
tangan beliau di atas bahuku atau pundaknya – Sa’id (perawi hadits) ragu – kemudian beliau :
”Ya Alloh, anugerahkanlah kepadanya pemahaman agama yang dalam dan ajarilah dia tentang
penafsiran.”
Imam Al-Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata: “Suatu ketika,
Rosululloh memegang pundakku, lalu bersabda:
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: ”Hadits ini menerangkan bolehnya guru menyentuh anggota tubuh
murid ketika memberikan pelajaran dan nasihat. Hal itu dilakukan dalam rangka membangun
kedekatan psikologis, dan agar murid lebih perhatian terhadap pelajaran yang akan disampaikan.
Biasanya, hal itu hanya dilakukan terhadap murid yang mendapat perhatian khusus.”
6. Menepuk Dada
Bagi kaum laki-laki pembusungan dada adalah simbol keberanian, kebanggaan, dan
kegagahan. Sehingga sentuhan pada bagian dada pada laki-laki memberikan isyarat optimisme,
rasa percaya, yakin, dan motivasi bagi mereka. Nabi pun pernah menepuk dada sahabatnya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata: Tatkala Rosululloh hendak
mengutusku ke Yaman, aku berkata: “Bagaimana mungkin engkau akan mengutusku, sedangkan
usiaku masih muda, dan aku tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai masalah peradilan.
“Ali melanjutkan: ”Lalu Rosululloh menepuk dadaku dan bersabda,”Pergilah sesungguhnya
Alloh akan memantapkan lidahmu dan menunjuki hatimu.” Ali berkata;” setelah itu,
memutuskan perkara di antara dua orang bukanlah hal yang berat untuku”
Betapa sentuhan fisik nabi memberikan optimisme dan keberanian bagi Ali. Meski
sebelumnya sempat meragu namun sentuhan fisik dan untaian kata menjadi bara semangat untuk
Ali dalam menjalankan tugas besar.
“Nabi melintasiku setelah aku selesai shalat. Beliau menyepakku –lembut- seraya bersabda:
“Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu (pembuka) pintu Surga?” Aku menjawab: “Tentu.’
Beliau bersabda: La haula wa la Quwwata illa billah (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
izin Alloh)”
Sebenarnya dalil-dalil dari hadits sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana sunnah-
sunnah interaksi nabi terhadap anak. Dan kualitas didikkan nabi pun menjadi bukti kesuksesan
beliau dalam mendidik murid-muridnya. Setiap sunnah nabi pasti mengandung hikmah agung
sehingga ada tidaknya manfaat secara penelitian, seorang muslim akan meneladani beliau,
sekecil apa pun sunnah nabi. Karena cahaya iman telah menyala dalam hatinya. Menerangi
jiwanya. Menjadi roda penggerak raganya. Hingga hikmah itu lambat laun akan terlihat melalui
hasilnya.
Sepantasnya pakaian dan penampilan seorang (muslim) terlihat indah sesuai dengan
kemampuannya. Sebab, tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hadits kepada
para sahabat tentang sifat sombong, para sahabat berkata,
Berdasarkan hal ini, kami katakan bahwa yang dimaksud dengan hadits adalah agar
seseorang tidak memberat-beratkan diri dalam segala sesuatu. Semuanya apa adanya.
Jadi, jika hadits ini dikompromikan dengan hadits tentang tajammul, maknanya
adalah tajammul termasuk hal yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala, tetapi dengan
syarat tajammul tersebut tidak dilakukan dengan berlebih-lebihan atau melampaui
tingkatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang lelaki.”
(Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, hlm. 1730—1731)
صلَّى هللا َعلَ ْي ِهَ فَأَتَاهُ النَّبِ ُّي،ضَ صلَّى هللا َعلَ ْي ِه وآله َو َسلَّ َم فَ َم ِر َ ي َّ ِي يَ ْخ ُد ُم النَّب
ٌّ َكانَ غُاَل ٌم يَهُو ِد:عن أنس رضي هللا عنه قال
َ َ ِ َا الق22َ ْع أب2 أ ِط:ا َل22َ فَق،ُ َده2 فَنَظ َر إِلى أبِي ِه َوهُ َو ِعن،» «أَ ْسلِ ْم:ُ فَقَا َل لَه، فَقَ َع َد ِع ْن َد َر ْأ ِس ِه،ُوآله َو َسلَّ َم يَعُو ُده
َر َج2 فَ َخ،ل َم2 فَأ ْس، ِم2اس ْ َ َ ْ َ َ َ
رواه البخاري.ار ِ َّ«ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذي أَ ْنقَ َذهُ ِم ْن الن
ْ :ُصلَّى هللا َعلَ ْي ِه وآله َو َسلَّ َم َوهُ َو يَقُول َ النَّبِ ُّي
Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata, “Ada anak laki-laki Yahudi yang biasanya
melayani Nabi saw. sakit, lalu Nabi saw. menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepala anak
itu dan bersabda, “Masuk Islamlah.” Anak laki-laki itu pun memandang ke arah ayahnya
yang ada di sampingnya. “Taatilah Abul Qasim.” Lalu, anak itu masuk Islam, Nabi saw.
keluar seraya bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari
neraka.” (H.R. Al-Bukhari)
« ً قَا َل َسالِ ٌم فَ َكانَ َع ْب ُد هَّللا ِ الَ يَنَا ُم ِمنَ اللَّي ِْل إِالَّ قَلِيال. » صلِّى بِاللَّ ْي ِل
َ ُ لَوْ َكانَ ي، ِ نِ ْع َم ال َّر ُج ُل َع ْب ُد هَّللا.
“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau
melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin
‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.”
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/19479-orang-tua-yang-penyayang.html
https://akademiguru.com/sentuhan-fisik-menyentuh-sanubari/