Anda di halaman 1dari 30

Nama : Trie Marsella

NIM : 20172323054
Mata Kuliah : Patologi Penyakit Infeksi

Tugas Patologi Resume diet pada Pasien Penderita Kelainan Fungsi Ginjal

Gejala Sakit Ginjal

Gejala penyakit ginjal tergantung dari jenis penyakitnya dan apakah penyakit tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal. Berikut ini adalah gejala ginjal bermasalah yang bisa
muncul, di antaranya:

1. Anuria

Gejala ginjal bermasalah yang pertama dapat dilihat dari urine. Anuria merupakan kegagalan
ginjal dalam memproduksi urine. Anuria diakibatkan oleh kurangnya tekanan untuk
melakukan filtrasi darah dalam ginjal. Anuria juga bisa muncul akibat radang di glomerulus,
yakni organ penyaring darah pada ginjal. Penyempitan arterial efferent oleh
hormon epinefrin dan radang menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ini.

2. Glikosuria
Gejala sakit ginjal berikutnya ditunjukkan dengan adanya kandungan gula dalam urine.
Penyakit ini diakibatkan oleh rusaknya badan malpigi yang bertugas untuk menyaring darah.

3. Albuminuria

Gejala ginjal bermasalah berikutnya yang bisa dikenali adalah munculnya albuminuria.
Albuminuria merupakan kelainan pada ginjal yang diakibatkan oleh naiknya tingkat
permeabilitas membrane glomerulus. Permeabilitas bisa naik karena adanya luka di
membrane glomerulus akibat kenaikan darah, iritasi pada sel-sel ginjal akibat eter, bakteri,
logam berat, dan zat lainnya. Gejala penyakit ginjal ini bisa diketahui dengan adanya protein
albumin pada urine.

4. Hematuria

Gejala ginjal bermasalah lainnya adalah munculnya hematuria. Hematuria merupakan


kondisi di mana urine mengandung sel-sel darah merah. Hematuria juga bisa disebabkan
iritasi atau radang pada sel-sel ginjal. Beberapa kasus hematuria memang tidak disertai
gejala lain sama sekali. Namun ada juga yang mengalami lebih dari hematuria. Gejala-gejala
yang menyertai hematuria akan tergantung pada penyebab dasarnya, seperti sakit pada
perut bagian bawah, kesulitan buang air kecil atau bahkan frekuensi buang air kecil yang
meningkat.
5. Bilirubin

Gejala sakit ginjal memiliki ciri-ciri zat warna empedu atau bilirubin yang berlebihan pada
urine. Kondisi ini bisa diakibatkan adanya penguraian hemoglobin yang berlebihan atau
akibat disfungsi hati. Bilirubin diproduksi di dalam tubuh ketika protein hemoglobin dalam
sel darah merah yang tua dipecah. Di dalam tubuh, bilirubin akan bergerak melewati hati
untuk akhirnya dikeluarkan dari badan. Namun terkadang hati tidak dapat memroses
bilirubin dalam tubuh. Hal tersebut bisa terjadi karena jumlah bilirubin yang diproduksi
terlalu banyak, adanya sumbatan, atau peradangan hati. Jika jumlah bilirubin dalam tubuh
menjadi terlalu banyak, kulit dan bagian putih pada mata kita akan mulai terlihat
menguning.

6. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis atau radang ginjal adalah gejala ginjal bermasalah yang umumnya
diakibatkan reaksi alergi terhadap racun yang diproduksi bakteri Streptococcus. Penyakit ini
memungkinkan sel-sel darah merah dan protein tercampur dengan urine.Glomerulus
merupakan bagian ginjal yang berfungsi sebagai penyaring dan membuang cairan serta
elektrolit berlebih dan juga zat sisa dari aliran darah. Kerusakan pada glomelurus akan
menyebabkan terbuangnya darah serta protein melalui urine. Penyakit ginjal ini juga bisa
berkembang pesat sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau
bulan, keadaan ini disebut rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN).

7. Cystitis

Cystitis merupakan radang pada kantung kemih yang disebabkan infeksi bakteri, luka
mekanis, atau infeksi bakteri. Kendati demikian, gangguan ini sering kali tidak menimbulkan
masalah serius karena penderita dapat pulih dalam beberapa hari. Penyakit cystitis lebih
banyak dialami kaum wanita. Hal ini disebabkan oleh ukuran uretra (saluran urine) pada
wanita lebih pendek dibanding pada pria. Akibatnya, bakteri dari sekitar anus mudah masuk
ke dalam kandung kemih. Perlu diketahui, bakteri yang menjadi penyebab pada sebagian
besar kasus cystitis adalah Escherichia coli (E. Coli). Risiko infeksi bakteri dalam saluran
kemih dapat semakin besar saat seseorang mengalami gangguan mengosongkan kandung
kemih, menopause, atau menderita penyakit diabetes.

8. Pielonefritis

Gejala ginjal bermasalah berikutnya adalah munculnya pielonefritis. Pielonefritis merupakan


radang atau infeksi pada ginjal. Kondisi ini umumnya berawal dari bagian dalam ginjal
(pelvis) yang menyebar ke seluruh bagian ginjal. Penyakit ini bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal. Walaupun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan cytitis, pielonefritis adalah
kondisi yang sangat serius. Bila tidak ditangani tepat waktu, dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, yang akhirnya mengakibatkan gagal ginjal. Ketika ini terjadi, seseorang akan
membutuhkan cuci darah dan kemudian transplantasi ginjal.
9. Nefritis

Nefritis adalah bocornya membran glomerulus yang menyebabkan sejumlah besar protein
dalam darah berpindah ke dalam urine. Pindahnya protein ini mengakibatkan air dan
natrium menumpuk di tubuh sehingga mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh.

10. Polikistik

Tanda-tanda penyakit ginjal lainnya adalah munculnya polikistik. Polikistik merupakan


kerusakan saluran ginjal yang menyebabkan munculnya kista di sepanjang saluran ginjal.
Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah akan
rusak. Kista yang makin membesar dapat memicu terjadinya gagal ginjal. Gagal ginjal akibat
polikistik ini biasanya terjadi pada usia empat puluh tahun ke atas.

11. Batu ginjal

Gejala ginjal bermasalah berikut ini disebabkan zat-zat dan mineral tertentu di dalam darah
yang akhirnya membatu di dalam ginjal. Batu ginjal dapat menyebabkan nyeri yang sangat
berat dan jika ukurannya besar, batu tersebut bisa menghambat aliran urine pada sistem
saluran kemih.
DIET PADA PENYAKIT GINJAL

1. Pengertian Gagal Ginjal

Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi regulasi dan
ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga
mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akibat
suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal ginjal.

Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama
(kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang terjadi secara
mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-duk sisa nitrogen dan menjaga
homeostasis cairan dan elektrolit.

Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang dapat
merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya pompa jantung menurun
(kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma
hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-zat yang menyebabkan
kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein atau bahan lainnya dalam ginjal.
Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin
dari ginjal, misalnya karena adanya batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau
pembengkakan kelenjar prostat.

Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal, intrarenal dan
postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat turunnya aliran darah yang mendadak
ke ginjal seperti gagal jantung, shock atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma. Faktor intrarenal
yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, obat atau trauma langsung yang
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal. Sedangkan faktor postrenal yang dapat
menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor yang dapat mencegah pengeluaran urin
(retensi urin) akibat dari obstruksi (sumbatan) pada saluran kencing.
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan
kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan
ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batasan Penyakit Ginjal Kronik

1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan :
· Kelainan patologik
· Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria, atau kelainan pada pemeriksaan
pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus <> 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes melitus dan
hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal ginjal kronis. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya inflamasi (radang), immunological (autoimmun) atau
penyakit keturunan yang berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus, pasien dengan gagal
ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju
filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang
lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam
lima stadium.

Tabel 2. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik

Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus

(ml/menit/1,73m2)
Risiko Meningkat Normal > 90 (Terdapat faktor risiko)
Stadium 1 Normal / meningkat > 90 (Terdapat kerusakan
ginjal, proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60 – 89
Stadium 3 Penurunan sedang 30 – 59
Stadium 4 Penurunan berat 15 – 29
Stadium 5 Gagal ginjal <>

Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik seperti:
1. Gangguan elektrolit dan hormon

Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari gagal ginjal. Akibat
turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron menjadi hal yang penting dalam ekskresi
elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam pengaturan level elektrolit, akan tetapi hal ini
juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut. Peningkatan sekresi hormon
aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium serum tetapi dapat menyebabkan
hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat membantu pencegahan dari peningkatan
kadar phosphate serum akan tetapi daapt berdampak pada renal osteodystrophy.
Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunana GFR ketika aktivitas dari hormon
tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit dibatasi atau berlebihan.
2. Renal osteodystrophy

Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari hormon paratiroid.
Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam urine tetapi menyebabkan
pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain itu hormon ini juga dapat menyebabkan turunnya
kadar kalsium dalam serum, asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin D di dalam ginjal.
3. Sindrom uremia

Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika GFR ginjal sudah
dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa gangguan, gejala
dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut dengan sindroma uremia. Uremia dapat
menyebabkan disfungsi mental dan perubahan pada neuromuskuler seperti kram pada otot,
kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi lainnya akibat dari uremia adalah:
· Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi gangguan pembentukan
hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin yang berfungsi pada pembentukan sel darah
merah. Akibatnya akan terjadi anemia dan osteoporosis akibat hilangnya kalsium dari tulang.
· Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon dapat berakibat pada
pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan, pengaturan kadar glukosa darah dan
metabolisme zat gizi.
· Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor pembekuan dapat menyebabkan
pembekuan darah akibat luka yang lama yang dapat berkontribusi pada anemia dan pendarahan
pada saluran cerna.
· Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain hipertensi, peningkatan
kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah yang tidak normal.
· Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunitas yang rendah dan sangat
berpotensi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering menyebabkan kematian pada pasien.

4. Protein Energi Malnutrisi


Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM dan wasting. Beberapa studi
memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan memiliki asupan energi dan protein yang
tidak cukup bahkan pada saat awal berkembangnya penyakit. Anoreksia merupakan salah satu
faktor penyebab dari rendahnya konsumsi makanan dan dapat berakibat pada gangguan hormonal.
Faktor penyebab lainnya adalah nausea dan vomiting, pembatasan diet, uremia dan pengobatan.
Kehilangan zat gizi dapat memberikan kontribusi pada malnutrisi dan disebabkan akibat dari
vomiting, diare, pendarahan gastrointestinal, concurrent catabolic illness dan dialisis.

Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat atau
tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis dikarakteristik dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan
irreversible. Pada penderita gagal ginjal kronis, penderita tidak menunjukkan gejal-gejala yang
tampak seperti pada pasien dengan gagal ginjal akut. Gejala ini baru timbul setelah ginjal mengalami
penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada
pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu dalam upaya menegakkan
diagnosis yang tepat. Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit gagal ginjal kronik tak
terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan
segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut.
Nilai laju filtrasi merupakan parameter terbaik ukuran fungsi ginjal. Nilai ini dianjurkan
dengan rumus Cockcroft-Gault atau rumus MDRD (modification of diet in renal diseases).

(140-Umur) x Berat Badan

Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ----------- x (0,85, jika wanita)

(ml/menit) 72 x Kreatinin Serum

-1,154 -0,203
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) x (Umur) x (0,742 jika wanita) x
(1,210, jika kulit hitam)

Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat penurunan
fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler.
Pengelolaan meliputi terapi penyakit ginjal , pengobatan penyakit penyerta, penghambatan
penurunan fungsi ginjal, pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular, pencegahan dan
pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, serta terapi pengganti ginjal dengan dialisis
atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.

2. Penyebab Malnutrisi Pada Gagal Ginjal

Tingginya angka prevalensi malnutrisi terjadi pada pasien dengan gagal ginjal. Beberapa
survey menunjukkan bahwa 40% pasien dengan gagal ginjal mengalami malnutrisi terutama Protein-
Energi malnutrisi. Penyebab malnutrisi ini disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktor), akan tetapi
survey menunjukkan bahwa penyebabnya adalah intake makanan yang kurang. Indikator status gizi
seperti turunnya intake makanan dan masa otot merupakan salah satu penyebab secara
independent terhadap kematian 12 bulan lebih dini. Komplikasi gastrointestinal (saluran cerna)
sering terjadi pada pasien yang menyebabkan turunnya intake makanan dan malnutrisi. Pengobatan
komplikasi gastrointestinal dapat memperbaiki status gizi pada pasien.

Meskipun secara tradisional indikator malnutrisi, seperti turunnya masa otot atau serum
protein dihubungkan dengan peningkatan kematian, beberapa penelitian dilakukan untuk
menunjukkan apabila status gizi baik, maka tingkat kematian pasien dapat dicegah. Penurunan masa
otot atau protein serum dapat menyebabkan respon fase akut yang berhubungan dengan kondisi
kesakitan. Sebagai tambahan, kondisi kesakitan dapat menyebabkan meningkatnya sitokin penyebab
inflamasi dan menyebabkan malnutrisi serta peningkatan angka kematian. Peningkatan status gizi
pada pasien gagal ginjal dari beberapa penelitian menunjukkan perbaikan pada pasien dan
memperlama umur pasien.

Malnutrisi pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh beberapa faktor (multifaktor).
Penurunan intake protein dan kalori merupakan penyebab dari malnutrisi pada pasien. Beberapa
studi menunjukkan bahwa penurunan nilai GFR (<50>

Kondisi co-morbid selalu memberikan kontribusi pada penurunan intake dan malnutrisi.
Gastroparesis (gangguan motilitas lambung) merupakan faktor yang paling sering menyebabkan
turunnya intake pada pasien gagal ginjal dengan komplikasi diabetes melitus. Akan tetapi, sekarang
gastroparesis dapat juga terjadi pada pasien tanpa komplikasi diabetes. Beberapa studi menemukan
tingginya insidensi dari gangguan motilitas lambung pada pasien yang mengalami cuci darah. Pada
pasien non-diabetik yang dibantu dengan dialisis dan mengalami hipoalbuminemia serta
gastroparesis akan meningkat status gizinya estela diberikan erythromicin yang berfungsi sebagai
agen prokinetik.

Pengaturan diet yang terlalu ketat pada pasien gagal ginjal dapat menyebabkan malnutrisi
pada pasien gagal ginjal. Diet ginjal; yang membatasi asupan protein, garam, kalium, phosphor dan
air semakin menyebabkan malnutrisi dan rendahnya intake makanan. Intervensi diet seharusnya
tidak terlalu ketat sebelum status gizi dan kebiasaan makan diketahui serta pasien gagal ginjal sudah
jelas membutuhkan pembatasan diet. Selain itu, beberapa hal perlu diperhatikan dalam
menyebabkan abnormalitas elektrolit seperti rendahnya kontrol terhadap glukosa, penggunaan
kalium dalam pengganti garam, atau obat yang menyebabkan hyperkalemia. Sehingga pembatasan
diet harus memperhatikan beberapa faktor diatas.

Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan peningkatan serum leptin dan serum
mediator fase akut seperti IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini dihubungkan dengan
anorexia dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal ginjal. Selain itu, uremia juga
merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya nafsu makan dan intake makanan.

Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan zat
gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3 gram peptida
dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien akan mengalami kehilangan
asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram
(termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal akan mengalami kehilangan protein
total sebesar 15 gram per sesi dialisis. Pengeluaran ini akan terus meningkat sampai peritonitis
diobati.

Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah untuk check
laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan mengalami kehilangan protein sebesar 16
gram setiap 100 mL darah diambil dari tubuh.

Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena aktivitas bakteri pada usus
dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien dengan dengan
gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus. Pasien dengan gagal
ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged". Meningkatnya reactan acute-phase pada
pasien gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin dari hati dan meningkatkan
katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor tambahan yang menggambarkan
katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil penelitian menunjukkan aktivitas dari
ubiquitine-proteasome akan menyebabkan proteolitik pada jaringan otot yang merupakan jalur
primer dalam katabolisme protein. Acidosis pada pasien gagal ginjal akan menghambat aktivitas
osteoblast dan meningkatkan aktiovitas osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien
gagal ginjal.

3. Dialisis Pada Gagal Ginjal

Dialisis atau cuci darah merupakan salah satu metode untuk memperlama umur pasien gagal
ginjal. Selain itu, dialisis dapat digunakan untuk memperlama waktu pasien gagal ginjal sebelum
dilakukan transplantasi ginjal. Dialisis juga dapat mengembalikan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dialisis bekerja dengan cara menyingkirkan kelebihan cairan dan sampah dari darah
melalui proses difusi,osmosis dan uktrafiltrasi. Dialisis ini menggunakan dialysate, cairan yang sama
dengan komposisi plasma darah normal, yang ditransport ke dalam kompartement diantara
membran semipermeable. Membran semipermeabel ini berfungsi sebagai filter atau penyaring
dimana molekul kecil seperti glukosa dan urea dapat menembus membran melalui pori-pori pada
membran sedangkan molekul besar tidak dapat menembus membran ini.

Pada hemodialisis, sebuah tabung yang kecil yang dapat membawa darah ke dalam sebuah
alat yang disebut dengan dialyzer yang dibuat dari material yang berfungsi sebagai membran
semipermeabel. Pada peritoneal dialisis, membran semipermeabel ini diganti oleh peritoneal
membran pada tubuh yang banyak mengandung pembuluh darah dan dapat digunakan untuk
menyaring darah. Peritoneal ini terletak diperut yang kaya akan pembuluh darah. Cara kerja dari
hemodialisis peritoneal ini adalah dialysate diinfuskan ke dalam cateter yang akan masuk ke dalam
ruangan peritoneal. Ruangan ini merupakan ruang antara abdomen dekat dengan usus halus. Pada
prosedur yang umum digunakan, continous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dialysate masih
tertinggal di cavitas peritoneal selama 4-6 jam dan sesudahnya dihisap dan diganti dengan dialysate
yang baru. Secara umum larutan dialysate diganti 4 kali setiap harinya dan membutuhkan sekitar 30
menit untuk penghisapan dan penggantian dengan yang baru.

Tidak seperti hemodialisis dengan menggunakan alat (hemodializer), dialisis peritoneal harus
menggunakan konsentrasi glukosa yang tinggi akibat tekanan onkotik yang rendah pada cavitas
peritoneal. Akibatnya, glukosa yang tinggi akan terserap ke dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia
dan hipertrigliserida. Selain itu, kelemahan dari metode ini adalah infeksi pada cavitas peritoneal
akibat dari kateter (peritonitis), penjendalan darah pada kateter sehingga dapat menghambat
kateter, perpindahan kateter dan abdominal hernia akibat dari volume dialysat. Akan tetapi
kelebihan dari metode ini adalah pengambilan darah melalui pembuluh darah tidak dilakukan serta
pembatasan diet tidak terlalu ketat.

Pada dialisis dengan menggunakan dialyzer, efek merugikan yang dapat ditimbulkan antara
lain infeksi pada pembuluh darah, penjendalan darah, hipotensi akibat aliran darah ditarik keluar
menuju dialyzer, kram pada otot terutama pada tangan, kaki dan lutut. Selain itu, anemia juga dapat
terjadi pada pasien dengan hemodialisis akibat hilangnya darah di dalam dialyzer. Efek merugikan
lainnya adalah beberapa pasien merasa pusing, lemah, nausea, vomiting dan berkunang-kunang.

Metode urea kinetik model selanjutnya digunakan untuk mengetahui seberapa efektifkah
dialisis. Metode urea kinetik model adalah metode untuk mengetahui keefektifan dialisis dengan
menghitung clearence urea dari darah. Metode ini menggunakan rumus Kt/V dimana K
menunjukkan konsentrasi urea yang terbuang dari darah, t adalah waktu untuk dialisis dan V adalah
volume darah. Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui apakah pasien telah
mengalami dialisis yang tepat. Batas nilai yang digunakan adalah 1,2. Akan tetapi, perhitungan ini
tidak begitu simple, karena beberapa faktor perlu diperhatikan antara lain data clearence pada
dialyzer, blood flow rate dan dialysis flow rate. Sehingga komputerisasi menjadi hal yang penting
dalam menentukan nilai ini.
4. Kebutuhan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal

1. Kebutuhan Energi

Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan hemodialisis dalam
kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney Foundation's, kebutuhan kalori pada
pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg.
Sedangkan pada pasien yang dihemolisis dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori
dari dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan. Sedangkan pada
pasien dengan gagal ginjal akan mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual
pasien agar pemenuhan kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation
dan data NHANES II apabila berat pasien <95%>115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan
perhitungan rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat badan
perkiraan adalah sebagai berikut:

berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].

2. Kebutuhan Protein

Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal ginjal yang
dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal
ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram bahan makanan
adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan protein yang dikonsumsi harus berasal dari
protein dengan nilai biologis yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom
uremik dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi,
penurunan asupan protein ini tidak diharapkan karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake
kalori yang tidak adekuat.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8 gram per
kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak mengalami dialisis.
Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka lebutuhan
protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.
Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per kilogram
berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien
dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute catabolic illness atau luka
postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari.
Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per hari
dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi,
konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per kilogram berat badan akan meningkatkan
frekuensi dari dialisis.

3. Kebutuhan Vitamin

Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa mikronutient. Pasien
dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam
askorbat (vitamin C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi
vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat
perhatian. Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis pada
pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal
ini masih menjadi sesuatu yang controversial.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi ginjal
adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary Hormon) akan
menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal kronis (GFR 20-60
mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam
bentuk 25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH vitamin D <75>

Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis:

Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis

Vitamin Rekomendasi
Thiamin 1,1-1,2 mg/hari
Riboflavin 1,1-1,3 mg/hari
Niacin 14-16 mg/hari
Asam pantotenat 5 mg/hari
Piridoksin 10 mg/hari
Sianokobalamin 2,4 mg/hari
Biotin 30 mcg/hari
Asam askorbat 75-90 mg/hari
Asam folat 1 mg/hari
Zink 15 mg/hari
4. Kebutuhan Mineral

a. Kalsium

Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat. Namun
makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung kadar fosfat yang
tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan
makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan
fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan
bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.

Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda
kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan
gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk
sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan
kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena
bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.

b. Fosfat

Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah yang
menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat menyebabkan
tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat lemah dan mudah
patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan
yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan namun
pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi yaitu :

· Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream

· Kacang kacangan, selai kacang

· Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya

Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung fosfat
kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas cukup untuk
membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan.
Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk mengikat fosfat
makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini dapat ditambahkan dalam adonan
kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan saat ini adalah lebih
banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan minuman daripada penggunaan zat pengikat
secara rutin. Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat mengakibatkan keracunan
aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium

Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk membantu
otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan
pada sebagian besar makanan seperti :

· Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang

· Susu dan Yoghurt

Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging babi,dan
ikan.Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal
ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada yang membutuhkan banyak kalium,
sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan
ginjal dari penderita.
d. Sodium

Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium. Hal ini
disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium juga
banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar
sodium yang tinggi yaitu :
· Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
· Makanan jenis fast food
Tabel 4. Kebutuhan Rekomendasi pada Pasien Gagal Ginjal

Kerja
Stage 1-4 Stage 5 Stage 5 Transplantasi
Parameter
ginjal
nutrisi
GGK hemodialisis peritoneal ginjal
normal
Kalori 30-37 35 (<60> 35 (<60> 35 (<60> 30-35

(kcal/kg/hr) 30-35 (≥60 30-35 (≥60 30-35 (≥60

th) th) th) termasuk


kalori dari

dialysate
Protein 0,8 0,6-0,75 1,2 1,2-1,3 25-30

(g/kg/hr) 50% HBV 50% HBV 50% HBV


Fat (% total 30-35% Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA, 1.3-1.5

kcal) 250-300 mg kolesterol/hari Inisial 1.0 untuk


penjagaan
Na (mg/hr) Tidak 2.000 2.000 2.000 Tidak dibatasi

dibatasi
K (mg/hr) Tidak Berdasarkan 2.000-3.000 3.000- Tidak dibatasi

dibatasi nilai lab (8-17 4.000 (8-17

mg/kg/hr) mg/kg/hr)
Ca (mg/hr) Tidak 1200 ≤2000 dari ≤2000 dari 1200

dibatasi diet dan obat diet dan obat


P (mg/hr) Tidak Berdasarkan 800-1000 800-1000 Tidak dibatasi

dibatasi nilai lab sampai


diindikasi harus
dibatasi
Air (mL/hr) Tidak Tidak dibatasi 1000+Output 1.500-2.000 Tidak dibatasi
dengan sampai
output urin diindikasi harus
dibatasi urin
normal dibatasi

5. Diet Pada Gagal Ginjal

1. Tujuan Diet

· Gagal Ginjal Akut :

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.

2. Menurunkan kadar ureum darah.

3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan.


· Gagal Ginjal Kronis :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar
tidak memberatkan kerja ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.

3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan laju filtrasi
glomerulus.
· Gagal Ginjal dengan Dialisis :

1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pasien dapat
melakukan aktivitas normal.

2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.

2. Syarat Diet
· Gagal Ginjal Akut :

1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg BB.

2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Pada katabolik ringan
kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB, katabolik sedang 0,8 – 1,2 g/kgBB, dan katabolik berat 1 – 1,5
g/kgBB.

3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 – 1,5 g/kgBB. Untuk
katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB.

4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari
protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana
atau gula murni.

5. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.

6. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500 ml.

7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau
parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, A dan K.
· Gagal Ginjal Kronis :

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.

2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.

3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda

4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari protein
dan lemak.

5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang
diberikan antara 1 – 3 g.

6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau
anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan
pernafasan (± 500 ml).

8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6, C, dan D.
· Gagal Ginjal dengan Dialisis :

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun Continous
Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pada CAPD diperhitungkan jumlah energi yang berasal dari
cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus dilakukan secara berangsur (250 – 500
g/minggu) untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass).

2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang
hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD.
50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi.

3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.

4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.

5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
· 1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin (HD)
· 1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin
(CAPD)

6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
· 2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin (HD)
· 3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin (CAPD)

7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.

8. Fosfor dibatasi, yaitu <>

9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml.

10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau
parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air seperti asam folat,
vitamin B6, dan C.
3. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian

· Gagal Ginjal Akut

Jenis diet yang diberikan adalah :


1). Diet gagal ginjal akut lunak
2). Diet gagal ginjal akut cair

Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi penambahan
garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan buah tinggi kalium
bila ada hiperkalemia.

Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg

Bahan Makanan berat (g) urt

beras 150 3 gls tim


telur ayam 50 1 btr

ayam 50 1 ptg sdg


ikan 50 1 ptg sdg

tempe 25 1 ptg sdg


1
tahu 50 /2 bh bsr
sayuran 150 11/2 gls
buuah 300 3 ptg sdg pepaya

minyak 25 21/2 sdm


gula pasir 40 4 sdm

madu 30 3 sdm
susu 200 1 gls

kue RP*) 100 2 porsi

Nilai Gizi

Energi 1801 kkal Besi 17,1 mg


Protein 51 g (11% energi total) Vitamin A 26449 RE

Lemak 58 g (28% energi total) Tiamin 1 mg


Karbohidrat 286 g (61% energi total) Vitamin C 245 mg
Kalsium 623 mg

Pagi Siang/malam

beras 50 g = 1 gls tim nasi 50 g = 1 gls tim


telur ayam 50 g = 1 btr ikan/ayam 50 g = 1 ptg sdg

sayuran 50g = 1/2 gls tim tempe/tahu 25/50 g = 1 ptg sdg


minyak 5 g = 1/2 sdm sayuran 50 g = 1/2 gls

susu 200 g = 1 gls tim sayuran 150 g = 11/2 ptg sdg pepaya
gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 150 g = 1 sdm

Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pukul 10.00 Pukul 16.00

Kue RP 50 g = 1 porsi kue RP 10 g = 1 porsi


gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 10 g = 1 sdm

pukul 21.00
Gula pasir 10 g = 1 sdm

· Gagal Ginjal Kronis

Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50 kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60 kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65 kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan dan berat
badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah
daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial
murni.
Tabel 6. Bahan Makanan Sehari GGK

Bahan 30 g protein 35 g protein 40 g protein


Makanan berat urt berat (g) urt berat urt
(g) (g)
beras 100 11/2 gls nasi 150 2 gls nasi 150 2 gls nasi

telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr


daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg sdg

sayuran 100 1 gls 150 11/2 gls 150 11/2 gls


pepaya 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg

minyak 35 31/2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm


gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm

susu bubuk 10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm


kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi

madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm


agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi

Tabel 7. Nilai Gizi

30 g protein 35 g protein 40 g protein

Energi (kkal) 1729 2086 2265


Protein (g) 30 35 41

Lemak (g) 57 70 75
Karbohidrat (g) 263 327 356

Kalsium (mg) 262 336 385


Besi (mg) 10 11 11.7

Vitamin A (RE) 27403 32999 33085


Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5

Vitamin C (mg) 182 191 192


Fosfor (mg) 497 623 702

Natrium (mg) 195 216 275


Kalium (mg) 1277 1387 1590
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Diet Rendah Protein 40
Pagi Siang

beras 50 g = 3/4 gls nasi beras 50 g = 3/4 gls nasi


telur ayam 50 g = 1 btr daging 50 g = 1 ptg sdg

sayuran 50g =1/2 gls sayuran 50 g = 1/2 gls


minyak 10 g = 1 sdm pepaya 100 g = 1 ptg sdg

gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 15 g = 11/2 sdm


madu 30 g = 3 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

susu bubuk 20 g = 4 sdm


Pukul 10.00/21.00 Malam

Kue RP 50 g = 1 porsi beras 50 g = 3/4 gls nasi


gula pasir 20 g = 2 sdm ayam 25 g = 1 ptg kcl

sayuran 50 g = 1/2 gls


Pukul 16.00 pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Kue RP 50 g = 1 porsi minyak ikan 15 g = 11/2 sdm


gula pasir 10 g = 1 sdm gula pasir 20 g = 2 sdm

Tabel 8. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan/Dibatasi


Sumber karbohidrat nasi, bihun, jagung, kentang,
makaroni, mi, tepung-tepungan,

singkong, ubi, selai, madu, permen

Sumber protein telur, daing, ikan , ayam, susu kacang-kacangan dan hasil olahannya

seperti tempe dan tahu

Sumber lemak minyak jagung, minyak kacang kelapa, santan, minyak kelapa;

tanah, minyak kelapa sawit, minyak margarin, mentega biasa dan lemak
kedelai; margarin dan mentega hewan

rendah garam

Sumber vitamin dan semua sayuran dan buah, kecuali sayuran dan buah tinggi kalium pada
mineral pasienn dengan hiperkalemia pasien dengan hiperkalemia
dianjurkan yang mengandung

kalium rendah/sedang

Contoh Menu Sehari

Pagi siang Malam


nasi goreng nasi nasi

telur ceplok capcay goreng ayam goreng


katimun daging bistik setup buncis

susu pepaya setup nenas


madu puding saos caramel

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00


kue klepon ubi kue cantik manis kue pepe/lapis

sirup teh sirup

· Gagal Ginjal dengan Dialisis

Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran badan pasien.
Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.

Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:


1. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 50 kg
2. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 60 kg
3. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 65 kg

Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk kebutuhan natrium dan
cairan)
Tabel 9. Bahan Makanan Sehari

Bahan 60 g protein 65 g protein 70 g protein


Makanan berat (g) urt berat (g) urt berat urt
(g)
beras 200 3 gls nasi 200 3 gls nasi 220 31/4 gls nasi

maizena 15 3 sdm 15 3 sdm 15 3 sdm


telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr

daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 1 ptg bsr


ayam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

tempe 75 3 ptg sdg 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg


sayuran 200 1 gls 200 2 gls 200 2 gls

pepaya 300 3 ptg sdg 300 3 ptg sdg 300 3 ptg sdg
minyak 30 3 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm

gula pasir 50 5 sdm 50 5 sdm 50 5 sdm


susu bubuk 10 2 sdm 10 2 sdm 10 2 sdm
1 1 1
susu 100 /2 gls 100 /2 gls 100 /2 gls

Tabel 10. Nilai Gizi


60 g protein 65 g protein 70 g protein
Energi (kkal) 2002 2039 2127

Protein (g) 62 (12% energi total) 67 (13% energi total) 72 (13% energi total)
Lemak (g) 67 (30% energi total) 68 (30% energi total) 72 (30% energi total)

Karbohidrat (g) 290 (58% energi total) 293 (57% energi total) 301 (57% energi total)
Kalsium (mg) 547 579 583

Besi (mg) 21,5 24 24,8


Fosfor (mg) 917 957 1010

Vitamin A (RE) 38630 38643 38A652


Tiamin (mg) 0,8 0,8 0,8

Vitamin C (mg) 254 254 254


Natrium (mg) 400 400 423

Kalium (mg) 2156 2156 2288


tempe 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg
3 3 3
sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls
pepaya 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg

minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10 1 sdm


6. Diet Sindroma Nefrotik

Pengertian Sindroma Nefrotik

Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh proteinuria
masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m luas permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia (kurang dari 3 g/dl),
edema, hiperlipidemia, lipiduria, hiperkoagulabilitas. Berdasarkan etiologinya, SN dapat dibagi
menjadi SN primer (idiopatik) yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengan sebab
tidak diketahui dan SN sekunder yang disebabkan oleh penyakit tertentu.Saat ini gangguan imunitas
yang diperantarai oleh sel T diduga menjadi penyebab SN. Hal ini didukung oleh bukti adanya
peningkatan konsentrasi neopterin serum dan rasio neopterin/kreatinin urin serta peningkatan
aktivasi sel T dalam darah perifer pasien SN yang mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai
sel T.

Kelainan histopatologi pada SN primer meliputi nefropati lesi minimal,nefropati


membranosa, glomerulo-sklerosis fokal segmental, glomerulonefritis membrano-proliferatif.
Penyebab SN sekunder sangat banyak, di antaranya penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan,
penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit metabolik, penyakit herediter-familial,
toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas massif. Di klinik
(75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik).

Pada anak-anak (<> (75%-85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% <> (30%-50%), umur
rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN idiopatik 2-3
kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom nefrotik sekunder
pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes mellitus.

Pada SN primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau melakukan biopsi ginjal
untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum memulai terapi. Selain itu terdapat perbedaan dalam
regimen pengobatan SN dengan respon terapi yang bervariasi dan sering terjadi kekambuhan
setelah terapi dihentikan.
Tujuan Diet

Tujuan Diet Sindroma Nefrotik adalah untuk :

1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.

2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.

3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigiserida.

4. Mengontrol hipertensi.

5. Mengatasi anoreksia.

Syarat Diet

Syarat-syarat Diet Sindroma Nefrotik adalah :

1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitroge positif, yaitu 35 kkal/kgBB per hari.

2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kgBB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan melalui
urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.

3. Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak jenuh
tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1 : 1 : 1.

4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks.

5. Natrium dibatasi, yaitu 1 – 4 g sehari, tergantung berat ringannya edema.

6. Kolesterol dibatasi <>

7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml
pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
Jenis Diet dan Cara Pemberian

Karena gejala penyakit bersifat individual, diet disusun secara individual pula dengan menyatakan
banyak protein dan natrium yang dibutuhkan di dalam diet.

Pendidikan Pasien

· Prinsip diet tinggi protein, rendah natrium dan diet rasional

Pasien harus dianjurkan untuk makan 2 – 3 sajian daging, ikan, ayam atau leguminosa (untuk anak-
anak 56,6 – 84,9 g persajian, dan untuk remaja serta dewasa 113,2 – 141,5 g), dan 3 – 4 sajian susu,
keju, atau yoghurt setiap hari. Untuk mengurangi masukan kolesterol dan lemak jenuh dianjurkan
untuk makan daging tanpa lemak, ikan dan ayam yang sudah dibuang kulitnya, dan menggunakan
susu skim. Daging segar yang belum diproses dengan garam, keju tidak asin ini dapat digunakan
untuk mengurangi natrium pada diet. Pasien harus diterangkan bahwa keinginan akan makanan asin
akan menurun setelah 3 bulan mengikuti diet dengan pembatasan natrium.

· Pemantauan retensi

Pasien harus diajarkan untuk memeriksakan berat badannya setiap hari, serta memeriksa adanya
odema, terutama pada tungkai bawah dan sekitar mata.

Anda mungkin juga menyukai