Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan

Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

BAB IV

METODOLOGI

4.1. Pendekatan Umum

4.1.1 Geospasial

Geospasial berasal dari kata geo dan spatial dimana kedua istilah ini

sering digunakan dalam bidang geografi (keruangan) dan merupakan pendekatan

yang khas dalam geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka

bumi dengan menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya. Dalam

mengkaji aspek-aspek tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah faktor letak,

distribusi, interelasi dan interaksi. Pertimbangan dimensi ruang (spasial) dan

daerah dalam administrasi pembangunan memiliki tiga cara  pandang 

(Kartasasmita, 1977 dalam Kustiwan, 2010). Data geospasial adalah data tentang

lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau

buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.

Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan

lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada,

atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial

menyebutkan bahwa Informasi Geospasial adalah data geospasial yang sudah

diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan,

pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan

ruang kebumian. Dalam pekerjaan ini informasi geospasial yang akan dikaji

adalah batas administrasi desa/kelurahan pada Kecamatan Kabun.

48
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

Batas administrasi, baik batas desa, kabupaten/kota maupun batas

provinsi, setidaknya ada dua acuan yang sering digunakan. Acuan pertama adalah

berupa objek alami, seperti sungai, punggung bukit. Acuan kedua adalah berupa

objek buatan manusia, seperti jalan raya dan jalan kereta api. Selain peta batas

administrasi, data geospasial yang digunakan pada pekerjaan ini adalah data peta

batas administrasi yang bersumber dari peta RBI yang akan menjadi acuan untuk

diskusi, data titik Ground Control Point (GCP) yang digunakan untuk mengikat

citra satelit yang digunakan yakni citra satelit yang memiliki resolusi tinggi. Citra

satelit resolusi tinggi adalah citra yang memiliki tingkat kedetailan sangat baik.

Citra ini nantinya diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Informasi Geografis

(BIG) atau Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Pengolahan

data nantinya menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan

menggunakan bantuan aplikasi ArcGIS.

4.2. Pemetaan Partisipatif

Pengambilan data dan informasi di lapangan yang melibatkan partisipatif

aktif dari masyarakat sebagai perencanaan dan pemberi informasi disebut sebagai

pemetaan secara partisipatif. Pemetaan partisipatif menurut Hidayat dkk (2005)

yaitu suatu metode pemetaan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku

pemetaan di wilayahnya, sekaligus juga akan menjadi penentu perencanaan

pengembangan wilayah mereka sendiri. Sedangkan menurut Anonim (2003)

pemetaan partisipatif adalah cara yang dapat digunakan oleh masyarakat desa atau

dengan mendapat asistensi dari pihak lain, untuk mengenali kembali kondisi

ruang yang sebenarnya dari suatu wilayah adat atau desa, mendokumentasikan

berbagai hal yang berhubungan dengan ruang yang dibangun oleh mayarakat

49
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

sendiri, menjadi alat bukti tentang klaim suatu wilayah dan bisa dibaca dengan

mudah oleh pihak-pihak laindi luar desa (pemerintah, orang desa lain, perguruan

tinggi dan masyarakat luas). Lebih lanjut Anonim (2003) menyebutkan bahwa

pemetaan partisipatif adalah suatu cara yang digunakan untuk mengenali kembali

kondisi ruang yang sebenarnya dari suatu wilayah dan mendokumentasikan

potensi sumber dayanya (hal-hal yang berkaitan dengan wilayah tersebut), yang

dibuat secara bersama-sama dengan masyarakat. Pemetaan partisipatif lebih

diarahkan sebagai suatu media untuk memunculkan inisiatif masyarakat

memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat tentang apa yang perlu

dicatat, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mempelajari lebih banyak

tentang ruang kelola mereka, merupakan sebuah kesempatan untuk membuat peta

menjadi lebih baik, serat merupakan media saling belajar satu sama lain (Anonim,

2003).

Pemetaan Partisipatif pada prinsipnya sama dengan pemetaan pada

umumnya yang sering dilakukan oleh instansi pemerintah. Perbedaannya adalah

pelaksana dari pemetaan tersebut, pada pemetaan partisipatif dalam

pengukurannya diikuti oleh banyak anggota suatu komunitas masyarakat, yang

pada praktek pemetaan biasa dapat dilaksanakan 2 orang saja. Perbedaan yang

lain adalah tentang tema, masyarakat akan menentukan sendiri tentang tema yang

dianggap penting. Tema yang mungkin berbeda dengan peta biasa misalnya

adalah : batas tanah adat/desa, tempat-tempat suci, tempat-tempat pemacingan dll.

Karaktersitik pemetaan partisipatif meiputi : 1. melibatkan seluruh warga

masyarakat 2. tema, tujuan dan proses pelaksanaan pemetaan ditentukan oleh

masyarakat 3. peta yang dihasilkan bertujuan untuk kepentingan masyarakat 4.

50
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

sebagian besar informasi yan terdapat di peta berasal dari pengetahuan lokal 5.

masyarakat menentukan penggunaan peta yang dihasilkan. Adapun tujuan

pemetaan partisipatif adalah sebagai berikut :

1. Untuk dialog awal tentang berbagai konflik yang ada di

masyarakat

2. Untuk mempermudah perencanaan tata guna lahan, areal yang

dilindungi, dan pengembangan ekonomi lokal

3. Untuk menggali dan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang

sumber daya alam dan lingkungan sekitar

4. Untuk menambanh rasa percaya diri masyarakat dalam pengelolaan

saumberdaya alamnya

5. Sebagai alat untuk pengorganisasian masyarakat

4.3. Mekanisme Kegiatan

Mekanisme kegiatan Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan

Kabun disusun berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 45

Tahun 2016 tentang Pedoman dan Penegasan Batas. Adapun mekanisme kegiatan

adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan Penelitian Dokumen

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam kegiatan penetapan dan

penegasan batas. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan semua

dokumen yang sekiranya dibutuhkan untuk penentuan batas

desa/kelurahan. Adapun beberapa tahapannya sebagai berikut :

51
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

a. Mengumpulkan dokumen batas, sebagai berikut : Dokumen yuridis

pembentukan desa, meliputi Perda Pembentukan Desa dan lain-lain;

Dokumen historis batas desa; dan Dokumen terkait lainya

b. Meneliti dokumen yang sudah dikumpulkan untuk mendapatkan

indikasi awal garis batas/identifikasi garis batas desa/kelurahan.

c. Pembuatan berita acara pengumpulan dan penelitian dokumen yang

ditandatangani oleh masing-masing Kepala Desa yang berbatasan

dan disaksikan oleh Tim Penetapan dan Penegasan Batas Desa

Kabupaten/ Kota.

2. Pembuatan Peta Kerja

Pembuatan peta kerja Peta kerja untuk penetapan dan penegasan batas

desa untuk desa yang dibentuk sebelum Peraturan Menteri Dalam

Negeri ini berlaku. Pembuatan peta kerja dilakukan berdasarkan

pemilihan peta dasar. Adapun alternatif peta dasar yang dapat

digunakan adalah sebagi berikut :

a. Peta dasar yang digunakan adalah Peta Rupabumi Indonesia (Peta

RBI) skala 1 : 5.000.

Kondisi saat ini untuk Provinsi Riau sendiri belum tersedia Peta

Rupabumi Indonesia (Peta RBI) skala 1 : 5.000. Saat ini peta RBI

yang tersedia masih cakupan skala 1:50.000. Oleh karena itu maka

untuk kegiatan ini citra satelit resolusi tinggi sangat dibutuhkan.

b. Jika Peta RBI skala 1 : 5.000 belum tersedia maka menggunakan

Citra tegak resolusi tinggi dengan resolusi spasial paling rendah 4

meter.

52
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

Spesifikasi citra tegak resolusi tinggi diatur lebih lanjut dalam

ketentuan yang dibuat oleh Tim Penetapan dan Penegasan Batas

Desa Pusat. Resolusi citra satelit yang dimaksud disini ialah berupa

tingkat kedetilan obyek per satuan pixelnya. Semakin tinggi nilai

akurasinya maka gambar yang diperoleh akan semakin baik. Hal ini

nantinya tentu akan berpengaruh dalam proses penarikan batas

administrasi. Beberapa ketentuan yang tertuang dalam Peraturan

Kepala BIG No. 3 tahun 2016 bagian Lampiran, terkait spesifikasi

teknis peta desa dalam bentuk peta citra yaitu:

o Datum horizontal

Datum horizontal yang digunakan adalah SRGI 2013.

o Proyeksi

Sistem proyeksi yang digunakan untuk penyajian adalah Universal

Transverse Mercator (UTM).

o Skala peta

Peta desa dapat disajikan pada skala 1:2.500,

1:5.000, atau 1:10.000, dengan mempertimbangkan penyajian

seluruh wilayah desa dalam satu muka peta, atau menggunakan

indeks jika tidak dapat disajikan dalam satu peta berskala 1:10.000.

o Ukuran peta

Ukuran kertas untuk menyajikan peta desa adalah A0 atau A1.

o Ketelitian peta

Ketelitian posisi horizontal menggunakan tiga kelas ketelitian bagi

masing-masing skala. Uji ketelitian posisi horizontal mengacu pada

53
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

Standar Nasional Indonesia (SNI) 8202 tentang Ketelitian Peta

Dasar.

o Unsur peta

Unsur yang harus ada pada peta citra meliputi toponim, batas

wilayah, jaringan/infrastruktur transportasi, perairan, dan sarana

prasarana. Penampakan kedetilan masing-masing unsur tersaji pada

tabel peraturan kepala di bagian lampiran yang terbagi dalam kelas

wajib/harus ditampilkan, pilihan, dan kondisional (jika ada harus

ditampilkan).

c. Dalam hal tersedia Peta RBI dan citra tegak resolusi tinggi maka

dapat digunakan keduanya

d. Apabila saat proses pelacakan batas dibutuhkan, penarikan garis

batas dapat ditambahkan data pendukung berupa peta dan data lain

seperti : data Digital Elevation Model (DEM), Peta dasar untuk

penyusunan Rencana Detail Tata Ruang, Peta dasar pertanahan dan

peta peta lainya

Pembuatan peta kerja disini dimaksudkan untuk mempermudah

3. Pelacakan dan Penentuan Posisi Batas

Pelacakan batas kecamatan dilakukan dengan metode kartometrik

menggunakan peta kerja. Pelacakan garis batas secara kartometrik

dilakukan sesuai dengan spesifikasi tentang ketentuan pelacakan dan

penentuan posisi batas. Jika pada saat pelacakan dengan metode

kartometrik terdapat garis batas yang tidak dapat diidentifikasi dan/ atau

tidak dapat disepakati maka diselesaikan pada saat pelacakan

54
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

dilapangan. Pelacakan garis batas di lapangan dilakukan sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan tentang ketentuan pelacakan dan

penentuan posisi batas. Pelacakan ini dilakukan dengan diikuti

pemasangan patok sementara sebagai titik rencana pemasangan pilar

batas. Setelah pelacakan dan penentuan posisi batas dilakukan

perbaikan garis batas hasil pelacakan. Berdasarkan hasil pelacakan dan

penentuan posisi batas kecamatan dibuatkan berita acara hasil

pelacakan dan penentuan posisi batas desa yang ditandatangani oleh tim

yang telah dibentuk.

Dalam pelacakan batas desa dilakukan metode pemetaan partisipatif

oleh aparat desa sebagai perwakilan masing-masing desa. Perwakilan

dari desa yang bersebelahan dipertemukan dan diarahkan untuk

menginterpretasi citra dan mengenali objek-objek yang ada diatas citra

kemudian memverifikasi batas indikatif menurut pendapat masing-

masing desa. Jika batas indikatif RBI tidak sesuai kondisi yang

sebenarnya, garis tersebut diperbaiki dengan cara digambar secara

langsung di peta kerja, dan dilakukan perbaikan pada data spasialnya

menggunakan perangkat lunak Geographic Information System (GIS).

Setelah batas disepakati, kedua perwakilan desa menentukan titik-titik

kartometrik sebagai bagian dari proses delineasi.

4. Pemasangan dan Pengukuran Pilar Batas

Pemasangan dan pengukuran pilar batas Pemasangan dan pengukuran

pilar batas mengacu ketentuan jenis, pemasangan dan pengukuran pilar

batas. Pilar batas kecamatan dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang

55
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 45 Tahun 2016

tentang Pedoman dan Penegasan Batas Desa pada bagian lampiran.

5. Pembuatan Peta Batas Kecamatan

Tahapan meliputi beberapa kegiatan : Pengumpulan data data yang

digunakan dalam tahap pelacakan dan penentuan posisi batas,

pemasangan dan pengukuran pilar; Penyempurnaan garis batas desa

sesuai hasil pengukuran pilar batas; Penyajian peta batas kecamatan.

Spesifikasi penyajian peta kerja mengacu spesifikasi peta.

4.4 Kerangka Analisis

Pengumpulan Dokumen dan Peta


DAN PENELITIAN DOKUMEN
TAHAP PENGUMPULAN

Interpretasi

Peta Indikatif Awal Batas


Administrasi

Penentuan Titik Ikat (GCP) Penyusunan Citra Resolusi Tinggi


untuk register peta dan citra Kabupaten Rokan Hulu
LACAKAN POSISI BATAS

Peta Indikatif Awal Batas 56


Administrasi Kecamatan
Diskusi dengan tokoh masyarakat, pemerintah

TAHAP PENYUSUNAN PETA KERJA D


kecamatan, dan pihak terkait dalam penentuan
batas konstekstual suatu kecamatan
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun
Survey Lapangan dan Pelacakan Batas Terkait
Batas Administrasi yang telah disepakati
Sumber : Hasil Analisis, 2019
Pengolahan Digital Data Peta Batas Kecamatan
Kabupaten Rokan Hulu

Gambar 4.1 Alur Kegiatan Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan

Kabun, Kabupaten Rokan Hulu

TAHAPAN AKHIR DAN PEMETAAN DAN


Pemasangan dan pemetaan pilar batas

PEMASANGAN PILAR BATAS


admnistrasi kecamatan
4.5 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data ini bertujuan untuk mengumpulkan segala data dan


Album Peta dan Data Digital Peta Batas Laporan Akhir Kegiatan Pemetaan Batas
informasi terkait dengan Rokan
Kecamatan Kabupaten batas
Hulu wilayah sesuai Kecamatan
dengan Kabupaten
lingkup Rokankegiatan.
Hulu

Pengambilan data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung melalui pada lapangan

dan data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan data-data referensi

terkait.

4.5.1 Data Primer

Data primer merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk pengambilan

data secara langsung yaitu melalui wawancara, observasi lapangan yaitu

mengamati langsung dan mencatat secara sistematis mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan, dan pengambilan

dokumentasi di wilayah kajian. Pada survey primer, beberapa data yang diambil

adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara yang dimaksudkan disini adalah melakukan kegiatan diskusi

dengan tokoh masyarakat, pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, dan pihak

terkait dalam penentuan batas konstekstual suatu desa/kelurahan. Tujuan

dalam melakukan diskusi disini ialah untuk mengetahui pendapat para tokoh

57
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

masyarakat, pemerintah kecamatan, dan pihak terkait dalam penentuan batas

konstekstual suatu kecamatan secara lebih. Dalam kegiatan diskusi ini bahan

yang digunakan adalah draft peta kecamatan yang telah disusun sebelumnya

yang bersumber dari data sekunder. Kebutuhan data dan informasi dalam

kegiatan ini adalah data indikatif batas desa/kelurahan. Data indikatif batas

kdesa/kelurahan adalah data batas kecamatan yang telah didiskusikan dengan

para tokoh masyarakat, pemerintah desa/kelurahan, pemerintah kecamatan,

dan pihak terkait yang dituangkan dalam bentuk sketsa batas desa/kelurahan.

Dalam kegiatan ini nantinya akan dibuatkan berita acara terkait penarikan

batas antar desa/kelurahan.

2. Observasi lapangan

Observasi adalah pengamatan langsung meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra

(Arikunto, 2002). Dalam kegiatan ini nantinya akan melakukan survey

lapangan terkait batas desa/kelurahan yang telah disepakati sebelumnya.

Observasi lapangan ini menggunakan data peta batas dan disurvey

menggunakan Global Positioning System (GPS). Kegiatan ini terdiri dari

beberapa kegiatan, antara lain berupa :

a. Melakukan pengecekan lapangan terkait batas administrasi yang telah

disepakati dengan kondisi eksisting di lapangan. Setiap batas yang

diamati nantinya akan diploting menggunakan GPS yang nantinya

akan menjadi dasar verifikasi dan validasi batas administrasi.

b. Mendokumentasikan kondisi eksisting di lapangan terkait batas

administrasi kecamatan.

58
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yang dilakukan adalah pencarian data yang dilakukan di

instansi-instansi terkait. Data-data tersebut antara lain:

1. Data Peta Administrasi Kabupaten Rokan Hulu yang meliputi data peta

batas administrasi Kabupaten, Kecamatan dan desa/kelurahan.

2. Data Citra Satelit Resolusi Tinggi di Kabupaten Rokan Hulu.

3. Data Ground Control Point (GCP) di Kabupaten Rokan Hulu.

4. Data Profil Kecamatan/Desa yang ada di Kabupaten Rokan Hulu.

Tabel 4. 1 Data Sekunder yang Dibutuhkan

No Sasaran Jenis Data


1 Data Peta Administrasi Kabupaten Shapefile (Shp) atau file Image

Rokan Hulu lainnya yang memuat

informasi administrasi

Kabupaten, Kecamatan dan

Desa
2 Data Citra Satelit Resolusi Tinggi Citra satelit yang memiliki

resolusi spasial kategori tinggi.


3 Data Ground Control Point (GCP) Data berupa titik-titik ikat atau

GCP yang meliputi wilayah

kajian
4 Data Profil Kecamatan/Desa Data Kependudukan

Data Karakteristik Fisik


4.6 Metode Analisis

4.6.1 Analisis Deskriptif-Kuantitatif

59
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat didekati dari dua sudut

pendekatan, yaitu analisis kuantitatif secara deskriptif, dan analisis kuantitatif

secara inferensial. Analisis yang digunakan pada pekerjaan ini adalah analisis

deskriptif-kuantitatif yang berfungsi untuk memberikan gambaran aktual

mengenai kondisi terkait batas administrasi desa/kelurahan di Kecamatan Kabun,

Kabupaten Rokan Hulu. Adapun beberapa indikator yang dibahas dalam analisis

deskriptif-kuantitatif adalah :

a. Batas Administrasi

Batas administrasi merupakan batas antar wilayah yang ditunjukkan

oleh titik koordinat. Dari data ini nantinya akan diperoleh informasi

mengenai batas administrasi, luas wilayah administrasi dan koordinat

batas.

b. Karakteristik Wilayah

Karakteristik wilayah merupakan data dan informasi yang berisi

mengenai tentang kondisi eksisting suatu administrasi. Kondisi ini

meliputi kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya di administrasi

tersebut. Data ini diperoleh dari hasil Focus Group Discussion (FGD)

dan observasi lapangan.

4.6.2 Sistem Informasi Geografis

Aronoff. (1989) mendefinisikan Sistem Informasi Geografi sebagai sistem

berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk digunakan dalam

perolehan dan penyiapan data, manajemen data, manipulasi dan analisis data serta

visualisasi data. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi

60
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

Geografis adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan dalam

perolehan dan penyiapan data, manajemen data, manipulasi dan analisis data serta

visualisasi data, baik itu data spasial (keruangan) maupun nonspasial

(tabular/tekstual) yang bergeoreferensi. Weng (2010) menjelaskan bahwa Sistem

Informasi Geografis (SIG) adalah suatu kemajuan dalam teknologi komputer dan

geografi. SIG mampu berkembang dari alat pemetaan otomatis dan manajemen

data menjadi penanganan spasial dan teknologi analisis. Sementara itu Wyatt and

Ralph (2003) dalam Sufwandika (2013) menjelaskan bahwa Sistem Informasi

Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) merupakan suatu

sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan menangani, memanipulasi,

hingga visualisasi data yang memiliki referensi geografis. Sistem informasi

Geografi adalah suatu sistem informasi tentang pengumpulan dan pengolahan data

serta penyampaian informasi dalam koordinat ruang, baik secara manual maupun

digital. Data yang diperlukan merupakan data yang mengacu pada lokasi

geografis, yang terdiri dari dua kelompok, yaitu data grafis dan data atribut. Data

grafis tersusun dalam bentuk titik, garis, dan poligon. Sedangkan data atribut

dapat berupa data kualitatif atau kuantitatif yang mempunyai hubungan satu-satu

dangan data grafisnya (Barus et al. 2000).

Analisis menggunakan SIG pada pekerjaan ini meliputi proses persiapan,

survey lapangan dan pengolahan data. Data-data batas administrasi, titik GCP dan

citra satelit resolusi tinggi diolah menjadi sebuah peta batas administrasi. Peta

batas administrasi ini nantinya digunakan sebagai bahan diskusi untuk kegiatan

Focus Group Discussion (FGD). Dari kegiatan tersebut kemudian dilakukan

kegiatan verifikasi dan validasi data yaitu dengan mengambil koordinat dan

61
Laporan Pendahuluan
Penetapan dan Penegasan Batas Desa di Kecamatan Kabun

informasi terkait di lapangan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah

menggunakan aplikasi SIG yaitu ArcGIS menghasilkan luaran album peta batas

administrasi dan laporan akhir.

62

Anda mungkin juga menyukai