Anda di halaman 1dari 13

Nama : Bima Putra Kusuma

Npm : 18082010049

Sistem Informasi ’18 kelas B

10. David Villa

David Villa terlahir pada 3 Desember 1981 dalam sebuah keluarga yang terbilang miskin.
Ayahnya Jose Manuel Villa hanyalah seorang pekerja tambang.
 
Kegandrungan pemain bernama lengkap David Sanchez Villla ini pada permainan sepakbola
telah dimulai semenjak ia kecil. Adalah ayahnya yang memperkenalkan dan mengajarkannya
pada permainan bola sepak itu. Kegandrungan itupula yang nyaris membuat villa mengalami
tragedi sehingga nyaris di amputasi.
 
Ketika suatu hari villa yang masih berumur 4 tahun bermain bola dengan orang yang lebih
besar, tanpa sengaja pahanya terinjak dan mengakibatkan tulang paha Villa kecil patah
dengan mengerikan. Dokterpun sempat putus asa dan menyarankan agar kaki Villa
diamputasi.
 
Namun begitulah, David Villa memang seolah telah ditakdirkan menjadi bintang. Ia
kemudian tak jadi diamputasi. Hanya saja kaki kanan yang patah tulang itu harus dibalut
dengan gips selama enam bulan. Rupanya masa parah itu menjadi salah satu bagian yang
menegaskan keuletan seorang calon bintang. Ketika kaki kanannya di gips, ayahnya terus
melatih kaki kiri Villa.
 
Latihan itu berlangsung selama dua jam setiap harinya setelah ayahnya pulang dari bekerja
tambang. Latihan inilah, yang menurut sang ayah, menjawab pertanyaan mengapa kaki kiri
dan kanan Villa menjadi momok bagi pemain lawan. Berbagai pertandingan kemudian
membuktikan bahwa kedua kaki itu dapat mencetak gol sama baiknya. Berbeda dengan
beberapa pemain yang kemampuan antara kaki kiri dan kanannya begitu jomplang. Semisal
Arjen Robben, yang begitu digjaya menendang dan memainkan bola dengan kaki kirinya,
tapi tidak demikian dengan kaki kanannya. Cobalah anda perhatikan sendiri.
 
Semangat David Villa untuk bermain sepakbola juga tak lepas dari dorongan ayahnya yang
sangat bersemangat melatih dan memotivasi diri pemain yang menjadi top skorer euro 2008
ini. Villa sendiri juga kian giat berlatih manakala melihat ayahnya pulang dengan kepayahan
sehabis bekerja dipertambangan. Ia bertekad mengubah hidup keluarganya dengan jalan
menjadi bintang sepakbola. Sebuah cita-cita yang didukung penuh oleh ayahnya.
 
Perlahan David Villa mulai dikenal sebagai pemain berbakat dan piawai memainkan sik ulit
bundar. Meski begitu, ia tak begitu saja diterima bermain diklub kotanya yakni Oviedo. Tak
berputus asa, sang ayah (lagi-lagi ayahnya) kemudian membawanya ke klub rival sekota
Oviedo yakni Sporting Gijon. Disinilah keterampilan Villa semakin terasah. Tak lama
kemudian ia bermain untuk Real Zaragoza. Permainan ciamiknya di klub ini membuat
bintang pemain ini mulai terang benderang. Ia lalu pindah ke klub Valencia.
 
Pijar kebintangan pemain bertinggi badan 175 cm ini pun semakin terang benderang.
Turnamen sekelas euro 2008 berhasil dilaluinya dengan memanen kesuksesan besar. David
Villa menjadi top skorer dan menjadi bagian penting dari kesuksesan Spanyol merenggut
gelar jawara Eropa saat itu.
 
Begitulah kisah David Villa. Usaha, kerja keras dan dukungan keluarga menjadi salah satu
faktor kunci kesuksesan pemain yang kini bergelimang prestasi ini.
9. Nick Vujicic

Nick adalah pria kelahiran tahun 1982 di Melbourne, Australia. Ia lahir dengan kondisi tubuh
yang cukup menyayat hati siapa pun yang melihatnya, terlebih orang tuanya.

Ia terlahir dengan tetra-amelia syndrome, sebuah kecacatan fisik yang menyebabkan


penderitanya tidak memiliki anggota gerak di tubuhnya, baik itu tangan maupun kaki.

Bagi Nick sendiri, terlahir dengan keterbatasan seperti ini tentu adalah hal yang berat. Siapa
yang tak frustasi bila harus hidup tanpa satu pun anggota gerak yang menempel di tubuhnya.
Tak ada kedua tangan, tak ada kedua kaki. Begitu pun Nick kecil yang merasa begitu
nelangsa karena hidup tanpa tangan dan kaki.

Masa kecilnya dihabiskan untuk berjuang melawan depresi dan kesendirian. Walau begitu, ia
terus merenung tentang arti kehidupannya sendiri. Lalu, ia pun mulai bisa menerima kondisi
tubuhnya yang tidak sempurna ini. Lalu, di usia 17 tahun, ia memutuskan untuk mendirikan
sebuah organisasi non-profit bernama “Life without limbs”.
Ia menulis empat buku motivasi dan mulai menjadi seorang motivator. Sejak usianya 19
tahun, Nick mulai pergi berkeliling dunia untuk menjadi motivator. Ia bercerita tentang
dirinya, dan tentang hal -hal lain yang sungguh inspiratif dan memotivasi.
8. Stevie Wonder

Stevie Wonder adalah seorang penyanyi buta yang sangat berbakat dan karyanya yang sangat
bagus-bagus. Nama asli Stevie Wonder adalah Stevland Morris lahir 13 Mei 1950. Ia bukan
hanya penyanyi tetapi produser rekaman, penulis lagu, dan juga aktivis sosial di Amerika
serikat.

Stevie lahir secara prematur dan mendapatkan terlalu banyak oksigen dalam inkubatornya,
sehingga ia menjadi buta. Iapun mulai belajar memaikan alat musik dan bernyanyi di gereja.
Alat musik yang ia pegang adalah piano dan hormonika. Dibalik ketekunannya itu, kini ia
sudah banyak mendapatkan penghargaan, setidaknya ada 21 penghargaan Grammy dan
merekam lebih 30 hit. Tidak sampai disitu ia juga telah memenangkan piala Oscar untuk
Lagu terbaik.
7. Stephen Hawking

Hawking lahir di Inggris pada 8 Januari 1942. Dia mempelajari ilmu fisika di University
College walaupun ayahnya memintanya belajar pengobatan. Setelah lulus, dia meneliti
kosmologi di Cambridge University. Pada awal 1963, Hawking yang saat itu mau berulang
tahun yang ke-21 didiagnosis amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig.
Dia sempat dikira hanya akan bisa bertahan hidup selama dua tahun, tetapi nyatanya bisa
hidup hingga usia 76 tahun.

Namun, penyakit ALS yang diderita Hawking bukan tanpa dampak. Ia perlahan-lahan
kehilangan kemampuannya untuk bergerak dan harus memakai kursi roda. Pada 1985,
Hawking harus menjalani operasi trakeostomi yang membuatnya kehilangan kemampuan
untuk berbicara. Untungnya, sebuah alat yang dibuat oleh Cambridge University
membantunya untuk berkomunikasi. Hawking bisa memilih kata-katanya hanya dengan
menggerakan otot pada pipi. Seorang Genius Penyakitnya tidak mematahkan keinginan
Hawking untuk mengeksplorasi alam semesta. Selama kariernya, Hawking mencoba
menguak misteri alam semesta. Dia pun berhipotesis bahwa jika alam semesta memiliki awal,
yaitu Big Bang, maka ia akan memiliki akhir juga.
6. Anthony Robles

Pada tanggal 20 Juli 1988 lahirlah Anthony Robles dengan hanya satu kaki. Namun , ia
menolak untuk mengenakan kaki palsu , ia membuangnya saat dia berumur 3 tahun. Karena
kakinya yang tidak ada dari bawah hingga ke pinggul, bahkan ia tidak memiliki bonggol
untuk memasang kaki palsunya. Karena kekurangan yang dideritanya,Anthony berupaya
untuk berlatih pada kompensasi sekitar kakinya hilang, memperkuat tubuhnya hingga
sempurna dengan berbagai latihan. Ketika Robles berada di kelas enam, dia menetapkan
rekor untuk yang paling kuat push-ups diantara anggota sekolahnya. Ia mulai belajar gulat di
kelas delapan, bergabung di saat menonton salah satu sepupunya yang lebih tua bergulat.
Robles memenangkan dua kejuaraan gulat Arizona State, dengan skor 46-0 di SLTP dan
SLTA di Sekolah Mesa, di Mesa, Arizona . Robles lulus dan menyelesaikan sekolah bergulat
dengan rekor 129-15.

Robles masuk sebagai mahasiswa baru di Arizona State University , dan pada Kejuaraan
Gulat Dunia di kelas 55kg Freestyle thn 2006, ia berhasil sebagai juara ke 6.

Robles memulai karir gulat perguruan tinggi di 2007-08, di saat dia sudah menduduki
peringkat nasional dan mengakhiri tahun tersebut dengan skor 25-11, dan hampir mendapat
gelar kehormatan All-American pada tahuntersebut.

Pada tahun keduanya sebagai pegulat perguruan tinggi (2008-2009) Robles mendapatkan
gelar kehormatan All-American Honors, berakhir dengan skor 29-8, dan memenangkan 10
kejuaraan Pac Konferensi psada kelas 125 pon dan berhasil menduduki tempat keempat
diKejuaraan NCAA turnamen kelas 125 pound berat badan. Pada 2009-10, Robles lagi lagi
memperoleh kehormatan All-American, menduduki peringkat ketujuh di kelas 125 pon
NCAA, dengan skor 32-4 pada satu musim, dan mengulangi sebagai juara Pac-10 gulat kelas
125 pon.
5. Angkie Yudistia

Angkie Yudistia adalah seorang wanita cantik yang memiliki kekurangan pendengaran sejak
kecil. Meski demikian ia mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya hingga SMA meski
sedikit kesulitan. Ia tak mampu mendengar apa-apa sehingga terkadang harus belajar lebih
ekstra saat sekolah. Belum lagi ia juga kerap mendapatkan hinaan dari teman-temannya.

Kekurangan dialami ternyata tak membuat Angkie jadi patah arah meski awalnya sedikit
minder. Akhirnya dengan sekuat tenaga ia berhasil lulus dari London School of Public
Relations dengan IPK cum laude. Saat ini ia menjadi aktivis tunarungu dan terlibat banyak
dalam kegiatan sosial. Ia juga aktif dalam dunia tulis menulis hingga ceritanya mampu
membuat banyak orang terinspirasi. Angkie adalah figur difabel yang mampu menembus
banyak batas.
4. Ni Nengah Widiasih

Ni Nengah Widiasih lahir di Kabupaten Karangasem, Bali. Pada usia 4 tahun, gadis yang
memiliki tahi lalat di dagu ini mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya karena penyakit
polio. Sejak kelas 6 SD, Ni Nengah Widiasih mendapatkan beasiswa dan tinggal di asrama
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali. Saat ini, Ni Nengah Widiasih duduk di kelas
tiga SMA Dwijendra Bualu, Nusa Dua, Bali. Ketertarikan Ni Nengah Widiasih pada olahraga
angkat berat ini berawal dari sang kakak, I Gede Suantaka, yang juga seorang atlet difabel
angkat berat. Sejak tahun 2006, Ni Nengah Widiasih mulai mengikuti latihan intensif 4-5 kali
seminggu bersama sang kakak dan rekan-rekannya. Berkat latihan intensif itu, Ni Nengah
Widiasih mulai mengikuti jejak sang kakak dengan meraih prestasi di tingkat nasional dan
bahkan internasional.

Hasil kerja keras Ni Nengah Widiasih terlihat pada ajang Porcanas 2008 di Samarindah.
Ketika itu, Ni Nengah Widiasih berhasil meraih emas sekaligus memecahkan rekor nasional
dengan angkatan seberat 72,4 kg. Sebelumnya, Ni Nengah Widiasih tampil gemilang di
Kejurnas Bali dan Solo. Ni Nengah Widiasih secara berturut-turut mencatatkan prestasi
internasional pada ajang Nakhon Ratchasima ASEAN Paragames 2008 (medali perunggu),
Kuala Lumpur ASEAN Paragames 2009 (medali perak), dan Solo ASEAN Paragames 2011
(medali emas). Sebelum berangkat ke London, Ni Nengah Widiasih juga berhasil meraih
medali perunggu Malaysia Open Powerlifting Championship pada bulan Februari 2012. Di
London Paralympic 2012, Ni Nengah Widiasih sangat berharap bisa mencatatkan prestasi
seperti mengingat angkat berat menjadi satu-satunya cabang penyumbang medali untuk
Indonesia di ajang Olimpiade London 2012.
3. John Nash

John Forbes Nash Jr, atau biasa disebut John Nash adalah seseorang yang mengidap penyakit
Skizofrenia paranoid pada masa mudanya yang membuat ia dirawat dirumah sakit jiwa.
Skizofrenia adalah penyakit kelainan otak yang menimbulkan hayalan dan halusinasi.

John Nash adalah sosok inpirasi yang berasal dari Paman sam, Amerika serikat yang lahir
pada 13 Juni 1928. Ia adalah seorang matematikawan yang berhasil menciptakan karya-karya
di bidang teori permainan, geometri diferensial, dan juga persamaan diferensial. Alhasil atas
karyanya tersebut, menjadikan para ilmuwan lain dapat memperlejari faktor-faktor yang
mempegaruhi peluang dan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ade Irawan

Terlahir menjadi tunanetra tak membuat Muhammad Ade Irawan, 16 tahun, kehilangan
kepercayaan diri. Namun, bukan pula karena memiliki postur tubuh atletis dan wajah nan
tampan yang membuatnya bergelora menjalani kehidupan. Meski tergolong amat pendiam,
begitu di depan piano, sikap Ade langsung berubah 180 derajat. Dia energetik dan amat
ekspresif.

Tak cuma jemarinya yang lincah menari-nari memainkan deretan tuts, dari mulutnya sesekali
keluar irama melengking-lengking bak trompet. Ia juga biasa melakukan scatting, yang
banyak dipelajarinya dari penyanyi jazz, George Benson. “Dia belajar piano otodidak,” kata
Endang Irawan, ibunda Ade.

Ade lahir pada 15 Januari 1994 di Colchester, Inggris. Menurut ayah Ade, Irawan Subagio,
Ade mengembangkan bakat musik jazz secara otodidak di Chicago USA. Ia diakui para
musikus jazz terkemuka Amerika Serikat sebagai salah seorang pianis jazz terbaik di dunia.

Sejak sekitar usia 3 tahun, ia mulai mengenal musik dan mencoba piano mainan. Pada usia 5
tahun, ia sering diajak menonton jazz dan mendengarkan CD musik jazz. Dalam satu album,
setelah mendengarkannya selama setengah sampai satu hari, ia mampu memainkannya semua
lagu dalam album tersebut, ungkapnya.

Saat Ade berusia 9 tahun, sang tante, Wiwik Mardiana Dewi, mengenalkan anak itu kepada
musik jazz. Saat itu Wiwik rajin membawakan kaset-kaset jazz Bobby Chen.

Bakat Ade kian terasah saat Endang bertugas selama 4 tahun di Chicago, Amerika Serikat,
sejak 2004. Di kota yang yang memiliki napas jazz dan blues itu, Ade secara reguler
manggung di Jazz Links Jam Session di Chicago Cultural Center. Usia Ade saat itu masih 12
tahun.

Dalam kurun 2006-2007, ia juga bermain di panggung festival Chicago, seperti Chicago
Winter Jazz Festival dan Chicago Jazz Festival di Millennium Park Chicago. Setiap tahun,
dari 2004 hingga 2007, Ade selalu meraih gelar juara pertama lomba cipta lagu antarsekolah
di negara bagian Illinois.

Kemahiran Ade membawakan musik jazz mempertemukannya dengan sejumlah “gembong”


jazz dan blues di Amerika Serikat, seperti Coco Elysses-Hevia, Robert Irving III, Peter Saxe,
Ramsey Lewis, John Faddis, Dick Hyman, Ernie Adams, dan Ryan Cohen.
1. Heni Candra Hidayah

Salah satu diantara sekian banyak orang cacat yang memiliki segudang prestasi adalah Heni
Candra Hidayah. Siswi kelas XII jurusan Kejuruan Musik-SLBN A Pajajaran Bandung ini
berprestasi di bidang tarik suara. Salah satu prestasi terbaik yang ia raih adalah Top 12 dalam
ajang pencarian bakat Indonesia Got Talent 2010 yang diselenggarakan oleh salah satu
stasiun televisi swasta terkemuka. Sederet prestasi lain yang ia peroleh adalah juara pertama
Lomba Kreativitas Siswa khusus Tuna Netra tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh
Dinas Provinsi Jawa Barat, juara Harapan 1 Lomba Tarik Suara tingkat Nasional di Surabaya,
juara kedua Lomba Baca Puisi dalam rangka Hari Anak Nasional dan juara ketiga Lomba
Baca Al-Qur’an Braile tingkat Nasional di Cirebon.

Lahir dari keluarga yang secara ekonomi bisa dibilang ‘biasa saja’ serta dengan kondisi fisik
yang tidak sempurna. Justru inilah yang menjadi alasan mengapa ia bersemangat dalam
menjalani kehidupan ini. “Saya ngak mau orang lain hanya mengasihani saya, saya ingin
orang lain menghargai saya sama seperti kepada orang normal lainnya. Saya ingin orang
melihat saya karena prestasi yang saya raih, bukan karena ia kasihan melihat saya tidak bisa
melihat”, ujarnya dengan nada lantang.Perempuan yang lahir di Bandung, Agustus 1990 ini
telah menetap di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung sudah hampir 8
tahun lamanya Saat ini Heni tengah sibuk dengan kegiatan belajarnya karena sebentar lagi ia
akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional. Ia berharap, setelah lulus SMA ini, ia dapat
melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. “Saya ingin masuk UIN (Universitas Islam
Negeri), saya nanti akan masuk Fakultas Dakwah karena saya memiliki cita-cita untuk
menjadi seorang guru di sekolah dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji”, ucapnya.. “Ya
saya nantinya ingin membantu teman-teman tuna netra lainnya untuk selalu giat belajar dan
menyemangati mereka bahwa walaupun kita tidak bisa melihat, tetapi kita juga punya
kelebihan lain", ucapnya.

Anda mungkin juga menyukai