Anda di halaman 1dari 5

Mtata Kuliah : Pendidikan Anak Usia Dini

Tugas : Mencari artikel tentang seseorang yang saat masa kecilnya


mempunyai bakat hingga sampai sekarang
Dosen Pengampu : Ev. Dr. Dina Kristiani, M.Pd.k.

1. Abigail dan Brittany Hensel

Abigail dan Brittany Hensel merupakan bayi kembar siam yang memiliki dua kepala
tapi satu badan, dilahirkan di Minnesota, AS, pada 7 Maret 1990. Gadis kembar ini
mengalami kondisi yang dikenal sebagai dicephalic parapagus, di mana mereka berbagi
hanya satu tubuh dengan dua kepala. Kondisi ini sangat langka dan hanya terjadi sekitar 1
dari 100.000 kelahiran hidup.
Secara fisiologis, kembar Hensel ini memiliki organ tubuh 2 kepala; 2 tulang ekor
yang terpisah; 2 lengan; 2 payudara; 2 jantung yang terbagi dalam sistem peredaran darah; 4
paru-paru dengan paru-paru medial agak menyatu, tidak melibatkan lobus kanan atas pada
tubuh Brittany, 3 rongga pleura; 1 diafragma yang terkoordinasi dengan baik untuk
pernapasan spontan, cacat pusat sedikit; 2 kantong empedu; 1 hati, lobus kanan yang
membesar dan memanjang; 1 usus besar; 1 set organ reproduksi; 1 kandung kemih; 2 tulang
kelangkang yang terpisah; 2 kaki dan 1 panggul agak luas.
Meski memiliki satu tubuh yang sama, tapi kondisi kesehata Abigail dan Brittany
tidaklah sama. Menurut dokter keluarga, Brittany lebih rentan terhadap flu dan batuk
dibanding Abigail. Namun ketika yang satu minum obat oral tertentu, maka penyakit kembar
yang lain juga bisa hilang karena sistem tubuh terhubung dengan peredaran darah yang sama.
Abigail dan Brittney memiliki sistem saraf yang berbeda, meskipun mereka berbagi
organ umum lainnya. Misalnya, ketika seseorang menggelitik Abby di bagian mana saja dari
kepala hingga jari kaki, maka Britt pasti akan merasakan sensasinya. Di sisi lain, dorongan
atau kebutuhan untuk buang air kecil, tidur dan rasa lapar juga sangat berbeda satu sama lain.
Secara akademis, mereka mampu menyelesaikan sekolah pada tahun 2008 dan telah
memasuki kuliah di Bethel University, di Saint Paul Minnesota. Dalam sekolah yang sama
mereka juga menjadi mahasiswi tahun 2009.
Abigail dan Brittany ingin menunjukkan pada seluruh dunia bahwa mereka dapat
hidup senormal orang lain. Si kembar Hensel ini bahkan memiliki 2 SIM (surat izin
mengemudi) yang berbeda.

Inspirasi dalam kehidupan saya :


Abigail dan Brittany Hensel sangat menginspirasi saya karena mereka dengan
kekurangan yang dimiliki menjadi kelebihan bagi hidupnya yang jarang dimiliki oleh orang
lain. Dia tidak pernah putus asa saat pada masa kecilnya yang mungkin banyak orang
mengucilkan dia, meremehkan dia, mengejeknya tetapi dia tetap kuat dan membuktikan
bahwa orang yang memiliki kekurangan tidak semestinya tidak bisa berbuat apa-apa justru
memiliki kelebihan yang tidak banyak orang miliki. Kisah ini menguatkan saya, saat saya
sedang lemah atau putus asa, saya kembali utuk semangat saat teringat kisah mereka.
2. Dedy Mizwar

Dedy Mizwar (14) siswa penyandang tuna netra asal SDLB A Negeri Kelurahan
Mojopanggung, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi menjadi juara mendongeng tingkat
nasional pada tahun ini. Meski kondisi Dedy mengalami tuna netra, dia dinilai memiliki bakat
yang kuat dalam menggambarkan suasana cerita.
Siswa asal Kota Situbondo memang pernah bisa melihat hingga usia enam tahun.
Namun perlahan penglihatannya berangsur menurun.
Dari pengalamannya pernah melihat, Dedy bisa tahu bagaimana bentuk-bentuk hewan
seperti sapi, ayam, burung, kambing dan beberapa hewan di sekitar rumahnya.
Kekuatan mendongeng Dedy yang membawanya menjadi juara nasional, salah
satunya karena memiliki suara lantang, gerakan teatrikal dan bisa meniru beragam suara
hewan. Sehingga, narasi cerita yang dibawakan bisa menggambarkan suasana bagi para
pendengar.

Inspirasi dalam kehidupan saya


Dedy Mizwarr sangat menginpirasi saya, karena walaupun dengan kedaan tidak bisa
melihat, tetapi anak tersebut memiliki keahlian yang sangat unik. Dia mampu menghibur
teman-temannya dengan menirukan suara hewan dan dia juga memiliki kemampuan
membuat puisi, dongeng, berakting. Dengan suaranya yang bisa menirukan banyak hal
sehingga suasana saat mendongeng atau berpuisi dan berakting sangat hidup dan tidak
membosankan.
3. Echa Soemantri

Menggebuk drum sejak usia tiga tahun di gereja, anak muda bernama lengkap Yesaya
Wilander Soemantri ini kini di kenal di seantero nusantara sebagai salah satu  drummer
terbaik Indonesia. Putra bungsu musisi senior Willy Soemantri ini telah melanglang-buana
sebagai Additional Player  atau pengiring musik untuk sejumlah penyanyi besar Indonesia.
Sebut saja, Ello, Glen Fredly, Rio Febrian, Erwin Gutawa Orchestra, Yovie & The Nuno dan
sebagainya.
Bakat mumpuni Echa Soemantri saat menggebuk drum pun turut dipakai untuk
mengisi iringan musik dalam sejumlah album-album penyanyi solo ternama seperti Agnes
Monika, Gita Gutawa, Rio Febrian, Yovie & The Nuno dan Tompi.
Pria kelahiran Jakarta, 7 Juli 1989 tentu mewarisi segala bakat yang dimiliki sang
ayah Willy Soemantri. Selain fasih dalam drum, Echa juga menguasai Gitar dan Piano. Tentu
saja ia pun mengikuti jejak sang  ayah untuk tetap melayani di gereja. Tak dipungkiri ia
bahkan penggemar band rohani Israel and New Breed. Tetap saja, bakat yang sudah ia miliki
menjadi persembahkan untuk memuliakan Tuhan.
“Orang tua yang melarang anaknya bermusik-bernyanyi-berkesenian…Akan
menyesal kalau anak2-nya jatuh dalam ‘hobi’ lain yang negatif J,” tulis Echa mengomentari
tentang perilaku banyak orang tua yang masih menganggap musik bukan sebuah media
pembelajaran bagi anak.

Inspirasi dalam kehidupan saya


Echa Soemantri adalah the best player drummer Indonesia yang saya sangat kagumi.
Saat masa kecil dia mempergunakan waktunya untuk belajar musik dan selalu rutin. Kak echa
sangat menginspirasi saya bahwa jika bakat sudah terlihat dimasa kecil maka harus
dikembangkan dan jangan sampai di remehkan, karena bakat yang timbul dari usia dini
sangat mudah dikembangkan. Selain itu dia juga terlibat dalam pelayanan dan lebih
mengedepankan Tuhan dalam setiap kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai