Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku : Filsafat Dari Perspektif

Penulis Buku : Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg


Tahun Terbit : 2002
Dosen Pembimbing : Pdt. Dr. Marulak Pasaribu. M,Th.

Buku ini ditulis oleh dua orang penulis yaitu Norman Geisler, mantan guru besar
apologetika di Dallas Theological Seminary yang sekarang menjabat dekan dari Liberty Center for
Christian Scholarship dan Paul D. Feinberg, seorang guru besar teologi Alkitabiah dan sistematika
di Trinity Evangelical Divinity School.
Buku ini dibagi menjadi lima bagian besar, di mana setiap bagian tersebut di bagi menjadi
beberapa bab lagi. Lima bagian besar tersebut adalah: Pengantar filsafat, Apakah pengetahuan itu?,
Apa arti realitas?, Apakah yang tertinggi?, dan Apakah arti baik atau benar?.
Bagian pertama ini terdiri dari lima bab yang membahas apakah filsafat itu?, bidang-bidang
ilmu dalam filsafat, metodologi dalam filsafat, alat-alat filsafat, dan tantangan terhadap filsafat.
Ada kesulitan utama dalam mendefinisikan filsafat, yaitu adanya perbedaan pendapat d
antara para filsuf tentang apakah filsafat hanya berkaitan dengan analisis terhadap berbagai konsep
dan pengertian, ataukah lebih dari itu? Dan apakah yang dimaksud dengan ‘lebih dari itu’ tersebut.
Penulis memberikan definisi filsafat sebagai analisis kritis atas konsep-konsep dasar yang
dipertanyakan oleh manusia, sekaligus diskusi normatif mengenai bagaimana pikiran dan tindakan
manusia seharusnya berfungsi, dan juga gambaran tentang realitas itu sendiri.
Jadi manfaat belajar filsafat dapat dirangkum menjadi beberapa hal yaitu, memahami masyarakat,
pembebasan dari prasangka dan kepicikan, nilai praktis, dan tantangan bagi orang kristen untuk
memiliki iman yang matang berdasar akal sehat yang baik.
 Filsafat mempunyai beberapa bidang yaitu bidang etika (moralitas) yang berhubungan
dengan tindakan individu, filsafat sosial dan politik yang berhubungan dengan sekelompok orang,
estetika yang berhubungan dengan anlisa atas ide-ide akan keindahan, citarasa, dan seni, logika
yang merupakan kajian rasional, filsafat agama, sejarah filsafat, filsfat sejarah, filsafat ilmu
pengetahuan, filsafat-filsafat yang lainnya, epistemologi (penyelidikan tentang asal mula dan sifat-
sifat pengetahuan), metafisika yang mengkaji kualitas dan hubungan dari realitas, filsafat
pemkiran, dan teori tindakan.
Filsafat mempunyai beberapa metodologi utama yang telah mengalami perubahan-
perubahan dalam rangka mencapai tujuannya (berfilsafat). Metodologi filsafat dapat dibagi menjadi
tiga bagian:
1. Metode dari masa lampau, yaitu terdiri dari metode Socrates (interogasi), metode Zeno
(Reductio ad Absurdum), metode Aristoteles (Deduksi).
2. Metode dalam dunia modern, yaitu terdiri dari metode induktif, kanon-kanon induksi
Mill, dan metode ilmiah.
3. Metode kontemporer, yaitu terdiri dari metode eksistensial, metode fenomenologis, dan
metode analitis.
Jadi adanya berbagai macam metode filsafat menunjukkan bahwa ada beberapa metode yang
lebih cocok untuk jenis-jenis tertentu dari pencarian kebenaran.
Alat utama para filsuf adalah logika, yang berhubungan dengan aturan bagi argumentasi
yang baik. Ada alat-alat yang dapat dipakai untuk menjawab masalah-masalah filosofis yang
berada dalam bidang logika yang didefinisikan secara luas, yaitu sifat suatu argumen, bentuk-
bentuk argumen (argumen secara induktif dan deduktif), kejelasan dalam definisi dan analisis
terhadap konsep, metode ilmiah, dan silogisme deduktif.
Bagian pertama ditutup dengan pembahasan akan tantangan terhadap filsafat yang dibagi
dalam dua bagian yaitu tantangan terhadap filsafat secara umum dan tantangan filsafat bagi umat
kristen. Tantangan secara umum terdiri atas pengkajian filosofis, klarifikasi pemikiran,
argumentasi, dan sistematika pengetahuan. Sedangkan tantangan bagi umat kristen filsafat
memberikan tantangan secara negatif dan positif.
Filsafat membantu pembentukan sistem kristen dan pembuktian kesalahan pandangan yang
berlawanan dengannya. Filsafat mempunyai peran dalam teologi karena teologi sistematika
disusun melalui bantuan filsafat, juga filsafat berperan dalam apologetika, berfungsi dalam
polemik, dan dalam komunikasi. Jadi, tantangan filsafat bagi umat kristen adalah berupa cara
bepikir kritis, jernih, tepat, dan komprehensif terhadap dunia. Tantang yang kedua adalah
penggunaan filsafat dalam sistematisasi berbagai keyakinan ini dan dalam argumentasi untuk
mempertahankan kekristenan.
Bentuk-bentuk skeptisisme dan argumen-argumennya, argumen-argumen antiskeptis, dan
manfaat skeptisisme. Penulis menggolongkan skeptisisme menjadi lima kelompok yaitu
skeptisisme sempurna, skeptisisme ringan, skeptisisme terbatas, skeptisisme metodologis dan
irasionalisme. Skeptisisme sempurna menegaskan bahwa manusia tidak mempunyai pengetahuan
apapun ataupun hanya memiliki pengetahuan dari pengalaman kita yang paling akhir (logika atau
matematika).
Sedangkan skeptisisme ringan menolak pengetahuan yang melampaui pengalaman yang
ada. Skeptisisme terbatas mempertanyakan tipe-tipe pengetahuan tertentu, sedangkan Rene
Descartes (skeptisisme metodologis) menyatakan skeptisisme bukan kesimpulan dari suatu
argumen melainkn metode yang mengatasi keraguan itu. Irasionalisme dibangun berdasar
skeptisisme fideistis. Skeptisisme mempunyai kelemahan karena tidak bersifat konsisten, tidak
memiliki arti, berlawanan dengan akal sehat, bertentangan dengan bahasa, dan bukan konsekuensi
induksi. Jadi skeptisisme berguna sebagai penggerak utama dari epistemologi, untuk menganalisa
pernyataan dari sang epistemolog.
Para filsuf menyadari bahwa keyakinan dan kebenaran saja tidak cukup bagi pengetahuan.
Setidaknya diperlukan tambahan bukti yang mendukung dan membenarkan keyakinan tersebut.
Hal ini disebut logika atau struktur pembenaran epistemik. Dalam istilah umum terdapat dua
logika alternatif (struktur pembenaran epistemik), fondasionalisme, dan koherenenisme
(kontekstualisme).
Fondasionalisme berpendapat ada struktur pengetahuan yng kondisinya, walau mendukung
keseluruhannya, tidak membutuhkan dukungan. Kontekstualisme adalah keyakinan bahwa tidak
ada keyakinan yang terdahulu atau yang fundamental secara epistemologis dan pembenaran hanya
keluar-masuk melalui jaringan keyakinan kita tanpa berhenti di manapun juga. Ada dua
pandangan yang ditolak oleh epistemologi kristen yaitu relativisme dan agnotisisme tentang dunia
nyata.
Ada banyak teori-teori yang salng bertentangan tentang makna benar di antara para filsuf,
yaitu: Kuat adalah benar, moral adalah adat istiadat, yang menjadi ukuran adalah manusia, yang
benar adalah yang berlaku bagi bangsa, yang benar adalah yang moderat, tidak ada yang benar,
yang benar adalah yang mendatangkan kesenangan, yang benar adalah kebaikan terbesar untuk
umat manusia, yang benar adalah apa yang diinginkan demi kebaikan itu sendiri, kebaikan tidak
dapat didefinisikan, dan kebaikan adalah apa yang dikehendaki Allah.
Pandangan kristiani akan kebenaran berdasarkan pada fundamental sifat kasih dan keadilan
Allah yang tidak berubah, di mana kehendak Allah tunduk pada sifat-Nya sendiri yang tidak
berubah. Kebenaran sudah dinyatakan Allah melalui sarana wahyu umum (alam semesta dan hati
nurani) dan wahyu khusus (Alkitab).
Bab terakhir membahas persoalan etika ketika ada kewajiban-kewajiban moral yang
bertentangan. Ada tiga pendapat yaitu: Pandangan alternatif-ketiga mengatakan dalam setiap
pertentangan selalu ada solusi moral, selalu ada solusi bagi tiap dilema etika. Pandangan
kejahatan yang lebih ringan dianut oleh orang-orang yang percaya pada norma-norma etika yang
universal. Ada persoalan di mana kedua alternatif salah sehingga kita wajib memilih yang
kesalahannya lebih ringan dan mengakui dosanya. Pandangan kebaikan-lebih besar artinya
mentaati hukum yang lebih tinggi ketika sebuah konflik tidak dapat dihindarkan antara dua
perintah Ilahi atau lebih. Pandangan inilah yang paling sesuai dengan ajaran Alkitab.
Buku ini memberikan wawasan secara luas akan pandangan-pandangan filsafat dari dunia
awam maupun dari dunia kekristenan. Terlepas dari bahasa filsafat yang memang sulit dipahami,
penulis telah berusaha keras untuk memberikan pandangan yang berimbang. Hanya saja, justru
karena hal itulah maka penekanan pada filsafat dari pandangan kristen mendapat porsi yang lebih
sedikit. Sebagai konsekuensi logis maka pandangan filsafat dunia justru mendapat porsi yang
lebih besar sehingga judul buku (Filsafat Dari Perspektif Kristiani) menjadi kurang sesuai dengan
isinya.

Anda mungkin juga menyukai