Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Bpk. Muhammad Nursyahid, M. Si.
Disusun oleh kelompok 3 (tiga) :
Putra Diva Din Al-Haq (21. 1. 2342)
Muhammad Milzam Abdala (21. 1. 2308)
Muhammad Fahmi (21. 1. 2317)

A. Pengertian Problem Dalam Filsafat Ilmu


Filsafat dalam perkembanganya mencapai pembahasan yang semakin kompleks yang
bersifat teknis sehingga lebih sulit, dan mencapai pada pemahaman yang lebih fundamental,
mendasar, universal yang lazimnua sudah menjadi medan kajian filsafat.
Filsafat sebagai rangkaian aktivitas dari budi manusia pada dasarnya adalah
pemikiran reflektif.1[29] Dikatakan bersifat reflektif karena dalam prosesnya orang berfilsafat
sama dengan berkontemplasi merenung secara mendalam tentang hakikat segala sesuatu.
Ada beberapa pendapat mengenai problem-problem apa saja yang diperbincangkan
dalam filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan
dari pendapat-pendapat para ahli sebagai berikut:
a. A. Cornelius Benjamin
Benjamin memerinci aneka ragam problem itu dalam tiga bagian pertama persoalan
mengenai hubungan-hubungan teoritis antara ilmu yang satu dengan yang lain dan antara
ilmu-ilmu dengan usaha-usaha manusia yang lain untuk memahami, menilai, dan
mengendalikan dunia, sering kali pemahaman kita tentang suatu disiplin keilmuan saling
berhubungan atau bahkan bertentangan walaupun dalam satu objek kajian yang sama, karena
metode yang digunakan berbeda atau antara metode satu dengan yang lainya saling
melengkapi dan bahkan metode satu dengan yang lainya saling bertentangan, misalnya suatu
penemuan yang lama akan tidak relevan lagi ketika ditemukan penemuan baru dengan jalan
atau metode yang baru kedua persoalan yang bersangkut paut dengan implikasi –implikasi
teoritis dari kebenaran-kebenaran tertentu dalam ilmu sejauh ini mengubah pertimbangan-
pertimbangan kita dalam bidang-bidang lain dari pengalaman kita ketiga persoalan yang
bertalian dengan efek-efek praktis, yakni efek-efek dari penemuan-penemuan ilmiah terhadap
misalnya bentuk pemerintahan, cara hidup, kesehatan dan rasa senang.

1
b. Victor Lenzen
Filsosof ini mengajukan dua problem :
1). Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah
2). Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas
c. B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem-problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun
60an ialah:
1). Metodologi, sering kali adanya hasil dari suatu penelitian ilmiah yang tidak sama kendatipun
objek penelitianya sama, hal ini bukan berarti objek kajianya yang berubah namum
metodenya yang harus di uji kembali masihkah relevan ataukah sudah tidak relevan lagi
karena kurun waktu yang berlainan sehingga perlunya metodologi yang baru
2). Landasan Ilmu-ilmu, objek kajian filsafat ilmu ialah masalah ilmi-ilmu empiric sehingga
sering kali tidak tepat atau kurang akurat, maka hendaknya melakukan terobosan berupa
penelitian-penelitian yang mendasar mengenai landasan berpikirnya dan mencapai
kesuksesan seperti halnya ilmu-ilmu eksakta.
3). Ontologi, persoalan yang paling utama dalam kajian filsafat ilmu ialah masalah-masalah yang
menyangkut konsep secara substantive, proses, ruang dan waktu, kausalitas, serta hubungan
antara budi dan materi.
Dari berbagai problem yang dipaparkan oleh para filsuf diatas kiranya masih sangat
abstrak atau terkesan masih simpang siur. Untuk itu perlu adanya usaha pemilihan guna
mempermudah penyusunan sehingga menjadi suatu kebulatan yang lebih sistematis.
Problem-problem yang terdapat di dalam filsafat ilmu sebenarnya dapat digolongkan
jika kita mampu mengeneralisasikanya, paling tidak ada enam hal pokok yaitu pengetahuan,
keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Berdasarkan enam sasaran itu,
bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi dalam enam cabang pokok, yaitu; epistemology
(teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi ( studi tentang
metode), logika (teori penyimpulan), etika (ajaran moralitas), dan estetika (teori keindahan). 2
[30]

Filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat pada umumnya, oleh karenanya
problem-problem filsafat ilmu dapat digolongkan secara sistematis menjadi beberapa bagian
sesuai dengan cabang-cabang filsafat itu sendiri, dengan demikian semua persoalan dalam
filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi; problem epistemology tentang ilmu, problem

2
metafisis tentang ilmu, problem metodologis tentang ilmu, problem etis tentang ilmu, dan
problem estetis tentang ilmu.

B. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Filsafat Ilmu

Seperti ilmu-ilmu lainnya, filsafat ilmu juga memiliki masalah-masalah yang


sistematis yang dapat digolongkan berdasarkan pada 6 hal (Gie, 2000) yaitu: pengetahuan,
keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Sedangkan masalah atau
problem yang dihadapi filsafat ilmu yang tidak sistematis juga ada 6 yaitu:

Pertama, Problem epistemologi tentang ilmu; problem tersebut membahas tentang segi-segi
pengetahuan seperti kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan,
validitas dan reliabilitas sampai soal kebenaran.

Kedua, Problem metafisis tentang ilmu: metafisika adalah teori mengenai apa yang ada. Segi
filsafat ilmu ini mempersoalkan tentang eksistensi dari entitas-entitas dalam sesuatu ilmu
khusus atau status dari kebenaran ilmu.

Ketiga, Problem metodologis tentang ilmu; metodologi ilmu merupakan penelahaan terhadap
metode yang dipergunakan dalam suatu ilmu. Validitas dan reliabilitas hasil ilmu sangat
ditentukan oleh kuatnya metode yang dipakai.

Keempat, Problem logis tentang ilmu; dalam menentukan kesimpulan pada suatu ilmu
haruslah memenuhi syarat-syarat logika dengan standar ketelitian logis yang tinggi.

Kelima, Problem etis tentang ilmu; problem etis dari ilmu tersebut mengandung implikasi
baik atau buruk bagi kehidupan manusia.

Keenam, Problem estetis tentang ilmu; aspek estetis mempermasalahkan tentang keindahan
atau kejelekan dari analisis, pemaparan, penilaian dan penafsiran peranan suatu ilmu dalam
peradaban manusia.

C. Pengertian Ruang Lingkup

3
Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang amat
luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik material konkrit
maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya
pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata
filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan
masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat
tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas.

Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalhan
kehidupan mausia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga objek pemikiran filsafat
pendidikan. . Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas,
jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang
tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya dengan
pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan
mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga
bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi ilmu

meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana
(yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme
atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan
paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran
yang kita cari.

2. Epistemologi ilmu

4
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand),akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman,
intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya
model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme
kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori
intersubjektif.

3. Akslologi llmu

meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik-material. Lebih
dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi


Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-
budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan

Ciri-Ciri Filsafat

Ada lima ciri utama hingga upaya itu dapat dikatakan filsafat, yaitu:

1. argumentasi menandakan bahwa filsafat memiliki ciri kegiatan berupaya


pembicaraan yang mengandalkan pada pemikiran, rasio, tanpa verifikasi uji empiris.
2. Sistematis artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur
menurut sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Dengan

5
demikian, perbincangan tersebut tepat dan tidak, dapat diikuti dan diuji oleh orang
lain, meskipun pada akhirnya hanya ada satu pengertian mengenai sesuatu hal.
3. Radikal artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekwensinya yang terakhir,
radiks artinya akar, juga disebut arche. Hal ini merupakan ciri khas berpikir filsafat.
Hal ini jelas berbeda dengan ilmu pengetahuan yang bertitik tolak dari asumsi yang
sering disebut keyakinan filsafati (philosophical belief). Pengertian sampai ke akar-
akarnya, bahwa asumsi tersebut tidak hanya dibicarakan, tetapi digunakan. Ilmu
pengetahuan menggunakan asumsi, tetapi filasafat membangun atau
memperbincangkannya
4. Universal Artinya apa yang dibicarakan yang merupakan materi filsafat adalah segala
hal menyangkut keseluruhan sehingga disebut perbincangan universal. Tidak ada
yang tidak dibicarakan oleh filsafat. Ada atau tidak ada permasalahan, filsafat
merupakan bagian dari perbincangan. Hal ini jelas berbeda dengan ilmu pengetahuan
yang membicarakan suatu lingkup permasalahan, misalnya zoologi yang hanya
membicarakan wujud binatang, tetapi lengkap dengan ukurannya.
5. Hakekat merupakan istilah yang menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah
pemahaman atau hal yang paling mendasar. Jadi, filsafat tidak berbicara tentang
wujud atau suatu materi, seperti ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna yang ada
dibelakangnya. Dalam filsafat, hakikat seperti ini merupakan akibat dari berpikir
secara radikal.

METODE DALAM FILSAFAT

Adapun metode filsafat sebagai disiplin ilmu dan pendidikan mempunyai metode tertentu
misalnya :

1. Contemplative (perenungan)

Merenung adalah memikirkan sesuatu atau segala sesuatu, tanpa keharusan adanya kontak
langsung dengan objeknya, misalnya makna hidup, kebenaran, keadilan, keindahan dan
sebagainya. Merenung adalah suatu cara yang sesuai dengan watak filsafat, yaitu memikirkan
segalah sesuatu sedalam-dalamnya, dalam keadaan tenang hening dan sungguh-sungguh
dalam kesendirian atau kapan dan dimanapun.

6
1. Speculative

Juga bagian dari perenung/ merenung. Karena melalui perenungan dengan pikiran yang
tenang kritis, pikiran umum cenderung menganlisis, mengubungkan antara masalah berulang-
ulang sampai pada tujuan.

1. Deductive

Filsafat menggunakan metode deduktif karena filsafat berusaha mencari kebenaran hakiki.
Sebenarnya filsafat menggunakan semua metode agar saling komplimentasi, selain
melengkapi.

Guna filsafat

o Melatih manusia berfikir kritik dan runtut dalam menyusun hasil fikiran secara sistematis

o Meenambah pandangan dan cakrawala yangg lebih luas agar tidak berfikir sempit

o Melatih diri mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan
komprehensif

o Menjadikan diri bersikap dinamis dan terbuka dalam menghadai suatu problem

o Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggangg rasa

o Mejadi alat yang beguna bagi manusia baik unttuk kepentingan pribadinya maupun dalam
hubungannya dengan orang lain.

o Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam hubungan
dengan orang lain, alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa

Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada [realita]
sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-

7
kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada
itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan
intensif.

Dengan filsafat ilmu maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu.
Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar. Walaupan demikian maka berfikir secara rasional inipun harus memenuhi syarat-
syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat di andalkan. Untuk itu maka ilmu
mempuyai karakteristik, yang kedua yakni alur jalan pikiran yang logis yang konsisten
dengan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu
didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris. Untuk itu maka ilmu
mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni pengujian secara empiris sebagai kriteria
kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara logis dan telah teruji ecara empiris
lalu dianggap benar secara ilmiah dan memperkaya khajanah pengetahuan ilmiah.

D. Batasan Pembahasan Filsafat Ilmu

Batasan filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara


satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda. Dan hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Batasan Filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni
secara etimologi dan secara terminologi.

Arti secara Etimologi

Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” kata philosophia terdiri dari
kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti
yang sedalam-dalamnya.

Arti Terminologi

Dalam arti terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen
“filsafat”. Karena batasan filsafat banyak, maka sebagai gambaran dikenalkan beberapa
batasan dari para filsuf.

8
Plato mengartikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli. Aristoteles mengartikan filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan). Al farabi berpendapat filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekat sebenarnya. Rene Descartes
berpendapat filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.

Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum


dicantumkan, maka dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat ilmu
adalah pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai hakekatnya. Pengertian hakikat dapat diperoleh secara setingkat
demi setingkat penyederhanaan keadaan menurut suatu metode yang dihasilkan oleh ilmu
filsafat yang disebut metode analisa abtraksi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muntasyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat ilmu, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008.:

Novita Trisnaningtyas PBI B_STKIP PGRI Pacitan

ADP on saturday , june 27th, 2015 catagories : bikers pinter

Posted on October 18, 2016 by Evia Yunita

10

Anda mungkin juga menyukai