Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR MANAJEMEN DALAM PARADIGMA

KEPERAWATAN

OLEH :

NI PUTU AYU LESTARINA (NIM. 193223196)

KELAS B12 C

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

1
KONSEP DASAR MANAJEMEN DALAM PARADIGMA KEPERAWATAN

A. Pengertian Manajemen
Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1986). Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional.
Manajemen dari kata yang berarti “tangan”. Manajer memegang kendali sehari-
hari “ untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Organisasi yang sukses mmbutuhkan
kepemimpinan dan manajemen. Mamajemen dapat mendorong ketepatan dan
menaiki tangga kesuksesan, kepemimpinan, menentukan apakah tangga yang dinaiki
bersandar pada dinding yang kokoh (Covey, 1989)
Manajemen berfokus pada cara untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja
melalui berbagai pendekatan manajemen.(Frederick Taylor,1800)

B. Prinsip Umum Manajemen


Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip dalam
manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai
dgn kondisi-kondisi khusus & situasi-situasi yg berubah.

Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :


1. Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan
karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place.
Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang
didasarkan atas dasar like and dislike.

2
Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan
jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. 
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) harus
seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang
sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil
pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap karyawan dilengkapi
dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat
atau diikuti pertanggungjawaban.
3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang.
Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang.
Pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri
sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan
weweanng yang ada padanya.
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan
wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat
dijalankan dengan baik.
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas
dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab
(Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah
(Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan
mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus
mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi

3
kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan
perlu diarahkan menuju sasarannya.
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat
terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga
memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan
pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa
kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya
kepentingan organisasi. 
7. Penggajian pegawai
Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan
prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada
perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja.
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan
tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan.  Dalam prinsip
penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan tenang,
menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.
8.        Pemusatan (Centralization)
Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang,
melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab.
Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang
(delegation of authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan
tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada
orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. 
9. Hirarki (tingkatan)
Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak
dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap
karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari
siapa ia mendapat perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan

4
bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki. 
10. Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan,
baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu,
ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban
dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya
tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. 
11. Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat
dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena
atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran
merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
12. Stabilitas kondisi karyawan
Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan,
perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan
dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam
setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala
pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya
disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.
13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu
hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri
seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk
mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-
beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan
pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan
salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang bijak akan
menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.

5
14. Semangat kesatuan dan semangat korps
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain
sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan
mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang
suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp
(perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan harus memiliki rasa
kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat
kerja sama yang baik.

C. Peran Manajemen dalam Keperawatan


1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara
langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan
interpersonal dasar, yaitu:
a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin
harus melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu
penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang
pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal
sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting.
Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi
organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.
b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam
unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu
berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung.
Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara lain
menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan

6
secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi
dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat
pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberi seorang
pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang
menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.
c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama
aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan
mengenai peran sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di
luar rantai komando vertikal, mulai muncul. Hal itu mengherankan,
mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan
bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang
lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan
anak buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin
menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka
mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara
khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi eksternalnya
sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.
2. Peran Informasional (Informational Role)
Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun
dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat
syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi
setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan informasi
merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang pemimpin.
Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.

a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)

Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus


memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali
harus ’menginterogasi’ kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima

7
informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak personal
yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi
yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam
bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih
membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.

b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)

Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan


bersama (sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan.
Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah,
pemimpinlah yang kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak
buah yang satu kepada yang lainnya.

c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)

Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk


menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit
organisasinya.

3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)


Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan
masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya
pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang
baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi
yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi
organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan
terdapat empat peran pemimpin, yaitu:

4. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)


Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu
memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di
mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang

8
pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide
tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.

5. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)


Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk
merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan
merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya
tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali
harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon gangguan yang
menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu
terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi
lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena
pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi
kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi
semua konsekuensi dari setiap tindakannya.

6. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)


Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan
menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang
dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi
seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan
pusat syaraf unit organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas
untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan
koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.

7. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)


Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin
menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana
dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang
pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin,
mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral

9
dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa
memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki
pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

D. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi :

1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan


2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer


keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:

10
1. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a. Manajemen puncak
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari
keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal:
Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer
tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan
mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer
dibawahnya.
b. Manajemen menengah
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian
interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama
dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana
dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala
divisi, direktur produk.
c. Manajemen bawah
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah
ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga
memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup
prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal:
supervisor/pengawas produksi, mandor.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya.

11
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar
penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah
a. Kemampuan menerapkan pengetahuan
b. Ketrampilan kepemimpinan
c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2. Manajemen asuhan keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan
adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga
keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung
jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat
pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah
komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian (Loveridge
& Cumming, 1996).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang menekankan
pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan
pasien.
1. Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang
mengharuskan perawat menentukan setepat mungkin pengalaman masa lalu
pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan dimasa
mendatang.

12
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi,
menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu yang unik.

2. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana


berdasarkan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang untuk
memberikan tindakan keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian
untuk merumuskan diagnosa keperawatan
3. Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosa keperawatan
4. Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi keperawatan
merupakan langkah berikut dalam proses keperawatan
5. Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan tujuan yang
dipilih sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang aktual dan
tingkat asuhan yang diberikan.
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini berlangsung terus menerus
dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh
para manajer keperawatan sebelumnya.

13
14

Anda mungkin juga menyukai