Anda di halaman 1dari 17

Keperawatan Kritis

Oleh kelompok 3:

Makalah Pemantauan Ni Kadek Rita Rusmadewi


EKG 193223182
I Wayan Widyarsana 193223176
I Gusti Made Amerta Yasa
193224179
Ida Ayu Made Sukmadewi
193223177
Luh Made Agustina Dewi
193222180
Ni Kadek Dwi Suryani
193223181
Ida Bagus Ananda Manuabe
193223176
Pengertian EKG

Elektrokardiogram (EKG) adalah


grafik yang dibuat oleh sebuah
lektrokardiograf yang merekam
aktivitas kelistrikan jantung dalam
waktu tertentu. Namanya terdiri atas
sejumlah bagian yang berbeda:
elektro, karena berkaitan dengan
elektronika, kardio, kata Yunani
untuk jantung, gram, sebuah akar
Yunani yang berarti "menulis".
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG
merupakan rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang
ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus
jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari
simpul SA kemudian dihantarkan ke simppul AV dan serabut
purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan direkam oleh
EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung.
Bentuk gelombang EKG

Dalam satu gelombang EKG  ada yang disebut titik interval


dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang
sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan
Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval
dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah
kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks
QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni
gelombang Q, gelombang R dan gelombang S namun jarang
ditemukan.  
Sinyal EKG terdiri atas :

1. Gelombang P terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif


kecil karena otot atrium yang relatif tipis.
2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal
sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi
pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R.
Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik
istirahat (repolarisasi)
Nilai-nilai normal EKG

Interval PR
·         Awal gelombang P sampai awal gelombang Q.
·         Merupakan waktu depolarisasi atrium.
·         Normal 3 – 5 mm (3 – 5 kotak kecil atau 0,12 – 0,20 detik).
·         Jika > 5 mm menunjukkan AV Blok.
·         Jika < 3 mm menunjukkan by pass depolarisasi ventrikel.

Interval QT
·         Awal kompleks QRS sampai awal gelombang T.
·         Waktu untuk depolarisasi ventrikel.
·         Pada pria normalnya 0,38 – 0,46 detik (9 – 11 kotak kecil).
·         Pada wanita normalnya 0,34 – 0,42 detik.
·         Memendek pada takikardi dan memanjang pada gangguan keseimbangan
elektrolit.
Segmen ST

·         Garis horizontal akhir gelombang S sampai awal gelombang T.


·         Junctional Point (J), normal di garis isoelektrik, mulai dari akhir gelombang S.
·         ST dikatakan depresi JIKA:
    Dibawah garis isoelektrik melebihi 1 mm, pada lead resciprocal terhadap lead yang
merekam jantung. Misal kelainan di inferior (Lead II, III, AvF) dapat ditemukan juga
kelainan pada satu atau lebih lead I, AvL, V1 – V4.

·         ST dikatakan elevasi JIKA:


      merupakan tanda infark jantung.
     J point berada di atas 2 mm dari garis isoelektrik pada lead pre kordial atau
melebihi 1 mm pada lead limb.

Interval PP
·         Awal gelombang P sampai akhir gelombang P.

Interval RR
·         Mulai dari puncak gelombang R sampai dengan puncak gelombang R
berikutnya
Kompleks QRS
·         Awal gelombang Q sampai dengan akhir gelombang S.
·         Normal tidak boleh melebihi 3 mm atau 0,12 detik.
·         Melebat pada ventrikel ekstra sistole (VES).

Gelombang P
·         Gelombang positif pertama yang muncul dalam ekg.
·         Merupakan depolarisasi atrium, paling jelas di lead II dan V1.
·         Ukuran normal, tinggi tidak boleh melebihi 2,5 mm dan lebar tidak boleh
lebih 2,5 mm, durasi < 0,12 detik (< 3 mm).
·         Morfologi bulat dan tidak tajam.
·         Morfologi P lebih tinggi dari 3 mm dan runcing menunjukkan P pulmonal.
·         Lebar P lebih dari 2,5 mm menunjukkan P mitral Left Atrium Enlargement
(LAE).
·         P mitral juga ditemukan P defleksi negatif di V1 > 1 mm.
Gelombang R
·         Pada EKG normal, R kecil di V1 meningkat progresif tingginya ke V6.
·         Jika tidak ada R di V1 atau R tidak meningkat progresif disebut poor R wave
yang dapat ditemukan pada LBBB, MI, Hipotiroid dan obesitas.
·         Gelombang R lebih tinggi dari gelombang S di V1 menunjukkan RVH atau
RBBB.
·         Tinggi R di lead I dan AvL melebihi 15 mm dan tinggi R di lead V5, V6
melebihi 25 mm menunjukkan Left Ventrikel hypertrofi (LVH).

Gelombang Q
·         Deloparisasi septum intra ventrikel.
·         Defleksi negatif pertama setelah gelombang P.
·    Normalnya tidak boleh melebihi 1/3 gelombang atau 25 % tinggi gelombang R.
Jika melebihi disebut Q patologis yang merupakan tanda infark myocard.
Gelombang S
·         Makin kecil dari V1 ke V6.
·         Di lateral (lead I AvL, V5, V6) jika tinggi > 7 mm atau lebar > 5 mm
menunjukkan Right Ventrikel Hypertrofi (RVH) atau Right Bundle Branch Block
(RBBB).
·         Gelombang S dalam > 25 mm di lead V1 dan V2 menunjukkan Left ventrikel
Hypertrofi (LVH).
·         Gelombang S di lead V1 dan V2 dijumlahkan dengan gelombang R di lead V5
dan V6 > 35 mm juga menunjukkan LVH.
·         Voltase gelombang R dan S hampir sama pada daerah transisi di V3 dan V4.
Gelombang T

·  Tinggi gelombang T di sandapan bipolar tidak boleh melebihi 5 mm, di sandapan


lead precordial tidak boleh melebihi 10 mm (menunjukkan hiperkalemia).
·   Gelombang T inverted  (defleksi negatif) ditambah gelombang Q patologis
menunjukkan Old MI (myocard infark).
·     Gelombang T inverted tanpa keluhan nyeri dada menunjukkan keadaan
iskemia kronik.
·    Gelombang T inverted yang dalam disertai keluhan nyeri dada menunjukan
NSTEMI (non ST elevasi myocard Infark).
·      Khusus di V1 dimana kompleks QRS dominan negatif, gelombang T biasanya
flat.
·     Gelombang T yang tidak mengalami progresifitas di lead pre kordial yang
tidak mengikuti progresivitas kompleks QRS dan gelombang R menunjukkkan
penyakit jantung iskemik
Cara menempatkan elektrode

Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien


di sekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian
hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
1. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan
tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan
dan kiri sebelah dalam.
3. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila
diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan
kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
Merah kananØ(RA / R) lengan
Kuning (LA/ L) lengan kiriØ
Hijau (LF / F ) tungkai kiriØ
(RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)ØHitam
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)

1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi


I, II, III.
2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang
ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF.
3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai
dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan
lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 ; garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 ; garis aksila tengah sejajar dengan V4
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan. Jadi pada
umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6

Sandapan yang lain dibuat bila perlu.


Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan)
 Cara Merekam EKG
1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas
bergerak, tombol kalibrasi ditekan
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
3. Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara
berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6.
Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3
kali, setelah itu matikan mesin EKG
4. Rapikan pasien dan alat-alat.
a. Catat di pinggir kiri atas kertas EKG
b. Nama pasien
c. Umur
d. Tanggal/Jam
e. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
5. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, perhatian
Perhatian !

1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.


2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu
kecil.
5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor,
bergerak, batuk dan lain-lain.
6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.
 

Anda mungkin juga menyukai