1933 5047 1 PB PDF
1933 5047 1 PB PDF
ABSTRACT
Pengaruh gaya gempa tentunya akan berbeda jika diaplikasikan terhadap bangunan beraturan dan tidak beraturan. Kinerja
struktur yang dihasilkan untuk gedung tidak beraturan akan berbeda dengan kinerja struktur gedung beraturan untuk
intensitas beban yang sama.Pada peraturan perencanaan struktur tahan gempa yang baru yaitu SNI 03-1726-2012 diatur
mengenai ketidakberaturan struktur. Dimana dalam peraturan ini terdapat dua jenis ketidakberaturan yaitu
ketidakberaturan horizontal dan ketidakberaturan vertikal yang kemudian terbagi lagi menjadi beberapa tipe
ketidakberaturan.Penelitian bertujuan untuk membandingkan kinerja struktur gedung dengan ketidakberaturan horizontal
yang dibandingkan terhadap gedung beraturan dilihat dari displacement, drift ratio, base shear, levelkinerja berdasarkan
ATC-40, perbedaan berat beton dan tulangan.Penelitian ini menghasilkan displacement terbesar untuk arah-x yaitu pada
gedung tidak beraturan model B dimana persentase selisih terhadap gedung beraturan adalah 32,57% dan untuk arah-y
yaitu gedung tidak beraturan model A dengan persentase selisih 27,45%, Drift ratio terbesar arah-x adalah gedung tidak
beraturan model B dan arah-y adalah model A, base shear terbesar yaitu gedung tidak beraturan model A, level kinerja
berdasarkan ATC-40 untuk semua model gedung adalah immidiate occupancy, kebutuhan tulangan terbesar yaitu gedung
tidak beraturan model B dengan persentase selisih 34,76% dan kebutuhan beton terbesar yaitu gedung tidak beraturan
model A dengan persentase selisih 7,06%.
Rumusan Masalah
I. PENDAHULUAN Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
tertarik untuk membahas Analisis Kinerja Struktur
Latar Belakang pada Bangunan Bertingkat Beraturan dan
Pada saat ini pembangunan gedung bertingkat di Ketidakberaturan Horizontal Sesuai SNI 03-1726-
Indonesia semakin banyak dipergunakan. 20012.
Bangunan bertingkat umumnya digunakan sebagai
gedung-gedung pemerintah seperti perkantoran Ruang Lingkup Penulisan
dan rumah sakit. Selain itu pembangunan gedung 1. Perencanaan pembebanan struktur berdasarkan
bertingkat di Indonesia dapat juga dijadikan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
sebagai investasi seperti apartement, hotel, mall, Gedung (1983).
dll. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan lahan 2. Luas gedung yang ditinjau secara keseluruhan
yang luas semakin sulit diperoleh sehingga adalah 600m2.
pembangunan gedung bertingkat akan berpengaruh 3. Bangunan diasumsikan untuk bangunan rumah
pada bentuk bangunan yang cenderung tidak sakit di kota Palembang.
beraturan. 4. Analisis struktur ditinjau dalam 3 dimensi
Pengaruh gaya gempa akan berbeda jika menggunakan bantuan Sap 2000. v. 14.
diaplikasikan terhadap bangunan beraturan dan 5. Tidak menghitung struktur bawah.
tidak beraturan. Kinerja struktur yang dihasilkan 6. Struktur gedung adalah beton bertulang.
untuk gedung tidak beraturan akan berbeda dengan 7. Sistem struktur direncanakan menggunakan
gedung beraturan untuk intensitas beban yang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
sama, misalnya jika dibandingkan terhadap (SRPMK).
simpangan (displacement), simpangan antar lantai
8. Dalam hal tinjauan ekonomis bangunan hanya
(drift), dan penulangannya. Pada peraturan
perencanaan ketahanan gempa yang terbaru SNI meliputi quantity material.
03-1726-2012 diatur mengenai ketidakberaturan
struktur, yaitu ketidakberaturan horizontal dan Tujuan Penelitian
vertikal. Ketidakberaturan horizontal ditetapkan 1. Menganalisis dan membandingkan struktur
berdasarkan kepada ketidakberaturan arah sumbu gedung beraturan dan struktur gedung tidak
xy sedangkan ketidakberaturan vertikal ditetapkan beraturan yang ditinjau berdasarkan
berdasarkan arah sumbu xz atau yz. displacement, drift, dan base shear.
spektrum
Prosedur
ekivalen
Analisis
Analisis
respons
respons
riwayat
Kategori
Karakteristik
desain Tabel II.2. Ketidakberaturan Horizontal
struktur
seismik Penerapan
Tipe dan penjelasan Pasal kategori
B,C Bangunan dengan I I I ketidakberaturan referensi desain
kategori risiko I seismik
atau II dari Ketidakberaturan torsi 7.3.3.4 D,E, dan F
konstruksi rangka didefinisikan ada jika 7.7.3 B,C,D,E,dan
ringan dengan simpangan antar lantai 7.8.4.3 F
ketinggian tidak tingkat maksimum, torsi 7.12.1 C,D,E,danF
melibihi 3 tingkat yang dihitung termasuk Tabel C,D,E,dan F
Bangunan lainnya I I I tak terduga, di sebuah 13 D,E,dan F
dengan kategori ujung struktur melintang 12.2.2 B,C,D,E,dan
risiko I atau II, terhadap sumbu lebih dari F
dengan ketinggian 1,2 kali simpangan antar
tidak melebihi 2 lantai tingkat rata-rata di
tingkat kedua ujung struktur.
Semua struktur I I I Persyaratan
lainnya ketidakberaturan torsi
D,E,F Bangunan dengan I I I dalam pasal-pasal
kategori risiko I referensi berlaku hanya
atau II dari untuk struktur dimana
konstruksi rangka diafragmanya kaku atau
ringan dengan setengah kaku.
ketinggian tidak Ketidakberaturan torsi 7.3.3.1 E dan F
melebihi 3 tingkat berlebihan didefinisikan 7.3.3.4 D
Bangunan lainnya I I I ada jika simpangan antar 7.7.3 B, C, dan D
dengan kategori lantai tingkat maksimum , 7.8.4.3 C dan D
risiko I atau II torsi yang dihitung 7.12.1 C dan D
dengan ketinggian termasuk tak terduga, di Tabel D
tidak melebihi 2 sebuah ujung struktur 13 B, C, dan D
tingkat melintang terhadap sumbu 12.2.2
Struktur beraturan I I I lebih dari 1,4 kali
dengan T<3,5Ts simpangan antar lantai
dan semua struktur tingkat rata-rata dikedua
dari konstruksi ujung struktur.
rangka ringan Ketidakberaturan sudut 7.3.3.4 D, E, dan F
Struktur tidak I I I dalam didefinisikan ada Tabel D, E, dan F
beraturan dengan jika kedua proyeksi denah 13
struktur dari sudut dalam
lebih besar dari 15 persen struktur utama tidak runtuh. Bangunan dapat
dimensi denah struktur dipakai kembali jika sudah dilakukan
dalam arah yang perbaikan, walaupun kerusakan yang terjadi
ditentukan. kadangkala membutuhkan biaya yang tidak
Ketidakberaturan 7.3.3.4 D, E, dan F sedikit.
diskontinuitas diafragma Tabel D, E, dan F
didefinisikan ada jika 13
4. Limited Safety, SP-4: Kondisi bangunan tidak
terdapat diafaragma sebaik level life safety dan tidak seburuk level
dengan diskontinuitas atau structural stability, termasuk ketika level life
variasi kekakuan safety tidak efektif atau ketika hanya beberapa
mendadak, termasuk yang kerusakan struktur kritis yang dapat
mempunyai daerah dikurangi.
terpotong atau terbuka 5. Structural Stability, SP-5: Level ini
lebih besar dari 50 persen merupakan batas dimana struktur sudah
daerah diafragma bruto mengalami kerusakan yang parah. Terjadi
yang melingkupinya, atau
perubahan kekakuan
kerusakan pada struktur dan nonstruktur.
diafragma efektif lebih Struktur tidak lagi mampu menahan gaya
dari 50 persen dari suatu lateral karena penurunan.
tingkat ke tingkat 6. Not Considered, SP-6: Pada kategori ini,
selanjutnya. struktur sudah dalam kondisi runtuh, sehingga
Ketidakberaturan 7.3.3.3 B, C, hanya dapat dilakukan evaluasi seismik dan
pergeseran melintang 7.3.3.4 D,E,dan F tidak dapat dipakai lagi.
terhadap bidang 7.7.3 D, E, dan F
didefinisikan ada jika Tabel B, C, D,
terdapat diskontinuitas 13 E,dan F
dalam lintasan tahanan 12.2.2 D, E, dan F III. METODE
gaya lateral, seperti B, C, D,
pergeseran melintang E,dan F III.1. Studi Literatur
terhadap bidang elemen Penelitian ini berupa studi perencanaan gedung
vertikal. beton bertulang beraturan dan tidak beraturan.
Ketidakberaturan sistem 7.5.3 C, D, E, dan Terdapat empat model yang akan dibandingkan,
nonparalel didefininisikan 7.7.3 F
untuk memperoleh struktur gedung yang memiliki
ada jika elemen penahan Tabel B, C, D,
gaya lateral vertikal tidak 13 E,dan F kinerja lebih baik terhadap beban gempa.
paralel atau simetris 12.2.2 D, E, dan F Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
terhadap sumbu-sumbu B, C, D, E, adalah studi literatur yang diperoleh dari buku,
ortogonal utama dan peraturan/ pedoman, maupun jurnal yang berkaitan
Sumber : SNI 03-1726-2012 dengan penelitian ini. Literatur yang digunakan
adalah literatur –literatur yang berkaitan dengan
II.4. Level Kinerja Berdasarkan berdasarkan ATC- masalah beban gempa. Diagram alir penelitian
40 dapat dilihat pada gambar III.4. dibawah ini:
Konsep Performance Based Seismic Design
adalah konsep yang menetapkan tingkat kinerja
(performance level) yang diharapkan setelah
struktur dilanda gempa dengan intensitas tertentu.
Menurut ATC-40, kinerja bangunan terhadap
beban gempa dapat dibagi menjadi 6 kategori level
struktur yaitu:
III.5. Analisis
Gambar III.4. Denah gedung T.B model B Metode yang digunakan dalam menganalisis
struktur gedung ini adalah dengan metode statik
ekivalen sesuai dengan tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
dan non gedung SNI 03-1726-2012. Untuk
mempermudah perhitungan analisis struktur akan
dibantu dengan menggunakan program komputer
SAP2000 v 14.2.2 yang kemudian akan dilakukan
pembandingan hasil analisis berupa Displacement,
Drift Ratio, Base Shear, dan berat tulangan dan
beton.
4.5 0.37 0.44 0.41 0.43 persentase selisih terbesar diantara gedung tidak
beraturan model lain terhadap gedung beraturan.
Gambar IV.3. Perbandingan Drift Ratio arah-x 5. Perbedaan Berat tulangan dan Berat beton
untuk tiap model Tabel IV.7. Perbedaan berat tulangan yang
diperlukan
3. Base Shear
Tabel IV.5. Perbedaan base shear
terhadap gedung beraturan adalah gedung tidak gedung dengan kebutuhan beton terbesar
beraturan model B yaitu dengan selisih 34,76% dimana persentase selisih terhadap gedung
dan selisih kebutuhan beton terbesar adalah beraturan adalah +7,06%.
gedung tidak beraturan model A yaitu dengan
selisih 7,06%. Saran
1. Dalam mendesain suatu gedung sebaiknya
dihindari bentuk-bentuk ketidakberaturan
V. KESIMPULAN DAN SARAN horizontal. Gedung dengan bentuk denah
persegi akan memberikan kinerja yang lebih
Kesimpulan baik dari gedung dengan denah yang memiliki
1. Ditinjau dari simpangan (displacement) sudut dalam. Semakin besar proyeksi sudut
struktur, gedung tidak beraturan model A yaitu dalam denah suatu gedung akan memberikan
gedung dengan proyeksi sudut dalam 50% kinerja struktur yang semakin buruk pula.
arah-x dan 34% arah-y mengalami simpangan 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
dengan selisih +20,64% ke arah-x dan variasi bentuk ketidakberaturan lain, sehingga
+27,45% ke arah-y jika dibandingkan dengan dapat dibandingkan bentuk ketidakberaturan
model gedung beraturan. Gedung tidak yang paling ideal dengan kinerja yang lebih
beraturan model B yaitu gedung dengan baik.
proyeksi sudut dalam 50% arah-x dan 60%
arah-y mengalami simpangan dengan selisih
+32,57% ke arah-x dan +8,13% ke arah-y jika
dibandingkan dengan model gedung VI. DAFTAR PUSTAKA
beraturan.Gedung tidak beraturan model C
yaitu gedung dengan proyeksi sudut dalam Anom, Wibowo dan Sunarmasto. 2013. Analisis
20% arah-x dan 50% arah-y mengalami Kinerja Struktur Dengan Metode
simpangan dengan selisih +10,89% ke arah-x Performance Based Design Terhadap
dan +19,06% ke arah-y jika dibandingkan Gedung Ketidakberaturan Vertikal.
dengan model gedung beraturan.Berdasarkan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
hasil tersebut didapat bahwa semakin besar Dewobroto, Wiryanto. 2007. Aplikasi Rekayasa
proyeksi sudut dalam maka akan semakin besar Konstruksi dengan SAP2000 Edisi Terbaru.
simpangan yang terjadi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
2. Simpangan antar lantai (drift ratio) terbesar Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton
arah-x adalah pada gedung tidak beraturan Bertulang. PT Gramedia Pustaka Utama,
model B yaitu 1,35%, sedangkan nilai Jakarta.
simpangan antar lantai (drift ratio)terbesar Hariyanto, Agus. 2011. Skripsi : Analisis Kinerja
arah-y adalah pada gedung tidakberaturan Struktur pada Bangunan Bertingkat Tidak
model A yaitu 1,24%. Beraturan Dengan Analisis Dinamik
Menggunakan Metode Analisis Respons
3. Untuk perhitungan gaya geser dasar seismik Spektrum. Universitas Sebelas Maret,
(base shear), gedung tidak beraturan model A
Surakarta.
memberikan gaya geser dasar seismik (base
Sampurna, Zuliawan Adi. 2010. Skripsi : Studi
shear) yang lebih besar diantara model gedung
Perbandingan Metode Perhitungan SNI T-
yang lain. Jika dibandingkan dengan gedung
15-1991-03 dan SNI 03-1726-2002 untuk
beraturan, persentase selisih antara kedua
Perhitungan Struktur Portal Beton
gedung adalah 3,82%.
Bertulang dengan Statik Ekivalen.
4. Tidak terdapat perbedaan kinerja struktur Universitas Sriwijaya, Indralaya.
berdasarkan performance based design untuk
masing-masing model, dimana seluruh model Tumilar, Steffie. 2011. Prosedur Analisis Struktur
gedung dikategorikan ke dalam level immidiate Beton Akibat Gempa Menurut SNI 03-
occupancy untuk arah-x dan arah-y. Pada 1726-2010. Seminar Himpunan Ahli
kategori ini kondisi struktur bangunan dalam Konstruksi Indonesia 28 Juli 2011, Jakarta.
level aman, resiko korban jiwa dari kegagalan Applied Technology Council, ATC-40 Report.
struktur tidak terlalu berarti, gedung tidak 1996. Seismic Evaluation and Retrofit of
mengalami kerusakan berarti, dan dapat segera Concrete Building: Volume 1 , California.
difungsikan/ beroperasi kembali. Badan Standardisasi Nasional. 2013. Persyaratan
5. Pada perhitungan tulangan didapat bahwa Beton Struktural untuk bangunan Gedung.
gedung tidak beraturan model B adalah model BSN, Jakarta.
gedung dengan kebutuhan tulangan terbesar Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara
dimana persentase selisih terhadap gedung Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
beraturan adalah +34,76%, dan untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
perhitungan kebutuhan beton didapat bahwa Gedung. BSN, Jakarta.
gedung tidak beraturan model A adalah model