2017
MODUL DIKLAT GURU KEAHLIAN GANDA
PENYUSUN:
SUPRIJADI
PENYUNTING :
IR. SUMARTINI, MP
2017
KATA SAMBUTAN
Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan visi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) 2025 untuk ‘menghasilkan Insan Indonesia Cerdas
dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)’, tema pembangunan pendidikan nasional 2015-
2019 difokuskan pada daya saing regional pendidikan dan kebudayaan.
Rencana Strategis (Renstra) Kemdikbud 2015-2019 menjabarkan bahwa sejalan dengan fokus
tersebut, visi Kemdikbud 2019 adalah “Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan
Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”. Untuk mencapai visi
tersebut, misi Kemdikbud 2015-2019 meliputi: Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan
Kebudayaan yang Kuat (M1); Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan (M2);
Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu (M3); Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan
Pengembangan Bahasa (M4); dan Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan
Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan Publik (M5).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang mendukung keterlaksanaan
Program Keahlian Ganda untuk pemenuhan Kebutuhan Guru Produktif di SMK.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pada ProgramKeahlian Ganda Guru SMK/SMA merupakan
salah satu alternatif untuk memecahkan masalah kekurangan guru produktif yang dibutuhkan
SMK dan mengatasi kelebihan guru adaptif SMK/SMA sertaguru produktif tertentu SMK. Untuk
melaksanakan Diklat Keahlian Ganda diperlukan sarana berupa modul yang memuat materi
ajar mata pelajaran/paket keahlian (pengetahuan, sikap dan pengetahuan) yang diperlukan
agar peserta dapat melaksanakan tugas tersebut.
Modul diklat kejuruan yang tersedia di PPPPTK Pertanian merupakan modul yang dirancang
untuk diklat Guru Pembelajar (GP). Modul tersebut disusun berdasarkan Standar Kompetensi
Guru (SKG) sesuai dengan Permendiknas Nomer 16 tahun 2007 tentang
StandarKualifikasiAkademik dan Kompetensi Guru sehingga Kompetensi-kompetensi yang ada
dalam modul GP belum selaras dengan SKKNI/SKN/Standar relevan lain dan Spektrum
Pendidikan Menengah Kejuruan serta belum mengandung nilai-nilai karakter positif yang
diperlukan peserta didik SMK. Oleh karenanya, modul-modul pelatihan yang akan digunakan
dalam Diklat Keahlian Ganda perlu diselaraskan.
Evaluasi peserta pada modul diklat GP ditekankan pada aspek pengetahuan. Sedangkan
evaluasi peserta pada diklat keahlian ganda terdiri dari evaluasi pengetahuan yang dilakukan
secara on line dan evaluasi keterampilan dan sikap yang dilakukan selama dan di akhir
pelatihan. Atas dasar itu, evaluasi ranah sikap dan keterampilan perlu dirancang dengan baik.
Perubahan lain yang juga perlu dilakukan agar modul tidak terlalu teoritis yaitu dengan lebih
memfokuskan pada teori-teori yang langsung mendukung dan dibutuhkan guru dalam
melakukan pembelajaran di kelas.Berbagai peraturan baru tentang pendidikan juga perlu
dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan modul ini. Semoga modul ini dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Cover Luar
Cover Dalam
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Pendahuluan …………………………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………….
B. Tujuan…………………………………………………………………………………………
C. Peta Kompetensi ……………………………………………………………………………
D. Ruang Lingkup………………………………………………………………………………
E. Saran Cara penggunaan modul …………………………………………………………..
Evaluasi
Penutup
Daftar Pustaka
Glosarium
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
tensiHalaman
Halaman
Tabel1.6. Analisis sidik ragam dari data respon uji skor, skala dan jenjang ……..........
Tabel1.7. Matrix peringkat basil uji peringkat dari 6 contoh 5 panelis …..………..........
Tabel2.1. Diskripsi mutu warna baku untuk daging sapi ………………..………..........
Tabel2.2. Hasil Analisis Warna Minyak dengan Lovibond …..…………..……............
Tabel2.3. Kesetaraan Index Bias dan Kadar Sukrosa pada suhu 200C…..…............
Tabel3.1. Faktor konversi N beberapa bahan pangan …..………………………..........
Tabel3.2. Dosis maksimum bahan pengawet asam benzoat yang diizinkan oleh
dirjen POM …..………………………........................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Sejalan dengan pertumbuhan dunia usaha dan industri di Indonesia, permintaan tenaga
terampil lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi semakin meningkat. Oleh
karena itu, SMK perlu membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan dunia usaha dan industri. Ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia makin menegaskan bahwa
SMK harus semakin lebih mendekatkan diri dengan kebutuhan dunia kerja.
Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan menyelenggarakan program
keahlian yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri agar penyelenggaraan
pendidikan di SMK menjadi efektif. Kondisi ini diikuti oleh perubahan kebutuhan tenaga
guru, khususnya guru produktif di SMK. Dari hasil analisis kebutuhan guru oleh Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan diperoleh data bahwa beberapa program keahlian di SMK mengalami
kekurangan guru produktif sementara pada program keahlian/peminatan lainnya atau mata
pelajaran lainnya jumlah guru melebihi jumlah yang dibutuhkan. Hasil analisis perhitungan
kebutuhan guru SMK menunjukkan bahwa pada tahun 2016 diperlukan 335.821 guru
produktif. Saat ini guru produktif di SMK berjumlah 100.552 yang terdiri dari adalah 40.098
orang guru berstatus PNS dan 60.482 orang guru bukan PNS, sehingga terjadi kekurangan
guru produktif di SMK sejumlah 235.269. Kekurangan ini tersebar pada semua kompetensi
keahlian.
Salah satu arah kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan
kualitas pendidikan vokasi serta pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja. Untuk
mendukung kebijakan tersebut, Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam
rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Melalui
Inpres ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diinstruksikan untuk meningkatkan
jumlah dan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di SMK.
Program Revitalisasi Pendidikan Vokasi merupakan amanah NAWACITA dan Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 dalam rangka pemenuhan 58 Juta Tenaga Kerja Terampil
Sampai 2030. Melalui NAWACITA tersebut bangsa Indonesia memiliki cita-cita yang tinggi
untuk menjadikan ekonomi Indonesia peringkat 7 dunia pada 2030 dan memenangkan
persaingan SDM di tingkat regional dan global.
Menindaklanjuti Inpres tersebut dan dalam rangka penataan dan pemenuhan guru produktif
di SMK, pada tahun 2016 Ditjen GTK akan melaksanakan Program Sertifikasi Keahlian dan
Sertifikasi Pendidik bagi Guru SMK/SMA yang selanjutnya disebut dengan Program
Keahlian GandaGuru. Program Keahlian GandaGuru diharapkan dapat memenuhi
kekurangan guru produktif di SMK. Pedoman ini disusun agar Program Sertifikasi Keahlian
dan Sertifikasi Pendidik bagi Guru SMK/SMA(Keahlian Ganda) dapat dilaksanakan secara
efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur.
B. Tujuan
Tujuanumumadalahmeningkatkankualitaslayanandanmutupendidikandi sekolah/madrasah
serta mendorong guruuntuk senantiasamemeliharadan meningkatkan
kompetensisecaraterus-menerussesuaidenganprofesinya.
Tujuankhususadalah.
c. Meningkatkankomitmengurudalammelaksanakantugaspokokdanfungsinya
sebagaitenagaprofesional.
d. Menumbuhkembangkan rasacintadanbanggasebagaipenyandangprofesiguru.
Bh2Dg1CT)y
Fcti(ELM
N
G
w
blKIAU
PertanioduksH
C. Peta Kompetensi
Modul Diklat PKB Guru Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) grade 4 mempelajari
dan mengurai tentang
1. Teknik dan metode pengendalian mutu selama proses dengan pendekatan “titikkritis”;
pendekatan “cacatnol”; dan Teknikpengujian (pengambilan sampel, metode uji,
pengolahan data) bahan hasil pertanian secara organoleptis; sarana dan prasarana
yang dibutuhkan serta K3LH dalam pengujian secara organoleptis dan pengolahan data
2. Teknikpengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data) bahan hasil
pertanian secara fisis-mekanis; sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta K3LH
dalam pengujian secara fisis-mekanis serta pengujian fisis-mekanis dan pengolahan
data
3. Teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data) bahan hasil
pertanian secara kimiawi; sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta K3LH dalam
pengujian secara kimiawi serta pengujian kimiawi dan pengolahan data
4. Teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data) bahan hasil
pertanian secara mikrobiologis; sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta K3LH
dalam pengujian secara mikrobiologis serta pengujian mikrobiologis dan pengolahan
data
1. Modul Diklat PKB Guru Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian grade 4 terdiri dari
kompetensi Teknik dan metode pengendalian mutu selama proses danteknik pengujian
bahan hasil pertanian secara organoleptis; Teknik pengujian bahan hasil pertanian
secara mekanis dan mikroanalis; Teknik pengujian bahan hasil pertanian secara
kimiawi; serta Teknik pengujian bahan hasil pertanian secara mikrobilologis.
4. Apabila telah selesai mempelajari lembar informasi dan dan lembar kerja pada setiap
kompetentensi , cek kemampuan Anda dengan mengerjakan lembar penilaian dalam
bentuk latihan.
5. Apabila Anda merasa belum berhasil dan atau hasil penilaian akhir semester masih
kurang dari 70, pelajari kembali materi-materi yang Anda rasa masih kurang.
Kegiatan Pembelajaran 1.
A. Tujuan
Setelah mempelajari Modul Pembelajaran Teknik dan metode pengendalian mutu selama
proses dan teknik pengujian bahan hasil pertanian secara organoleptis ini peserta
Diklatmampu :
1. Memahami prinsip, teknik dan metode pengendalian mutu selama proses dengan
pendekatan “titik kritis”dengan cermat dan teliti
2. Memahami prinsip, teknik dan metode pengendalian mutu selama proses melalui
diagnosis penyimpangan dan perbaikan proses dengan cermat dan teliti
3. Menerapkan strategi, metode dan teknik pengendalian mutu selama proses.
4. Memahami dan menerapkan teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji,
pengolahan data) bahan hasil pertanian secara organoleptisdengan cermat dan teliti
5. Memahami sarana dan prasarana yang dibutuhkanserta K3LH dalam pengujian secara
organoleptisdengan cermat dan teliti
1. Menetapkan prinsip, teknik dan metode pengendalian mutu selama proses dengan
pendekatan “titik kritis”
2. Menetapkanprinsip, teknik dan metode pengendalian mutu selama proses melalui
diagnosis penyimpangan dan perbaikan proses.
3. Menetapkandan menerapkan strategi, metode dan teknik pengendalian mutu selama
proses.
4. Menetapkandan menerapkan teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji,
pengolahan data) bahan hasil pertanian secara organoleptis serta melakukan
pengolahan data
5. Menetapkansarana dan prasarana yang dibutuhkanserta K3LH dalam pengujian secara
organoleptis
C. Uraian Materi
Nilai kuantitatif ataupun diskripsi kualitatif atas masing-masing kriteria mutu tersebut
itulah yang bersifat khusus atau spesifik, tergantung dari jenis produk tersebut.
Secara garis besar, mutu produk pangan dapat dibedakan atas dua macam kelompok
kriteria mutu. Pertama, mutu eksternal, yaitu kriteria mutu yang dapat diindera, dilihat,
dan diraba, tanpa harus dirasa (dicicip) oleh konsumen. Mutu Eksternal ini termasuk
warna, bentuk, bau, aroma dan keutuhan. Hal-hal tersebut sangat berperanan bagi
konsumen untuk menentukan keputusannya, apakah akan membeli atau tidak. Kriteria
mutu kedua adalah mutu internal, yaitu cita rasa, tekstur, dan “mouthfeel”, serta
jumlah/kuantitas, komposisi dan kelengkapan zat-zat gizi yang ada di dalamnya.
Secara umum kriteria mutu suatu produk pangan dapat dibagi menjadi 6 kriteria mutu
utama yaitu (1) mutu visual/penampakan; (2) mutu tekstur (mouthfeel); (3) mutu
flavor/rasa, rasa, bau dan citarasa; (4) mutu gizi dan (5) keamanan (food safety) (6)
Mutu Fungsional/Kesehatan.Secara umum kriteria atau komponen mutu yang penting
dari suatu komoditas pangan adalah keamanan, kesehatan, flavor, tekstur, warna, daya
awet, kemudahan, kehalalan dan harga. Seluruh kriteria mutu tersebut sangat
dipengaruhi oleh komposisi bahan pangan, metoda pengolahan, pengemasan,
distribusi, penyimpanan dan penjajaan (display). Dalam banyak hal, masing-masing
kriteria mutu tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Di lain
pihak kompromi sering diperlukan untuk mendapatkan suatu mutu produk yang
optimum.
Namun karena keseluruhan sistem ini merupakan sistem yang sangat besar dan kom-
pleks, maka paling tidak perhatian perlu difokuskan kepada kegiatan pada sub-sistem
pengolahan. Dengan titik perhatian pada sub-sistem pengolahan, khususnya di dalam
pabrik sendiri, maka terdapat berbagai kemungkinan perlakuan yang mungkin dike -
nakan pada bahan pangan selama pengolahannya.
Tabel 1.3. Ilustrasi perubahan kriteria mutu produk sebagai akibat proses pengolahan
untuk memperpanjang masa simpan
Susu Cair Steril 3-6 bulan disuhu Sterilisasi UHT Dengan menggunakan panas yang
(UHT fluid ruangan dan proses lebih tinggi, maka susuakan
milk) pengisiandan mengalami perubahan flavor;
pengemasanasep dimana flavor menyimpang biasanya
tik akan terdeteksi setelah sekitar 90
hari penyimpanan karena
Susu kental 1-2 tahun pada Proses Panas yang lebih tinggi lagi akan
Evaporasi suhu ruang konsentrasi dan menyebabkan perubahan warna
(Evaporated dilanjutkan (pembentukanwarna coklat) dan
milk) dengan flavor khas(flavor karamel); sering
pengalengan dan susu mengalami pengentalan
sterilisasi selama penyimpanan
Susu Bubuk 1-3 tahun di suhu Pasteurisasi Harus direkonstitusi sebelum
(Spray dried ruang HTST, dikonsumsi (tambahan pekerjaan);
whole milk) konsentrasi dan proses yang
kemudian digunakanmenyebabkan
dikeringkan perubahanflavor; daya awet
semprotdengan tergantungpada tingkat oksidasi
menggunakanpe selama penyimpanan yang hal
ngering initergantung pada aw,
semprot bahanpengemas yang
digunakandan suhu penyimpanan
Tabel 1.5. Berbagai perubahan yang mungkin terjadi pada komponen makro dan mikro
bahan pangan selama proses pengolahan pangan.
Kerusakan fisik yang dialami bahan pangan dapat disebabkan oleh perlakuan fisik,
seperti terbanting, tergencet, atau terluka.Perlakuan tersebut dapat menyebabkan
terjadinya memar, luka, dan adanya benda asing.
Memar dialami oleh bahan pangan yang disebabkan karena dipukul terbanting atau
tergencet. Buah-buahan yang bergesekan selama pengangkutan atau terjatuh
selama pemindahan juga dapat menjadi penyebab terjadinya memar. Bahan pangan
yang memar akan mudah mengalami proses pembusukan. Rusaknya jaringan di
bagian yang memar akan menyebabkan peningkatan aktivitas enzim proteolitik.
Bahan pangan dapat mengalami luka yang diakibatkan tusukan atau sayatan oleh
benda tajam.Penggunaan pengait pada saat akan mengangkat ikan hasil tangkapan
dapat menyebabkan luka pada ikan. Apabila tidak segera ditangani dengan benar,
luka tersebut dapat menjadi jalan bagi mikroba pembusuk untuk memasuki bagian
tubuh ikan dan merombak komponen di dalamnya.
Penurunan kandungan senyawa kimia pada bahan pangan dapat terjadi selama
proses pencucian dan pemanasan. Selama berlangsung proses pencucian bahan
pangan, banyak komponen senyawa kimia yang akan larut, seperti beberapa
protein, vitamin B dan C, dan mineral.
Autolisis
Autolisis adalah proses perombakan sendiri, yaitu proses perombakan jaringan
oleh enzim yang berasal dari bahan pangan itu tersebut. Proses autolisis terjadi
pada saat bahan pangan memasuki fase post rigor mortis.Ikan yang mengalami
autolisismemiliki tekstur tubuh yang tidak elastis, sehingga apabila daging
tubuhnya ditekan dengan jari akan membutuhkan waktu relatif lama untuk
kembali kekeadaan semula. Bila proses autolisis sudah berlangsung lebih lanjut,
maka daging yang ditekan tidak pernah kembali ke posisi semula. Proses
autolisis dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekelilingnya. Suhu yang
tinggi akan mempercepat proses autolisis ikan yang tidak diberi es.
Oksidasi
Ikan termasuk salah satu bahan pangan yang banyak mengandung lemak,
terutama lemak tidak jenuh. Lemak tidak jenuh adalah lemak yang mengandung
ikatan rangkap pada rantai utamanya. Lemak demikian bersifat tidak stabil dan
cenderung mudah bereaksi. Lemak pada ikan didominasi oleh lemak tidak jenuh
berantai panjang (Polyunsaturated fatty acid/ PUFA). Produk tanaman yang
diketahui mengandung lemak tinggi cukup banyak, seperti kelapa, kelapasawit,
bunga matahari, wijen, jagung. Pada ternak, kandungan lemak dapat diketahui
dari banyaknya gajih pada daging.Selama penyimpanan, lemaktidak jenuh akan
mengalamiproses oksidasi sehinggaterbentuk senyawa peroksida. Peristiwa
yang sama dapat terjadipada bahan pangan yangmengandung susu atau santan.
Browning
Bahan pangan yang banyakmengandung karbohidrat adalahproduk nabati.
Kandungan karbohidratpada produk perikanansekitar 1 persen, kecuali padajenis
kerang-kerangan yang dapat mencapai 10%.Selama proses pengolahan,
karbohidratakan mengalami prosesperubahan warna. Karbohidrat yang semula
berwarna keputihan cenderung berubah menjadi kecoklatan. Proses perubahan
ini lebih dikenal sebagai reaksi browning. Reaksi browning terdiri dari empat tipe,
yaitu (1) reaksi Maillard, (2) karamelisasi, (3) oksidasi vitamin C (asam askorbat),
dan (4) pencoklatan fenolase. Tiga yang pertama merupakan kelompok reaksi
non enzimatis, sedangkan yang terakhir adalah reaksi enzimatis. Reaksi Maillard
adalah reaksi pencoklatan non enzimatik. Rekasi ini terjadi karena kondensasi
gugus amino dan senyawa reduksi menghasilkan perubahan kompleks. Reaksi
Maillard terjadi bila bahan pangan mengalami pemanasan atau penyimpanan.
Kebanyakan efek dari reaksi Maillard memang diharapkan, seperti aroma
karamel, warna coklat keemasan pada roti. Namun beberapa reaksi Maillard
yang menyebabkan warna kehitaman atau bau tidak sedap pada makanan
memang tidak diharapkan. Perubahan warna pada baso ikan yang memiliki
warna spesifik putih bersih dan bakso udang yang berwarna merah muda
memang tidak diharapkan. Efek browning yang terjadi pada daging berwarna
merah relatif tidak terlihat.
Kerusakan biologis pada bahan pangan dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba
patogen dan pembusuk, baik berupa bakteri, virus, jamur, kamir ataupun
protozoa. Kerusakan secara biologis terjadi secara alamiah yang biasa disebut
pembusukan.Kerusakan biologis yang dialami bahan pangan dapat disebabkan
oleh adanya mikroba merugikan, bahan pangan sudah beracun, atau bahan
pangan yang menjadi beracun. Bahan pangan mengandung sejumlah mikroba,
baik mikroba yang menguntungkan maupun merugikan. Mikroba ini hidup secara
berdampingan. Mereka biasa disebut sebagai flora alami. Mikroba merugikan
terdiri dari mikroba pembusuk dan patogen. Mikroba pembusuk merupakan
mikroba yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pangan. Kerusakan
biologis yang ditimbulkan oleh aktivitas mikroba merugikan adalah meningkatnya
kandungan senyawa racun atau penyakit yang disebabkan oleh aktivitas mikroba
patogen.
Dalam sistem produksi harus dapat disingkirkan produk-produk yang tidak sesuai.
Sistem standar jaminan mutu mempersyaratkan perusahaan mempunyai prosedur
tertulis untuk mencegah terkirimnya produk-produk yang tidak sesuai kepada konsumen.
Jika produk yang tidak sesuai terdeteksi pada tahap produksi, prosedur yang ada harus
tidak membiarkan produk tersebut diproses lebih lanjut.
Setiap kegiatan atau sistem operasi dapat saja menyimpang dari kondisi operasi standar
(prosedur) karena berbagai alasan sehingga menghasilkan produk yang tidak sesuai.
Sistem standar jaminan mutu mempersyaratkan perusahaan mempunyai sistem
institusional untuk memonitor kegiatan produksi atau proses. Jika ketidaksesuaian
diketahui, tindakan koreksi harus dilakukan segera agar sistem operasi kembali kepada
standar.
Produk Cacat
Menurut Hansen & Mowen (2005), “Produk cacat adalah produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasinya. Sedangkan menurut Bastian dan Nurlela (2010) yang
menyatakan bahwa,“produk cacat adalah produk yang dihasilkan dalam proses
produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu
yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan
mengeluarkan biaya tertentu, dalam hal ini perlu diperhatikan biaya yang dikeluarkan
lebih rendah dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki”.
Sebuah filosofi kualitas didasarkan pada gagasan bahwa tingkat kualitas yang
sempurna, sebagai tanpa cacat, dapat dicapai dan harus menjadi tujuan
perusahaan. Ini menekankan pemeriksaan dari semua faktor yang menyebabkan
masalah kualitas versus sistem yang dibangun dalam tingkat kualitas rata-rata atau
diterima.Cacat nol (zero defect) berarti semua produk yang diproduksi sesuai
dengan spesifikasinya”.
Gerakan “zero defects” memiliki asumsi bahwa pandangan tentang cacat tidak
semua orang sama. Oleh sebab itu cacat harus didefinisikan, diurutkan
(diklasifikasikan) dari yang ringan sampai yang berat. Selanjutnya harus ditentukan
strategi pengawasan untuk menghindarkan terjadinya cacat dan ditentukan langkah-
langkah untuk perbaikan terhadap cacat ringan.Intinya merupakan gerakan menuju
kesempurnaan. Untuk menentukan keputusan cacat yang boleh dimaklumi dilakukan
perhitungan statistik dengan selang (0-1000) atau permil (%0), tidak lagi
menggunakan selang (0 -100) atau persen (%).
Contoh adalah bagian dari suatu lot (populasi) yang dapat mewakili sifat dan karakter
populasi tersebut. Kesimpulan dari populasi yang mendekati kebenaran diawali dengan
pengambilan sampel yang benar. Idealnya semua bahan dijadikan sampel yang harus
diuji. Namun cara demikian tidak mungkin dilakukan karena membutuhkan banyak waktu,
biaya, peralatan, tenaga dan tidak ada bahan atau produk pangan yang tersisa untuk
dijual. Pengambilan sampel yang mewakili adalah kemampuan untuk mendapatkan
sejumlah sampel yang mewakili populasi (lot atau batch) dengan kondisi sampel tersebut
dalam keadaan sesuai untuk pengujian atau pengolahan lebih lanjut. Contoh adalah
bagian populasi yang diambil untuk menggambarkan populasi. Sedangkan Populasi
adalah sejumlah barang yang menjadi perhatian.
Gambar 1.2. Grafik normal Populasi dan contoh
Populasi
Berdasarkan keseragaman, populasi dibedakan menjadi tiga yaitu (1) populasi yang
seragam (homogen), (2) populasi yang beragam (heterogen) dan (3) populasi berkelas.
Jenis populasi tersebut digambaran sebagai berikut. Berdasarkan distribusinya populasi
terbagi menjadi tiga jenis yaitu distribusi normal, menceng (skewed) dan ganda
Data populasi perlu diketahui oleh petugas pengambil contoh. Beberapa informasi populasi
yang perlu diketahui diantaranya adalah latar belakang populasi seperti asal populasi,
deskripsi populasi dan status kepemilikan. Perlu pula diketahi apakah populasi mempunyai
data atribut atau data variabel.
b. Prinsip dasar sampling
Seorang pengontrol mutu (quality control) yang bertugas melakukan pembelian bahan baku
bagi industri bahan pangan memiliki tanggung jawab besar terhadap kegiatan industrinya.
Penolakan terhadap bahan baku yang ditawarkan berarti industrinya tidak akan berjalan
karena tidak memiliki bahan baku, akan tetapi penerimaan bahan baku dengan kualitas
yang kurang baik akan berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan dan pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap daya saing produknya di pasaran. Untuk menghindari
kejadian tersebut, seorang pengontrol mutu harus memperhatikan prinsip pengambilan
sampel. Prinsip yang mendasari pengambilan sampel adalah memperhatikan dan
mengingat bahwa sumberdaya keuangan adalah tidak tak terbatas dan nilai produk harus
merefleksikan biaya pemeriksaan dan biaya produksi. Prinsip dasar pengambilan sampel
lebih ditujukan untuk menentukan :
penerimaan atau penolakan terhadap mutu suatu bahan baku yang didasari oleh seleksi
ukuran, warna, kematangan dan lain-lain, kebebasan dari kontaminasi dan kerusakan
biologis atau kimiawi. Bahan baku yang bermutu rendah berdasarkan seleksi, tingkat
kontaminasi, dan kerusakan harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap mutu
produk yang dihasilkan ;
menentukan pembayaran. Hasil sampling terhadap bahan baku menunjukkan bahwa
bahan baku yang ditawarkan sudah tidak segar namun masih memenuhi standar mutu
yang ditetapkan oleh perusahaan. Dalam kondisi seperti ini pengambilan sampel bukan
untuk penolakan, tetapi untuk menentukan nilai yang harus dibayarkan atas bahan baku
yang ditawarkan; dan
untuk menentukan mutu total dari produk akhir. Pengambilan sampel juga dilakukan
pada akhir proses produksi. Pengambilan sampel pada tahap ini lebih ditujukan untuk
menentukan mutu total dari produk yang dihasilkan. Apakah mutu sesuai dengan yang
diharapkan atau menyimpang.
c. Persiapan pengambilan sampel
Umumnya penilaian mutu suatu bahan pangan ditentukan dari hasil analisa yang diperoleh
dari sejumlah kecil sampel yang ditarik dari lot. Dengan demikian, pengambilan sampel
harus dilakukan melalui prosedur pengambilan sampel baku yang telah ditetapkan. Bahan
diperiksa dan dipastikan cocok untuk diambil sampelnya, sampel dikumpulkan dan
dipastikan bahwa jenis, lokasisampling, dan waktu sampling sesuai dengan rencana
pengambilan sampel (sampling plan).
Jumlah sampel yang harus diambil sangat dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat
penyebarannya. Selain jumlahnya, metode pengambilan sampel juga berpengaruh terhadap
kesimpulan yang dihasilkan. Pengambilan sampel harus dilakukan secara aseptis agar tidak
terjadi pencemaran. Peralatan yang digunakan harus steril. Bahan pangan yang berbentuk
cair harus diambil dengan menggunakan pipet. Bahan berbentuk padat dapat diambil
dengan menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang sudah disterilisasi terlebih
dahulu. Penimbangan sampel dilakukan dengan menggunakan wadah yang telah
disterilisasi. Sampel yang telah diambil harus segera dianalisa untuk mengurangi
kemungkinan perubahan jumlah mikroba selama waktu penundaan. Untuk bahan yang
mudah rusak, seperti daging, ikan, dan susu, analisa sampel sebaiknya segera dilakukan.
Apabila dalam waktu 2 – 3 jam setelah diambil tidak dapat segera dianalisa, maka sampel
harus disimpan pada suhu 4C. Dalam kondisi penyimpanan demikian, sampel tidak boleh
disimpan lebih dari 10-12 jam. Sampel dapat dikatakan mewakili, apabila kondisi sampel
menyerupai kondisi lot yang merupakan asal sampel. Tujuan utama pengambilan sampel
yang mewakili adalah untuk menghindari bias. Untuk dapat mengambil sampel yang
mewakili dapat dilakukan dengan cara melakukan penarikan sampel secara acak. Untuk
kegiatan tersebut dapat menggunakan tabel bilangan acak. Cara lainnya adalah dengan
melakukan pendekatan berdasarkan stratifikasi. Dengan cara ini, pengambilan sampel
secara acak dilakukan dari setiap strata, misalkan dari bagian atas, tengah dan dasar
kontainer. Penarikan sampel secara acak dilakukan untuk memberikan kesempatan yang
sama bagi setiap sampel untuk terambil. Pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan
dengan memberi nomor pada bahan yang akan diuji mencatatnya pada kertas kecil. Setelah
kertas diacak, diambil beberapa lembar untuk dijadikan sampel. Jumlah kertas yang diambil
disesuaikan dengan jumlah sampel yang akan dianalisis. Cara ini kurang efektif untuk
jumlah lot besar. Cara lain untuk mengambil sampel yang mewakili adalah menggunakan
tabel acak sebagai alat bantu.
Uji organoleptik didasarkan pada kegiatan panelis yang pekerjaannya mengamati, menguji,
dan menilai secara organoleptik. Sensoris berasal dari kata “sense” yang berarti timbulnya
rasa, dan timbulnya rasa selalu dihubungkan dengan panca indera. Leptis berarti
menangkap atau menerima. Jadi pengujian sensoris atau organoleptik mempunyai
pengertian dasar melakukan suatu kejadian yang melibatkan pengumpulan data-data,
keterangan-keterangan atau catatan mekanis dengan tubuh jasmani sebagai
penerima.Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa,
bau/aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat makanan
dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor pengamatan yang
masing-masing mempunyai sifat tersendiri. Contoh keterlibatan panca indera dalam uji
organoleptik, yaitu:
Rasa (taste) dengan 4 dasar sifat rasa, yaitu manis, asam, asin dan pahit.
Tekstur (“konsistensi”) adalah hasil pengamatan yang berupa sifat lunak, liat,
keras, halus, kasar, dan sebagainya.
Bau (odour) dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan
sebagainya.
Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat
membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan
sebagainya.
Suara merupakan hasil pengamatan dengan indera pendengaran yang akan
membedakan antara kerenyahan, melempem, dan sebagainya.
Uji organoleptik merupakan pengujian secara subjektif, yaitu suatu pengujian penerimaan
selera makanan (acceptance) yang didasarkan atas uji kegemaran (“perference”) dan
analisis pembedaan (difference analysis), sehingga dapat digolongkan menjadi:Psikofisik
(uji perbedaan); Psikometrik(uji kegemaran, uji penilaian dengan angka, uji ahli penguji
rasa) dan Deskripsi denomena(uji profil rasa). Untuk menilai atau menguji secara
organoleptik diperlukan: lingkungan suasana tenang dan bersih, Peralatan yang bebas bau,
bahan contoh yang tepat, standar bahan contoh, para panelis baik yang terlatih maupun
umum dan metode pengujian
Tabel 1.6. Analisis sidik ragam dari data respon uji skor, skala dan
jenjang
Sumber Derajat
J.K K.T EKT
Beda Bebas
Disini akan disajikan contoh analisis data respon pada produk, yaitu roti mari (5
merek: R1, R2, R3, R4 dan R5). Sifat inderawi yang dinilai yaitu kerenyahan dan
rasa enak. Rasa enak merupakan sifat hedonik.
Format Uji : Uji Skala Roti Mari
Nama : ..................................... Tanggal : ............................
Petunjuk : Berilah tanda (x) pada garis skala pada titik yang sesuai dengan penilaian
Anda
Kerenyahan
Lembek Amat renyah
274
316
504
829
130
Rasa enak
Tidak enak Amat enak
274
316
504
829
130
Format Uji : Uji Skor Roti Mari
Nama : ..................................... Tanggal : ............................
Petunjuk : Berilah angka 1 sampai dengan 10 pada kolom yang sesuai dengan penilaian
Anda
Keterangan:
Angka 1 menunjukkan tidak renyah (lembek) atau rasa sangat tidak enak
Angka 10 menunjukkan sangat renyah atau rasa sangat enak
Kerenyahan
d) Uji Segitiga
Uji segitiga dari jumlah dan komposisi contoh yang disajiakan mirip dengan uji duo-trio.
Namun dari bentuk penyajian dan pembandingan berbeda. Uji segitiga dianggap akurat
dan sangat peka untuk dapat mendeteksi perbedaan yang kecil.
Format uji segitiga berbeda dengan uji pasangan dan duo-trio dalam hal adanya 3
pilihan yang sama peluangnya.Jadi dalam format uji 3 contoh itu masing-masing
mempunyai tempat untuk dibubuhi tanda respon dengan peluang yang sama.
Data Respon
Data respon asli uji segitiga dituangkan dalam bentuk satu pilihan yaitu hanya beda
yang dibubuhkan pada salah satu anggota triplet, dalam bentuk tanda clonteng (V) atau
tanda silang (X). Data respon asli ini seperti halnya data respon uji pasangan juga dapat
dikonversi dalam bentuk data binomial. Dari data binomial yang kuantitatif itu barulah
dilakukan analisis data. Analisis data binomial dari uji segitiga dapat dilakukan dengan
cara tabel dan dengan uji X2.
e) Uji Peringkat (Ranking test)
Uji peringkat (ranking test) pada umumnya dilakukan untuk menentukanurutan sejumlah
komoditas atau produk yang berbeda-beda intensitas sifatnya. Dari segi jumlah contoh
yang disajikan uji peringkat mirip dengan uji skor dan uji skala, namun dari segi
pengindraan mirip dengan uji pembandingan. Keuntungan uji peringkat yaitu
kemudahan memahami instruksi dan berrespon bagi panelis, setelah panelis mengenal
sifat indrawi yang diujikan. Kelebihan lainnya dari uji peringkat yaitu bahwa data
responnya sudah merupakan data kuantitatif yang kemudian dapat dilakukan berbagai
cara analisis menurut keperluan akurasinya. Kelemahan uji peringkat yaitu terbatasnya
jumlah contoh yang dapat diuji. Membuat urutan atau peringkat sampai 6 contoh masih
mudah bagi panelis namun lebih dari 6, panelis akan mengalami kesulitan.
Dari segi jumlah contoh, jika pada uji pasangan hanya ada 2 contoh yang diujikan maka
pada uji peringkat jumlah contoh yang diujikan ada 3 atau lebih.
Perbedaan lainnya terletak pada cara menyatakan respon. Jika pada uji pasangan
berarah panelis menyatakan responnya dalam bentuk A > B atau B > A, maka pada
uji peringkat panelis membandingkan beberapa (3 atau lebih) contoh dan
menuangkannya dalam bentuk urutan nomor atau peringkat (ranks) menurut tingkat
intensitasnya.
Cara membuat peringkat dapat dinyatakan dengan memberi nomor urut atau dapat pula
dengan menempatkan nama atau simbul contoh berurutan kebawah atau kesamping.
Jika urutan itu dinyatakan dengan nomor ordinal maka jumlah kelas peringkat sama
dengan jumlah contoh yang diujikan.
Misalkan ada 4 contoh (A, B, C, D) diuji peringkat. Beberapa cara menyatakan respon
peringkat dari ke-empat contoh di format uji disajikan pada Gambar 1.6. Jadi prinsip uji
peringkat (ranking test) adalah membuat urutan nomor dari sejumlah contoh menurut
beda tingkat mutu atau intensitas sifat indrawinya.
Pemberian nomor urut biasanya dimulai nomor satu menyatakan nilai paling tinggi,
nomor dua tingkat mutunya berikutnya yang lebih rendah, demikian seterusnya
sehingga contoh dengan mutu terendah mempunyai urutan terbawah dengan nomor
urut/ordinal yang paling besar. Jumlah nomor urut sesuai/sama dengan jumlah contoh,
jika ada 3 contoh maka ada 3 nomor urut, 5 contoh menjadi 5 nomor urut. Jumlah urutan
ini juga disebut jumlah kelas peringkat yang besarnya selalu sama dengan jumlah
contoh.
Jadi nomor urut atau nomor peringkat menyatakan posisi mutu diantara segugus contoh.
Jika ada 4 contoh (A,B,C,D) diurut sebagai B,D,C,A, maka hal iniberarti B > D > C > A.
Pernyataan tersebut tentu juga berarti B > C, B > A, D > A, dst.
Uji peringkat juga ada kemiripan dengan uji skor (scoring test) bahwa keduanya
menyatakan respon dengan angka. Namun arti angkanya berbeda. Pada uji skor respon
angka itu menyatakan besaran yang mempunyai satuan dan nilai rentang antara 2 ke 3
sama besarnya dengan rentang antara 3 ke 4 antara 11 ke 12, dst.
Pada uji peringkat respon angka menyatakan urutan posisi, jadi bukan menyatakan
besaran dan tidak mengenal satuan. Peringkat no 1 dari suatu uji tidak sama nilainya
dan tidak dapat dibandingkan dengan peringkat no. 1 dari uji yang lain. Demikian pula
nilai rentang antara peringkat 1 ke 2, tidak sama antara 2 ke 3, antara 4 ke 5, dst.
Matrix Peringkat
Respon rangsangan dari seluruh uji peringkat itu kemudian ditabulasi menjadi suatu
matrix yang disebut matrix peringkat. Dalam matrix itu lajur pertama memuat ulangan
atau panelis sedangkan baris ke samping memuat contoh-contoh atau
perlakuan.Contoh matrix peringkat dari hasil uji peringkat terhadap 6 produk (A, B, C, D,
E, F) disajikan pada Tabel 1.7.
Jumlah
Jenis Produk Nomer
Panelis
peringkat
A B C D E F
1 3 5 1 6 4 2 21
2 4 6 1 6 3 2 21
3 5 4 2 6 1 3 21
4 4 3 1 6 5 2 21
5 6 3 2 4 5 1 21
Dari matrix peringkat Tabel 1.7 dapat dilakukan verifikasi apakah cara menuangkan
respon peringkat sudah benar. Caranya yaitu dengan nenjumlahkan nomor peringkat ke
samping dan hasilnya dipasang pada lajur akhir, lajur Jumlah No. Peringkat.Disamping
itu dapat pula dilakukan penjumlahan nomor peringkat ke bawah dan hasilnya
dituangkan pada baris Jumlah No. peringkat baris akhir. Jumlah seluruh angka nomor
peringkat baik yang dihasilkan dari penjumlahan pada baris akhir maupun dari lajur akhir
harus sama. Jika tidak sama berarti ada kesalahan dan perlu diteliti di mana kesalahan
matrix peringkat tersebut, sebelum dilakukan analisis data lebih lanjut.
Tujuan :
Untuk mencari satu contoh yang berbeda diantara diantara contoh yang disajikan
Alat : Bahan :
Mangkok atau cawan tempat contoh Air minum / air hangat
Sendok dan garpu Contoh/sampel yang diuji
Tempat air kumur/ gelas Air cuci tangan
Tempat air untuk cuci
Kain lap ( serbet makanan )
Pisau
Tempat contoh /baki aluminium
Ember
Langkah Kerja
1. Tiga contoh bahan yang disediakan diberi kode, misal 314, 826 dan 542
2. Uji sifat karakteristik dari bahan tersebut, diantaranya kenampakan, warna, bau, rasa dan
kesenangan
3. Bandingkan antar contoh dan berdasarkan faktor ujinya dengan pernyataan baik/sama;
cukup/hampir sama; jelek/beda ; sangat jelek/sangat beda.
4. Panelis menetapkan 2 contoh sama dan 1contoh berbeda
5. Bahaslah data hasil pengujian dan buat kesimpulan
LEMBAR PENGAMATAN
Formulir Uji Pasang Tiga
Perintah
Di hadapan anda tersedia 3 ( tiga ) contoh dengan kode : 314, 826, dan 542. Beri penilaian
dengan skala 1 sampai dengan 4. Penilaian tersebut meliputi: Kenampakan, warna, Bau, rasa
dan kesenangan.
Kode Contoh
Faktor pengujian Contoh yang berbeda
314 826 542
1. Kenampakan
2. warna
3. Bau
4. Rasa
5. Kesenangan
Kesimpulan :
LEMBAR KERJA 2
Uji Duo Trio
Tujuan :
Mencari satu atau lebih contoh yang berbeda diantara contoh yang disajikan.
Alat dan Bahan :
Alat : Bahan :
Mangkok atau cawan tempat Air minum / air hangat
contoh Contoh/sampel yang diuji
Sendok dan garpu Air cuci tangan
Tempat air kumur/ gelas
Tempat air untuk cuci
Kain lap ( serbet makanan )
Pisau
Tempat contoh /baki aluminium
Ember
Langkah Kerja
1. Disediakan tiga contoh bahan dengan satu contoh sebagai kontrol (baku)
2. Dua contoh lainnya diberi kode, misal 432 dan 701.
3. Uji dua contoh yang diberi kode berdasar sifat karakteristik dari bahan tersebut,
diantaranya kenampakan, warna, bau, rasa dibandingkan dengan control (baku)
4. Beri tanda R jika tidak terdapat perbedaan dan W jika terdapat perbedaan
5. Tabulasikan hasil pengamatan dan analisa dengan menggunakan tabel statistik ( lihat
lampiran ), dengan tingkat perbedaan 5 %, 1 % atau 0,1 %
6. Bahaslah data hasil pengujian dan buat kesimpulan
LEMBAR PENGAMATAN
Formulir Uji Duo Trio
Perintah
Di hadapan anda tersedia 2 (dua ) contoh dengan kode : 432 dan 701. Bedakan terhadap
contoh baku meliputi: Kenampakan, warna, rasa dan bau.
Contoh
Panelis Keterangan
432 701
P1
P2
P3
P4
P5
Kesimpulan :
LEMBAR KERJA 3
Ranking Difference Test
Tujuan
Menentukan urutan produk makanan dari jenis yang sama, dari yang terbaik sampai yang
terjelek
Alat : Bahan :
Mangkok atau cawan tempat Air minum / air hangat
contoh Contoh /sampel yang diuji
Sendok dan garpu Air cuci tangan
Tempat air kumur/ gelas
Tempat air untuk cuci
Kain lap ( serbet makanan )
Pisau
Tempat contoh /baki aluminium
Ember
Langkah Kerja
1. Sediakan beberapa contoh bahan yang akan diuji dan masing-masing diberi kode, misal
432, 202 dan 701
2. Lakukan penilaian sebagai berikut :
a. Paling disenangi 1
b. Sedang 2
c. Tidak disenangi 3
3. Berikan nilai pada masing-masing contoh menurut tingkat kesenangan
4. Tabulasikan hasil pengujian panelis dan analisa dengan menggunakan tabel statistik.
5. Bahaslah data hasil pengujian dan buat kesimpulan
LEMBAR PENGAMATAN
Kesimpulan :
Aktivitas Pembelajaran
1. Jelaskan kriteia mutu bahan pangan berdasarkan tekstur dan sensasi rasa di mulut
(mouthfeel)!
2. Jelaskan tentang mutu internal dan eksternal produk pangan!
3. Jelaskan hubungan contoh dan populasi
4. Jelaskan keuntungan dan kelemahan uji peringkat (ranking test)!
Rangkuman
Mutu bahan hasil pertanian dan produk olahannya akan sangat dipengaruhi oleh individu
konsumen. Pihak konsumen bisa berupa industri, pedagang perantara, pasar, swalayan
atau konsumen rumah tangga. Dalam hal ini pengertian mutu bisa berbeda-beda, karena itu
dalam praktek sehari-hari sering ditemukan istilah market quality, dessert quality, nutritional
quality, table quality, edible quality dan lain-lain.Kriteria mutu bersifat khusus bagi suatu
produk pangan tertentu, maka usaha pengendalian mutu juga bersifat khusus untuk suatu
produk pangan tertentu pula.Mutu dan keamanan pangan produk pangan dipengaruhi oleh
setiap tahapan proses yang dilaluinya, sejak dari bahan mentah sampai produk jadi sampai
di tangan konsumen.
Pengambilan sampel yang representatif dan terstandardisasi mutlak diperlukan, sehingga
didapatkan hasil analisa yang berarti dan signifikan secara statistik. Sebaik atau seakurat
apapun suatu analisa, akan menjadi sia-sia jika pengambilan sampel dilakukan dengan
tidak benar. Sampel yang representatif adalah sampel yang sebisa mungkin mencerminkan
dan menggambarkan komposisi dari suatu bagian atau batch (partai) tertentu. Harus
dipastikan bahwa terambil jumlah yang cukup pada saat pengambilan sampel dan dihindari
segala bentuk kesalahan yang dapat menyebabkan sampel menjadi bias.
Uji organoleptik merupakan pengujian secara subjektif, yaitu suatu pengujian penerimaan
selera makanan (acceptance) yang didasarkan atas uji kegemaran (“perference”) dan
analisis pembedaan (difference analysis), sehingga dapat digolongkan menjadi:Psikofisik
(uji perbedaan); Psikometrik (uji kegemaran, uji penilaian dengan angka, uji ahli penguji
rasa) dan Deskripsi denomena (uji profil rasa). Untuk menilai atau menguji secara
organoleptik diperlukan: lingkungan suasana tenang dan bersih, Peralatan yang bebas bau,
bahan contoh yang tepat, standar bahan contoh, para panelis baik yang terlatih maupun
umum dan metode pengujian
Umpan Balik
1. Buatlah catatan tentang apa saja yang telah Anda dapatkan dari pendalaman materi,
pengalaman praktik dan hasil diskusi!
2. Kembangkan materi-materi yang telah Anda pelajari dengan dengan mencoba hal-hal
baru, membuat variasi bahan, memodifikasi peralatan dan mengembangkan teknik
pengujian organolpetik. Kembangkanlah potensi yang ada di sekitar Anda!
3. Bila Anda merasa sudah cukup menguasai materi dan mempunyai banyak pengalaman
tentang teknik pengendalian mutu dan pengujian secara organolepik, silahkan
mempelajari materi lain yang Anda rasa perlu!
Kunci Jawaban
1. Kriteria mutu bahan pangan berdasarkan tekstur dan sensasi rasa di mulut (mouthfeel)
Kekerasan (hardness dan Firmness)
Keempukan (softness)
Kerenyahan (crispness)
Kesegaran (juiceness)
Kealotan (toughness dan fibrousnessi)
2. Mutu produk pangan dapat dibedakan atas dua macam kelompok kriteria mutu. Pertama,
mutu eksternal, yaitu kriteria mutu yang dapat diindera, dilihat, dan diraba, tanpa harus
dirasa (dicicip) oleh konsumen. Mutu Eksternal ini termasuk warna, bentuk, bau, aroma dan
keutuhan. Hal-hal tersebut sangat berperanan bagi konsumen untuk menentukan
keputusannya, apakah akan membeli atau tidak. Kriteria mutu kedua adalah mutu internal,
yaitu cita rasa, tekstur, dan “mouthfeel”, serta jumlah/kuantitas, komposisi dan kelengkapan
zat-zat gizi yang ada di dalamnya
3. Contoh adalah bagian dari suatu lot (populasi) yang dapat mewakili sifat dan karakter
populasi tersebut. Contoh adalah bagian populasi yang diambil untuk menggambarkan
populasi. Sedangkan Populasi adalah sejumlah barang yang menjadi perhatian.
4. Keuntungan uji peringkat yaitu kemudahan memahami instruksi dan berrespon bagi panelis,
setelah panelis mengenal sifat indrawi yang diujikan. Kelebihan lainnya dari uji peringkat
yaitu bahwa data responnya sudah merupakan data kuantitatif yang kemudian dapat
dilakukan berbagai cara analisis menurut keperluan akurasinya. Kelemahan uji peringkat
yaitu terbatasnya jumlah contoh yang dapat diuji. Membuat urutan atau peringkat sampai 6
contoh masih mudah bagi panelis namun lebih dari 6, panelis akan mengalami kesulitan.
Kegiatan Pembelajaran 2.
Setelah mempelajari Modul Pembelajaran Teknik dan metode pengendalian mutu selama
proses dan teknik pengujian bahan hasil pertanian secara Fisis dan Mekanis ini peserta
Diklatmampu :
1. Memahami teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data) bahan
hasil pertanian secara fisis-mekanis dengan cermat dan teliti
2. Memahami sarana dan prasarana yang dibutuhkanserta K3LH dalam pengujian secara
fisis-mekanisdengan cermat dan teliti
3. Menerapkan teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data)
bahan hasil pertanian secara fisis-mekanisdengan cermat dan teliti sesuai kriteria
Uraian Materi
Pengujian Bahan Hasil Pertanian secara fisis-mekanis seperti yang telah meliputi:
pengujian warna, bentuk, ukuran, berat jenis, indeks bias, tekstur, kekentalan, titik leleh,
kadar air dan lain-lain. Jenis pengujian ini pada dasarnya bisa dilakukan dengan uji
indrawi/organoleptik tapi bisa juga uji secara.kualitatif
a. Pengujian Warna
Warna mempunyai arti dan peranan yang sangat penting pada komoditas hasil
pertanian dan produk-produknya. Peranan tersebut antara lain sebagai daya tarik,
tanda pengenal dan atribut mutu. Warna merupakan satu dari sifat-sifat produk
pangan yang paling menarik perhatian pada konsumen dan paling cepat memberi
kesan disukai atau tidak disukai. Warna mempunyai banyak arti dan peranan pada
produk pangan, di antaranya sebagai perinci jenis, tanda-tanda pematangan buah,
tanda-tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu, pedoman proses pengolahan dan
peranan-peranan lainnya.Tanda-tanda tua dan kematangan pada bentuk jenis buah-
buahan seperti pisang, rambutan, pepaya, mangga dan lain-lain juga menggunakan
warna sebagai kriterianya.Secara umum produk kemasan menggunakan warna
kemasan untuk mencirikan produk atau mereknya. Pengujian warna pada bahan
hasil pertanian dan produk-produknya dapat diuraikan menjadi intensitas warna,
derajat putih, sifat keruh/jernih dan kilap.
Diskripsi warna biasanya digunakan untuk menilai suatu warna pada suatu jenis
komoditas tertentu atau untuk tujuan spesifik. Diskripsi berbagai warna merah
untuk tomat tidak berlaku untuk daging. Cara diskripsi warna hanya cocok untuk
menilai produk yang warnanya spesifik namun terjadi variasi atau penyimpangan
warna yang menyebabkan mutu produk itu berubah. Variasi warna itu dinyatakan
dengan berbagai diskripsi warna yang dilakukan dan diurut secara sistematik
kemudian disusun dalam bentuk tabel.
Setiap kali menilai warna produk, dilakukan dengan cara mencocokan keadaan
warna produk yang terlihat dengan diskripsi warna yang tertulis pada tebel 2.1.
Contoh-contoh diskripsi warna untuk menilai mutu produk pangan di Amerika
Serikat dapat di temui untuk komoditas daging sapi, lemak sapi, madu, mentega.
Komoditas lain yang juga mempunyai diskripsi baku mutu warna ialah kapas,
tepung terigu dan tembakau.
Rak 4: Kuning 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 0.8, 0.9
Rak 5: Kuning 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, 5.0, 6.0, 7.0, 8.0, 9.0
Rak 6: Kuning 10.0, 20.0, 30.0, 40.0, 50.0, 60.0, 70.0, 80.0, 90.0
Rak 7: Biru 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 0.8, 0.9
Rak 8: Biru 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, 5.0, 6.0, 7.0, 8.0, 9.0
Rak 9: Biru 10.0, 20.0, 30.0, 40.0, 50.0, 60.0, 70.0, 80.0, 90.0
Rak 10: Netral 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 0.8, 0.9
Rak 11: Netral 1.0, 2.0, 3.0
Semua sampel tidak menunjukkan adanya warna biru (0). Warna kuning pada
minyak 3 lebih tinggi daripada minyak 1 dan 2. Warna kuning pada minyak
disebabkan oleh adanya pigmen karoten sedangkan warna merah terbentuk
karena adanya pigmen. Proses bleaching pada saat pembuatan minyak akan
menghilangkan pigmen karoten sehingga warna minyak menjadi lebih bening.
Hal ini dapat diartikan proses bleaching pada minyak 1 dan 2 lebih baik daripada
minyak 3.
W = Y + 800(xn – x) + 1700(yn – y)
KETT Digital Whiteness Meter Model C-100 digunakan untuk mengukur tingkat
warna putih (derajat putih) dari sampel tepung-tepungan. Prinsip pengukurannya
adalah berdasarkan jumlah sinar yang dipantulkan oleh permukaan sampel yang
diukur dibandingkan warna standar serta melalui pengukuran indeks refleksi
(reflective index) dari permukaan sampel dengan sensor foto dioda. Semakin
putih sampel, maka cahaya yang dipantulkan semakin banyak. Alat ini
dikalibrasidengan standar derajat putih yang diperoleh dari asap pembakaran
pita MgO.
Gambar 2.3. Alat Whiteness Meter dan hasil sampel tepung yang siap diukur
dengan menggunakan alat whiteness meter.
Sifat Keruh
Keruh dihasilkan dari pantulan sinar masuk yang setelah masuk dalam benda
dipantulkan secara acak, tidak searah. Di dalam benda tersebut terdapat
partikel-partikel yang jika menerima sinar lalu dipantulkan keluar secara difus
menembus permukaan benda (Gambar 2.5) partikel-partikel tersebut dalam
benda itu tidak teratur bentuknya atau berbentuk bulat. Karena sinar pantulnya
menuju ke semua arah (difus).
Gambar 1.5. Sinar yang Menghasilkan Keruh
Jadi mekanisme keruh ialah (1) sinar dapat masuk menembus benda, (2) sinar
ditahan oleh partikel-partikel yang melayang atau menetap dalam benda itu dan
(3) partikel-partikel tersebut karena bentuknya memantulkan sinar secara difus.
Keruh tidak ada sangkut pautnya dengan warna. Keruh dapat terjadi dengan
warna putih, kuning, merah, abu dan coklat. Pada beberapa cairan seperti cucian
beras, santan, susu, cairan dari parutan ubi kayu, keruhnya berwarna putih
bersih. tetapi minuman sari buah seperti jeruk, markisa dan nenas, keruhnya
berwarna kuning. Saus tomat, minuman wortel dan saus lombok, keruhnya
berwarna merah. Nira, tebu, keruhnya berwarna abu-abu.
Pada beberapa produk keruh dikehendaki misalnya markisa, jus jeruk, jus jambu
biji, jus nenas. Beberapa minuman tidak dikehendaki misalnya, sirup, teh botol,
soft drink, juga pada minyak goreng keruh tidak dikehendaki. Jadi keruh adalah
bukan sifat permukaan melainkan sifat benda bagian dalam yang dapat ditembus
sinar (transparan).
b. Pengujian Densitas
Densitas atau kerapatan ialah merupakan parameter dan faktor mutu bahan hasil
pertanian yang sangat penting dan bisa dijadikan standar untuk dinilai baik/buruknya
suatu bahan tersebut. Suatu contoh densitas nyata/bobot jenis susu murni antara
1,020 -1,035 ini menyatakan bahan susu apabila bobot jenis berada pada kisaran
angka tersebut berarti termasuk mutu baik atau layak dikonsumsi, tetapi sebaliknya
apabila kisaran angka bobot jenisnya diluar angka tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa kualitas/mutu susu tersebut kurang baik. Begitu pula untuk bahan-bahan
yang lain seperti berbagai minyak atsiri, bahan cair lainnya bahkan alkohol biasanya
berat jenis merupakan syarat mutu.
Densitas relative (nisbi) adalah perbandingan densitas/ kerapatan suatu bahan pada
suatu suhu tertentu dengan densitas/ kerapatan standar, yang biasanya
menggunakan air pada suhu yang sama. Karena air mempunyai bobot jenis = 1
maka untuk menentukan kerapatan nisbi adalah dengan membagi volume bahan
(“absolute displacement”)dengan bobot bahan sebelum pemasukan bahan ke dalam
zat cair.
Densitas nyata (kerapatan nyata) atau sering disebut bobot jenis (“specific gravity”)
adalah perbandingan antara massa suatu bahan pada suhu tertentu dengan massa
air pada suhu yang sama. Bobot jenis dapat diubah langsung menjadi kerapatan
nisbi, hal ini berdasarkan kenyataan bahwa kerapatan bahan pada suhu yang sama,
sama dengan bobot jenis dikalikan kerapatan nisbi air.
Bobot jenis pada suatu suhu (200 C) dari suatu bahan adalah perbandingan antara
kerapatan bahan tersebut pada suhu itu dengan kerapatan air suling pada suhu
yang sama. Besaran ini tidak mempunyai dimensi, dan simbolnya adalah :
20
d tt
atau d 20 (semua perbandingan dilakukan di udara)
Kerapatan massa pada suatu suhu tertentu dari bahan adalah perbandingan antara
massa suatu volume bahan tertentu dengan velume pada suhu tersebut. Kuantitas
ini dinyatakan dalam gram per milimeter dengan simbol:
20 (rho"20) gram/ml.
Penentuannya dengan cara bahan ditimbang, misal dalam partai kecil, timbang
kedelai sebanyak 200 gram, kemudian mengukur air dalam gelas ukur/beaker glass
sebanyak 200 ml, lalu masukkan kedelai yang telah ditimbang tadi dalam gelas ukur
yang berisi air tadi, setelah beberapa saat hitung kenaikan air dari semula 200 ml,
misalnya menjadi 250 ml, selanjutnya densitas relative dapat dihitung, dimana
apabila berat kedelai 200 gram (b), volume air mula-mula sebelum dimasukkan
bahan 200 ml (V besar), maka untuk mengetahui berapa densitas relativenya yaitu
dihitung dengan rumus :
(Vbesar−Vkecil ) ( 250−200 ) 50
= = =0 , 25
bobot bahan (b ) 200 200
Pada umumnya bahan yang diukur densitasnya atau bobot jenisnya bahan
berbentuk cair misalnya minyak kelapa, minyak atsiri, sari buah, sirup, kecap, susu
dan sejenisnya. Penentuannya dengan menggunakan alat ukur khusus, misalnya
untuk berat jenis susu menggunakan alat yang disebut Lactodensimeter, untuk berat
jenis minyak dan atsiri digunakan Piknometer.
A B
Gambar 2.6. Laktodensimeter (A) dan Piknometer (B)
Refraksi atau bias ialah sinar yang dibelokkan arahnya karena melalui benda bening.
Sinar yang mengenai benda disebut sinar masuk, yang melewati benda bening
disebut sinar bias dan yang keluar dari benda disebut tembus atau sinar keluar.
Sudut antara sinar masuk dan garis normal disebut sudut datang. Sudut antara sinar
bias dan garis normal disebut sudut bias. Garis normal ialah garis tegak lurus pada
permukaan benda. Indeks bias adalah perbandingan sinus sudut datang () dengan
sinus sudut bias (α). Sinar datang dari media renggang ke media yang lebih rapat
yang bening akan dibebaskan, demikian pula melalui alkohol, minyak, dan cairan
bening lainnya. Karenanya sifat itu sebenarnya dapat digunakan untuk menguji
kemurnian zat, misalnya untuk minyak goreng, alkohol dan lain-lain.
Benda-benda yang terlarut dalam pelarut juga memperbesar sinar bias makin besar
zat terlarut makin besar pula kemampuan membelokkan sinar. Prinsip ini digunakan
untuk mengukur kadar zat terlarut atau kadar larutan. Yang diukur adalah indeks
biasnya. Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias disebut
refraksimeter.Untuk larutan murni (monomolekuler) refraktometer dapat digunakan
untuk mengukur konsentrasi larutan misalnya larutan garam, larutan gula, campuran
etanol-air. Pembacaan konsentrasi perlu dibantu dengan daftar rujukan (reference
table).Cara ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula. Pada nira, madu, nira
aren, nira siwalan atau cairan sirup, atau untuk mengukur kadar garam pada air laut,
larutan garam, larutan pikel (brine). Untuk larutan campuran maka yang diukur
sebenarnya perkiraan jumlah semua zat terlarut, karenanya biasanya dinyatakan
dalam total padatan terlarut (TSS, total soluble solid). Cara ini digunakan untuk
mengukur padatan terlarut pada buah-buahan, sari buah, dan saus tomat.
Tabel 2.3. Kesetaraan Index Bias dan Kadar Sukrosa pada suhu 200C.
Zat kimia murni mempunyai refraksi spesifik. Dengan bantuan tabel rujukan
(Reference table) pengukuran refraksi spesifik dapat digunakan untuk identifikasi
kualitatif bandingan zat-zat tertentu dalam suatu larutan.
Alat yang digunakan untuk penetapan indeks bias adalah”ABBE refractomater” yang
dilengkapi dengan alat pengukur suhu. Pada suhu 250C indeks bias air suling =
1,3325 dan indeks bias etanol 85 persen boot = 1,3630. Apabila seberkas sinar
lewat dari suatu medium ke medium lain yang berbeda spesifik gravitasinya, maka
arah sinar akan berubah pada saat melalui permukaan. Sinar demikian disebut
pembiasan.
Indeks bias suatu bahan adalah perbandingan antara sinus sudut jatuh (i) dan sinus
sudut bias (r). Apabila seberkas cahaya dengan panjang gelombang tertentu jatuh
dari udara ke suatu bahan yang dipertahankan pada suhu tetap, rumus sebagai
berikut:
Sin i
n=
Sin r
Apabila medium kedua lebih besar gravitasinya dari medium yang pertama, maka sinar
akan membias mendekati normal.Indeks bias yang diberikan oleh 2 medium,
dipengaruhi oleh suhu, panjang gelombang sinar dan tekanan. Apabila faktor-faktor
tersebut dipertahankan konstan, maka indeks bias suatu medium adalah konstan. Jadi
dasar dari pembiasan adalah penyinaran yang menembus dua macam medium dengan
kerapatan yang berbeda. Perbedaan kerapatan membebaskan perubahan arah sinar.
panjang gelombang dari sinar adalah 589,3 + 0,3 nm (nano meter), yang dengan garis-
garis spektrum sinar natrium.
Pengukuran indeks bias dapat digunakan untuk identifikasi dan determinasi kemurnian
suatu bahan (menentukan kemurnian minyak) serta determinasi komposisi suatu
campuran homogen. Penentuan indeks bias ini dapat menentukan dengan cepat
terjadinya proses hidrogenisasi katalisis, yaitu semakin panjang rantai atom karbon
semakin banyak ikatan rangkap, maka indeks bias minyaksemakin besar. Indeks bias
dinyatakan dengan simbol n20D . Artinya indeks bias diukur pada suhu 200 C dengan
menggunakan sinar natrium.
Pengukuran refraksi indeks bias telah lama digunakan untuk mengidentifikasi campuran
yang tidak diketahui, dengan membandingkan indeks bias dari campuran harga yang
ada pada literatur. Indeks bias dari suatu komponen dapat dihitung dengan mengalikan
berat molekul campuran dengan spesifik refraksinya, menggunakan persamaan Lorentz-
Lorentz :
( n 2−1 ) M
R= x
( n 2 +2 ) d
R = jumlah refraksi atom tiap-tiap molekul
M = berat molekul
d = density
n = indeks bias
Persamaan tersebut terutama digunakan untuk mengidentifikasi zat yang tidak
diketahui.
d. Pengujian Tekstur
Tekstur merupakan salah satu faktor penentu utama dalam kualitas produk pangan
selain kenampakan, flavor dan nutrisi. Tekstur, kenampakan dan flavor dikenal
sebagai faktor penerimaan sensori karena langsung dapat dirasakan oleh indra
perasa. Tekstur dapat diartikan sebagai respon utama dari sentuhan terhadap
stimulus fisik sebagai hasil dari kontak antara beberapa bagian tubuh dan pangan.
Sentuhan adalah metode utama untuk merasakan tekstur, tetapi kinestetik(rasa
gerakan dan posisi), terkadang penglihatan (kemudahan mengalir) dan suara
(dihubungkan dengan kerenyahan, tekstur garing dan patahan) juga digunakan
untuk mengevaluasi tekstur (Bourne 2002).
Kekerasan adalah gaya yang dibutuhkan untuk menekan suatu bahan atau produk
sehingga terjadi perubahan pada produk yang diinginkan (Ranggana, 1986).
Pengukuran kekerasan dengan penetrometer dilakukan dengan prinsip memberikan
gaya tusuk maupun tekan pada bahan pangan dengan beban (gaya) tertentu pada
selang waktu tertentu. Tekstur sampel (tomat mentah dan matang), ditentukan
dengan probe berupa jarum. Probe ini digunakan untuk mengukur kekerasan
dengan prinsip gaya tusuk. Semakin dalam jarum penetrometer menusuk sampel,
maka sampel tersebut teksturnya semakin lunak.
Beberapa perubahan struktur antara lain; perubahan karbohidrat, lemak, protein dan
kadar air akan berpengaruh terhadap tekstur komoditas pertanian. Perubahan
karbohidrat yang mempengaruhi tekstur tomat antara lain perubahan polisakarida
dan perubahan pektin. Selama proses pematangan terjadi hidrolisis polisakarida
menjadi oligosakarida bahkan gula sederhana. Polisakarida mempunyai struktur
yang lebih kompak dibandingkan dengan oligosakarida dan monosakarida, sehingga
dengan perubahan ini menyebabkan tekstur tomat menjadi lebih empuk. Selain itu
terjadi perubahan protopektin menjadi pektin dan asam pektat. Senyawa ini
merupakan derivat asam poligalakturonat yang terdapat dalam bentuk protopektin,
asam pektinat, pektin dan asam pektat. Protopektin, bersifat tidak larut air,
sedangkan asam pektat lebih larut air. Protopektin merupakan senyawa penyusun
lamela tengah dan berfungsi sebagai perekat antar sel pada buah tomat.
Peningkatan kelarutan protopektin menyebabkan ikatan antara sel yang satu dengan
sel yang lain menjadi rapuh dan merenggang. Hal ini menyebabkan tekstur tomat
matang lebih lunak (Pantastiko, 2007).
Gambar 2.9. Penetrometer
e. Pengujian Viskositas/Kekentalan
Kekentalan merupakan salah satu sifat reologi yang amat penting pada banyak
produk pangan. Sifat kental penting peranannya baik dalam uji mutu dan
standarisasi mutu maupun juga dalam pengendalian proses selama pengolahan.
Untuk produk-produk pangan tertentu kekentalan juga penting sebagai petunjuk
kandungan zat-zat tertentu. Misalnya kekentalan dapat digunakan untuk menyatakan
kandungan gula pada nira, atau untuk menyatakan kemurnian cairan minyak.
Kedua bentuk resistensi itu pada dasarnya sama, karena deformasi bentuk
sebetulnya juga merupakan bentuk aliran namun aliran yang sangat lambat dengan
arah aliran yang tidak menentu. Kekentalan atau konsistensi disebabkan oleh gaya
kohesi antar pertikel atau antar molekul yang mengikat mereka bersatu.Lawan dari
kental adalah encer yaitu sifat mudah mengalir. Mengalir adalah suatu proses
dimana tiap-tiap partikel atau molekul dalam benda itu bergerak pada arah yang
sama. Produk pangan dikatakan kental jika tingkat atau nilai kekentalannyatinggi,
sebaliknya jika nilai kekentalannya rendah disebut encer. Jadi pengertian kental dan
encer ditentukan oleh tingkat atau nilai kekentalannya. Dalam pengujian mutu atau
standarisasi mutu nilai batas itu ditetapkan.
Produk pangan non Newton yaitu produk pangan yang nilai kekentalannya berubah
akibat meningkatnya gaya pengalirannya. Berdasarkan pola pengolahan
kekentalannya itu dikenal (1) produk pangan plastis, (2) produk pangan
pseudoplastis,dan (3) produk dilatan.
Produk pangan plastis adalah produk kental yang nilai kekentalannyadalam keadaan
biasa memang sudah tinggi dan jika dikenai gaya pengalihan shear forceyang besar
kekentalannya tiba-tiba menurun tajam, sehingga produk yang tadinya susah
digerakkan atau dialirkan setelah kena gaya tiba-tiba menjadi gampang mengalir.
Contoh produk pangan plastis ialah saus tomat, puding, krim, sambal cabe dalam
botol. Pada produk plastis diperlukan gaya awal yang tinggi untuk mengalirkannya.
Produk pangan pseudoplatis juga bersifat makin menurun kekentalannya jika gaya
pengalirannya dinaikkan, namun penurunan kekentalannya tidak tajam. Makin besar
gaya yang dikenakan aliran makin lancar. Contoh produk pangan pseudoplatis ialah
susu segar, santan, krim cair.
Produk pangan dilatan mempunyai sifat aliran kebalikan dari produk plastis. Produk
ini makin kental jika dikenai gaya pengaliran yang makin tinggi. Contohnya ialah
mentega kacang (peanut butter), dispersi tepung pati, gula kental (gulali). Produk
semacam ini jika tiba-tiba dikenai gaya mekanis yang tinggi menjadi sangat keras
dan mudah rapuh (pecah-pecah).Di luar ketiga macam produk non Newton terdapat
pula produk kental yang sifat alirannya berbeda atau menyimpang dari produk
tersebut di atas.
Dalam pengujian mutu kekentalan produk pangan dapat diukur secara fisik
dengan instrumen atau secara organoleptik oleh penguji mutu atau panelis.
Instrumen fisik yang digunakan untuk mengukur kekentalan secara umum
disebut viskosimeter. Dikenal banyak jenis viskosimeter, beberapa viskosimeter
sangat spesifik untuk jenis produk pangan tertentu. Ada bermacam-macam
viskosimeter, antara lain: Viskosimeter Oswald, Viskosimeter Stromer,
Viskosimeter PVF Brookfield dan Viskosimeter Ubbelohde
BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah susu cair, kecap, jus buah, minyak,
madu, tomat matang dan mentah, ubi jalar, margarin ,wafer dan biskuit
ALAT
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain falling ball viscometer, viscometer
Brookfield, penetrometer, texture analyzer, stopwatch, piknometer, gelas piala, timbangan
digital, penangas air, gunting, pisau dan sendok
CARA KERJA
Perhitungan Viskositas
Viskositas dihitung dengan persamaan:
μ = K (t - ) t
dimana:
μ = viskositas (cP)
K = konstanta viscometer
0.3 untuk bola 1
3.3 untuk bola 2
3.5 untuk bola 3
t = massa jenis bola yang digunakan (g/ml)
2.53 untuk bola gelas
8.02 untuk bola stainless steel
16.6 untuk bola tantalum
= massa jenis fluida yang diukur
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh dari batas atas sampai batas bawah (menit)
Perhitungan Viskositas
Pengukuran Sampel
Tujuan : Peserta dapat mengukur karkateristik fisik warna produk pangan dengan
perlatan yang disediakan dengan benar.
BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisa minyak adalah miyak goreng kemasan dari
berbagai merek
ALAT
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kromameter dan Lovibon Tintometer
CARA KERJA
Model F, terdiri dari gelas-gelas berwarna. 3 bagian yaitu warna merah (Red/R), kuning
(yellow /Y) dan biru (blue/B)
a. Dihubungkan dengan alat tintometer lavibond model F dengan sumber arus listrik.
b. Masukkan minyak goreng kedalam kuvet (5/4 lavibond cell) sampai dengan hampir
penuh.
c. Masukkan kuvet kedalam alat tintometer pada posisi yang sesuai dengan jarak
kemudian ditekan tombol power dengan posisi on.
d. Diamati warna pada lensa/ gelas-gelas berwarna terdiri dari 3 bagian warna, merah
(red/R), kuning (yellow/Y) dan Biru (blue/B)
Aktivitas Pembelajaran
1. Jelaskan mengenai alat uji warna bahan has pertanian atau produk-produknya Lovibond
Tintometer!
2. Jelaskan mekanisme keruh pada bahan/sampel!
3. Jelaskan perbedaan antara densitas mutlak dengan densitas nyata!
4. Jelaskan mekanisme perubahan karbohidrat yang dapat mempengaruhi tekstur buah tomat!
Rangkuman
Berbagai karakter atau sifat fisik mekanik bahan pangan antara lain warna, bentuk, ukuran,
berat jenis, indeks bias, tekstur, kekentalan, titik leleh, kadar air dan lain-lain.Mendiskripsi
suatu warna tidaklah mudah. Warna merahnya lombok berbeda dengan merahnya apel,
merahnya tomat, merahnya udang rebus merahnya daging ikan dan merahnya daging
ayam. Bermacam-macam warna merah itu semua disebut merah namun jika mereka
dijejerkan dan dibandingkan akan tampak semua warna merah itu tidak sama.Cara paling
sederhana untuk menyatakan suatu warna adalah dengan memperagakan (display) warna
yang dimaksud. Dalam dunia usaha peragaan warna di lakukan dengan peragaan contoh
produk yang disebut cuplikan peraga, oleh penjual dan pembeli. Cara ini tidak selalu praktis.
Sementara itu cuplikan peraga (speciment) itu warnanya dapat mengalami perubahan,
sehingga tidak sama lagi dengan warna populasi yang diwakilinya.
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari sifat aliran dan perubahan bentuk (deformasi) suatu
bahan akibat adanya pengaruh gaya mekanis yang mengenainya. Di industri pangan, sifat
rheologi ini sangat penting di dalam disain proses produk pangan, seperti di dalam desain
proses pemompaan bahan, pengukuran kekentalan, pengukuran kecukupan panas proses
sterilisasi dan pasteurisasai septik, dan lain-lain. Sifat-sifat reologi dapat diamati secara
organoleptik oleh indera manusia atau secara fisik (obyektif) dengan menggunakan
instrumen. Gaya hambat atau friksi internal yang mempengaruhi kemampuan mengalir
fluida disebut sebagai kekentalan atau viskositas. Sifat kekentalan dan sifat aliran produk
pangan cair dapat diukur dengan menggunakaninstrumen yang disebut viskometer,
sehingga kita bisa menyatakan nilai kekentalan suatu produk pangan dan bagaimana sifat
alirannya secara kuantitatif.
Umpan Balik
1. Buatlah catatan tentang apa saja yang telah Anda dapatkan dari pendalaman materi,
pengalaman praktik dan hasil diskusi!
2. Kembangkan materi-materi yang telah Anda pelajari dengan mencoba hal-hal baru,
menguji berbagai jenis bahan, mendalami prinsip kerja peralatan dan mengembangkan
teknik pengujian secara fisik. Kembangkanlah potensi yang ada di sekitar Anda!
3. Bila Anda merasa sudah cukup menguasai materi dan mempunyai bantak pengalaman
tentang teknik pengendalian mutu dan pengujian secara fisik, silahkan mempelajari
materi lain yang Anda rasa perlu!
Kunci Jawaban
Setelah mempelajari Modul Pembelajaran Teknik dan metode pengendalian mutu selama
proses dan teknik pengujian secara kimiawi ini peserta Diklatmampu:
1. Memahami teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data) bahan
hasil pertanian secara kimiawi dengan cermat dan teliti
2. Memahami sarana dan prasarana yang dibutuhkanserta K3LH dalam pengujian secara
kimiawidengan cermat dan teliti
3. Menerapkan teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data)
bahan hasil pertanian secara kimiawidengan cermat dan teliti sesuai kriteria
Uraian Materi
Penilaian mutu suatu produk melalui analisis kimia sudah ada sejak dahulu. Manusia
berusaha membedakan masing-masing mutu suatu produk karena terbukti suatu produk
yang bermutu lebih diterima konsumen. Disamping persyaratan umum, setiap produk
mempunyai persyaratan mutu yang khas. Persyaratan yang dimaksud dinamakan
persyaratan standar mutu. Sebagai contoh mutu tepung ikan tidak hanya ditentukan oleh
kadar proteinnya saja melainkan juga ditentukan oleh kadar air, abu, lemak, serat kasar, Ca,
P dan NaCl.
Analisis kimia bertujuan untuk mengetahui apakah suatu produk memenuhi standar mutu,
mengenai persyaratan mutu kimianya. Analisis kimia dilakukan melalui merencanakan
analisis (pemilihan prosedur, penentuan alat, penentuan bahan kimia, penentuan akomodasi
dan lingkungan), melaksanakan prosedur analis dan mengolah data pengujianpengujian.
Analisis komponen utama yang ada pada bahan pangan atau proksimat yakitu pengujian
kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan kadar abu secara umum dapat dilakukan dengan
pengujian secara kimia.
1. Analisis Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan
makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam
pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme
sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi.
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O,
kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini
disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber
asam- asam amino yang mengandung unsur yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K, 2009).
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga
beberapa juta yang terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain
dalam ikatan peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen ; beberapa asam amino mengandung unsur-unsur fosfor, besi,
iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di
dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur
nitrogen merupakan 16% dari berat protein. Molekul protein lebih kompleks daripada
karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam
amino yang membentuknya (Almatsier. S, 1989).
Selama proses pengolahan protein dapat mengalami perubahan-perubahan yang dapat
memberikan pengaruh terhadap karakteristik produk pangan. Perubahan-perubahan
tersebut antara lain adalah proses denaturasi karena paparan panas yang
menyebabkan perubahan kelarutan, sehingga akan mempengaruhi tektur pada bahan
pangan; proses oksidasi yang dikatalisis oleh cahaya akan menyebabkan
penyimpangan flavor; proses degradasi enzimatik yang akan menyebabkan perubahan
pada tekstur dan flavor (bisa menyebabkan terbentuknya flavor pahit); dan proses
pembekuan yang dapat menyebabkan protein mengalami perubahan konformasi dan
kelarutannya.Protein dalam bahan biasanya terdapat dalam bentuk ikatan fisik yang
renggang maupun ikatan kimiawi yang lebih erat dengan karbohidrat atau lemak.Karena
adanya ikatan-ikatan ini maka terbentuk senyawa-senyawa glikoprotein dan lipoprotein
yang berperan besar dalam penentuan sifat fisik bahan misalnya pada sistem emulsi
atau adonan roti.
Dengan adanya pemanasan, misalnya protein dalam bahan makanan akan mengalami
perubahan dan membentuk persenyawaan dengan bahan lain, yaitu antara asam amino
hasil perubahan protein dengan gula-gula pereduksi yang membentuk senyawa rasa
dan aroma makanan. Protein murni dalam keadaan tidak dipanaskan hanya memiliki
rasa dan aroma yang tidak berarti.Perlakuan pemanasan mungkin sangat diperlukan
dalam bahan makanan untuk mempersiapkan bahan hingga sesuai dengan selera
konsumen.Namun perlakukan pemanasan yang berlebihan dapat merusak protein
sehingga mengubah nilai gizinya.
Secara rutin, analisa protein dalam bahan makanan adalah untuk tujuan menera atau
menentukan jumlah kandungan protein dalam bahan atau sampel.Peneraan jumlah
protein dalam bahan umumnya dilakukan berdasarkan peneraan empiris (tidak
langsung), yaitu melalui penentuan kandungan N yang ada dalam bahan. Penentuan
dengan cara langsung atau absolut, misalnya dengan pemisahan, pemurnian atau
penimbangan protein, akan memberikan hasil yang lebih tepat tetapi juga sangat sukar,
membutuhkan waktu lama, keterampilan tinggi dan mahal. Analisis penentuan protein,
seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Akan tetapi
secara teknis hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat jumlah kandungan senyawa
lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan jumlah N total
ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein yang
ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl ini dengan demikian sering disebut kadar protein
kasar (crude protein).
Peneraan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah dengan
menentukan jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan.Cara penentuan ini
dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli ilmu kimia Denmark pada tahun 1883.
a. Metode Analisis Protein
Setiap prosedur pengujian memiliki kekhasan tertentu beserta kelemahan dan
kekuatannya sendiri-sendiri. Dalam laporan pengujian, cara pengujian selayaknya
dicantumkan atau bahkan disertakan prosedur kerjanya.Meskipun prosedur
pengujian dapat dengan mudah diperoleh dalam bahan pustaka, namun karena
adanya beberapa keterbatasan dan kondisi lingkungan, seringkali hanya beberapa
prosedur tertentu saja yang dapat dipakai. Keterbatasan atau kondisi setempat itu
misalnya tujuan pengujian yang tidak memerlukan kecermatan tinggi, perlu dilakukan
secara rutin dan cepat, biaya dan tenaga pelaksana yang minimal, keterbatasan
waktu dan bahan yang akan dipengujian, tidak adanya peralatan tertentu yang
diperlukan, tidak adanya peralatan keamanan dalam penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan sebagainya, maka suatu laboratorium penguji bahan biasanya tetap
menggunakan prosedur yang telah dipilihnya meskipun prosedur baru
bermunculan.Pengalaman dan pengetahuan dasar pengujian bahan sangat
diperlukan bagi seseorang untuk dapat memilih prosedur yang tepat dan kemudian
melaksanakannya dengan cermat.
Metode analisis merujuk pada penetapan kadar senyawa tertentu dan evaluasi hasil
pengukuran. Pemilihan suatu metode analisis harus memperhatikan faktor- faktor
antara lain:Tujuan analisis, biaya yang dibutuhkan, serta waktu yang yang
diperlukan; Level analit yang diharapkan dan batas deteksi yang diperlukan; Macam
sampel yang akan dianalisis serta pra-perlakuan sampel yang dibutuhkan; Jumlah
sampel yang dianalisis; Ketepatan dan ketelitian yang diinginkan untuk analisis
kuantitatif; Ketersediaan bahan rujukan, senyawa baku, bahan-bahan kimia, dan
pelarut yang dibutuhkan; Peralatan yang tersedia; dan Kemungkinan adanya
gangguan pada saat deteksi atau pada saat pengukuran sampel.
Metode yang baik seharusnya memenuhi beberapa kriteria, yaitu metode harus :
1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan
kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya menetapkan senyawa
runut dalam sampel.
2. Tepat (precise), artinya metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang
sama atau hampir sama dalam satu seri pengukuran (penetapan)
3. Teliti (accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang
sangat dekat dengan niali sebenarnya (true value).
4. Selektif, artinya untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak
banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain.
5. Kasar (rugged), artinya adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi
lingkungan tidak menyebabkan perubahan hasil analisis.
6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak
memerlukan waktu dan biaya.
Persyaratan metode tersebut apabila dipenuhi semua akan menghasilkan suatu
hasil pengujian yang mendekati sempurna. Namun demikian jarang sekali ada
prosedur yang sempurna.Semua prosedur tertentu yang memang sulit dirancang,
karena sifat bahan yang akan diuji memang tidak memungkinkan, hanya mampu
memenuhi beberapa persyaratan di atas. Prosedur tersebut terpaksa diterima dan
dipergunakan karena tidak ada pilihan lain. Adakalanya, meskipun pilihan prosedur
pengujian cukup banyak yang dapat mendekati kesempurnaan terpaksa dipilih
prosedur yang hanya dapat memenuhi beberapa persyaratan saja karena berbagai
alasan misalnya harus dilaksanakan di lapangan, menuntut pengerjaan yang cepat
dan rutin, tidak adanya peralatan tertentu dan sebagainya.
2. Tahap Destilasi
Tahap destilasi berfungsi untuk mendapatkan gas ammonia (NH3). Proses
destilasi dilakukan dengan cara menaruh hasil destruksi ke destilator. Pada
proses ini dilakukan dengan penambahan basa hidroksida (NaOH) sehingga
hasil dari reaksi NaOH dengan ammonium sulfat menghasilkan gas
ammonia. Gas ammonia ini dikondensasi sehingga menjadi destilat (cair),
dimana destilat ini ditampung ke suatu gelas kimia yang sudah terdapat
asam borat (reaksi 3). Pada reaksi nomor 3, terlihat hasil reaksi antara asam
borat dengan ammonia menghasilkan ion ammonium dan ion borat.
Pada tahap destilasi ini, amonium sulfat yang larut dalam air diubah menjadi
ammonia (NH3) yang berbentuk gas dengan penambahan NaOH sampai
alkalis (pH dinaikan)dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak terjadi
superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas
yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang
dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar.
Asam standar yang dapat dipakai adalah asam klorida atau asam borat 4%
dalam jumlah yang berlebihan. Agar kontak antara asam dan amonia lebih
baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin
dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebih maka diberi
indikator misalnya campuran indikator brom kresol hijau dan metil merah dan
indikator fenofltalein. Destilasi diakhiri bila sudah semua amonia terdestilasi
sempurna dengan ditandai destilat tidak bereaksi basa.
3. Tahap Titrasi
Langkah terakhir dalam proses analisis protein adalah tahap titrasi. Dengan
perkembangan teknologi saat ini proses titrasi ini dapat dilakukan dengan
metode potensiometri. Metode ini dilakukan dengan menggunakan elektrode
pH.Larutan yang telah mengandung ion borat (hasil reaksi no. 3) dititrasi
dengan larutan HCl (asam klorida) dan dilakukan dengan metode
potensiometri. Proses ini ditunjukkan melalui reaksi nomor 4, dimana proses
titrasi ini dilakukan sampai ion borat menjadi asam borat (netral) dengan
adanya ion klorida. Maka berapa jumlah asam klorida yang digunakan akan
berfungsi sebagai data untuk mengkalkulasi hasil protein sampel tersebut.
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam klorida
yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N).
Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah
muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator
fenolftalein.Selisih jumlah titrasi blanko dan sampel merupakan jumlah
ekivalen nitrogen.
2. Analisis Lemak
Lemak atau lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang
menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lemak merupakan golongan senyawa
organik kedua yang menjadi sumber makanan. Lemak mempunyai sifat umum antara
lain: tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (benzena, eter, aseton,
kloroform, dan karbontetraklorida); mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen, kadang-kadang; juga mengandung nitrogen dan fosfor; bila dihidrolisis akan
menghasilkan asam lemak; serta berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipida bukan suatu polimer, tidak; mempunyai
satuan yang berulang. Pembagian yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya, lipida
digolongkan menjadi lipida sederhana, lipida majemuk, dan sterol.
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan lemakyang
telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen
selaintrigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin, sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida),
sterolyang berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak
bebas, lilin,pigmen yang larut dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut
mempengaruhiwarna dan flavor produk. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida
campuran, yang merupakan ester darigliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak
nabati terdapat dalam buah-buahan,kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan
sayur-sayuran. Dalam jaringan hewanlemak terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah
terbanyak terdapat dalam jaringan adiposedan sumsum tulang.
Lemak majemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol , asam lemak dan zatlain.
Secara umum lipida komplekss dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfolipida
danglikolipida. Fosfolipida adalah suatu lipida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan
asamlemak, gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang
termasuk dalamgolongan ini adalah lesitin dan sephalin.
Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat dipisahkan
darilemak setelah penyabunan. Oleh karena sterol tidak tersabunkan maka senyawa ini
terdapatdalam residu. Lebih dari 30 jenis sterol telah dijumpai di alam, terdapat pada
jaringanbinatang dan tumbuhan, ragi, jamur, tetapi jarang ditemukan dalam bakteri.
Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri dari kolesterol danfitostrerol.
Senyawa kolesterol umumnya terdapat dalam lemak hewani, sedangkanfitosterol
Trigliserida merupakan kelompok lipida paling banyak dalam jaringan hewan dan
tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung dari
tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram.Fosfolipida,
glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan tumbuhan dalam
jumlah yang lebih sedikit daripada trigliserida. Dalam tubuh manusia, kelompok ini
hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida seluruhnya.
Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam seluruh
tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman,
karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.Secara definitif, lipida diartikan sebagi
semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut organik yang mempunyai
kecenderungan nonpolar.Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida
merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa
hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang
berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu
ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk
membedakan minyak dan lemak.
Karakteristik fisikokimia utama dari lemak yang digunakan untuk membedakan lemak
dari komponen lain dalam bahan atau sampel adalah kelarutannya dalam pelarut
organik, tidak dapat larut dengan air, dan karakteristik fisik (densitas yang rendah
dan sifat spektroskopik).
Metode analisis lemak berdasarkan ketiga karakter tersebut diklasifikasikan
menjadi : Ekstraksi solven; Ekstraksi non-solven; Metode instrumental
1) Metode Babcock
Sebagai contoh sejumlah sampel susu dipipet secara akurat ke dalam botol
Babcock. Asam sulfat dicampurdengan susu, yang akan mendigesti protein yang
akan menghasilkan panas dan merusak lapisan yangmengelilingi droplet lemak,
sehingga akan melepaskan lemak. Sampel kemudian disentrifuse saat masih
panas (55-60oC) dan akan menyebabkan lemak cair naik ke leher botol. Leher
botoldilengkapi skala yang menunjukkan persen lemak. Metode ini
membutuhkan waktu 45menit, dengan presisi hingga 0,1%. Metode ini tidak
menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena berada di fase air atau di antara
fase lemak dan air.
2) Metode Gerber
Metode Gerber mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat
dan isoamilalkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda. Metode Gerber
lebih cepat dan sederhanadibanding metode Babcock.metode gerber tidak
menentukan posfolipid.
Metode Gerber merupakan salah satu dari dua metode ekstraksi basah tanpa
pelarut. Prinsipnya asam sulfat dan amil alkohol ditambahkan pada susu yang
diketahui jumlahnya dalam botol gerber. Asam sulfat akan
menghancurkan/memisahkan protein, menghasilkan panas dan membebaskan
lemak. Sentrifugasi dan penambahan air panas akan memisahkan lemak yang
terakumulasi secara perlahan pada botol gerber. Lemak dianalisis secara
volumetri dan hasilnya dinyatakan sebagi persen lemak/berat contoh. Metode
Gerber dilakukan untuk analisis lemak dalam susu. Kandungan lemak terbaca
langsung melalui butyrometer yang dikalibrasi khusus.
3) Metode Deterjen
Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol Babcock. Surfaktan
akanmenggantikan membran yang menyelubungi droplet emulsi dalam sampel
susu, menyebabkan lemak terpisah. Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan
berada di leher botol sehingga kadar lemak bisa ditentukan.
Metode Instrumentasi
Banyak metode instrumen untuk penentuan kadar lemak total dalam bahan atau
sampel. Berdasarkan prinsip fisikokimianya, metode-metode ini dikategorikan
berdasarkan 3 prinsipyaitu :penentuan sifat fisik, pengukuran kemampuan absorpsi
radiasi gelombangelektromagnetik dan pengukuran kemampuan memantulkan radiasi
gelombangelektromagnetik.Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan
kerugian, sertakelompok sampel atau bahan yang memungkinkan untuk diuji.
Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan yang akan
ditentukan :
1) Bahan Kering
Untuk penentuan lemak dari bahan kering, bahan dibungkus atau ditempatkan
dalam thimble lalu dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya.
Pemanasan dilakukan secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi.Air yang
terlalu tinggi akan menyebabkan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan/sel dan
pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga ekstraksi lemak kurang efisien.
Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan secara terputus-putus atau
berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan alat soxhlet atau
alat ekstraksi ASTM (American Society testing Material). Sedangkan secara
berkesinambungan dengan alat Goldfisch atau ASTM yang telah dimodifikasi.
2) Bahan Cair
Penentuan lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau
dengan Mojonnier.Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam botol
Babcock, kemudian ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi
lemak sehingga lemak akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan.
Rusaknya emulsi lemak dapat merusak lapisan film yang menyelimuti globula
lemak, biasanya terdiri dari senyawa protein. Dengan rusaknya protein
(denaturasi atau koagulasi) maka memungkinkan globula lemak yang satu akan
bergabung dengan globula lemak yang lain dan akhirnya menjadi kumpulan
lemak yang lebih besar dan akan mengapung di atas cairan. Setelah
disentrifugasi lemak akan semakin terpisah dengan cairannya dan agar dapat
dibaca banyaknya lemak maka ke dalam botol ditambahkan aquadest panas
sampai lemak tepat pada skala yang terdapat pada leher botol Babcock. Dengan
demikian banyaknya lemak dapat langsung diketahui.
3. Analisis Karbohidrat
Bahan pangan sumber karbohidrat merupakan prioritas pertama, selain sebagai sumber
energi utama, juga dapat menghasilkan rasa lapar dengan segera dan mendatangkan
rasa puas setelah mengkonsumsinya dalam jumlah yang cukup (Handajani,
1996).Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil
energi di dalam tubuh. Jenis karbohidrat yang merupakan sumber utama bahan
makanan yang umum dikomsumsi oleh manusia adalah pati (strach).
Berdasarkan susunan molekulnya, karbo hidrat di bedakan atas monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tersusun atas satu
gugusan gula. Sebagiaan besar monoksida dikenal sebagai heksosa. Mereka antara
lain adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, dan monosa. Ketiga contoh monosakarida
tersebut memiliki jenis dan jumlah atom yang sama (6 atom karbon, 12 atom hidrogen,
dan 6 atom oksigen). Hanya saja susunan atomnya berbeda-beda sehingga
menyebabkan terjadinya perbedadan dalam tingkat kemanisan dan daya larut dari
masing-masing monosakarida. Monosakarida lainya adalah berupa pentosa(memiliki 5
atom karbon), misalnya ribosa, xilosa, dan arabinnosa.
Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun atas dua gugusan gula atau berupa
gabungan dua monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi.
Kedua unit monoksida tersebut dapat dipisahkan kembali melalui reaksi hidrolisis.
Adapun yang termasuk disakarida antara lain adalah sukrosa, maltosa dan
laktosa.Sukrosa atau sakarosa di kenal juga sebagai gula tebu atau gula bit. Hasil
hidrolisis sukrosa dapat menghasilkan satu unit glukosa atau satu unit frukosa.Maltosa
biasa didapat di dalam usus manusia pada pencernaan pati atau di dalam biji-bijian
pada saat pemecahan pati (biji kecambah). Jika dihidrolisis maltosa akan terurai menjadi
dua unit glukosa.Laktosa atau gula susu hanya terdapat di dalam susu. Laktosa
merupakan jenis gula yang rasanya paling tidak manis dan sukar larut dibanding
disakarida lainya. Hasil hidrolisasi laktosa adalah berupa satu unit glukosa dan satu unit
galaktosa.
Polisakarida termasuk pada golongan karbohidrat kompleks, karena mereka dapat
memiliki tiga ribu gula sederhana yang tersusun berupa rantai panjang lurus atau
bercabang. Contoh polisakarida diantaranya adalah pati (amilum), glikogen, selulosa,
lignin, dan pektin.Pati merupakan karbohidrat yang bisa tersimpan di dalam tumbuh-
tumbuhan dan menjadi karbohidrat utama bagi manusia di seluruh dunia. Kebanyakan
pati terdapat di dalam padi-padian, biji-bijian dan umbi-umbian.Glikogen merupakan
karbohidrat yang tersimpan di dalam tubuh manusia dan hewan. Pada manusia, dua
pertiga gilogen disimpan di dalam otot dan sisanya dalam hati. Glikogen didalam otot
hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot. Sebaliknya, glikogen yang
di simpan di dalam hati dapat di gunakan sebagai sumber energi untuk semua sel tubuh
Karbohidrat yang berbentuk polimer memiliki ukuran molekul yang sangat besar dan
kompleks serta memiliki satuan monomer berbagai jenis menyebabkan karbohidrat
sulit ditentukan jumlah sebenarnya. Sering jumlah karbohidrat hanya dapat
dinyatakan sebagai jumlah monomer penyusunnya saja misalnya sebagai heksosa
atau pentosa total. Bahkan untuk senyawa polimer yang homogen misalnya pati
yang terdiri dari monomer glukosa saja, masih memerlukan kurva standar yang
menunjukan hubungan antara jumlah pati murni dengan indikatornya (misalnya gula
reduksi hasil hidrolisanya). Karena terdapat perbedaan ukuran molekul antara jenis
pati yang satu dengan yang lainnya dan sulit mendapatkan pati yang betul-betul
murni yang bebas air dan senyawa-senyawa lain, maka cara analisa penentuan
jumlah pati yang sebenarnya menjadi sangat sulit.
Penentuan karbohidrat yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar
(proximate analysis) atau disebut juga Carbohydrate by Difference. Yang dimaksud
dengan proximate analysis adalah suatu analisis di mana kandungan karbohidrat
termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan: %
karbohidrat (wb) = 100% - %wb( air+ abu+ lemak + protein) atau % karbohidrat
(db) = 100% - %db( abu+ lemak + protein)
Perhitungan Carbohydrate by Difference adalah penentuan karbohidrat dalam bahan
makanan secara kasar, hasilnya biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi
bahan makanan.
b. Preparasi sampel
Sebelum dilakukan analisa, bahan yang akan dianalisa (sampel) harus dibebaskan
dari zat-zat pencampur dan dilakukan penjernihan. Sampel digiling sampai halus dan
dijaga agar tidak terjadi perubahan komposisi kimiawinya dan sifat-sifat lain yang
tidak dihendaki.Lipid dan klorofil dihilangkan dengan cara ekstraksi dengan eter,
karena eter tidak melarutkan karbohidrat asal suhu lebih dari 50C, pada suhu diatas
50 karbohidrat dapat larut dalam eter. Agar selama menghilangkan zat-zat
pencampur tidak terjadi inversi dan hidrolisa dari sukrosa oleh asa-asam organik
yang ada dalam bahan makanan/pertanian, maka selama ektraksi ditambahkan
kalsium karbonat. Apabila dalam sampel banyak terkandung enzim yang dapat
menghidrolisis gula maka tambahkan HgCl atau ekstraksi dilakukan dengan etanol
96% dan sampel dipanaskan selama 30 menit.
Setelah sampel dibebaskan dari zat-zat pencampur, sampel dilarutkan dalam
aquadest. Karbohidrat yang larut dalam air dapat ditentukan setelah dilakukan
penjernihan terlebih dahulu. Kekeruhan larutan karbohidrat dapat disebabkan
protein, zat koloidal, zat warna dan asam organik yang dapat mengganggu
pengamatan dengan alat ukur atau titik akhir titrasi.Penjernihan ekstrak berdasarkan
prinsip logam berat dapat mengendapkan koloid dalam ekstrak atau zat kimia
tertentu dapat menghilangkan koloid, zat warna atau asam organik lain. Zat
penjernih yang dipakai harus mempunyai sifat yang menguntungkan yaitu dapat
mengendapkan zat bukan gula tanpa mengadsorpsi atau memodifikasi gula. Dalam
keadaan berlebih tidak mengganggu ketepatan analisa dan hasil pengendapan
harus mudah dipisahkan dari larutannya.Pada umumnya kenaikan kemampuan zat
penjernih atau pemucatan larutan diikuti dengan kenaikan absorpsi senyawan gula.
Agar peneraan gula tidak mengalami kesulitan dan kesalahan besar maka
pemberian zat penjernih tidak berlebihan.
c. Melakukan Analisis Karbohidrat
1) Metoda oksidasi dengan kupri
Metoda ini berdasarkan reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida dengan
adanya gula reduksi. Pereaksi metoda ini terdiri atas campuran kupri sulfat, Na-
karbonat dan asam sitrat (pereaksi Luff) atau campuran kupri sulfat dan K-Na-
tartrat (pereaksi Soxhlet). K-Na-tartrat berfungsi untuk mencegah terjadinya
pengendapan kupri oksida dalam larutan pereaksi. Kupri sulfat berfungsi sebagai
oksidator. Kupri sulfat dengan gula pereduksi akan mengalami reduksi yang
menghasilkan endapan berwarna merah bata. Jumlah endapan kuprooksida
ekivalen dengan banyaknya jumlah gula reduksi dalam sampel. Kupro oksida
yang terbentuk dapat diketahui dengan cara penimbangan setelah pengeringan
atau melarutkan kembali kupro oksida dan selanjutnya dititrasi. Selain cara
tersebut dapat juga dilakukan dengan menentukan kelebihan kuprioksida yang
ada dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi.
Selisih kuprioksida yang ada dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan
dengan gula reduksi ekivalen dengan kuprooksida yang terbentuk.
Penentuan gula reduksi dalam larutan yang sering digunakan adalah sebagai
berikut :
Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian
dikonversikan dengan tabel yang menggambarkan hubungan antara banyaknya
Na-tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi. Reaksi yang terjadi adalah :
2CuI2 Cu2I2+ I2
Cara Lane-Eynon
Penentuan gula cara ini dilakukan dengan menitrasi pereaksi Soxhlet (larutan
CuSO4, K-Na-tartrat) dengan gula yang akan dianalisis. Banyaknya larutan sampel
yang dibutuhkan untuk menitrasi pereaksi Soxhlet menunjukan banyaknya gula
dalam sampel dengan melihat dalam tabel Lane-Eynon. Untuk mendapat
perhitungan yang tepat maka pereaksi Soxhlet perlu distandardisasi dengan
larutan gula standar. Standardisasi ini dilakukan untuk menentukan besarnya
faktor koreksi dalam tabel Lane-Eynon. Titrasi berakhir setelah ada perubahan
warna larutan dari biru menjadi tidak berwarna dengan indikator metilen biru.
2 K3Fe(CN)6 + 2 KI 2 K4Fe(CN)6 + I2
Jika ke dalam campuran sampel diberikan ion Zn2+dalam bentuk zink sulfat maka
ferosianida yang terbentuk akan diendapkan sebagai senyawa kompleks,
berdasarkan reaksi :
Titrasi berakhir setelah ada perubahan warna larutan dari biru menjadi putih
(hilanganya warna biru iod-amilum) dengan indikator amilum. Metoda oksidasi
dengan larutan ferisianida alkalis lebih baik daripada oksidasi dengan larutan
kupri sufat karena ferisianida dalam larutan alkalis lebih stabil daripada
kuprooksida.
3) Metoda Iodometri
Iodin dalam medium yang alkalis dapat terkonversi dengan cepat menjadi
hipoiodida. Hipoiodida dapat mengoksidasi aldosa dan sedikit ketosa. Sampel
dalam bentuk larutan ditambah iodin encer dan NaOH lalu dicampur secepatnya
dan diasamkan dengan HCl atau H2SO4 dan biarkan beberapa menit. Kelebihan
iodin dititrasi dengan larutan Na tiosulfat standar.
a) Pewarna, yaituBTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
b) Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan,
yang tidakatau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
c) Pengawet, yaitu BTP yang dapatmencegah menghambat fermentasi, pengasaman
atau peruraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba
d) Antioksidan, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi
lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
e) Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah mengempalnya (menggumpalnya)
makanan yang berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.
f) Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan,
menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
g) Pengatur keasaman (pengasam, penetral, dan pendapar), yaitu BTP yang dapat
mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan.
h) Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses
pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu
pemanggangan.
i) Pengemulsi, pemantap dan pengental, yaitu BTP yang dapat membantu
terbentuknya dan memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
j) Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya
makanan.
k) Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan,
sehingga memantapkan warna, aroma, dan tekstur.
BAHAN
1. Selenium campuran
2. Asam sulfat pekat
3. Brom kresol hijau
4. Metil merah
5. Indikator fenolftalein
6. NaOH 30%
7. Asam borat 2%
8. HCl 0,01 N
9. Aquadest
ALAT
CARA KERJA
1. Timbang dengan seksama 0,51 gram sampel, masukan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL
2. Tambahkan 2 g campuran selenium dan 25 mL H2SO4 pekat
3. Panaskan di atas penangas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi
jernih kehijauan ( 2 jam)
4. Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukan ke dalam labu ukur 100 mL, tera sampai
tanda batas.
5. Pipet 5 mL larutan dan masukan ke dalam alat penyulingan, tambahkan 5 mL NaOH 30%
dan beberapa tetes indikator fenolftalein
6. Suling selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 mL larutan asam
borat 2% yang telah dicampur indikator campuran
7. Bilas ujung pendingin dengan aquadest
8. Titar dengan HCl 0,01 N
9. Kerjakan penetapan blanko
Perhitungan :
Kadar protein : ( V1 – V2 ) x N HCl x 0,014 x fk x fp x100W
V1 = Volume titrasi sampel
V2 = Volume titrasi blanko
N HCl = Normalitas HCl yang telah distandardisasi
fk = Faktor konversi
fp = Faktor pengenceran
W= Berat sampel
Tabel Pengamatan :
N Cl % Protein Rata-rata
LEMBAR KERJA
Tujuan : Peserta dapat menentukan kadar lemak dengan tepat menggunakan metode
baku.
BAHAN
1. Sampel
2. n-Heksana
3. Kapas bebas lemak
ALAT
1. Kertas saring
2. Labu lemak
3. Alat soxhlet
4. Pemanas listrik
5. Oven
6. Neraca analitik
CARA KERJA
No WO Ws Wi % Lemak Rata-rata
Perhitungan :
Wi - Wo
Kadar lemak = x 100%
Ws
Tujuan : Peserta dapat menentukan kadar lemak dengan tepat menggunakan metode
baku.
BAHAN
1. Sampel
2. n-Heksana
3. Kapas bebas lemak
ALAT
1. Kertas saring
2. Labu lemak
3. Alat soxhlet
4. Pemanas listrik
5. Oven
6. Neraca analitik
7. Gelas Piala
CARA KERJA
No WO Ws Wi % Lemak Rata-rata
Perhitungan :
Wi - Wo
Kadar lemak = x 100%
Ws
1. Jelaskan perbedaan prinsip pada analisis protein metode kjeldahl jika digunakan
penampung asam klorida dan asam borat pada proses distilasi!
2. Jelaskan tahapan tahapan preparasi sampel untuk ektraksi solven pada analisis kadar
lemak!
3. Jelaskan prinsip analisis karbohidrat/penentuan gula dengan metode Luff Schoorl!
Rangkuman
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menganalisis kandungan protein yang
terkandung dalam sampel, baik itu dari nabati maupun hewani adalah metode Kjeldahl. Metode
ini lebih popular dibandingkan dengan metode lainnya seperti Enhanced Dumas method dan
Methods using UV-visible spectroscopy. Keuntungan menggunakan metode Kjeldahl adalah
secara universal, metode ini digunakan sebagai standart international dan digunakan sebagai
pembanding metode lainnya. Sedangkan kekurangannya adalah sulit memberikan hasil yang
sebenarnya (true value) protein, sebab prinsip pengukuran adalah mengukur semua kandungan
nitrogen yang ada dalam sampel dan tidak semua nitrogen tersebut berasal dari
protein.Sehingga untuk beberapa sampel tertentu dibutuhkan faktor koreksi karena masing-
masing sampel memiliki perbedaan susunan asam amino (amino acid sequences).
Karakteristik fisikokimia utama dari lemak yang digunakan untuk membedakan lemak dari
komponen lain dalam bahan atau sampel adalah kelarutannya dalam pelarut organik, tidak
dapat larut dengan air, dan karakteristik fisik (densitas yang rendah dan sifat spektroskopik).
Metode analisis lemak berdasarkan ketiga karakter tersebut diklasifikasikan menjadi : Ekstraksi
solven ; Ekstraksi non-solven; dan Metode instrumental.
Penentuan karbohidrat yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate
analysis) atau disebut juga Carbohydrate by Difference. Yang dimaksud dengan proximate
analysis adalah suatu analisis di mana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui
bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan: % karbohidrat (wb) = 100% - %wb( air+
abu+ lemak + protein) atau % karbohidrat (db) = 100% - %db( abu+ lemak + protein)
Menurut Permenkes No.722 tahun 1988, bahan tambahan makanan adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas
makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan,
penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan
Umpan Balik
1. Buatlah catatan tentang apa saja yang telah Anda dapatkan dari pendalaman materi,
pengalaman praktik dan hasil diskusi!
2. Kembangkan materi-materi yang telah Anda pelajari dengan dengan mencoba hal-hal baru,
mengukur kandungan kimia bahan/nutrisi dari berbagai jenis bahan pangan. .
Kembangkanlah potensi yang ada di sekitar Anda!
3. Bila Anda merasa sudah cukup menguasai materi dan mempunyai bantak pengalaman
tentang teknik pengujian secara kimia, silahkan mempelajari materi lain yang Anda rasa
perlu.
Kunci Jawaban
Setelah mempelajari Modul Pembelajaran Teknik dan metode pengendalian mutu selama
proses dan teknik pengujian bahan hasil pertanian secara mikrobiologi ini peserta Diklat
mampu :
1. Memahami teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data) bahan
hasil pertanian secara mikrobiologi dengan cermat dan teliti
2. Memahami sarana dan prasarana yang dibutuhkanserta K3LH dalam pengujian secara
mikrobiologi dengan cermat dan teliti
3. Menerapkan teknik pengujian (pengambilan sampel, metode uji, pengolahan data)
bahan hasil pertanian secara mikrobiologidengan cermat dan teliti sesuai kriteria
Mikroorganisme banyak terdapat di sekeliling kita, baik dalam udara yang kita hirup atau dalam
makanan dan minuman yang tercemar (terkontaminasi), di permukaan kulit, mulut, hidung dan
setiap lubang pada tubuh, serta pada saluran pernafasan dan pencernaan yang bermanfaat
atau merugikan. Jenis mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok seperti bakteri, kapang,
dan yeast. Kerusakan bahan pangan terbesar disebabkan oleh peran mikroorganisme,
sehingga faktor mikroorganisme tersebut berperan penting dalam penentuan mutu bahan
pangan. Dalam industri panganpengujian mikrobiologi secara umum dilakukan untuk memenuhi
suatu kriteria mikrobiologi tertentu, baik yang ditetapkan secara wajib oleh pemerintah
(standard), persyaratan sukarela untuk memenuhi suatu pedoman tertentu yang dikeluarkan
oleh pemerintah, asosiasi, perusahaan itu sendiri (guideline), atau pun persyaratan wajib yang
terkait dengan hubungan dengan suplier (specification).
Karakteristik mikrobiologi adalah salah satu kriteria mutu dan keamanan bahan atau produk
pangan. Oleh karena itu pengujian karakteristik mikrobiologi seringkali dilakukan untuk
memenuhi berbagai kriteria mikrobiologi yang diberlakukan untuk suatu bahan atau produk
pangan. Kriteria mikrobiologi adalah suatu batas kriteria yang dapat menunjukkan keterimaan
suatu lot berdasarkan jumlah mikroorganisme atau ketiadaan mikroorganisme tertentu dari
suatu bahan/produk pangan tertentu. Kriteria mikrobiologi yang baik harus mencakup jenis
mikroorganisme yang diuji, metode yang digunakan, pada tingkat mana diterapkan, sampling
plan serta jumlah sampel yang harus memenuhi persyaratan tersebut.
1. Analisis Mikroskopis
Mikroskop, masih menjadi alat yang utama untuk menpelajari mikrobiologi, mengingat
kecilnya ukuran mikroorganisme. Pada dasarnya ada dua tipe mikroskop yaitu mikroskop
biasa (light microscope) dan mikroskop elektron. Namun pada kegiatan belajar ini yang
akan banyak dikupas adalah mikroskop biasa.Secara garis besar mikroskop mempunyai
dua buah lensa. Lensaobyektif yang terletak didekat obyek yang akan diamati, lensa
okular, yang terletak didekat mata kita. Obyek utama diperbesar oleh lensa obyektif,
bayangan yang dihasilkan diubah pada okular. Oleh karena itu terjadi besaran akhir, yaitu
total perbesaran mikroskop yang dihitung melalui perkalian besarnya lensa obyektif dan
okular, misalnya
(40X) X (10X) (400X)
Makin pendek jarak titik api lensa akan makin kuat perbesarannya. Misalnya lensa obyektif
dengan perbesaran mininal (1X) mempunyai jarak titik api 55 mm, sedang lensa dengan
perbesaran maksimal (120X) mempunyai jarak titik api 1,5 mm.
Daya pisah adalah kemampuan suatu obyektif untuk memisahkan dua buah titik yang
sangat berdekatan didalam struktur pada obyek. Daya pisah ini ditentukan oleh panjang
gelombang sinar dan apertur numerik (numerical aperture, NA) lensa. Namun demikian
karena panjang gelombang sinar biasanya tidak berubah, maka resolusi dari obyek
merupakan fungsi NA. Semakin besar NA, semakin kecil resolusi obyek, atau obyek yang
dapat dilihat jelas secara terpisah semakin kecil.Satu faktor sebagai tambahan untuk lensa
yang mempengaruhi NA adalah medium yang dilewati sinar. Sepanjang obyek dipisahkan
dari udara maka NA tidak dapat dicapai lebih 1,0. Untuk mencapai NA yang lebih besar
lagi, digunakan cairan yang mempunyai index refraksi lebih besar dari udara, misalnya
yang sering dilakukan adalah dengan menempatkan minyak imersi (dengan index refraksi
1,5) diantara galasdan obyektif.Mikroskop yang banyak dipakai dibidang mikrobiologi
mempunyai lensa okular dengan perbesaran 10x dan lensaobyektif yang beraneka
macam, biasanya I0X, 40X, dan 100X. Lensa obyektif yang terendah perbesarannya
digunakan untuk pengamatan awal, untuk melokalisir obyek yang diinginkan, yang
selanjutnya dipindahkan ke perbesaran yang lebih tinggi. Perbesaran 40X biasanya
dipakai untuk pengamatan mikroorganisme yang besar, misalnya jamur dan 100X
digunakan untuk bakteri, untuk perbesaran yang tinggi digunakan minyak immersi.
Fungsi kondensor adalah untuk mengatur intensitas sinar yang masuk kedalam
mikroskop. Lensa kondensor juga mempunyai diafragma yang mengontrol sinar yang
masuk dan yang meninggalkan kondensor. Fungsi diafragma tidak hanya mengontrol
intensitas sinar yang jatuh pada obyek tetapi juga menjamin agar sinar yang meninggalkan
kondensor memenuhi lensa obyektif. Jika diafragma terlalu besar beberapa sinar tidak
akan memenuhi seluruh lensa obyektif dan ini tidak akan ada gunanya. Jika sinar terlalu
terang harus diupayakan untuk mereduksi dengan merubah posisi kondensor atau
mengatur diapragma.
Morfologi mikroorganisme yang diamati dengan mikroskop dapat dilakukan dengan dua
cara, pengamatan mikroorganisme hidup tidak dicat dan mikroorganisme mati dicat.
Pengamatan mikroorganisme hidup dapat dilakukan dengan menggunakan aquadest.
Caranya mikroorganisme ditempatkan pada gelas benda dan ditetesi dengan
aquadestkemudian diratakan dan ditutup dengan gelas penutup. Pengamatan obyek yang
tidak dicat memerlukan diafragma dari kondensor yang ditutup sebagian agar diperoleh
kontras yang cukup antara obyek dan bidang pemandangan.
Kekurangan kontras antara mikroorganisme hidup yang tidak dicat dengan bidang
pemandangan dapat diatasi oleh penggunakan mikroskop fase kontras.Selain mikroskop
biasa seperti telah dibicarakan di atas, dikenal pula mikroskop-mikroskop lain seperti
mikroskop ultra violet, mikroskop fase kontras dan mikroskop elektron.
Mikroskop ultra violet. Mikroskop ini menggunakan sinar ultra violet, dilengkapi dengan
alat pemotret sebagai alat pengamatannya. Oleh karena cahaya yang digunakan sinar
ultra violet (UV) yang mempunyai panjang gelombang lebih pendek dari pada sinar biasa,
maka mikroskop ini mempunyai daya pisah yang kuat.
Mikroskop fase kontras. Mikroskop fase kontras berbeda dengan mikroskop biasa.
Mikroskop ini dilengkapi dengan diafragma khusus yaitu diafragma dengan celah
berbentuk cincin dan lensa obyektifnya dilengkapi lempeng difraksi. Pada mikroskop biasa
perbedaan indeks bias yang sangat kecilpada obyek tidak dapat terlihat, tetapi dengan
adanya lempeng difraksi pada susunan lensa obyektif maka perbedaan indeks bias yang
kecil pada obyek ini dapat terlihat dengan jelas. Hal ini memungkinkan pembedakan
struktur dengan, jelas.
Mikroskop elektron. Daya pisah mikroskop biasa kira-kira hanya 0,2 mikron apabila daya
pisah yang digunakan adalah maksimum. Pada mikroskop elektron digunakan sinar
elektron yang mempunyai panjang gelombang sangat pendek, yang tergantung pada
voltase yang dipakai. Untuk mendapatkan sinar elektron yang mempunyai 0,055
diperlukan voltase (tegangan) 50.000 volt.
Dengan mikroskop biasa perbesaran yang dapat dicapai kurang lebih 2.000 kali. Dengan
mikroskop ultra violet perbesaran yang dapat dicapai kurang lebih 3.000 kali. Dengan
mikroskop elektron perbesaran yang dapat dicapai sedikitnya 10.000 - 30.000 kali atau
lebih, sehingga dapat dipakai untuk melihat molekul-molekul protein, virus, bakteriophage,
struktur dalam bakteri dan lain-lain.
B. Pewarnaan
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai
organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-
pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (asamdanbasa). Zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin. Dengan
pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna
basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru,kristal,violet
dan karbol fuchsin.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.Prinsip dasar dari
pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan
senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam
kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatannegatif, sehingga
pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak
berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya :
tintacina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi
bilasenyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan di ikat oleh dinding sel bakteri dan
sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna, basa misalnya metilin
biru;kristal violet, safranin dan lain-lain.
Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawapewarna,
teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk
mengamati morfologi, baik bentuk maupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain
adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yanglebih dari
satu jenis, diperlukan untukmengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam juga diperlukan
untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora dan nukleus.
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan
bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlakuyakni sebagai berikut:
mempersiapkan kaca obyek. Kaca obyek ini harus bersih dan bebas lemak, untuk
membuat apusan dari bakteri yang diwarnai.
1) Uji TPC (Total Plate Count) atau Angka Lempeng Total (ALT)
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob
mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau
koloni/100ml.Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan
cara sebar (BPOM, 2008).
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA
PPOM61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada
suhu yang sesuai. Pada pengujian Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton
Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count
Agar) sebagai media padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Tri
Phenyltetrazalim Chlotide 0,5% (TTC).
Prosedur pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi
(MA PPOM 61/MIK/06) yaitu dengan cara aseptik ditimbang 25 gram atau dipipet
25 ml sampel ke dalam kantong stomacher steril. Setelah itu ditambahkan225ml
PDF,dandihomogenkandenganstomacher selama 30 detik sehingga diperoleh
suspensi dengan pengenceran10-1. Disiapkan 5 tabung atau lebih yang masing-
masing telah diisi dengan 9 ml PDF. Hasil dari homogenisasi pada penyiapan
sampel yang merupakan pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung
PDF pertama, dikocokhomogen hingga diperoleh pengenceran 10-2. Dibuat
pengenceran selanjutnya hingga10-6 atau sesuai dengan pengenceran yang
diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1ml kedalam cawan petri dan dibuat
duplo, ke dalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PDA yang sudah
ditambahkan 1%TTC suhu45°C. Cawan petri segera digoyang dan diputar
sedemikian rupa hingga suspense tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas
media dan pengencer dibuat uji kontrol (blangko). Pada satu cawan diisi 1 ml
pengencer dan media agar, pada cawan yang lain diisi media. Setelah media
memadat, cawan diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24-46 jam dengan posisi
dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai persyaratan
berikut :
i. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni
antara 25-250. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu
dikaliakan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka
Lempeng Total dari tiapgram atau tiap ml sampel.
ii. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni kurang dari 25
atau lebih dari 250, dihitung jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan faktor
pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dari tiap
gram atau tiap ml sampel.
iii. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah koloni antara 25-250, maka dihitung jumlah koloni dari
masing-masing tingkat pengenceran, kemudian dikalikan dengan faktor
pengencerannya. Apabila hasil perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi
diperoleh jumlah koloni rata-rata lebih besar dari dua kali jumlah koloni rata-
rata pengenceran dibawahnya, maka ALT dipilih dari tingkat pengenceran
yang lebih rendah. Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih
tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata kurang dari dua kali jumlah rata-rata
pada penenceran dibawahnya maka ALT dihitung dari rata-rata jumlah koloni
kedua tingkat pengenceran tersebut.
iv. BilatidakadasatupunkolonidaricawanmakaALTdinyatakansebagai<dari 1
dikalikan faktor pengenceran terendah.
v. Jikaseluruhcawan menunjukkanjumlahkolonilebihdari250, dipilih
cawandaritingkatpengenceran tertinggikemudiandibagimenjadi beberapa
sektor (2, 4 dan 8) dandihitungjumlah kolonidari satusektor. ALT
adalahjumlah koloni dikalikan dengan jumlah sektor, kemudian dihitungrata-
ratadarikeduacawandandikalikandenganfaktor pengencerannya.
vi. Jumlahkolonirata-rata dari 1/8 bagan cawan lebih dari 200,maka
ALTdinyatakan lebih besar dari 200 x 8 dikalikan faktor pengenceran.
vii. Perhitungan danpencatatan hasilALThanyaditulis dalamduaangka.
Angkaberikutnyadibulatkankebawahbilakurangdari5dandibulatkanke atas
apabila lebih dari 5.
viii. Jika dijumpaikoloni“spreader” meliputiseperempat sampaisetengah
bagiancawan,makadihitungkoloniyangtumbuhdiluardaerahspreader.
Jika75%dariseluruh cawan mempunyaikolonispreaderdenganseperti diatas,
maka dicatat sebagai “spr”.Untuk keadaan ini harusdicari penyebabnyadan
diperbaiki cara kerjanya(pengujian diulang).
ix. Jikadijumpaikoloni spreader tiperantaimaka tiap 1 deretkoloni yang
terpisahdihitungsebagai1koloni,danbiladalamkelompokspreaderterdiri dari
beberaparantai, makatiap rantai dihitungsebagai 1 koloni(BPOM RI, 2006).
Keuntungandarimetodepertumbuhanaga ataumetode ujiAngka Lempeng Total
adalah dapatmengetahujumlah mikroorganismeyangdominan.
Keuntunganlainnyadapatdiketahuiadanyamikroorganismejenislainyangterdapat
dalam contoh. Adapun kelemahan dari metode ini adalah :
i. Kemungkinanterjadinya koloniyang berasallebih dari satu sel
mikroorganisme,
sepertipadamikroorganismeyangberpasangan,rantaiataukelompoksel.
Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroorganismeyang
sebenarnya.
ii. Kemungkinan adanya jenis mikroorganismeyangtidakdapattumbuhkarena
penggunaanjenismedia agar,suhu, pH, atau kandungan oksigenselama masa
inkubasi.
iii. Kemungkinanadajenismikroorganismetertentuyangtumbuhmenyebardiseluruh
permukaanmediaagarsehinggamenghalangimikroorganisme lain. Hal
iniakanmengakibatkan mikroorganisme lain tersebut tidak terhitung.
iv. Penghitungandilakukanpadamediaagaryang
jumlahpopulasimikroorganismenya antara30–300 koloni.
Bilajumlahpopulasikurangdari 30koloni akan
menghasilkanpenghitunganyangkurangtelitisecarastatistik,namunbila
lebihdari300 koloni akanmenghasilkan hal yangsamakarenaterjadi
persaingan diantara koloni.
v. Penghitungan populasimikroorganisme dapat dilakukan setelah masa
inkubasi yang umumnyamembutuhkan waktu 24 jam atau lebih (Buckle,
1987).
Kasus keracunan pangan (foodborne illnesses) masih merupakan isu yang terus ada
dan berkembang hingga saat ini. Bahkan Negara-negara maju yang sudah
menererapkan sanitasi dan hygiene tidak lepas dari kasus tersebut. Penyebab
utama keracunan pangan pada umumnya adalah bakteri patogen. Kemampuan
adaptasi dan evolusi mikroorganisme menyebab-kan timbulnya strain-strain baru
yang lebih resisten.Analisis bakteri patogen dalam pangan umumnya dilakukan
untuk mengases keamanan produk pangan. Pada umumnya patogen tertentu
merupakan indikator jenis pangan tertentu. Salmonella misalnya, pada umumnya
diujikan pada produk pasteurisasi dan ketidakberadaanya dalam suatu sampling
plan tertentu yang dipersyaratkan untuk penerimaan lot (zero tolerance).
Staphylococcus aureus merupakan indikator keamanan yang baik untuk ready to eat
food, meskipun demikian seringkali persyaratannya tidak seketat Salmonella,
mengingat bakteri penyebab intoksikasi ini menyebabkan keracunan pangan melalui
enterotoksin yang dihasilkannya ketika jumlahnya mencapai > 105 CFU/g.
Staphylococcus aureusmerupakan bakteri gram positif berbentuk kokus berukuran
0,8 – 1,0 µm dengan diameter 0.7-0,9 µm. Bakteri ini tumbuh secara anaerobic
fakultatif dengan membentuk kumpulan sel-sel yang menyerupai buah anggur
(Srikandi, 1993). Staphylococcus aureusdapat menimbulkan penyakit melalui
kemampuan berkembangbiak dan menyebar luas dalam jaringan serta melalui
pembentukan berbagai senyawa ekstraseluler, diantaranya adalah toksin.
Salmonella merupakan Gram-negatif berbentuk batang langsing (0.7-1.5x2-5 μm),
tumbuh secara fakultatif anaerobik, bersifat oxidase negatif, dan katalase positif.
Sebagian besar strain motil dan memfermentasi glukosa dengan membentuk gas
dan asam. Salmonella merupakan bakteri mesophylic dengan suhu pertumbuhan
optimum antara 35 - 37°C, tetapi dapat tumbuh pada range 5 - 46°C. Salmonellae
mampu berbiak pada berbagai makanan tanpa mempengaruhi tampilan kualitasnya
dan menghasilkan toksin
Alat:
Mikroskop
Gelas benda dengan gelas penutup
Bahan:
Langkah kerja:
1. Bersihkan benda gelas dan gelas penutup dengan alkohol sampai bebas lemak dan debu.
Beri label pada ujung gelas benda dengan nama atau inisial mikroorganisme yang akan
dicat. Di bawah gelas benda digambarkan bulatan berdiameter 1 cm dengan spidol.
Gunakan daerah ini sebagai daerah untuk pengecatan mikroorganisme. Balikkan gelas
benda sehingga gambar bulatan ada di sebaliknya.
2. Letakan satu tetes aquades pada permukaan gelas benda di dalam daerah yang sudah
digambar. Ambil sedikit biakan bateri dengan ose bermata secara aseptis dan campur
dengan aquades yang ada pada gelas benda. Ratakan suspensi ini pada seluruh bulatan
area. Lakukan hal yang sama untuk bakteri yang lain. Apabila bakteri berasal dari kultur
cairan, pindahkan beberapa ose ke permukaan gelas benda, tanpa dicampur dengan
aquades. Ratakan sel pada seluruh permukaan bulatan.
3. Kering anginkan (dengan kipas angin) hingga membentuk noda.
4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api beberapa kali.
Jangan biarkan gelas benda langsung kena nyala api sehingga menjadi terlalu panas.
Untuk mengetes suhu fiksasi, telpelkan gelas benda pada pergelangan tangan selama 1-2
detik. Fiksasi yang baik adalah apabila terasa hangat, bukan terasa panas.
5. Warnai noda bakteri dengan cat biru metilen Leoffer dengan cara meletakkan beberapa
tetes cat pada permukaan gelas benda. Biarkan dalam keadaan ini selama 1 menit.
6. Buang cairan biru metilen dan cucilah permukaan preparat dengan air beberapa kali,
kemudian kering anginkan (dengan kipas angin). Tutup permukaan preparat dengan gelas
penutup.
7. Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak imersi). Sel bakteri
akan berwarna biru muda. Beberapa struktur dalam sel kemungkinan dapat terlihat,
terutama untuk sel yang ukurannya besar.
8. Amati bentuk sel dan ukuran relatif tiap-tiap bakteri. Buatlah gambar sel dan lengkapi
dengan keterangan ysng diperlukan (nama bakteri, bentuk dan ukuran sel, serta
perbesaran yang dipakai)
Lembar Kerja
Judul : Uji Kualitas Air dan Makanan Metode TPC (MA PPOM 61/MIK/06)
Tujuan : Peserta dapat menentukan kualitas air dan makanan dengan metode TPC.
Alat : Bahan
Stomacher
Erlenmeyer
Plate Count Agar (PCA)
Tabung reaksi
Triphenyl Tetrazolium Chloride (TTC)
Cawan petri 0,5%
Pipet ukur Pepton Dilution Fluid (PDF)
Inkubator
CaraKerja
Judul : Analisis Bakteri Coliform pada Makanan dan Minuman Metode MPN
Tujuan : Peserta dapat menentukan ada tidaknya bakteri coliform dalam contoh
makanan dan atau minuman..
Alat:
4. Pembakar Bunsen
5. Inkubator
6. Mikroskop
7. Tabung reaksi
8. Tabung Durham
Bahan:
5. Pewarna gas
6. Alkohol
7. Kapas, karet, kertas payung, korek api
Langkah Kerja:
1. Uji Penduga
c. Masukkan pengencer/ Na fisiologis dan Lactosa Broth ke dalam ke-9 tabung reaksi
sesuai banyaknya yaitu 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml lalu masukkan tabung Durham.
Bungkus masing-masing tabung reaksi dengan pembungkus kayu.
d. Diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37°C dan diamati tertangkap tidaknya gas
dalam tabung Durham setiap 1 jam sekali
e. Jika terdapat gas atau keruh, maka diduga terdapat Coliform pada
tabung.
2. Uji Penegasan
a. Dasarnya yaitu hasil dari uji penduga yaitu banyaknya larutan dalam tabung reaksi
yang terdapat gas/ gelembung yang berjumlah 4 buah.
b. Ambil jarum ose lalu bakar jarum di atas pembakar bunsen sampai membara.
Masukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi sampai menyentuh larutan dan angkat.
Lalu jarum ose masukkan ke tabung berisi 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml sirup dengan
tabung Durham didalamnya dengan kombinasi 3-3-3. Usahakan tabung dan jarum
selalu dekat dengan api agar tetap steril.
c. Masukkan tabung ke dalam inkubator/ diinkubasi selama 2 x 24 jam dan diamati
setiap 1 jam. Lalu amati adanya gas/ gelembung yang terdapat dalam tabung
Durham10 ml; 1 ml; 0,1 ml
Lembar Kerja
Alat:
Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri steril, pipet, mikropipet, bunsen, tabung reaksi
steril, jarum ose, dan inkubator
Bahan:
Media yang digunakan adalah elenite Cystine Broth (SCB), Rappaport Vasiliadis (RV),
Tetrathionate Broth (TB), Hektoen Enteric Agar (HEA), Bismuth Sulfile Agar (BSA), Xylose
Lysine Desoxycholate Agar (XLDA), Agar miring TSI, Agar miring LIA, Baird Parker Agar
(BPA), tellurite dan eggyolk
Langkah Kerja:
Koloni tipikal Salmonella pada (a) HEA, (b) BSA, (c) XLD
4. Ambil koloni tipikal (jika ada) atau koloni atipikal (jika tidak ditemukan koloni tipikal) dan
pindahkan 1 ose ke dalam agar miring Lysine iron agar (LIA) dan Triple Sugar Iron agar
(TSIA). Inkubasikan LIA pada 35°C for 24 ± 2 h dan TSIA selama 48 ± 2 h. Salmonella
umumnya akan menghasilkan reaksi alkali (merah) pada permukaan agar miring dan
asam (kuning) pada dasar (butt) agar, dengan atau tanpa produksi H2S (hitam) pada
TSI. Pada, Salmonella menghasilkan reaksi alkali (ungu) pada dasar agar. Hanya dasar
agar LIA berwarna kuning yang dianggap tidak berpotensi Salmonella. Umumnya
Salmonella menghasilkan H2S dalam LIA. Beberapa non- Salmonella menghasilkan
reaksi merah bata pada permukaan agar LIA. Semua kultur yang menghasilkan reaksi
alkali pada dasar agar LIA, apapun hasil reaksinya pada TSI harus diduga sebagai
Salmonella dan diuji lebih lanjut. Kultur yang menghasilkan reaksi asam pada dasar
agar LIA tetapi memberikan reaksi alkali pada permukaan agar TSI dan asam pada
dasar agar TSI juga harus diuji lebih lanjut untuk Salmonella. Pengujian berikutnya
adalah uji urease dan serologi dengan polyvalent O dan atau H.
1. Reaksi tipikal Salmonella pada TSIA (tabung nomor 3, kiri) dan pada LIA (tabung nomor
4, kanan)
Aktivitas Pembelajaran
Kerusakan bahan pangan terbesar disebabkan oleh peran mikroorganisme, sehingga faktor
mikroorganisme tersebut berperan penting dalam penentuan mutu bahan pangan. Dalam
industri panganpengujian mikrobiologi secara umum dilakukan untuk memenuhi suatu kriteria
mikrobiologi tertentu, baik yang ditetapkan secara wajib oleh pemerintah (standard),
persyaratan sukarela untuk memenuhi suatu pedoman tertentu yang dikeluarkan oleh
pemerintah, asosiasi, perusahaan itu sendiri (guideline), atau pun persyaratan wajib yang terkait
dengan hubungan dengan suplier (specification).
Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya
tahan simpan suatu makanan dan minuman, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi
makanan dan minuman atau indikator keamanan makanan dan minuman. Pengujian
mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu
makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri
indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut.
Pengujian patogen secara konvensional memerlukan 4 tahap yakni (1) preenrichment untuk
memperkaya patogen terutama jika dikhawatirkan perlakuan pengolahan menyebabkan bakteri
patogen dalam keadaan injured atau karena jumlahnya sangat rendah, (2) selective enrichment,
dimana diberikan senyawa atau kondisi yang menghambat bakteri selain patogen yang
diinginkan , (3) isolasi yakni pemupukan pada medium tertentu untuk mendapatkan koloni
tipikal, dan (4) identifikasi yang dilanjutkan dengan konfirmasi yakni dengan uji-uji biokimia,
serologi, immunoassay ataupun DNA untuk memastikan jenis patogen tersebut.
Umpan Balik
1. Buatlah catatan tentang apa saja yang telah Anda dapatkan dari pendalaman materi,
pengalaman praktik dan hasil diskusi!
2. Kembangkan materi-materi yang telah Anda pelajari dengan dengan mencoba hal-hal baru,
menganalisis berbagai macam produk pangan dengan pengujian mikrobiologi.
Kembangkanlah potensi yang ada di sekitar Anda!
3. Bila Anda merasa sudah cukup menguasai materi dan mempunyai bantak pengalaman
tentang teknik pengujian secara mikrobiologi, silahkan mempelajari materi lain yang Anda
rasa perlu.
Kunci Jawaban
PETUNJUK
1. Mutu produk pangan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, mutu eksternal dan
internal. Dibawah ini adalah kriteria mutu internal
a. aroma, cita rasa dan mouthfeel
b. bentuk, cita rasa dan mouthfeel
c. tekstur, cita rasa dan mouthfeel
d. warna, cita rasa dan mouthfeel
2. Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses pengolahan
pangan pada komponen bahan protein
a. denaturasi, gelatinasi, dan perubahan kelarutan
b. denaturasi, oksidasi, dan perubahan kelarutan
c. denaturasi, rancid dan perubahan kelarutan
d. denaturasi, degradasi enzim dan hidrolisis gum
3. Proses perombakan jaringan oleh enzim yang berasal dari bahan pangan itu sendiri adalah.
…….
a. Autolisis
b. Hidrolisis
c. Rigor martis
d. Enzimatis
4. Untuk menilai atau menguji secara organoleptik diperlukan: lingkungan suasana tenang dan
bersih, karena pengujian organoleptik merupakan pengujian secara subjektif, yaitu suatu
pengujian…
a. Acceptance, performance dan difference analysis
b. Acceptance, performance dan perferenceanalysis
c. Acceptance, perference dan difference analysis
d. Acceptance, perference dan scoring analysis
5. Dalam pelaksanaan uji organoleptik 3 contoh, terdiri atas 2 contoh kembar dan 1
contoh beda, disajikan bersama secara acak dan panelis diminta untuk menentukan
produk yang berbeda. Uji organoleptik tersebut adalah…..
a. triangle Test
b. ranking test
c. hedonic test
d. square test
6. Untuk menentukan urutan produk makanan dari jenis yang sama, dari yang terbaik sampai
yang terjelek. Dilakukan uji organoleptik …..
a. triangle test
b. duo trio test
c. hedonic test
d. ranking difference test
7. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas warna pada produk pangan adalah….
a. Lovibond dan Tintometer
b. Lovibond dan chromameter
c. Tintometer dan chromameter
d. Tintometer dan viscosimeter
9. Maksud penambahan K2SO4 atau CuSO4 pada saat dekstruksi untuk analisis protein
dengan metode Kjeldahl adalah untuk …..
a. Menaikkan titik didih asam sulfat
b. Menurunkan titik didih asam sulfat
c. Menjernihkan asam sulfat
d. Mengikat Nitrogen
10. Pelarut atau solven yang dapat digunakan dalam analisis kadar lemak antara lain…
a. etil eter, petroleum eter, pentana dan heksan
b. etil eter, petroleum eter, metanol dan heksan
c. metanol, petroleum eter, pentana dan heksan
d. etil eter, metanol, pentana dan heksan
11. Rumus penentuan karbohidrat dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau
disebut juga Carbohydrate by Difference adalah
a. karbohidrat (wb) = 100% - %wb( air+ serat + abu+ lemak + protein)
b. karbohidrat (db) = 100% - %db( air+ abu+ lemak + protein)
c. karbohidrat (wb) = 100% - %wb( abu + lemak + protein)
d. karbohidrat (db) = 100% - %db(abu+ lemak + protein)
12. Pada uji kualitatif asam benzoat setelah residu ditambahkan 3-4 tetes FeCl 0.5%, hasil
positif ditunjukan dengan endapan berwarna…
a. kemerahan
b. kecoklatan
c. kebiruan
d. kehijauan
13. Sebagian besar bahan pangan menjadi rusak karena mikroorganisme. Uji mikrobiologi
bahan pangan dimaksudkan sebagai …
a. indikator sanitasi dan kesehatan pangan
b. indikator sanitasi dan keawetan pangan
c. indikator sanitasi dan ketahanan pangan
d. indikator sanitasi dan keamanan pangan
15. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya
berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Contoh bakteri coliform adalah …
a. Esherichia coli danStapylococcus sp
b. Esherichia coli danSalmonella
c. Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes
d. Esherichia coli danAcetobacter sp
Modul Diklat PKB guru Teknologi Hasil Pertanian Grade 7 diharapkan mampu membantu guru
dan pendidik dalam mengembangkan kompetensi TPHP. Kemajuan teknologi dan informasi
memungkinkan kita dengan mudah mengakses informasi yang kita butuhkan untuk peningkatan
kompetensi. Modul ini baru merupakan sebagian kecil untuk dijadikan bahan pembelajaran dan
akan menjadi lebih sempurna jika para pengguna modul ini mau menambahkan yang kurang
dan mengurangi yang lebih dari pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda.
Akhirnya kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam modul ini, sehingga kami
mengharapkan saran membangun untuk perbaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasri, sedarnawati, dan S. Budiyanto. 1989. Petunjuk
Laboratorium Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Status regulasi cemaran dalam produk pangan.
Buletin Kemanan Pangan. Nomor 6. Halaman 4-5.
Baedhowie, M. dan Sri Pranggonowati. 1982. Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil
Pertanian 1. Derektorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan. Jakarta.
Bergdoll,, M.S. 1990. Staphylococcus food poisoning. Dalam Foodborne Disease. Hal. 145-
168. Academic Press, San Diego.
Bourne MC. 2002. Food Texture and Viscosity Concept and Measurement. 2 nd Ed. Florida:
Academic Press.
Deperindag. Infomutu. Pusat standarisasi dan akreditas Setjen -Departemen Pertanian. Nov
2002. Hlm. 2
Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2007. Metode dan tata cara pengambilan
contoh daging. Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. Departemen Pertanian
Republik Indonesia.
Djaafar, T.F. dan Rahayu, S. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang
ditimbulkan dan pencegahannya.Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2), 2007.
DKP. 2005. Bahaya Fisik (Physical Hazard) pada Produk Perikanan.Warta Pasar Ikan. 2005.
Departemen Kelautan dan PerikananRepublik Indonesia.
Green, J.H. and A. Kramer. 1979. Food Processing Waste management.AVI Westport, CT.
Hermayani, E., E. Santoso, T. Utami dan S. Rahardjo. 1996. Identifikasibahaya kontaminas S.
Aureus dan titik kendali kritis padapengolahan produk daging ayam dalam usaha
jasa boga.Agrotech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 16 (3) : 7-15.
Jenie, B.S.L. dan W.P. Rahayu. 1990. Penanganan Limbah IndustriPangan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
FAO/WHO Codex alimentarius sampling plans for prepacked foods (AOQL 6.5) CAC/RM42
Koswara S., 2003. Teknik Pengambilan Contoh Benda Uji. Materi pelatihan Teknik
Pengambilan Contoh, MBRIO Bogor 24-28 Maret 2003
Massey BS. 1983. Mechanics of Fluids, 5th edition.
Akurasi: Merupakan ketepatan ukuran kualitas suatu metode yang menggambarkan besarnya
penyimpangan data hasil uji dengan harga sesungguhnya.
Analisis: Prosedur mengukur, menentukan atau membandingkan suatu sifat atau parameter
dalam bahan/produk dengan menggunakan metode dan peralatan yang biasanya
dilakukan dalam suatu laboratorium
Analisis bahaya: Proses pengumpulan dan evaluasi informasi informasi potensi bahaya dan
kondisi yang dapat mengakibatkannya untuk menentukan potensi bahaya dan
kondisi yang berperan penting dalam keamanan pangan sehingga harus
dimasukkan dalam rencana HACCP.
Analisis organoleptik: Analisis sifat-sifat sensori bahan/produk pangan, meliputi
analisaterhadap waktu, aroma,rasa, tekstur, dan kesukaandengan menggunakan
perralatanberupa indera manusia.
Autoklaf: Alat yang digunakan untuksterilisasi bahan dan alat dengan uap panas padakondisi
tekanan tinggi.
Badan Standarisasi Nasional: Badanyang membantu presidendalam menyelenggarakan
pengembangandan pembinaan dibidang standarisasi sesuaidengan peraturan
perundang-undanganyang berlaku.
Bahan Tambahan Pangan (BTP):Bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhisifat dan bentuk pangan.
Bahan pangan: Bahan baku danbahan tambahan yang akandigunakan sebagai bahan
masukandalam pengolahan suatuproduk pangan.
Batas kritis: Suatu kriteria yangdapat memisahkan status penerimaandan penolakan.
Cara produksi pangan yang baik:Suatu pedoman yang menjelaskanbagaimana
memproduksipangan agar bermutu,aman, dan layak untuk dikonsumsi.
Coliform: Kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikatoradanya polusi kotoran dankondisi
sanitasi yang tidakbaik.
E. coli: Bakteri Gram negatif yang atau coccus, tidak membentuk spora.
Densitas: Ukuran kerapatan suatu zat yang dinyatakan banyaknya zat (massa) per satuan
volume.
Destilasi: Pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih zat -zat penyusunnya
Destruksi:Perlakuan pendahuluan terhadap sampel sebelum dianalisa zatnya, seperti
kandungan logam
Ekstraksi: Suatu proses pemisahan/penarikan suatu zat atau susbtansi tertentu dari suatu
bahan, dengan bantuan pelarutorganik, air, dan lain-lain.
Evaporasi: Suatu proses penguapanuntuk memisahkan pelarut(solvent) dengan zat
terlarut(solute).
Filtrat:Hasil saringan, zat cair yang sudah melewati penyaring
Gravimetri: Metode analisis yangdidasarkan pada penimbangan(bobot).
Hazard Analysis and CriticalControl Point: Suatu systemyang mengidentifikasi,
mengevaluasi,dan mengendalikanpotensi bahaya yang nyatauntuk keamanan
pangan.
Hidrolisis:Reaksi antara air dengan ion-ion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah
dari suatu garam
Indikator:Zat yang dapat digunakan untuk menunjukkan sifat atau keberadaan suatu zat
melalui perubahan warnanya yang khas
Inkubasi: Pengkondisian mikrobauntuk tumbuh dan berkembangbiaksesuai dengan suhudan
waktu yang dibutuhkan.
Jaminan keamanan pangan:Jaminan bahwa pangan tidak akan menimbulkan masalahbila
dikonsumsi semestinya.
Kadar abu: Jumlah residu anorganikyang dihasilkan daripengabuan/pemijahan suatuproduk.
Kalibrasi :Proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya
Keamanan pangan: Kondisi danupaya yang diperlukan untukmencegah pangan dari
kemungkinancemaran biologis,kimia, dan benda lain yang dapat menimbulkan
gangguan dan membahayakan kesehatan manusia.
Kendali: Kondisi dimana prosedur yang benar diikuti dan kriteria yang ada dipenuhi.
Kepekaan: merupakan ukuran kualitas uji yang menggambarkan kemampuan metode itu untuk
mendeteksi adanya suatu komponen dalam contoh uji.
Kesalahan acak: merupakan kesalahan yang terjadi secara kebetulan, tanpa disengaja, dan
bervariasi dari satu pengujian ke pengujian berikutnya.
Kesalahan mutlak: Merupakan jeniskesalahan yang sedemikianfatal, sehingga tidakterdapat
alternatif lain untukmengatasinya, kecuali mengulangpengujian dari permulaan.
Kromatografi: Metode analisisataupun preparatif fisik untukmemisahkan senyawaa
yangberada dalam suatu fase mobil(fase bergerak) melewatisuatu fase stasioner
(fase diam).
Laboratorium pengujian: Laboratoriumyang melaksanakanpengujian, yaitu suatu
kegiatanteknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu atau lebih sifat atau
karakteristik dari suatu produk, bahan, peralatan, organisme, fenomena fisik, proses
atau jasa, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Larutan buffer:Larutan yang dapat mempertahankan ph pada kisarannya jika ada upaya untuk
menaikan atau menurunkan ph
Lot: Sekumpulan produk atau bahan pangan yang mempunyai kriteria dan kondisi tertentu.
Media: Nutrisi dalam bentuk padat atau cair untuk tempat partumbuhan mikroba.
Media agar: Media padat yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba.
Media pengkayaan: Media yang digunakan untuk memperbaiki sel-sel bakteri yang rusak atau
meningkatkan jumlah populasi bakteri
Media selektif: Media yang mengandung bahan-bahan selektif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri selain bakteri yang dianalisa.
Metode Angka Paling Memungkinkan (APM): Metode untuk menghitung jumlah mikroba
dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi, pada umumnya setiap
pengenceran 3 seri atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan
tahapan pendekatan secara statistik.
Mikroba: Kelompok organisme yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop.
Mikrobiologi: Ilmu tentang seluk beluk mikroba secara umum, baik yang bersifat parasit
maupun yang penting bagiindustri, pertanian, kesehatan,dan sebagainya.
Mineral: Zat organik yang dalamjumlah tertentu diperlukanoleh tubuh untuk proses
metabolismenormal yang diperolehdari makanan sehari-hari.
Mutu: Kumpulan parameter danatribut yang mengindikasikanatau menunjukkan sifat-sifayang
harus dimiliki suatu bahanatau produk pangan.
Mutu pangan: Nilai yang ditentukanatas dasar kriteria keamananpangan, kandungangizi, dan
standar perdaganganterhadap bahan makanan,makanan, dan minuman.
Nutrisi: Pemenuhanmakanan bagi tubuh untukpertumbuhan dan perkembanganserta menjaga
kelangsunganfungsi fisiologis.
Pangan olahan: makanan atau minuman hasil proses dengancara atau metode
tertentu,dengan atau tanpa bahantambahan.
Reagen:bahan kimia dasar yang akan digunakan dalam sebuah reaksi kimia
Residu:Sisa hasil saringan, zat yang tertinggal di kertas saring (penyaring)
Sistem produksi: yaitu sekumpulan sub-sistem yang terdiri dari pengambilan keputusan,
kegiatan, pembatasan, pengendalian dan rencana yang memungkinkan
berlangsungnya perubahan input menjadi output melalui proses produksi.
Sedangkan sub-sistem yang terlibat dalam kegiatan produksi adalah: subsistem
input, subsistem output, subsistem perencanaan dan subsistem pengendalian.
Titrasi:prosedur analitis kuantitatif dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk
bereaksi tepat sama dengan larutan lain
Verifikasi: adalah konfirmasi melalui penyediaan bukti objektif, bahwa persyaratan yang
ditetapkan telah dipenuhi.