Anda di halaman 1dari 5

Perhitungan Jarak dengan Garis Lintang dan Bujur

Bumi merupakan planet yang berbentuk bulat pepat. Untuk memudahkan 


penentuan lokasi di permukaan bumi maka dibuatlah koordinat garis lintang dan
garis bujur. Sistem koordinat bujur-lintang terdiri dari dua komponen yaitu:

1. Garis dari atas ke bawah atau vertikal yang menghubungkan kutub utara dengan
kutub selatan yang disebut lintang (Latitude).
2. Garis mendatar atau horizontal yang sejajar dengan garis khatulistiwa yang
disebut dengan bujut (Longitude).

Baca juga:
Keunggulan dan kelemahan SIG  
Jenis batuan sedimen di bumi

Untuk membagi wilayah bumi menjadi bagian utara dan selatan maka yang
dibutuhkan adalah garis yang tepat  berada di tengah bumi yaitu garis khatulistiwa
atau equator. Sedangkan untuk membagi wilayah timur dan barat ditentukan
sebuah garis bujur PRIME MERIDIAN yang titik pangkalnya terletak di Greenwich
(Inggris).

Baca juga:
Perbedaan sirkum pasifik dan mediterania 
Pendekatan keruangan, kelingkungan dan kewilayahan  

Lantas bagaimana perhitungan jarak berdasarkan bujur dan lintang?. Dikarenakan


bentuk bumi seperti bola maka ketentuan yang mengatur koordinat bujur-lintang
mirip dengan ketentuan operasi matematika yang berkaitan dengan lingkaran. 
Dengan demikian cara menentukan koordinat bujur-lintang adalah sama dengan
perhitungan lingkaran yaitu: derajat (o), menit (') dan detik ("). Contohnya seperti
ini

cara membacanya adalah:


5 derajat 42 menit 30 detik Lintang Selatan

Lalu berapa jarak setiap garis tersebut?, Begini ketentuannya

1 derajat bujur/lintang = 111,322 km (diambil garis terpanjang yaitu equator)


1 derajat bujur/lintang = 60' (menit) = 3600" (detik)
1 menit bujur/lintang = 60" (detik)
1 menit bujut/lintang = 1.8885,37 meter
1 detik bujut/lintang = 30, 9227 meter

Contoh soal:
Berapa jarak antara 

Jawab:

Selisih jarak antara kedua lintang tersebut adalah 1 derajat 5 menit dan 10 detik.
Maka,

Begitulah cara menghitung jarak menggunakan pedoman garis lintang dan bujur,
semoga bermanfaat.

Menghitung Kekuatan Interaksi Wilayah


Mendengar kata "interaksi" tentunya identik dengan arti hubungan antar manusia.
Tapi dalam geografi ada juga istilah interaksi, tapi bukan manusia yang menjadi
subjeknya tapi wilayah. Ada 3 faktor utama yang mendasari terjadinya interaksi
wilayah dan penjelasannya bisa dilihat disini Baca: 3 Faktor Pembentuk Interaksi
Wilayah. 

Bicara tentang interaksi, dalam postingan kali ini saya akan sedikit menjelaskan
tentang bagaimana cara menghitung/mengukur kekuatan interaksi antar dua
wilayah atau lebih. 
Pada dasarnya prinsip dari adanya perhitungan kekuatan interaksi wilayah ini
adalah mengacu pada hukum Newton dimana bila ada dua benda yang berdekatan
maka keduanya akan memiliki gaya gravitasi dan kekuatannya tergantung dari
massa benda dan jarak kedua benda tersebut. 

Sarana Transportasi Handal Mempermudah Interaksi Wilayah


Baca juga:
Pendekatan kompleks wilayah
Perbedaan sirkum pasifik dan mediterania

Jika prinsip fisika tersebut dicoba diaplikasikan dalam geografi wilayah maka ada
dua komponen utama untuk menghitung kekuatan interaksi wilayah yakni jumlah
penduduk (pengganti massa benda) dan jarak antar wilayah (pengganti jarak antar
benda). Dalam pelajaran geografi kelas XII SMA setidaknya ada 3 teori yang umum
dijumpai untuk mengukur kekuatan interaksi wilayah yaitu Teori Titik Henti
(Breaking Point Theory), Teori Gravitasi dan Teori Konektor. Untuk penjelasan
teori titik henti bisa dilihat di postingan Baca: Rumus Teori Titik Henti. 

Nah di postingan ini saya akan berikan penjelasan mengenai Teori Gravitasi dan
Teori Konektor. Keduanya sama-sama digunakan untuk menghitung kekuatan
interaksi wilayah. 
1. Teori Gravitasi
Teori ini pada dasarnya adalah konsep hukum fisika yang dikemukakan oleh Issac
Newton dan diperluas penggunaannya dalam geografi oleh W. J Reilly. Reilly
berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah atau lebih di permukaan
bumi dapat diukur dengan memerhatikan jumlah penduduk dan jarak mutlak
diantara dua wilayah tersebut. Rumus Teori Gravitasi adalah sebagai berikut

Keterangan:
I 1-2      = kekuatan interaksi daerah 1 dan 2
k = konstanta empiris (umumnya 1)
P1 = jumlah penduduk wilayah 1
P2 = jumlah penduduk wilayah 2
J1-2 = jarak mutlak antara wilayah 1 dan 2

Contoh Soal:
Diketahui jumlah penduduk kota Kuningan adalah 50.000 jiwa dan kota Sumedang
adalah 40.000 jiwa. Jarak antara kota Kuningan dengan kota Sumedeang adalah
1.000 km. Berapakah kekuatan interaksi antara kedua kota tersebut?

Jawab:
I¹-² =  k . P1 . P2
(J 1-2)²
  = 1. 50.000 . 40.000
    (1000) ²
  = 1. 200.0000.000
 1.000.000
  = 2.000
Jadi nilai interaksi kota Kuningan dengan kota Majalengka adalah 2.000.

Teori Konektivitas
Teori ini dicetuskan oleh K. J. Kansky yang biasanya digunakan untuk menentukan
kekuatan arus interaksi barang/jasa antar wilayah yang dihubungkan oleh jaringan
jalan. Kekuatan interaksi ditentukan oleh indeks konektivitas yang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = indeks konektivitas
e = jumlah garis/jaringan halan
v = jumlah titik/kota

Contoh penerapan:
Berapakah nilai konektivitas dari sebuah jaringan kota di bawah ini:

I =  e
       v
    = 4/4 
  =1

Itulah 2 cara menghitung kekuatan interaksi antar wilayah dan memang jumlah
penduduk dan ketersediaan sarana transportasi merupakan faktor utama dalam
terjadinya interaksi wilayah.

Anda mungkin juga menyukai