Anda di halaman 1dari 100

MODUL PRAKTIKUM

TELEKOMUNIKASI
TRANSMITTER—RECEIVER FREQUENCY MODULATION (FM)

Oleh :
Unzilatur Rahmah & Ardian Wahyuni
140431100106 & 150431100057

Dosen Pembimbing:

Riza Alfita, S.T., M.T.


Kunto Aji Wibisono, S.T., M.T.
Diana Rahmawati, S.T., M.T.
Achmad Ubaidillah Ms, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2020 1
TRAINER KOMUNIKASI TRANSMITTER―RECEIVER
FREQUENCY MODULATION (FM) SEDERHANA SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN PRAKTIKUM FM UNTUK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TRUNOJOYO
MADURA

Disusun oleh:

UNZILATUR RAHMAH (140431100106)


ARDIAN WAHYUNI (150431100057)

Dosen pengampu:

RIZA ALFITA, S.T., M.T.


KUNTO AJI WIBISONO, S.T., M.T.
DIANA RAHMAWATI, S.T., M.T.
ACHMAD UBAIDILLAH Ms., S.T., M.T.

PROGRAM STUDIS1 TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2020

2
MODUL I
PENGENALAN RECEIVER DAN TRANSMITTER FM

1.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan trainer transmitter-receiver FM
(Frequency Modulation).
2. Mahasiswa dapat memahami cara kerja transmitter-receiver FM.
3. Mahasiswa dapat memahami blok diagram dan skema rangkaian
transmitter-receiver FM.
4. Mahasiswa dapat mengetahui keakurasian trainer transmitter-receiver
dengan radio di HP (Hand Phone).

1.2 Dasar Teori


A. Transmitter Frequency Modulation (FM)
Radio pemancar khusus broadcasting merupakan sarana yang digunakan
untuk menyampaikan informasi. Perkembangan radio boradcasting saat ini
semakin berkembang pesat terutama dengan sistem siaran FM.
Transmitter FM merupakan perangkat yang paling utama dalam media
elektronik yang dipakai untuk penyiaran, baik secara komersial maupun
komunitas. Daya jangkau suatu pemancar tergantung pada daya yang
dikeluarkan dan kemampuan pancar antenanya. Pemancar FM yang digunakan
untuk sistem broadcasting lebih baik antena dipasang secara permanen dan
tidak berpindah tempat agar tidak mempengaruhi hasil jangkauan pancaran.
Antena merupakan sebuah komponen yang berfungsi memancarkan ataupun
menerima gelombang elektromagnetik. Antena memiliki beberap jenis bentuk
rangkaian dan mode. Adapun yang sering digunakan baik untuk sistem radio
komunikasi ataupun pemancar radio broadcast adalah antena dengan model
segala arah.
1. Cara Kerja Transmitter Frequency Modulation (FM)
Adapun cara kerja Transmitter Frequency Modulation (FM) dimulai dari
input sinyal yang telah melewati encoder stereo sehingga setelah masuk di

3
piranti pemancar sinyal sudah dapat dipancarkan secara stereo. Setelah
melewati encodere stereo output-nya akan dijadikan input-an pada piranti
osilator yang berfungsi membangkitkan gelombang listrik kontinyu dan pada
buffer yang dalam hal ini berada pada satu piranti dengan osilator. Buffer
berfungsi menguatkan frekuensi. Proses akhir sebelum dipancarkan melaui
antena, yaitu pada piranti booster FM dengan kata lain penguat yang berfungsi
sebagai penguat sinyal RF agar dapat ditransmisikan dengan baik dan tahan
terhadap noise.
2. Blok Diagram Transmitter Frequency Modulation (FM)

Gambar 1.1 Blok Diagram Transmitter Frequency Modulation (FM)

Keterangan berdasarkan gambar 1.1 diatas, sebagai berikut.


 Input sinyal
Merupakan input informasi yang dimasukkan setelah diubah menjadi
isyarat listrik yang akan dikirim oleh pemancar, contoh isyarat audio yang
berasal dari luar sistem. Isyarat pesan ini yang telah diubah menjadi isyarat
elektrik disebut isyarat pemodulasi.
 Modulator
Rangkaian ini memodulasikan suatu sinyal masukan dari rangkaian
osilator agar menghasilkan modulasi FM. Adapun tujuan rangkaian ini untuk
mengirim sinyal lebih terjangkau jauh. Agar dapat disampaikan frekwensi
isyarat pemodulasi harus lebih kecil dari frekuensi isyarat pembawa.
 Osilator
Osilator merupakan suatu rangkaian yang keluaran amplitudonya
berubah-ubah secara periodik terhadap waktu yang output-nya berupa

4
gelombang sinusiodal, gelombang persegi, gelombang pulsa, gelombang
segitiga atau gelombang gigi gergaji.
 Encoder Stereo
Instrumen ini dipasangkan diharapkan untuk menghasilkan outputan dari
pemancaran RF (Radio Frekuensi) jernih dan audio yang diterima
menghasilkan stereo. Metode stereo encoder ini bertujuan memecahkan
sinyal antara kiri dan kanan (R dan L) yang dalam prosesnya harus memiliki
beberapa nilai tertentu seperti nilai sub-pembawa dan sinyal pilot.
 Penguat RF
Instrumen terakhir yang digunakan untuk mem-filter isyarat sinyal yang
dihasilkan osilator dan memperkuat frekuensi pancaran. Secara umum
penguat RF terdiri dari tiga komponen, yaitu buffer, driver dan final.

B. Receiver Frequency Modulation (FM)


Gelombang frekuensi radio merupakan suatu getaran yang gerakannya
bolak-balik yang terjadi dalam interval waktu tertentu. Getarannya merambat
sehingga selama perambatannya, gelombang membawa sebuah energi.
Penerimaan siaran FM mengalami berbagai gangguan kebisingan, seperti
kebisingan radio alam, kebisingan radio buatan manusia yang tidak disengaja, dan
kebisingan yang melekat pada komponen elektronik yang digunakan dalam desain
penerima. Gangguan noise tersebut menyebabkan suara desis latar belakang pada
output speaker. Penerimaan siaran FM dipengaruhi interferensi multipath yang
terjadi ketika beberapa sinyal dari frekuensi yang sama tiba di antena penerima
melalui berbagai jalur propagasi, karena pantulan. Karena beberapa sinyal ini
menempuh jarak yang berbeda, mereka sering berada di luar fase satu sama lain.
Untuk mengurangi kebisingan desis latar belakang dan gangguan sinyal audio
lainnya yang disebabkan oleh gangguan tersebut maka dibutuhkan pemisahan
saluran stereo dari sinyal stereo yang direproduksi. Karena jenis stereo
menghasilkan suara yang lebih jernih daripada jenis mono.
Modulasi sinyal FM adalah mengubah sinyal inputan atau sinyal informasi
yang di tumpangkan ke sinyal pembawa (sinyal carrier), agar sinyal informasi

5
dapat dikirim dalam bentuk sinyal elektromagnetik yang siap dikirim melewati
udara untuk ditransmisikan menuju penerimanya[4].
Demodulasi sinyal FM merupakan tahap pengembalian sinyal informasi ke
sinyal asli, yang mana sudah tidak ada sinyal carrier di dalamnya. Proses
demodulasi itu sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu cara dari
Phase-Locked Loop (PLL) dan zero-crossing detector. Pada penerima FM yang
dibuat ini menggunakan sistem PLL yaitu terdapat 3 komponen diantaranya VCO
(Voltage Control Oscillator), detector, dan loop filter.
1. Cara Kerja Receiver FM
Penerima FM digunakan untuk menerima sinyal, memperkuat dan terdiri dari
ujung depan (Radio freqkuency) RF/IF (Intermediate Frequency) yang mengubah
sinyal stereo RF FM menjadi sinyal stereo IF FM lalu dikolaborasikan dengan
demodulator stereo untuk demodulasi sinyal FM.
Cara kerja trainer receiver FM ini bekerja dengan menangkap sinyal dari
pemancar FM. Sinyal yang ditangkap oleh antena antara 88MHz-108MHz, dan
fungsi dari antena sendiri adalah meminimalisir noise. Lalu setelah diproses di
antena menuju tuner/penala yang nantinya dipilih sinyal yang kuat dan menuju
penguat RF agar sinyal yang diperoleh sinyal RF lebih kuat.
Sinyal RF yang kuat akan di-mixer, yang mana dimixer terdapat sinyal RF dan
sinyal osilator berupa sinusoidal. Lalu menghasilkan sinyal IF dan dikuatkan
dengan penguat IF. Outputannya berupa sinyal FM apabila telah melalui detektor,
kemudian menuju stereo decoder menjadi 2 sinyal kiri kanan atau disebut (Left
and Right) L&R diteruskan ke penguatkan audio untuk penyearah sinyal/getaran
yang dihasilkan. Apabila frekuensi rendah, maka dapat mengaktifkan speaker
dan sinyal output-nya dapat diketahui pada osiloskop. Untuk tampilan frekuensi
di trainer, ditambahkan counter frequency digital. Dari osiloskop nantinya, dapat
mengetahui sinyal input dan sinyal output apakah bernilai sama atau beda.
Sehingga dapat dianalisa sinyal informasi dalam bentuk gelombangnya.
Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan yang selalu ada dalam
suatu sistem transmisi. Noise ini akan mengganggu kualitas dari sinyal terima

6
yang diinginkan dan akhirnya menggangu proses penerimaan dan pengiriman
data. Berikut adalah macam – macam noise :
a) Random noise adalah noise yang terjadinya tidak bisa diprediksi.
Macam-macam random noise :
1) Thermal noise adalah noise akibat adanya efek panas
2) Intermodulation noise adalah noise akibat masuknya frekuensi asing ke
saluran komunikasi
3) Crosstalk noise adalah noise akibat masuknya sinyal asing ke saluran
komunikasi
4) Impulse noise adalah noise akibat masuknya sinyal yang memiliki level
tegangan yang cukup tinggi secara tiba - tiba ke saluran komunikasi
5) Fading noise adalah noise akibat perubahan kondisi atmosfer bumi
b) Statistical noise adalah noise yang terjadinya dapat diprediksi.
Macam-macam statistical noise :
1) Redaman adalah turunnya level tegangan sinyal yang diterima akibat
karakteristik media.
2) Tundaan adalah keterlambatan datangnya sinyal sehingga
memperlambat pemrosesan.

Karena noise ini dapat mengganggu dalam pentransmisian sinyal maka noise
perlu diatasi yaitu dengan cara sebagai berikut :
 Mengantisipasi dan meminimalisir segala gangguan dari luar
 Menaikkan SNR (Signal to Noise Ratio)
 Menjauhkan media transmisi dari medan listrik
 Menggunakan kabel terisolasi

2. Blok Diagram Receiver FM


Blok diagram pada suatu receiver FM, dapat ditunjukkan dengan gambar 1.2
berikut ini.

7
Gambar 1.2 Blok Diagram Receiver FM
Berikut penjelasan dari bagian-bagian blok diagram penerima FM:
a) Antena
Gelombang ditangkap oleh antena lalu diubah menjadi isyarat listrik.
Antena merupakan sebuah perangkat radio yang berfungsi menerima sinyal
listrik diubah menjadi suatu gelombang elektromagnetik untuk dipancarkan
begitupun sebaliknya menerima sinyal gelombang elektromagnetik menjadi
sinyal listrik[1]. Nilai efisien pancaran isyarat sinyal oleh antena maka
panjang antena haruslah seperempat dari panjang gelombang, secara
sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑐 𝑐
f= atau λ =𝑓 ………………………....……………...…………....…….(1.1)
𝜆

Keterangan :
c = Cepat rambat cahaya, apabila di ruang hampa = 3,108 m/s.
f = Frekuensi gelombang (Hz), frekuensi yang bekerja..
λ = Panjang gelombang (m).
Antena juga merupakan suatu perangkat yang berfungsi dalam memindah
sebuah energi gelombang, yaitu gelombang elektromagnetik dari bahan media
kabel ke udara begitu pula sebaliknya. Dan semakin tinggi frekuensi yang
bekerja dalam telekomunikasi ini, maka semakin pendek panjang
gelombangnya (λ), sehingga semakin pendek pula panjang fisik suatu antena
yang harus digunakan. Berikut rumus untuk mengetahui panjang total antena
yang harus digunakan, apabila antena yang dibutuhkan semacam antena
dipole.

8
𝐿 = 0,5×𝐾× λ …………………….……………………………………. (1.2)
Keterangan :
L= Panjang total antena.
K= Velocity factor yang diambil sebesar 0,95.
λ= Panjang gelombang.

b) Tuner
Komponen utama dari tuner adalah lilitan email (kawat tembaga) dan
kondensator (LC). Fungsi dari bagian tuning pada penerima radio yaitu untuk
memilih salah satu RF dari sekian banyak gelombang radio (RF = radio
frekuensi) yang diterima oleh antena sebelumnya melalui teknik resonansi.
Resonansi itu sendiri merupakan suatu peristiwa yang mana ikut bergetarnya
benda akibat adanya benda lain sekitar yang bergetar pula. Pada gambar 1.3
dibawah ini merupakan gambar FM tuner.

Gambar 1.3 FM Tuner


Dari masing-masing lilitan yang ada pada tuner FM, memiliki fungsi
tersendiri yaitu; tabung lilitan bagian kanan sebagai penentu frekuensi yang
akan digunakan, yang tabung tengah dan tabung kiri untuk mengatur kepekaan
sensitivitas pada penerimaan.

c) Penguat RF
Isyarat pembawa (𝑙𝑐 ) awalnya dikuatkan oleh piranti penguat untuk kerja
radio penerima FM lebih baik kualitasnya. Fungsi dari penguat RF itu sendiri

9
yaitu menguatkan daya Radio Frekuensi (RF) dikenal juga dengan frekuensi
tinggi yang berisi sinyal informasi hasil dari modulasi pada pemancar FM.
Setelah nantinya melewati penguat RF akan dilanjutkan pada tahap mixer atau
pencampuran yang akan mengasilkan sinyal IF (Intermediet Frequency).

d) Mixer
Komponen utama mixer adalah transitor dan fungsinya untuk mencampur
frekuensi dari antena dengan frekuensi yang dihasilkan oleh oscillator.
Pencampuran frekuensi getaran/sinyal RF dengan frekuensi osilator lokal,
sehingga diperoleh frekuensi intermediet (IF/Intermediate Frequency), hal ini
terjadi pada penerima radio. Output dari proses mixing berupa isyarat frekuensi
( 𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 ), isyarat ini biasa dikenal dengan istilah frekuensi menengah
(intermediate frequency = IF).

e) Osilator
Osilator adalah merupakan salah satu bagian dari penerima FM yang
menghasilkan keluaran berupa isyarat tegangan. Pada osilator tidak terdapat
isyarat masukan, melainkan isyarat keluaran saja, yang mana frekuensi dan
amplitudonya dapat dikontrol saat dituning pada tuner FM. Dengan begitu
osilator ini sangat berbeda dengan penguat, dikarenakan penguat memerlukan
isyarat masukan sehingga dapat menghasilkan isyarat keluaran. Pada dasarnya
ada tiga macam osilator, yaitu osilator RC, osilator LC, dan osilator relaksasi.
Pada osilator RC dan LC menghasilkan isyarat dengan bentuk sinusoidal,
sedangkan osilator relaksasi isyaratnya berbentuk persegi, segitiga dan gigi
gergaji atau pulsa.
Osilator adalah suatu gabungan elemen aktif dan pasif sehingga dapat
menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal ataupun lainnya. Suatu osilator
menggunakan sinyal umpan-balik sebagai sinyal masukan bukan dari luar
rangkaian dan memberikan tegangan keluaran. Osilator menghasilkan frekuensi
pembawa (𝑓𝑐 ) sebagai frekuensi tertinggi yang biasanya digunakan osilator L-C.
Komponen utama osilator yaitu lilitan kawat email dan kondensator, berfungsi
untuk mebangkitkan frekuensi tinggi (RF=radio frekuensi). Perangkat osilator

10
yang digunakan yaitu osilator bertipe LC colpits yang dalam perancangannya
menggunakan sistem VFO (Variable Frequency Oscilator) berfungsi
membangkitkan isyarat pembawa dengan frekuensi 88 MHz – 108 MHz
sehingga diperlukan juga kapasitor dan induktor yang dapat berosilasi dengan
frekuensi tersebut.
1
F ≡ ………………...….………………….…………………….…… (1.3)
2𝜋 𝐿𝐶

Keterangan :
F = frekuensi.
L= induktor.
C = kapasitor.

f) Penguat IF
Frekuensi antara (IF) Intermediate Frequency adalah proses konversi
frekuensi dari frekuensi pemancar (88 MHz - 108 MHz) yang ditangkap pada
penerima menjadi satu frekuensi yang besarnya tetap agar antara penala dan
osilator perubahan selalu sinkron pada osilator frekuensi.
IF = fo – fe ……………………………………………...………….………..(1.4)
Keterangan :
IF= Frekuensi antara.
fo = Frekuensi osilator.
fe = Frekuensi penerimaan.
Penguat IF disebut juga dengan penguat MF (medium frekuensi), transistor
dan transformator merupakan komponen utama dari penguat IF.

g) Detektor
Detektor berfungsi untuk mendeteksi suatu isyarat masuk yang tegangan
keluarannya linear disesuaikan terhadap isyarat masukan. Detektor dibutuhkan
sebab pada piranti penguat IF dan transformator FM masih tercampur sehingga
untuk membedakan antara frekuensi pembawa (𝑓𝑐 ) dan frekuensi suara (𝑓𝑚 ).
Isyarat detektor digunakan untuk memfilter getaran frekuensi isyarat pembawa
dan isyarat informasi. Detektor disebut juga dengan demodulator FM, yaitu

11
mendapatkan sinyal informasi kembali seperti semula dari proses modulasi
setelah dipancarkan oleh pemancar FM yang kemudian diterima oleh piranti
penerima FM yang selanjutnya didemodulasi untuk mendapatkan sinyal
informasi asli.

h) Dekoder Stereo
Dekoder stereo merupakan jenis pengkodean akhir dari sinyal informasi
menjadi sinyal kanan dan sinyal kiri. Dan biasanya dengan dekoder stereo,
sinyal keluarannya lebih jelas dan lebih alami. Adapun cara dekoder stereo
dalam pemisahan antara sinyal kiri(L/Left) dan sinyal kanan(R/Right) yaitu:

i) Penguat Audio
Untuk penguat audio sudah terdapat di rangkaian decoder yang mana
menggunakan IC LA3361, di pin output sudah terdapat penguat suara. Namun,
apabila suara yang dikeluarkan kurang keras atau kurang maksimal dapat
ditambahkan dengan amplifier pada sound speaker. Speaker ini sangat
dibutuhkan untuk keluaran dari sinyal informasi berupa suara sehingga dapat
diterima oleh pendengar/audience.

1.3 Tugas Pendahuluan


a. Jelaskan yang dimaksud dengan transmitter dan receiver FM!
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
b. Sebutkan range FM!
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

12
c. Gambar skema modulator pada perangkat pemancar!

d. Gambar dan jelaskan blok diagram receiver FM!

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………..…………………..…………………..………………

1.4 Alat dan Bahan


1. 1 unit handphone (HP)
2. 1 unit headset
3. 1 unit trainer transmitter FM
4. 1 unit trainer receiver FM
5. 1 unit Sound speaker stereo

13
6. 1 unit modul praktikum transmitter―receiver FM
7. Alat tulis menulis

1.5 Langkah Percobaan


1. Mengoperasikan Trainer Transmitter FM
a. Sediakan alat dan bahan secara lengkap.
b. Hubungkan kabel power trainer transmitter FM pada tegangan AC.

c. Atur antena.
d. Aktifkan trainer tekan tombol power dengan kondisi ON.

e. Input-kan sinyal informasi pada HP terhadap trainer transmitter FM.

f. Atur tuning pada receiver, kemudian isi kanal yang telah ditentukan
oleh trainer receiver FM.

g. Lakukan Analisa

14
2. Mengoperasikan Trainer Receiver FM
a. Sediakan alat dan bahan secara lengkap.
b. Hubungkan kabel power trainer receiver FM dan sound speaker
pada tegangan AC.

c. Aktifkan trainer dan sound speaker tekan tombol power dengan


kondisi ON.

d. Hubungkan kabel jack stereo pada sound speaker ke socket jack


stereo yang ada pada trainer receiver FM.

e. Atur antena.
f. Mencari frekuensi (men-tuning) yang dapat ditangkap oleh receiver
FM.

15
g. Sesuaikan sinyal informasi terhadap trainer pemancar FM.
h. Perhatikan tampilan seven segment dan led input pada trainer
receiver FM.

i. Lakukan Analisa
3. Keakurasian dengan Radio di Handphone (HP)
a. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
b. Lakukan langkah 1 dan langkah 2.
c. Hubungkan jack headset pada socket jack headset HP, dan aktifkan
fitur radio serta pilih speaker pada pengaturan radio tersebut.

16
d. Mencari frekuensi (men-tuning) yang dapat ditangkap oleh radio HP.

e. Perhatikan tampilan pada seven segment di trainer receiver FM


harus sesuai dengan radio frekuensi yang ditangkap.

f. Cocokkan input antara radio frekuensi pada HP dan trainer receiver


FM.
g. Cocokkan output antara radio frekuensi pada HP dan trainer
transmitter―receiver FM.
h. Lakukan analisa
4. Blok Diagram dan Skema Rangkaian
a. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
b. Lakukan percobaan sama dengan percobaan sebelumnya.
c. Led kuning aktif adalah input radio frekuensi (RF).

17
d. Led merah aktif merupakan output salah satu bagian blok diagram
dari mixer.

e. Pahami cara kerjanya.


f. Gambarkan blok diagram dan skema rangkaian sesuai dengan
trainer transmitter dan receiver FM.

Gambar 1 Blok Diagram Pemancar FM

Gambar 2 Skema Pemancar FM

18
Gambar 3 Blok Diagram Penerima FM

Gambar 4 Skema Penerima FM


g. Lakukan Analisa pada blok diagram dan skema rangkaian trainer
transmitter dan receiver FM.

19
1.6 Percobaan Modul
1. Percobaan Trainer transmitter dan Receiver FM
Foto trainer Transmitter Foto Reveiver FM dengan
bersama HP yang dijadikan menangkap salah satu radio
perantara input suara. frekuensi (RF):

Foto Tampilan Seven Segment:

Analisa:

2. Percobaan Trainer dengan Radio pada HP


Foto trainer Reveiver FM dengan menangkap salah satu radio
frekuensi (RF):

20
Foto Tampilan Seven Segment:

Screenshot Tampilan Radio pada HP:

Analisa:

3. Percobaan Blok Diagram


Gambarkan Blok Diagram Transmitter FM:

Gambarkan Skema Rangkaian Transmitter FM:

Analisa:

21
Gambarkan Blok Diagram Receiver FM:

Gambarkan Skema Rangkaian Receiver FM:

Analisa:

1.7 Tugas Modul


a. Soal:
Buatlah tabel yang berisi nomor, kanal frekuensi, dan foto nilai frekuensi
pada trainer receiver FM. Range frekuensi 88MHz-108MHz, lakukan
percobaan minimal 5 channel dan input suara yang berbeda. Sesuaikan
keakurasiannya dengan trainer transmitter dan receiver FM.
b. Jawaban:
1. .......................................................................................................................
2. .......................................................................................................................
3. .......................................................................................................................
4. .......................................................................................................................
5. .......................................................................................................................
6. .......................................................................................................................
Dst..

22
1.8 Kesimpulan
A. Simpulan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………..…………………………………………………
………………………..……………………………………………………
……………………..………………………………………………………
B. Saran
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………

23
MODUL II
ENCODER―DECODER STEREO

2.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu memahami bagian blok diagram encoder―decoder
stereo yang ada pada trainer.
2. Mahasiswa mampu memahami cara kerja encoder―decoder stereo.
3. Mahasiswa mampu menampilkan dan menganalisa perbedaan sinyal audio
pendek dan sinyal sinus pada bagian encoder―decoder stereo.
4. Mahasiswa dapat menampilkan data channel decoder to seven segment.

2.2 Dasar Teori


A. Encoder Stereo
Stereo Encoder banyak digunakan dalam pemancar radio FM yang digunakan
seperti sekarang ini. Metode yang digunakan untuk pembangkitan sinyal
sub-pembawa 38-kHz yaitu mulai metode balance modulator biasa sampai dengan
yang menggunakan metode pencuplikan sinyal. Salah satu yang paling menentukan
kualitas pemisahan sinyal audio L dan R adalah keselarasan fasa antara fasa sinyal
DSBSC dari sub-pembawa 38-kHz dan fasa dari sinyal pilot 19-kHz. Untuk
menghasilkan saluran mono maka dapat dilakukan penjumlahan (L+R), sedangkan
untuk pengurangan (L-R) berproses memodulasi sub-pembawa 38-kHz yang
dikenal dengan sinyal komposit dan dihasilkan sinyal DSB-SC (Double Side
Band-Suppressed Carrier).

B. Decoder Stereo
Untuk memperoleh kembali sinyal kanan dan kiri, pada pesawat penerima
setelah demodulator dipasang decoder stereo yang berfungsi dalam hal
memisahkan sinyal multiplex menjadi sinyal kiri dan kanan. Didalam decoder
stereo didapatkan kembali frekuensi pembawa 38 kHz. Posisi pasa antara
frekuensi pemancar, yang diberikan malalui sinyal pemandu 19 kHz, dengan
frekuensi yang dibangkitkan dalam pesawat radio harus sama.

24
Sebelum tahun 1961, penyiaran sinyal audio mono adalah standar untuk AM,
FM dan TV. Pada tahun 1961, FCC menyetujui transmisi suara stereoponis, yang
memperluas sinyal multiplexing untuk menghasilkan audio stereo.Salah satu
persyaratan utama dari sinyal multipleks stereo adalah, sinyal yang dihasilkan
harus kompatibel dengan penerima FM monophonic. Untuk mencapai tujuan ini,
sinyal dari 0 sampai 15 kHz baseband adalah bagian dari multipleks (MPX) yang
berisi sinyal informasi (R) saluran kanan dan (L) saluran kiri. Saluran informasi
(L + R) adalah untuk penerimaan monofonik. Suara stereoponis dicapai oleh
informasi amplitudo modulasi (L – R) ke sebuah subcarrier 38 KHz ditekan di
wilayah KHz 23-53 dari spektrum baseband. Untuk sinyal yang berada
Pada frekuensi 19 kHz adalah stereo pilot yang berfungsi untuk mendeteksi
dan kemudian mengaktifkan penerima FM stereo. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.1 yang merupakan gambaran dari baseband MPX spectrum, ditampilkan
dibawah ini sebagai berikut.

Gambar 2.1 Baseband MPX Spectrum


Sinyal multipleks stereo dilewatkan dalam dua jalur. Satu jalur harus
melewati palalu 19 KHz, sehingga hanya sinyal pemandu stereo 19 KHz yang
dilewatkan. Oleh pengganda frekuensi sinyal 19 KHz digandakan frekuensinya
menjadi 38 KHz. Kemudian malalui pelalu 38 KHz sehingga hanya sinyal
berfrekuensi 38 KHz saja yang lewat. Sinyal ini digabungkan dengan sinyal
multipleks yang melewati jalur yang lain sehingga diperoleh getaran yang
termodulasi amplitudo malalui sinyal L + R dan L - R.

25
C. Coding Encoding―Dekoding
Teori coding berasal dari suatu masalah dalam teori informasi yang ditulis C.
E. Shannon pada tahun 1948 dalam artikelnya yang berjudul A Mathematical
Theory of Communication. Masalah itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Apabila suatu pesan dikirim melalui saluran terganggu, seringkali pesan yang
diterima berbeda dengan yang dikirim. Oleh karena itu, proses encoding
dibutuhkan suatu cara untuk mengkontruksi kode dalam blok biner yang lebih
optimal terhadap gangguan yang akan terjadi. Kode diciptakan untuk mendeteksi
atau mengoreksi terjadinya galat (error) akibat saluran terganggu. Dalam hal ini
sebelum dikirim, semua pesan akan diubah menjadi kata kode (codeword) dengan
cara menambahkan beberapa simbol ekstra pada simbol pesan. Proses pengubahan
pesan menjadi kata kode disebut enkoding (encoding). Perangkat yang mengubah
pesan menjadi kata kode disebut enkoder (encoder) suatu pesan dengan simbol
1100 akan dikirim, maka terlebih dahulu pesan tersebut diubah menjadi kata kode
1100110 dengan menambahkan simbol ektra pada pesan. Kemudian kata kode
tersebut dikirim melalui saluran yang diasumsikan terganggu sehingga terdapat
galat pada kata kode sebanyak 1 bit. Selanjutnya dekoder akan mendeteksi galat
dan mengoreksi menjadi kata kode yang akan mendefinisikan pesan asli.
Proses konstruksi suatu kode biner dibutuhkan untuk melakukan proses
enkoding dan dekoding. Decoding sindrom code Gilbert-Varshamov binarry
adalah suatu cara mengubah barisan simbol yang diterima menjadi katakode yang
selanjutnya dipulihkan menjadi pesan asli. Keunggulan dari kode
Gilbert-Varshamov binarry adalah metode yang bersifat universal sehingga dapat
diterapkan pada berbagai jenis data sehingga metode decoding sindrom
memberikan hasil yang cukup memuaskan, benar dan cepat.

Gambar 2.2 Proses Transreceiver

26
Komunikasi yang terjadi antara sumber dan penerima sering tidak dapat
berjalan dengan baik karena ada gangguan (noise). Gangguan ini umumnya
menunjukkan pada faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat
mempengaruhi penyampaian pesan. Suara gaduh atau bising, gema suara yang
timbul karena konstruksi ruangan, suhu udara yang panas sehingga mempengaruhi
tingkat konsentrasi.
Reed-Solomon Code adalah salah satu teknik error and erasure correction
yang banyak digunakan pada bidang komunikasi satelit dan mobile, magnetic
recording, dan high-definition television. Dalam komunikasi nirkabel, data yang
dikirim transmitter tentu akan mendapat noise dari kanal (channel) yang bisa
mengakibatkan kerusakan pada data. Reed-Solomon decoder mampu
mengembalikan data yang rusak tersebut. Salah satu kelebihan Reed-Solomon
adalah non-binary code (data diolah dalam word) sehingga koreksi data menjadi
lebih baik.
Reed-Solomon Code merupakan kode blok, yang berarti pesan yang
akanditransmisikan dibagi menjadi blok-blok data yang terpisah. Kode ini disebut
juga kode sistematik yang artinya proses encoding tidak merubah simbol-simbol
pesan dan simbol proteksi ditambahkan pada tempat yang terpisah pada blok data
tersebut.
Modulasi PSK (Phase Shift Keying) merupakan modulasi digital dengan
mengubah fase sinyal pembawa (carrier) sesuai dengan perubahan kondisi
masukan dari sinyal informasi. Proses demodulasi dapat dibagi menjadi tiga
sub-bagian besar. Pertama, masukan yang berupa sinyal gelombang ditekan oleh
sinyal pembawa secara alami, sehingga diperlukan deteksi koheren. Pembawa fase
koheren berasal dari sinyal yang masuk ini disebut carrier recovery. Dalam
pengiriman bit yang dimodulasi, dibagian penerima bisa terjadi kesalahan yang
dapat dinyatakan dalam probabilitas error Pe.
Kanal AWGN (Additive White Gaussian Noise) adalah kanal ideal yang
hanya memiliki noise AWGN di dalamnya dan tipe kanal komunikasi digital yang
paling mudah dianalisa. Disebut kanal ideal karena kanal ini tidak menyebabkan
distorsi (perubahan bentuk sinyal) pada sinyal yang dikirim, artinya kanal ideal

27
memiliki bandwidth tidak terbatas dan respon frekuensinya tetap untuk semua
frekuensi.

2.3 Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan fungsi stereo encoder pada rangkaian transmitter FM!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

2. Jelaskan fungsi stereo decoder pada rangkaian receiver FM!


………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

2.4 Alat dan Bahan


1. 2 unit input sinyal informasi (*mp3).
2. 1 unit trainer transmitter―receiver FM.
3. 1 unit modul praktikum transmitter―receiver FM.
4. Kabel Jumper secukupnya.
5. 1 unit osiloskop.
6. 1 unit sound speaker.
7. Alat tulis menulis.

28
2.5 Langkah Percobaan
A. Pada Trainer Transmitterr FM
1. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
2. Hubungkan kabel power trainer transmitter FM pada tegangan AC.

3. Aktifkan trainer, tekan tombol power dengan kondisi ON.

4. Hubungkan kabel jack stereo pada trainer transmitter FM dengan socket


jack stereo yang ada pada Handphone(HP) untuk menginputkan sinyal
informasi.

5. Atur antena.
6. Mencari frekuensi (men-tuning) yang dapat ditangkap oleh receiver FM.

29
7. Pasang kabel jumper pada tes poin 1, kabel putih sambungkan dengan jack
banana merah (positif), dan kabel hitam sambungkan dengan jack banana
hitam (ground).

8. Aktifkan osiloskop, dan pasang probe ke channel 1.

9. Pada jumper test point 1, hubungkan ujung kabel jumper ke probe


osiloskop yang tersambung dengan channel 1.

10. Lakukan Analisa

30
B. Pada Trainer Receiver FM
1. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
2. Hubungkan kabel power trainer receiver FM dan sound speaker pada
tegangan AC.

3. Aktifkan trainer dan sound speaker tekan tombol power dengan kondisi ON.

4. Hubungkan kabel jack stereo pada sound speaker ke socket jack stereo
yang ada pada trainer receiver FM.

5. Atur antena.

31
6. Mencari frekuensi (men-tuning) kanal kosong yang dapat ditangkap oleh
receiver FM.

7. Sesuaikan sinyal informasi terhadap trainer pemancar FM.


8. Perhatikan tampilan seven segment dan led input pada trainer receiver
FM.

9. Pasang kabel jumper pada test point 3, kabel putih sambungkan dengan
jack banana merah (positif), dan kabel hitam sambungkan dengan jack
banana hitam (ground).

10. Aktifkan osiloskop, dan pasang probe ke channel 2.

11. Lakukan Analisa dan hitunglah decoder to BCD (Binarry Code Digital).

32
Contoh Perhitungannya:
Menghitung frekuensi refrensi:

𝑁𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
𝐹𝑟𝑒𝑓 =
𝑄
Fref : Frekuensi Refrensi (Hz).
Nkristal : Nilai Kristal pada counte.r
Q : 210(1024), ketetapan.

𝑁𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
𝐹𝑟𝑒𝑓 =
𝑄
7200
=
1024
= 7,031KHz

Dan untuk menghitung step frekuensi dengan rumus berikut.

𝐹𝑟𝑒𝑓(𝐻𝑧)
𝐹𝑠𝑡𝑒𝑝 =
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒𝑟
Fstep : Step Frekuensi (nilai frekuensi yang
dapat bergeser)
Fref : Frekuensi Refrensi (Hz)
Prescaler : (1/8)

Fref(Hz)
Fstep =
Prescaler
7.031
= 1
8

= 56,25KHz
Jadi, frekuensi yang selalu bergeser sebesar 56,25KHz.

33
Untuk menentukan nilai kode biner, dapat dilakukan dengan rumus berikut.

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖(𝐻𝑧)
𝑋𝑑𝑖𝑣 = × 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒𝑟
𝐹𝑟𝑒𝑓(𝐻𝑧)
Xdiv : Nilai biner
Frekuensi : Frekuensi yang ingin ditampilkan (Hz)
Fref : Frekuensi Refrensi (Hz)
Prescaler : (1/8)

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖(𝐻𝑧)
𝑋𝑑𝑖𝑣 = × 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒𝑟
𝐹𝑟𝑒𝑓(𝐻𝑧)
88600000 1
= 𝑥
7031 8
= 1778
Nilai dari biner diatas akan dikonfigurasi kembali melalui sistem BCD, yaitu
Biner Code Digital:
1 7 7 8
A3 B3 = A2B2C2D2 = A1 B1 C1 D1 = A0 B0 C0 D0
1 2 =1 2 4 8=1 2 4 8=1 2 4 8
(1 0) (1 1 1 0) (1 1 1 0) (0 0 0 1)
Jadi code biner yang digunakan untuk menampilkan frekuensi 88,6MHz yaitu
(10 1110 1110 0001).

2.6 Percobaan Modul


A. Percobaan pertama.
Percobaan ini, atur jarak antara trainer pemancar dan penerima sejauh 2 meter.
1. Sinyal audio pendek
a. Mencari kanal frekuensi kosong.
b. Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa audio pendek.
c. Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pada trainer
transmitter dan tes poin 3 pada trainer receiver.
d. Lakukan analisa.

34
2. Sinyal sinus
a. Mencari kanal frekuensi kosong.
b. Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa sinyal sinus.
c. Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pada trainer
transmitter dan tes poin 3 pada trainer receiver.
d. Lakukan analisa.

B. Percobaan kedua.
Percobaan ini, atur jarak antara trainer pemancar dan penerima terdapat
penghalang dari kelas ke kelas.
1. Sinyal audio pendek
a. Mencari kanal frekuensi kosong.
b. Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa audio pendek.
c. Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pada trainer
transmitter dan tes poin 3 pada trainer receiver.
d. Lakukan analisa.
2. Sinyal sinus
a. Mencari kanal frekuensi kosong.
b. Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa sinyal sinus.
c. Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pada trainer
transmitter dan tes poin 3 pada trainer receiver.
d. Lakukan analisa.

35
C. Tabel Percobaan

Jarak Sinyal Encoder (Tes Poin 1) Sinyal Decoder (Tes Poin 3) Analisa
Sinyal Audio Pendek digambar Sinyal Audio Pendek digambar
dengan kertas millimeter blok dengan kertas millimeter blok

2 Meter
Sinyal Sinus digambar dengan Sinyal Sinus digambar dengan
kertas millimeter blok kertas millimeter blok

Sinyal Audio Pendek digambar Sinyal Sinus digambar dengan


dengan kertas millimeter blok kertas millimeter blok

Adanya
Penghalang Sinyal Audio Pendek digambar Sinyal Sinus digambar dengan
dengan kertas millimeter blok kertas millimeter blok

36
2.7 Tugas modul
a. Soal :
1. Jelaskan cara kerja stereo encoder dan stereo decoder!
2. Tuliskan rumus Vpp yang anda ketahui beserta penjelasannya!
3. Hitunglah BCD pada setiap percobaan di tampilan seven segment!
b. Jawaban :
………………………………………………………………………………
……..………………………………….……………………………………
……………………………………………..………………………………
………………………………………………………………………………
…………..…………………………………………………………………
……………………………………………..………………………………
….…………………………………………………………………………
………..……………………………………………………………………
……………………………………………………..………………………
………………………………………………………………………………
………..………………………………….…………………………………
………………………………………………..……………………………
………………………………………………………………………………
……………..………………………………………………………………
………………………………………………..……………………………
……….……………………………………………………………………
…………..…..……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………
…………………………………..…………………………………….……
…………………………………………………………………………..…..
……………………………………………………………..………………
………………………………………………………………………………
…………………..…………………………………….……………………
…………………………………………………………..…..………………
……………………………………………..………………………………

37
………………………………………………………………………………
…..…………………………………….……………………………………
…………………………………………..…..………………………………
……………………………..………………………………………………
…………………………………………………………………..…………
………………………….…………………………………………………
……………………………..…..……………………………………………
………………..……………………………………………………………
……………………………………………………..………………………
…………….………………………………………………………………
………………..…..…………………………………………………………
…..…………………………………………………………………

2.8 Kesimpulan
a. Simpulan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
...........................................................................................................................
..............................................................................................................................
...........................................................................................................................
..............................................................................................................................
...........................................................................................................................
b. Saran
..............................................................................................................................
...........................................................................................................................
..............................................................................................................................
............................................................................................................................
.

38
MODUL III
ANTENA ―PENGUAT RF― MIXER

3.1 Tujuan Praktikum


1. Praktikan dapat memahami konsep kerja antena, penguat RF dan mixer.
2. Praktikan mampu menampilkan gelombang dan menghitung Vpp sinyal pada
antena pemancar serta sinyal RF dan sinyal IF pada penerima FM
menggunakan osiloskop.
3. Praktikan mampu menganalisa perbedaan sinyal audio pendek dan sinyal
sinus pada bagian antena pemancar, penguat RF dan mixer.

3.2 Dasar Teori


A. Pengertian Antena
Antena merupakan suatu benda berbentuk logam ataupun tembaga yang
berfungsi untuk memancarkan sinyal dan menangkap sinyal dari pemancar.
Antena juga dapat melakukan suatu hal untuk meminimalisir noise, sehingga
sinyal yang diterima dari berbagai macam kanal akibat ruang hampa dan udara
dapat menghasilkan sinyal yang lumayan jernih. Antena pada trainer pemancar
selain bertujuan untuk memancarkan sinyal, juga telah melewati booster atau
penguat sinyal sebelum dipancarkan, agar saat proses transmisi, sinyal informasi
tidak akan rusak akibat noise.
B. Pengertian Radio Frekuensi
Gelombang frekuensi radio merupakan suatu getaran yang gerakannya
bolak-balik yang terjadi dalam interval waktu tertentu. Getarannya merambat
sehingga selama perambatannya, gelombang membawa sebuah energi. Dalam
perambatan getaran memerlukan medium, namun medium yang digunakan tidak
ikut berpindah. Disini, lamda (ʎ) merupakan lambang dan kata lain dari panjang
gelombang. Berdasarkan arah rambat gelombangnya, gelombang terbagi
menjadi 2 yaitu:
1. Gelombang longitudinal, yaitu arah noise atau arah gangguan sejajar dengan
arah saat berjalar.

39
2. Gelombang transversal, yaitu gelombang yang noisenya tegak lurus dengan
arah penjalaran.

Berdasarkan medium rambatnya, gelombang terbagi menjadi 2 yaitu:


1. Gelombang mekanik, yaitu memerlukan medium dalam hal merambat.
2. Gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang energi terbawa medan listrik
terhadap momentumnya, dan medan magnet menjalar tanpa medium dalam hal
perambatannya.

Berdasarkan jenis gelombang radionya, gelombang terbagi menjadi 2


gelombang yaitu:
1. Gelombang panjang (long wave), yang mana gelombang ini memiliki sinyal
yang panjang dan mampu menjangkau range area yang sangat luas.
2. Gelombang pendek (short wave) merupakan gelombang yang mediumnya
adalah udara.
Tabel 2.1 Pembagian Band Frekuensi Radio
Very Low Frequency(VLF) 3 KHz - 30 KHz

Low Frequency(LF) 30 KHz - 300 KHz

Medium Frequency(MF) 300 KHz - 3.000 KHz

High Frequency(HF) 3 MHz - 30 MHz

Very High Frequency(VHF) 30 MHz - 300 MHz

Ultra High Frequency(UHF) 300 MHz - 3.000 MHz

Super High Frequency(SHF) 3 GHz - 30 GHz

Extremely High Frequency(EHF) 30 Hz - 300 GHz

Radio frekuensi (RF) adalah sinyal frekuensi yang yang sudah termodulasi
sehingga di isyarat informasinya terdapat sinyal pembawa atau carrier dan
terdapat pula banyak noise dikarenakan berjalar diantara udara mupun ruang
hampa. Namun, noise yang ada pada sinyal pada jenis FM lebih sedikit daripada
jenis AM yang sangat rentan terhadap noise. Sinyal informasi bersama

40
gelombang pembawanya (RF) yang datang pada antena, diseleksi oleh rangkaian
penala sampai didapat suatu sinyal RF tertentu yang kemudian dicampur
(dikonversikan) dengan satu sinyal RF yang berasal dari osilator yang ada pada
pesawat penerima sendiri. Pada penguat RF berfungsi untuk menguatkan daya RF
(Radio Frequency/Frekuensi tinggi) yang berisi informasi sebagai hasil modulasi
pemancar asal.Setelah diperkuat, getaran RF dicatukan ke mixer. Dengan kata
lain, menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena sebelum diteruskan ke blok
Mixer (pencampur).
C. Pengertian Mixer
Komponen utama mixer adalah transitor dan fungsinya untuk mencampur
frekuensi dari antena dengan frekuensi yang dihasilkan oleh oscillator.
Pencampuran frekuensi getaran/sinyal RF dengan frekuensi osilator lokal,
sehingga diperoleh frekuensi intermediet (IF/Intermediate Frequency), hal ini
terjadi pada penerima radio.
Mixer digunakan mengubah masukan sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi
lainnya sebagai keluaran, disebut juga dengan frequency-converter circuit, local
oscillator (L.O.) merupakan voltage-controlled-oscillator (VCO) yang
menghasilkan gelombang kontinyu. Keluaran mixer berupa dua buah sinyal
meliputi frekuensi LO dan sinyal masukan RF, serta mempunyai dua keluaran
yang diperoleh dari penjumlahan frekuensi tersebut (LO freq + RF freq) dan
pengurangan (LO freq - RF freq). Output dari proses mixing berupa isyarat
frekuensi (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 ), isyarat ini biasa dikenal dengan istilah frekuensi menengah
(intermediate frequency = IF).
Pencampur, mencampur sinyal yang diterima (dari penala) setelah dikuatkan
terlebih dahulu pada RF amplifier dengan sinyal dari osilator output dari mixer
ini mempunyai keluaran yang komplek karena terdiri dari banyak frekwensi ,
namun karena ditala pada frekuensi IF, sehingga diperoleh sinyal dengan
frekuensi antara (IF) yang paling besar. Frekuensi antara untuk semua sinyal
penerimaan sama yaitu 10,7 MHz. Namun adakalanya frekuensi antara ini tidak
sebesar 10,7 MHz, misalnya pada peralatan komunikasi VHF dan UHF
menggunakan frekuensi antara yang lebih besar dari 10,7 MHz.

41
Sinyal IF merupakan output dari mixing. Sinyal IF adalah sinyal frekuensi
antara atau menengah, sinyal ini juga membutuhkan penguatan dalam
melakukan proses selanjutnya ke blok detektor. IF merupakan hasil dari
pencampuran getaran/sinyal antara RF dengan Osilator Lokal.
Frekuensi antara adalah proses konversi frekuensi dari frekuensi pemancar
(yang besarnya diantara 88―108 MHz) yang ditangkap pada penerima menjadi
satu frekuensi yang besarnya tetap. Pada gambar blok penerima FM dapat
dilihat perubahan besar frekuensi osilator akan selalu disertai dengan perubahan
penalaan pada rangkaian penala, ini dimaksudkan agar antara penala dan
osilator perubahan selalu sinkron pada osilator frekuensi osilasi diset lebih
tinggi 10,7 MHz dari resonansi rangkaian penala angka 10,7 tersebut adalah
besarnya frekuensi antara. Besarnya frekuensi antara, yaitu:
IF = fo – fe …………......……………………………………………………(3.1)
Keterangan:
fo = Frekuensi osilator.
fe = Frekuensi penerimaan.
Kekuatan sinyal mengalami pengurangan selama proses mixing maka sinyal
perlu dikuatkan kembali oleh penguat IF untuk mengembalikan sensitivitas dari
penerima.Penguat frekuensi antara adalah sebuah penguat frekuensi tinggi
selektif untuk frekuensi antara (IF) Penyeleksian dicapai dengan rangkaian
resonator LC atau filter keramik.
D. Pengukuran Osiloskop
Salah satu alat ukur yang tidak kalah penting untuk diketahui yaitu osiloskop.
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik.
Dengan menggunakan osiloskop dapat diketahui besaran-besaran pada siyal
listrik seperti tegangan, frekuensi, periode dan bentuk sinyal dari objek yang
diukur. Menggunakan osiloskop lebih memudahkan dalam mengukur banyak
besaran sekaligus. Selain itu dengan osiloskop dapat dibedakan gelombang AC
dan gelombang DC, serta dapat juga melihat atau mendeteksi
gangguan-gangguan dalam sistem transmisi atau penyaluran seperti gangguan
(noise).

42
Osiloskop atau sering dikenal dengan CRO (Cathode-Ray Oscilloscope/
osiloskop sinar katoda) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tegangan listrik, beserta frekuensi dan fasenya, sekaligus menampilkan bentuk
sinyal dari tegangan tersebut. Multimeter dapat juga digunakan untuk mengatur
tegangan, namun tidak dapat dipakai untuk mengamati bentuk dari sinyal
tegangan. Di sinilah keunggulan penggunaan CRO dibandingkan multimeter.
Namun yang harus diperhatikan, nilai tegangan yang terukur dari multimeter
merupakan nilai efektifnya (Veff), sedangkan nilai tegangan yang terukur dari
CRO merupakan nilai puncak (Vpeak), dimana :
Vpeak = 2 Veff…...……………...………………………………………………………….….…………..(3.2)
Pada dasarnya, CRO merupakan pengeplot (plotter) yang menampilkan
bentuk sinyal terhadap waktu (untuk single trace) atau terhadap sinyal lain (untuk
dual trace). Karena menampilkan bentuk sinyal terhadap waktu, maka osiloskop
umumnya dipakai untuk mengamati watak dinamis dari sinyal suatu tegangan.
Fungsi osiloskop :
1. Untuk menyelidiki gejala yang bersifat periodik.
2. Untuk melihat bentuk gelombang kotak dari tegangan.
3. Untuk menganalisis gelombang dan fenomena lain dalam rangkaian
elektronika.
4. Dapat melihat amplitudo tegangan, periode, frekuensi dari sinyal yang tidak
diketahui.
5. Untuk melihat harga-harga momen tegangan dalam bentuk sinus maupun
bukan sinus.
6. Digunakan untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah
terhadap waktu, yang ditampilkan pada layar.
7. Mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran.
8. Mengukur keadaan perubahan aliran (phase) dari sinyal input.
9. Mengukur amplitudo modulasi yang dihasilkan oleh pemancar radio dan
generator pembangkit sinyal.
10. Mengukur tegangan AC/DC dan menghitung frekuensi

43
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu
disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Pada saat
menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan),
disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi
radio atau jala-jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol volt/div
pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar,
gunakan skala volt/div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya
tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau
skala volt/div dipasang pada posisi paling besar.
5. Tentukan skala time/div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang
stabil.
7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
Sebelum menghubungkan tombol power pada osiloskop, yakinkan bahwa
tombol power dalam keadaan off. Kemudian hubungkan sumber power,
hidupkan dan lakukan waktu pemanasan satu sampai lima menit sebelum
membuat penyesuaian/stabil.
Pengukuran tegangan pada osiloskop dilakukan dengan menghitung jumlah
div pada sumbu vertikal dikali dengan volt/div yang digunakan.
𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 × ………….………….………………..……….(3.3)
𝑑𝑖𝑣

Keterangan :
Vpp = Tegangan peak to peak (volt).
div vertical = Div pada skala vertikal.
volt/div = Skala volt/div yang digunakan.
Pengukuran perioda dengan menggunakan skala horizontal pada osiloskop.

44
𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑇 = 𝑑𝑖𝑣 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 × …….......………………....………………….(3.4)
𝑑𝑖𝑣
1
𝐹 = 𝑇 ………………………………………..……….…………...………….(3.5)
1
𝑇 = 𝐹 …………………………………………..….……....………………….(3.6)

Keterangan :
T = Periode (secon).
div horizontal = div pada sumbu horizontal.
time/div = skala time/div yang digunakan.
F = frekuensi (Hz).
Contoh perhitungannya:

Gambar 3.1 Contoh Gelombang


Diketahui:
5 Kotak Vertikal 1 volt
7 Kotak Horizontal 1 ms
Redaman x1 frekusensi 150,87 Hz
Jawaban:
Volt time
Vpp = div vertical × T = div horizontal × × redaman
div div
= 5×1 = 7× 1×1
= 5 Vpp = 0.007 s

1 1
T = F =
F T
1 1
= =
150,87 0,007
= 0,0067 s = 142,86 Hz

45
3.3 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan apa saja penguat yang ada pada pemancar sebelum melewati antena!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Jelaskan pengertian dari penguat RF dan tuliskan rumus IF!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Sebutkan band radio frekuensi!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Jelaskan pengertian dari osilator, dan sebutkan jenis-jenis gelombangnya!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

3.4 Alat dan Bahan


1. 1 pasang unit trainer transmitter―receiver FM
2. 1 unit sound speaker stereo
3. 1 unit modul praktikum transmitter―receiver FM
4. Kabel Jumper

46
5. 1 unit osiloskop
6. Alat tulis menulis

3.5 Langkah Percobaan


A. Pada Trainer Transmitter FM
1. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
2. Hubungkan kabel power trainer transmitter FM pada tegangan AC.

3. Aktifkan trainer, tekan tombol power dengan kondisi ON.

4. Hubungkan kabel jack stereo pada trainer transmitter FM dengan socket


jack stereo yang ada pada Handphone(HP) untuk menginputkan sinyal
informasi.

5. Atur antena.
6. Mencari frekuensi (men-tuning) yang dapat ditangkap oleh receiver FM.

47
7. Pasang kabel jumper pada tes poin 3, kabel putih sambungkan dengan jack
banana merah (positif), dan kabel hitam sambungkan dengan jack banana
hitam (ground).

8. Aktifkan osiloskop, dan pasang probe ke channel 1.

9. Pada jumper test point 3, hubungkan ujung kabel jumper ke probe


osiloskop yang tersambung dengan channel 1.
10. Lakukan Analisa

B. Pada Trainer Receiver FM


1. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
2. Hubungkan kabel power trainer receiver FM dan sound speaker pada
tegangan AC.

48
3. Aktifkan trainer dan sound speaker tekan tombol power dengan kondisi ON.

4. Atur antena.
5. Hubungkan kabel jack stereo pada sound speaker ke socket jack stereo
yang ada pada trainer receiver FM.

6. Mencari frekuensi (men-tuning) kanal kosong yang dapat ditangkap oleh


receiver FM.

7. Sesuaikan sinyal informasi terhadap trainer pemancar FM.


8. Perhatikan tampilan seven segment dan led input pada trainer receiver FM.

49
9. Pasang kabel jumper pada test point 1 untuk penguat RF, kabel putih
sambungkan dengan jack banana merah (positif), dan kabel hitam
sambungkan dengan jack banana hitam (ground).

10. Aktifkan osiloskop, dan pasang probe ke channel 2.

11. Lakukan Analisa, dan lakukan hal yang sama pada tes poin 2 untuk output
mixer dan cek led merah.

3.6 Percobaan Modul


A. Percobaan pertama.
Percobaan ini, atur jarak antara trainer pemancar dan penerima sejauh 2
meter, 5 meter, dan 15 meter.
1. Sinyal audio pendek
1) Mencari kanal frekuensi kosong.
2) Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa audio pendek.

50
3) Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 3 pemancar
dan tes poin 1&2 penerima.
4) Lakukan analisa.

2. Sinyal sinus
1) Mencari kanal frekuensi kosong.
2) Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa sinyal sinus.
3) Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pemancar
dan tes poin 1&2 penerima.
4) Lakukan analisa.
B. Percobaan kedua.
Percobaan ini, atur jarak antara trainer pemancar dan penerima terdapat
penghalang dari kelas ke kelas.
1. Sinyal audio pendek
1) Mencari kanal frekuensi kosong.
2) Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa audio pendek.
3) Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pemancar
dan tes poin 1&2 penerima.
4) Lakukan analisa.
2. Sinyal sinus
1) Mencari kanal frekuensi kosong.
2) Mencari sinyal informasi dari pemancar berupa sinyal sinus.
3) Tinjau apa yang terjadi pada tampilan osiloskop di tes poin 1 pemancar
dan tes poin 1&2 penerima.
4) Lakukan analisa.

51
C. Tabel Percobaan

Jarak S. Audio S. Sinus Analisa

Digambar dengan Digambar dengan


2 Meter kertas millimeter kertas millimeter
blok blok

Digambar dengan Digambar dengan


5 Meter kertas millimeter kertas millimeter
blok blok

Digambar dengan Digambar dengan


15 Meter kertas millimeter kertas millimeter
blok blok

Digambar dengan Digambar dengan


Adanya kertas millimeter
kertas millimeter
Penghalang blok blok

Analisa

3.7 Tugas Modul


a. Soal:
1) Jelaskan pengertian Mixer!
2) Hitunglah Vpp pada setiap percobaan yang telah dilakukan, dan analisa
led merah yang aktif, serta bentuk gelombang sinyalnya.
b. Jawaban:

………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………….………………………...…………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………….……………………………………………………...

52
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………….…………………………………………
…………………………………...…………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………….………………………………………
……………………...………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………….…………………………
………………………………………………………..……………………
………………………………………………………………………………
……………………..………………………………………………………
…………….…………………………………………………………………
………………………….……………………………………………………
……………………………..………………………………………………
…………………………………………………………………………..…

3.8 Kesimpulan
A. Simpulan
……………………………………………………………………………
……………….……………………………………………………………
……………………..………………………………………………………
…………………………………………………………………..…………
………………………………..……………………………………………
…………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………
……..…………………………………………………………………..…
……………………………………………………..………………………
B. Saran
……………………………………………………………………………
……………….……………………………………………………………
……………………..………………………………………………………
…………………………………………………………………..…………
………………………………………..……………………………………

53
MODUL IV
MODULATOR―DEMODULATOR

4.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami proses modulasi―demodulasi FM.
2. Mahasiswa dapat menampilkan gelombang sinyal informasi di bagian
modulator―demodulator.
3. Praktikan mampu menganalisa perbedaan sinyal audio pendek dan sinyal
sinus pada bagian input modulator―output demodulator.

4.2 Dasar Teori


A. PENGERTIAN MODULATOR
Modulasi sinyal FM adalah mengubah sinyal inputan atau sinyal informasi
yang di tumpangkan ke sinyal pembawa (sinyal carrier), agar sinyal informasi
dapat dikirim dalam bentuk sinyal elektromagnetik yang siap dikirim melewati
udara untuk ditransmisikan menuju penerimanya. Rumus modulasi sinyal FM:
𝑠(𝑡) = 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑠[2𝜋𝑓𝑐 + ʃͭ 𝑘
̥ ƒ𝑚(𝑡)𝑑𝑡]………………...……………………..(4. 1)
*Nilai tegangan sinyal masukan merupakan sinyal informasi yang berada pada
osilator.

Gambar 4.1 Modulasi FM


Pemroses modulasi disebut modulator. Modulator adalah bagian pengolah
isyarat dengan frekuensi informasi ditumpangkan pada frekuensi pembawa yang
kemudian disalurkan ke untai penguat dan dipancarkan ke udara melaui antena.
Proses modulasi pada gelombang radio adalah proses menumpangkan isyarat

54
informasi ke dalam isyarat pembawa dengan cara – cara modulasi yang
digunakan. Tujuannya adalah agar isyarat informasi bisa dikirimkan ketempat
yang jauh. Syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam proses modulasi ialah
frekuensi isyarat pemodulasi harus lebih rendah dari frekuensi isyarat pembawa.
Pada prakteknya, modulator sebuah pemancar bukan merupakan suatu untai
tersendiri.
B. PENGERTIAN DEMODULATOR
Demodulasi sinyal FM merupakan tahap pengembalian sinyal informasi ke
sinyal asli, yang mana sudah tidak ada sinyal carrier di dalamnya. Proses
demodulasi itu sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu cara
dari phase-locked loop (PLL) dan zero-crossing detector. Pada penerima FM
yang dibuat ini menggunakan sistem PLL yaitu terdapat 3 komponen
diantaranya VCO(Voltage Controlled Oscillator = Osilator yang frekuensinya
dikontrol tegangan), detektor, dan loop filter.
Demodulator FM digunakan untuk mengubah frekuensi IF menjadi
frekuensi informasi. Dengan cara ini, unit detektor memisahkan antara
getaran/sinyal pembawa RF dengan getaran informasi (Audio Frequency/AF).
Demodulator FM yang pertama adalah demodulator lereng. Kekurangan
demodulator ini adalah demodulasi tidak linier dan dinamik AF yang kecil.
Demodulator FM ke 2 adalah demodulasi sinyal FM dengan diskriminator rasio.
Diskriminator PLL adalah suatu demodulator dengan sebuah lingkaran pengunci
pasa.
C. DEMODULATOR TO DECODING
Pada proses demodulator to decoding ini menjadi 1 tes point dikarenakan
tujuan utamanya adalah mengukur sinyal informasi tertentu, namun untuk
menjadikannya sinyal yang stereo harus melalui proses decoder yang mana
terdapat 2 proses yaitu penjumlahan dan pengurangan pada sinyal kiri dan sinyal
kanan, apabila mono akan mengeluarkan sinyal penjumlahan saja.
D. PENGUKURAN OSILOSKOP
Osiloskop atau sering dikenal dengan CRO (Cathode-Ray Oscilloscope =
osiloskop sinar katoda) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur

55
tegangan listrik, beserta frekuensi dan fasenya, sekaligus menampilkan bentuk
sinyal dari tegangan tersebut. Multimeter dapat juga digunakan untuk mengatur
tegangan, namun tidak dapat dipakai untuk mengamati bentuk dari sinyal
tegangan. Di sinilah keunggulan penggunaan CRO dibandingkan multimeter.
Namun yang harus diperhatikan, nilai tegangan yang terukur dari multimeter
merupakan nilai efektifnya (Veff), sedangkan nilai tegangan yang terukur dari
CRO merupakan nilai puncak (Vpeak), dimana :
𝑉𝑝𝑒𝑎𝑘 = 2 𝑉𝑒𝑓𝑓……...……………………………..……………………………….………………..(4.2)
Pengukuran tegangan pada osiloskop dilakukan dengan menghitung jumlah
div pada sumbu vertikal dikali dengan volt/div yang digunakan.
𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 × ………….………….………………..…….….(4.3)
𝑑𝑖𝑣

Keterangan :
Vpp = Tegangan peak to peak (volt).
div vertical = Div pada skala vertikal.
volt/div = Skala volt/div yang digunakan.
Pengukuran perioda dengan menggunakan skala horizontal pada osiloskop.
𝑡𝑖𝑚𝑒
𝑇 = 𝑑𝑖𝑣 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 × …….......………………..…………..……….(4.4)
𝑑𝑖𝑣
1
𝐹 = 𝑇 ………………………………………..…………………...….……….(4.5)
1
𝑇 = 𝐹 …………………………………………..….………………....……….(4.6)

Keterangan :
T = Periode (secon).
div horizontal = div pada sumbu horizontal.
time/div = skala time/div yang digunakan.
F = frekuensi (Hz).

56
Berikut contoh pengukurannya.

Gambar tampilan osiloskop diatas menampilkan gelombang dengan t/div 8ns,


dan tegangan peak to peak sebesar 1,36v. Berikut pengerjaannya dengan rumus
yang sudah di bahas di teori sebelumnya.
Diketahui:
V/div = 500mV div vertikal = 2,7 kotak
Time/div= 8ns div horizontal = 2 kotak
Frekuensi = 60,97 MHz Redaman 1x
Perhitungan:
𝑉𝑝𝑝 = div vertikal x V/div
= 2,7 𝑥 (500 𝑥 10−3 )
= 1.350 𝑥 10−3
= 1,35 𝑉 (Selisih 0,01v terhadap perhitungan osiloskop)
t
𝑇 = div horizontal x x redaman
div
= 2 𝑥 8 𝑥 10−9 𝑥 1
= 16 𝑥 10−9
= 16 𝑛𝑠 (Selisih 0,4ns terhadap perhitungan osiloskop)

𝑇 = 1/f 𝑓 = 1/T
1 1
= =
60,97 𝑥 106 16,4 𝑥 10−9
= 0,01640 𝑥 10−6 = 0,06097 𝑥 109
= 16,4 𝑥 10−9 = 60,97 𝑥 106
= 16,4 𝑛𝑠 (Sesuai) = 60,97 𝑀𝐻𝑧 (Sesuai)

57
4.3 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan pengertian modulasi FM!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Jelaskan pengertian demodulasi FM!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Jelaskan perbedaan demodulasi dengan demodulator!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4.4 Alat dan Bahan
1. 2 unit input sinyal audio pendek dan sinyal sinus
2. 1 unit trainer transmitter―receiver FM
3. 1 unit sound speaker stereo
4. 1 unit modul praktikum transmitter―receiver FM
5. Kabel Jumper
6. 1 unit osiloskop
7. Alat tulis menulis

58
4.5 Langkah Percobaan
A. Pada Trainer Transmitter FM
1. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
2. Hubungkan kabel power trainer transmitter FM pada tegangan AC.

3. Aktifkan trainer, tekan tombol power dengan kondisi ON.

4. Hubungkan kabel jack stereo pada trainer transmitter FM dengan socket


jack stereo yang ada pada Handphone(HP) untuk menginputkan sinyal
informasi.

5. Atur antena.
6. Mencari frekuensi (men-tuning) yang dapat ditangkap oleh receiver FM.

59
7. Pasang kabel jumper pada tes poin 2, kabel putih sambungkan dengan jack
banana merah (positif), dan kabel hitam sambungkan dengan jack banana
hitam (ground).

8. Aktifkan osiloskop, dan pasang probe ke channel 1.

9. Pada jumper test point 2, hubungkan ujung kabel jumper ke probe


osiloskop yang tersambung dengan channel 1.
10. Lakukan Analisa
B. Pada Trainer Receiver FM
1. Persiapkan alat dan bahan secara lengkap.
2. Hubungkan kabel power trainer receiver FM dan sound speaker pada
tegangan AC.

60
3. Aktifkan trainer dan sound speaker tekan tombol power dengan kondisi ON.

4. Hubungkan kabel jack stereo pada sound speaker ke socket jack stereo
yang ada pada trainer receiver FM.

5. Atur antena.
6. Mencari frekuensi (men-tuning) kanal kosong yang dapat ditangkap oleh
receiver FM.

7. Sesuaikan sinyal informasi terhadap trainer pemancar FM.

61
8. Pasang kabel jumper pada test point 3 untuk demodulator to decoder,
kabel putih sambungkan dengan jack banana merah (positif), dan kabel
hitam sambungkan dengan jack banana hitam (ground).

9. Aktifkan osiloskop, dan pasang probe ke channel 2.

10. Lakukan Analisa

4.6 Percoban Modul


Atur secara bergantian input sinyal informasi di pemancar dengan 2 macam
sinyal informasi (sinyal audio pendek dan sinyal sinus) dan ubah jarak_min 2
meter, 5 meter, 15 meter. Jarak ini adalah jarak antara pemancar dan penerima
dalam hal menangkap sinyal informasi yang dipancarkan. Lakukan 3 macam
volume pada pemancar, yaitu volume rendah, sedang dan tinggi. Amati
gelombang yang terjadi, kemudian analisa.

62
Tabel Percobaan
Isi tabel percobaan berikut dengan tanda contreng (√) apabila pengiriman
sinyal berhasil diterima dan tanda silang (×) apabila pengiriman sinyal gagal.
Sesuaikan dengan percobaan yang telah dilakukan! Keterangan pada tabel : T
adalah Transmitter, dan R adalah Receiver.
SINYAL AUDIO SINYAL
NO. JARAK VOLUME PENDEK SINUS
T R T R

1. Rendah

2. 2 meter Sedang

3. Tinggi

4. Rendah

5. 5 meter Sedang

6. Tinggi

7. Rendah

8. 15 meter Sedang

9. Tinggi

63
4.7 Tugas Modul
a. Soal
1. Hitunglah Vpp pada gelombang yang dihasilkan modulator-demodulator
pada sinyal sinus di jarak 2 meter.
2. Gambarkan manual percobaan demodulator pada volume tinggi terhadap
jarak 2 meter dan 5 meter menggunakan milimeter blok dibawah ini, serta
hitunglah F dan T nya!
b. Jawaban
…………………………………………………………….…………………
……….………………………………………………………………………
…………..……………………………………………………………………
……………………………………………………..…………………………
………………..………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………..………………………………….………………………
…………………………………………………………..……………………
………………………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………
……………..………………..…………………………………………..……
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……….………………………….……………………………………………
……………………………………..…………………………………………
………………………………………………………………………………..
…………………………………………..……………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………..………………………………
….……………………………………………………………………………
……..…………………………………………………………………………
………………………………………………..………………………………
………………………………………..………………..……………………
……………………..…………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………….………………………….…………………
………………………………………………………………..………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

64
65
4.8 Kesimpulan
A. Simpulan
………………….……………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………
………………………………………………………………..………………
………………………..…..………………….………………………………
…………………………………………………..……………………………
………………………………………………………………………………
……………..………………………………………..……….……..……….
B. Saran
………………….……………………………………………………………
……...………………..………………………………………………………
………………….………………………………………………..……………
…………………………..……………………………………………………
…………………………………………..……….……..……….……..……
….……..……….……..……….……..……….……..……….……..……….

66
MODUL V
IMPLEMENTASI MODULASI―DEMODULASI PADA MATLAB

5.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat membuat sinyal modulasi―demodulasi FM.
2. Mahasiswa dapat membuat tampilan modulasi―demodulasi dengan
inputan sinyal audio pendek.
3. Mahasiswa dapat membuat tampilan modulasi―demodulasi dengan
inputan sinyal sinus.
4. Mahasiswa dapat menaganalisa bentuk gelombang sinyal audio pendek
dengan sinyal sinus pada bagian modulasi, demodulasi dan sinyal
informasi.

5.2 Dasar Teori


1. Modulasi FM
Modulasi dalam Telekomunikasi merupakan proses penumpangan
gelombang sinyal informasi pada gelombang sinyal carrier sehingga mampu
membawa suatu sinyalinformasi. Dengan proses modulasi suatu informasi
(biasanya berfrekuensi rendah) bisa dimasukan ke dalam suatu gelombang
pembawa biasanya berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Tujuan dari
modulasi yaitu :
a. Transmisi menjadi lebih efisien dan memudahkan pemancaran.
b. Menekan adanya gangguan.
c. Untuk melakukan proses penggabungan sinyal informasi dengan sinyal
carrier untuk disalurkan bersama-sama melalui satu kanal transmisi.

Dalam suatu teknik modulasi maka kita dapat mengirimkan dalam jarak yang
lebih jauh. Pengiriman informasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu sinyal
analog dan sinyal digital. Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk
gelombang yang kotinyu membawa informasi dengan mengubah karakteristik
gelombangnya. Sinyal analog bekerja dengan mentranmisiskan suara dan
gambar dalam bentuk gelombang kontinyu. Sedangkan sinyal digital adalah

67
sebuah teknologi data yang menggunakan diskrit (diskontinu) nilai. Modulator
mengubah bit input menjadi bentuk gelombang listrik yang sesuai untuk
transmisi melalui saluran komunikasi. Modulator dapat digunakan secara
interaktif meminimalkan efek suara saluran, agar sesuai dengan spektrum
frekuensi yang ditransmisikan sinyal dengan karakteristik saluran, untuk
memberi kemampuan multipeks banyak sinyal.
Parameter yang paling penting dari modulasi adalah jenis bentuk gelombang
yang digunakan, durasi bentuk gelombang, tingkat daya dan bandwidth yang
digunakan. Modulator menyelesaikan tugas meminimalkan efek kebisingan
saluran dengan menggunakan kekuatan sinyal dan bandwidth yang besar, dan
dengan menggunakan bentuk gelombang yang bertahan lebih lama. sementara
penggunaanamonts sinyal power dan bandwidth yang semakin besar untuk
melawan kebisingan, parameter ini tidak dapat ditingkatkan tanpa batas waktu
karena keterbatasan saluran dan frekuensinya.

2. Demodulasi FM
Demodulasi sinyal FM merupakan tahap pengembalian sinyal informasi ke
sinyal asli, yang mana sudah tidak ada sinyal carrier di dalamnya. Proses
demodulasi itu sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu cara
dari phase-locked loop (PLL) dan zero-crossing detector. Pada penerima FM
yang dibuat ini menggunakan sistem PLL yaitu terdapat 3 komponen
diantaranya VCO, detektor, dan loop filter.
Pada modul ini, demodulasi FM akan diimplementasikan kedalam sebuah
software berupa matlab tahun 2009. Percobaannya sangatlah sederhana,
sehingga nantinya akan mudah untuk dipahami.

3. Matlab
Matlab (matrix laboratory) adalah sebuah software programming yang
bekerja dengan konsep matrik dan memiliki pustaka fungsi matematika dan
rekayasa yang super lengkap serta fungsi dan visualisasi baik 2D maupun 3D.
Matlab merupakan sebuah software yang secara sederhana dapat dianalogikan
sebagai sebuah kalkulator yang kompleks. Matlab dapat melakukan operasi

68
sederhana matematika seperti penambahan, pengurangan, perkalian,
danpembagian. Matlab juga dapat menangani bilangan komplek, akar dan
pangkat, logaritma, trigonometri, serta dapat diprogram, artinya dapat
mengerjakan fungsi tertentu, meng-input-kan dan meng-output-kan data,
menjalankan dan menyimpan sederetan perintah untuk menjalankan dan
menyimpan sederetan perintah untuk melakukan perhitungan secara otomatis.
Salah satu kelebihan yang paling menonjol dari Matlab adalah tool penyelesaian
masalah untuk masalah-masalah khusus yang disebut juga dengan toolbox. Di
dalam Matlab terdapat beberapa window yang merupakan lingkungan kerja
yang terpadu, dimana setiap window mempunyai kegunaan masing-masing.
Ada beberapa window penting dalam Matlab yaitu :
 Window utama Matlab, window ini adalah window induk yang melingkupi
seluruh lingkungan kerja Matlab, pada versi-versi rendah window ini secara
khusus belum ada namun terintegrasi dengan command window.
 Launc pad Window, window ini mulai diperkenalkan pada versi 6 berfungsi
bagi pemakai dalam memilih opsi dari fungsi dan toolbox yang ditawarkan
Matlab.
 Workspace window yang berfungsi sebagai navigator bagi pemakai dalam
penyediaan informasi mengenai variabel yang sedang aktif dalam workspace
pada saat pemakaian, diperkenalkan pada versi 6.
 Current directory window merupakan fasilitas yang diperkenalkan pada versi
6 yang berfungsi sebagai browser direktori aktif yang hampir sama dengan
window explorer.
 Command window history yang juga baru diperkenalkan pada versi 6
berfungsi sebagai penyimpan perintah-perintah yang pernah dikerjakan pada
workspace.
 Command window, berfungsi sebagai penerima perintah dari pemakai untuk
menjalankan fungsi-fungsi yang disediakan oleh Matlab. Window ini
merupakan inti dari Matlab yang menjadi media satu-satunya bagi pemakai
untuk berinteraksi dengan Matlab.

69
 Matlab editor window yang berfungsi untuk membuat skip program Matlab,
window ini mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kesalahan pengetikan
sintak oleh programmer.

5.3 Tugas Pendahuluan


1. Apa ya anda ketahui mengenai software Matlab?
………………….…………………………………………………………
………………………..……………………………………………………
……………………………………………………………………..………
……………………………………………………………………………
………………………………..……………………………………………
………………………………………………………………………..……
2. Jelaskan cara kerja sederhana modulasi-demodulasi FM!
………………….…………………………………………………………
………………………..……………………………………………………
……………………………………………………………………..………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Apa yang anda ketahui mengenai sinyal pembawa? Jelaskan!
………………….…………………………………………………………
………………………..……………………………………………………
……………………………………………………………………..………

5.4 Alat dan Bahan


1. 1 unit komputer/laptop yang sudah terinstal software Matlab
2. 1 unit modul transmitter dan receiver FM.
3. File suara audio pendek dan sinyal sinus.
4. Alat tulis menulis.

5.5 Langkah Percobaan


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pastikan laptop anda telah terinstall software Matlab sebelum praktikum
dimulai.

70
3. Jalankan perangkat lunak Matlab.

4. Pilih File, lalu klik New, kemudian Blank M-File.

5. Maka akan tampil lembar kerja sebagai berikut.

6. Ketikkan program sesuai dengan percobaan modul, lalu klik RUN.

7. Amatilah tampilan gambar keluaran bentuk gelombang sinyal dari


program tersebut.
5.6 Percobaan Modul
A. Percobaan pertama
Ketikkan program berikut untuk membuat modulasi FM:
fs=1000;

71
fc=200;
t=(0:1/fs:0.2)';
x=sin(2*pi*30*t)+2*sin(2*pi*60*t)
fDev=50;
y=fmmod(x,fc,fs,fDev);
plot(t,x,'c',t,y,'b--')
xlabel('Time (s)')
ylabel('Amplitude')
legend('Original Signal','Modulated Signal')
B. Percobaan kedua
Ketikkan program berikut untuk membuat demodulasi FM:
fs=1000;
fc=200;
t=(0:1/fs:0.2)';
x=sin(2*pi*30*t)+2*sin(2*pi*60*t);
fDev=50;
y=fmmod(x,fc,fs,fDev);
z=fmdemod(y,fc,fs,fDev);
plot(t,x,'c',t,z,'b--')
xlabel('Time (s)')
ylabel('Amplitude')
legend('Original Signal','Demodulated Signal')
C. Percobaan ketiga
Ketikkan program berikut untuk membuat modulasi―demodulasi input
audio pendek (A) :
Clear all;
Clc;
fs1=200000000;
[y,fs1]=wavread('E:\BISMILLAH TA\bismillah sidang\dokumentasi\tes\musik
pendek\al.mp3');
figure(1)

72
plot(y)
axis([0 1000 -0.7 0.7]);
fc=90000000;
fs1=200000000;
dev=500000;
xlabel('time')
ylabel('Audio Signal')
z=fmmod(y,fc,fs1,dev);
figure(2)
plot(z)
axis([0 1000 -0.7 0.7]);
xlabel('Time')
ylabel('Signal Modulation')

z1=fmdemod(z,fc,fs1,dev);
figure(3)
plot(z1)
axis([0 1000 -0.7 0.7]);
xlabel('Time')
ylabel('Signal Demodulation')

D. Percobaan keempat
Ketikkan program berikut untuk membuat modulasi―demodulasi pada
input sinyal sinus (B) :
clearall;
clc;
fs1=200000000;
[y,fs1] = wavread ('E:\BISMILLAH TA\bismillah sidang\dokumentasi\tes\sinyal
sinus\sinus1.wav');

figure(1)
plot(y)

73
axis([0 1000 -0.7 0.7]);
fc=90000000;
fs1=200000000;
dev=500000;
xlabel('time')
ylabel('Audio Signal')

z=fmmod(y,fc,fs1,dev);
figure(2)
plot(z)
axis([0 1000 -0.7 0.7]);
xlabel('Time')
ylabel('Signal Modulation')

z1=fmdemod(z,fc,fs1,dev);
figure(3)
plot(z1)
axis([0 1000 -0.7 0.7]);
xlabel('Time')
ylabel('Signal Demodulation')

74
4. Tabel Pengamatan

Analisa Bentuk
Kondisi A Kondisi B
Gelombang

Screenshot Gelombang Sinyal Screenshot Gelombang Sinyal


Modulasi Input Audio Pendek Modulasi Input Sinyal Sinus

Screenshot Gelombang Sinyal Screenshot Gelombang Sinyal


Demodulasi Input Audio Pendek Demodulasi Input Sinyal Sinus

5.7 Tugas Modul

-----Tidak ada tugas modul-----

5.8 Kesimpulan
A. Simpulan
………………….…………………………………………………………
………………………..……………………………………………………
……………………………………………………………………..………
………………………………..…..………………….……………………
……………………………………………………………..………………
……………………………………………………………………………
……………………………..………………………………………..…….
B. Saran
………………….…………………………………………………………
………...………………..…………………………………………………

75
KUNCI JAWABAN

MODUL I
1. Jelaskan yang dimaksud dengan transmitter dan receiver FM!
Transmitter FM adalah suatu perangkat pesawat pemancar sinyal
informasi yang, yang mana sinyal informasi yang dipancarkan telah
melalui proses modulasi dan penguat sinyal sebelum dipancarkan menuju
penerima.
Receiver FM adalah suatu perangkat pesawat penerima sinyal informasi
yang dipancarkan oleh pemancar FM, yang mana sinyal informasi yang
dipancarkan akan ditangkap atau ditala oleh pesawat penerima dan
mengembalikan sinyal informasi kedalam bentuk semula agar lebih
dimengerti oleh audience.
2. Sebutkan range FM!
Range FM yaitu 88MHz-108MHz
3. Gambar skema modulator pada perangkat pemancar FM!

4. Gambar dan jelaskan blok diagram receiver FM!

Berikut penjelasan dari bagian-bagian blok diagram penerima FM:


1) Antena
Antena juga merupakan suatu perangkat yang berfungsi dalam
memindah sebuah energi gelombang, yaitu gelombang

76
elektromagnetik dari bahan media kabel ke udara begitu pula
sebaliknya.
2) Tuner
Komponen utama dari tuner adalah lilitan email (kawat
tembaga) dan kondensator (LC). Fungsi dari bagian tuning pada
penerima radio yaitu untuk memilih salah satu RF dari sekian
banyak gelombang radio (RF = radio frekuensi) yang diterima oleh
antena sebelumnya melalui teknik resonansi.
3) Penguat RF
Fungsi dari penguat RF itu sendiri yaitu menguatkan daya
Radio Frekuensi (RF) dikenal juga dengan frekuensi tinggi yang
berisi sinyal informasi hasil dari modulasi pada pemancar FM.
Setelah nantinya akan dilanjutkan pada tahap mixer atau
pencampuran untuk mengasilkan sinyal IF (Intermediet
Frequency).
4) Mixer
Fungsi Mixer untuk mencampur frekuensi dari antena dengan
frekuensi yang dihasilkan oleh oscillator. Pencampuran frekuensi
getaran/sinyal RF dengan frekuensi osilator lokal, sehingga
diperoleh frekuensi intermediet (IF/Intermediate Frequency), hal
ini terjadi pada penerima radio.
5) Osilator
Osilator adalah merupakan salah satu bagian dari penerima
FM yang menghasilkan keluaran berupa isyarat tegangan.
6) Penguat IF
Frekuensi antara (IF) intermediate frequency adalah proses
konversi frekuensi dari frekuensi pemancar (88 MHz - 108 MHz)
yang ditangkap pada penerima menjadi satu frekuensi yang
besarnya tetap agar antara penala dan osilator perubahan selalu
sinkron pada osilator frekuensi. Penguat IF disebut juga dengan

77
penguat MF (medium frekuensi), transistor dan transformator
merupakan komponen utama dari penguat IF.
7) Detektor
Detektor berfungsi untuk mendeteksi suatu isyarat masuk
yang tegangan keluarannya linear disesuaikan terhadap isyarat
masukan. Detektor disebut juga dengan demodulator FM, yaitu
mendapatkan sinyal informasi kembali seperti semula dari proses
modulasi setelah dipancarkan oleh pemancar FM yang kemudian
diterima oleh piranti penerima FM yang selanjutnya didemodulasi
untuk mendapatkan sinyal informasi asli.
8) Dekoder Stereo
Dekoder stereo merupakan jenis pengkodean akhir dari
sinyal informasi menjadi sinyal kanan dan sinyal kiri. Dan
biasanya dengan dekoder stereo, sinyal keluarannya lebih jelas dan
lebih alami.
9) Penguat Audio
Penguat audio / Speaker ini sangat dibutuhkan untuk keluaran
dari sinyal informasi berupa suara sehingga dapat diterima oleh
pendengar/audience

MODUL II
1. Jelaskan fungsi stereo encoder pada rangkaian transmitter FM!
Stereo encoder pada pemancar FM berfungsi untuk memecahkan sinyal
informasi menjadi sisi kanan dan sisi kiri, dikenal dengan Left&Right. Hal
ini bertujuan dalam menjernihkan sinyal informasi yang dalam
pengirimannya terhalang berbagai noise.
2. Jelaskan fungsi stereo decoder pada rangkaian receiver FM!
Stereo decoder pada penerima FM berfungsi untuk mengembalikan sinyal
informasi yang dipecahkan tersebut menjadi L+R dan L-R. Apabila yang
diterima mono, maka proses dekoder hanya tampil suara L+R saja. Hal ini
sama dengan encoder, namun di bagian ini menjernihkan kembali sinyal

78
informasi yang telah melalui banyak perjalanan menuju penerima FM. Dan
biasanya, sinyal keluarannya lebih jelas dan lebih alami karena pengkodean
terakhir dalam pemecahan sinyal.

MODUL III
1. Jelaskan apa saja penguat yang ada pada pemancar sebelum melewati antena!
a. Buffer berfungsi pem-filter sinyal yang masuk agar penguatannya stabil.
b. Driver merupakan rangkaian penentu daya keluaran dengan output
maksimal 5 Watt.
c. Final berfungsi sebagai penyedia daya output amplifier.
2. Jelaskan pengertian dari penguat RF dan tuliskan rumus IF!
a. Penguat RF yaitu menguatkan daya Radio Frekuensi (RF) dikenal juga
dengan frekuensi tinggi yang berisi sinyal informasi hasil dari modulasi
pada pemancar FM. Setelah nantinya akan dilanjutkan pada tahap mixer
atau pencampuran untuk mengasilkan sinyal IF (Intermediet Frequency).
b. Rumus IF
IF = fo – fe
Keterangan:
fo = Frekuensi osilator
fe = Frekuensi penerimaan
3. Sebutkan band radio frekuensi!
Band radio frekuensi yaitu sebagai berikut.
Very Low Frequency(VLF) 3 KHz - 30 KHz
Low Frequency(LF) 30 KHz - 300 KHz
Medium Frequency(MF) 300 KHz - 3.000 KHz
High Frequency(HF) 3 MHz - 30 MHz
Very High Frequency(VHF) 30 MHz - 300 MHz
Ultra High Frequency(UHF) 300 MHz - 3.000 MHz
Super High Frequency(SHF) 3 GHz - 30 GHz
Extremely High Frequency(EHF) 31 Hz - 300 GHz

79
MODUL IV
1. Jelaskan pengertian modulasi FM!
Modulasi sinyal FM adalah mengubah sinyal inputan atau sinyal informasi
yang di tumpangkan ke sinyal pembawa (sinyal carrier), agar sinyal
informasi dapat dikirim dalam bentuk sinyal elektromagnetik yang siap
dikirim melewati udara untuk ditransmisikan menuju penerimanya
2. Jelaskan pengertian demodulasi FM!
Demodulasi sinyal FM merupakan tahap pengembalian sinyal informasi ke
sinyal asli, yang mana sudah tidak ada sinyal carrier di dalamnya.
3. Jelaskan perbedaan demodulasi dengan demodulator!
Demodulasi merupakan suatu proses pengembalian sinyal asli, sedangkan
demodulator adalah bagian suatu piranti penerima FM sebagai pengubah
frekuensi IF menjadi frekuensi informasi. Dengan cara ini, unit
detektor/demodulator memisahkan antara getaran/sinyal pembawa RF
dengan getaran informasi (Audio Frequency/AF).

MODUL V
1. Apa yang anda ketahui mengenai software Matlab?!
Matlab merupakan sebuah software yang secara sederhana dapat
dianalogikan sebagai sebuah kalkulator yang kompleks, dapat melakukan
operasi sederhana matematika seperti penambahan, pengurangan, perkalian,
danpembagian. Matlab juga dapat menangani bilangan komplek, akar dan
pangkat, logaritma, trigonometri, serta dapat diprogram, artinya dapat
mengerjakan fungsi tertentu, meng-input-kan dan meng-output-kan data,
menjalankan dan menyimpan sederetan perintah untuk menjalankan dan
menyimpan sederetan perintah untuk melakukan perhitungan secara otomatis.
2. Jelaskan cara kerja sederhana modulasi-demodulasi FM!
Modulasi merupakan proses penumpangan sinyal pembawa terhadap sinyal
informasi dalam suatu transmisi sinyal, apabila sinyal diterima maka sinyal

80
yang termodulasi dikonversi menjadi sinyal asli yang disebut dengan
demodulasi.
3. Apa yang anda ketahui mengenai sinyal pembawa? Jelaskan!
Sinyal pembawa adalah sinyal yang fungsinya untuk membawa sinyal
informasi saat transmisi sinyal informasi, dan ukurannya harus lebih besar
daripada sinyal informasi dibagian proses modulasi.

~~~~~SELESAI~~~~~
THANK’S

81
CONTOH UJI COBA PRAKTIKUM

MODUL 1
Percobaan Modul
1. Percobaan Trainer transmitter dan Receiver FM
Foto Trainer Trabsmitter: Foto Trainer Receiver:

Foto Tampilan Seven Segment:

Analisa:
Berdasarkan uji coba yang dilakukan, trainer pemancar FM mengisi kanal
dengan frekuensi 88,9MHz yang telah ditentukan oleh trainer penerima FM.
Pengiriman sinyal informasi dilakukan dengan baik dan proses selama transmisi
hingga sampai pada penerima FM dinyatakan “Berhasil”. Sinyal input pada
pemancar FM sama dengan sinyal output pada penerima FM.

82
2. Percobaan Trainer dengan Radio pada HP
Foto trainer Reveiver FM dengan menangkap salah satu radio
frekuensi (RF):

Foto Tampilan Seven Segment:

Screenshot Tampilan Radio pada HP:

Analisa:
Sinyal informasi yang diterima dengan kanal frekuensi 94,7MHz
memiliki outputan suara yang sama dengan sinyal informasi pada HP
di frekuensi yang sama pula.

83
3. Percobaan Blok Diagram
Gambarkan Blok Diagram Transmitter FM:

Gambarkan Skema Rangkaian Transmitter FM:

Analisa:
Berdasarkan blok diagram dan skema rangkaian transmitter FM,
sudah sesuai dengan cara kerja trainer yaitu input suara yang
merupakan sinyal informasi akan diproses dengan dipecahkan
terlebih dahulu sinyalnya menjadi L&R agar mudah dipahami dan
menghasilkan suara yang jernih. Kemudian menuju proses modulasi
yang mana sinyal ditumpangkan oleh sinyal pembawa agar
memudahkan dalam hal proses penyampaian pada penerima.
Sebelum melalui antena, sinyal informasi tersebut yang telah
termodulasi dikuatkan terlebih dahulu agar sinyal tidak terbentrok
oleh banyaknya noise yang ada diluar sana.
Gambarkan Blok Diagram Receiver FM:

Gambarkan Skema Rangkaian Receiver FM:

Analisa:
Berdasarkan blok diagram dan skema rangkaian receiver FM, sudah
sesuai dengan cara kerja trainer yaitu input kanal frekuensi dan

84
output suara yang merupakan sinyal informasi dari pemancar FM
menghasilkan suara yang sama. Sedangkan cara kerja trainer ini
yaitu menangkap sinyal radio frekuensi oleh antena yang kemudian
dikuatkan oleh penguat RF, lalu menuju mixer sehingga dihasilkan
sinyal IF yaitu sinyal antara dari radio frekuensi dan osilator. Sinyal
IF yang dihasilkan kemudian akan melalui proses demodulator yaitu
pengembalian sinyal informasi menjadi sinyal asli sehingga
dihasilkan sinyal FM lalu menuju dekoder untuk dikodekan terakhir
menjadi L+R dan L-R. Untuk hasil output suara dapat ditambahkan
soundspeaker.

85
MODUL II
Hasil Percobaan Modul

Jarak Sinyal Encoder (Tes Poin 1) Sinyal Decoder (Tes Poin 3) Analisa
Sinyal Audio Pendek Sinyal Audio Pendek digambar Gelombang sinyalnya
digambar dengan kertas dengan kertas millimeter blok hampir sama.
millimeter blok

2 Meter
Sinyal Sinus digambar Sinyal Sinus digambar dengan Gelombang sinyal
dengan kertas millimeter blok kertas millimeter blok pada encoder terlihat
seperti bagian dari
decoder.

Sinyal Audio Pendek Sinyal Audio Pendek digambar Gelombang sinyal


digambar dengan kertas dengan kertas millimeter blok lebih rapat dibagian
millimeter blok decoder dikarenakan
adanya noise namun
lebih halus
gelombang sinyal
encoder.

Adanya
Penghalang
Sinyal Sinus digambar Sinyal Sinus digambar dengan Gelombang sinyal
dengan kertas millimeter blok kertas millimeter blok terlihat lebih halus
dibagian encoder, hal
ini dapat terjadi
karena tidak ada
noise yang
mempengaruhi sinyal
informasi.

86
Contoh perhitungan kanal frekuensi to BCD

Dikarenakan nilai kristal pada counter frequency digital adalah 7,2KHz,


maka dikonversi terlebih dahulu menjadi 7200Hz.
Menghitung frekuensi refrensi:
𝑁𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
𝐹𝑟𝑒𝑓 =
𝑄
7200
=
1024
= 7,031KHz
Dan untuk menghitung step frekuensi dengan rumus berikut.
𝐹𝑟𝑒𝑓(𝐻𝑧)
𝐹𝑠𝑡𝑒𝑝 =
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒𝑟
7.031
= 1
8

= 56,25KHz
Jadi, frekuensi yang selalu bergeser sebesar 56,25KHz.
Untuk menentukan nilai kode biner, dapat dilakukan dengan rumus berikut.
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖(𝐻𝑧)
𝑋𝑑𝑖𝑣 = × 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒𝑟
𝐹𝑟𝑒𝑓(𝐻𝑧)
88700000 1
= ×
7031 8
= 1576
Nilai dari biner diatas akan dikonfigurasi kembali melalui sistem BCD, yaitu
Biner Code Digital:
1 5 7 6
A3 B3 = A2 B2 C2 D2 = A1 B1 C1 D1 = A0 B0 C0 D0
1 2 = 1 2 4 8= 1 2 4 8 = 1 2 4 8
(1 0) (1 0 1 0) (1 1 1 0) (0 1 1 0)
Jadi codebiner yang digunakan untuk menampilkan frekuensi 88,7 MHz
yaitu (10 1010 1110 0110).

87
MODUL III
Hasil Percobaan Modul

Jarak Sinyal Audio Sinyal Sinus

2 Meter

Digambar dengan kertas


Digambar dengan kertas
5 Meter millimeter blok
millimeter blok

Digambar dengan kertas Digambar dengan kertas


15 Meter
millimeter blok millimeter blok

Adanya
Penghalang

Berikut ini contoh perhitungan Vpp pada sinyal sinus jarak 5 meter.

Gambar gelombang diatas terdapat nilai t/div 4µs, dan tegangannya peak to
peak sebesar 184mv. Hal ini, nilai Vpp dan t/div stabil.

88
Diketahui:
V/div = 50 mV div vertikal = 3,6 kotak
Time/div= 4 µs div horizontal = 0,6 kotak
Frekuensi = 3,846 MHz Redaman 1x
Perhitungan:
𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑥 𝑉/𝑑𝑖𝑣
= 3,6 𝑥 (50 𝑥 10−3 )
= 180 𝑥 10−3
= 180 𝑚𝑣 (Selisih 4mv terhadap perhitungan osiloskop)

t
T = div horizontal x x redaman
div
= 0,06 𝑥 4 𝑥 10−6 𝑥1
= 0,24 𝑥 10−6
= 240 𝑥 10−9
= 240 𝑛𝑠 (Selisih 20ns terhadap perhitungan osiloskop)

𝑇 = 1/𝑓
1
=
3,846 𝑥 106
= 0,26 𝑥 10−6
= 260 𝑥 10−9
= 260 𝑛𝑠 (Sesuai)

𝑓 = 1/𝑇
1
=
260 𝑥 10−9
= 0,003846 𝑥 109
= 3,846 𝑥 106
= 3,846 𝑀𝐻𝑧 (Sesuai)

Berikut ini contoh perhitungan Vpp pada sinyal audio pendek jarak 15 meter.

Gambar gelombang diatas terdapat nilai t/div 2µs, dan tegangannya peak
to peak sebesar 1,1v. Hal ini, nilai Vpp mengalami kenaikan sedangkan t/div stabil.

89
Diketahui:
V/div = 200 mV div vertikal = 5 kotak
Time/div= 2µs div horizontal = 6 kotak
Frekuensi = 79,55 KHz Redaman 1x
Perhitungan:
𝑉𝑝𝑝 = 𝑑𝑖𝑣 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑥 𝑉/𝑑𝑖𝑣
= 5 𝑥 (200 𝑥 10−3 )
= 1000 𝑥 10−3
=1
= 1𝑉 (Selisih 0,1v terhadap perhitungan osiloskop)

𝑡
𝑇 = 𝑑𝑖𝑣 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝑥 𝑟𝑒𝑑𝑎𝑚𝑎𝑛
𝑑𝑖𝑣
= 6 𝑥 2 𝑥 10−6 𝑥 1
= 12 𝑥 10−6
= 12 µ𝑠 (Selisih 0,57µs terhadap perhitungan osiloskop)

𝑇 = 1/𝑓
1
=
79,55 𝑥 103
= 0,01257𝑥 10−3
= 12,57 𝑥 10−6
= 12,57 µ𝑠 (Sesuai)

𝑓 = 1/𝑇
1
=
12,57 𝑥 10−6
= 0,07955 𝑥 106
= 79,55 𝑥 103
= 79,55 KHz (Sesuai)

MODUL IV
Percoban Modul
Atur secara bergantian input sinyal informasi di pemancar dengan 2 macam
sinyal informasi (sinyal audio pendek dan sinyal sinus) dan ubah jarak_min 2
meter, 5 meter, 15 meter. Jarak ini adalah jarak antara pemancar dan penerima
dalam hal menangkap sinyal informasi yang dipancarkan. Lakukan 3 macam

90
volume pada pemancar, yaitu volume rendah, sedang dan tinggi. Amati
gelombang yang terjadi, kemudian analisa.
Tabel Percobaan
Isi tabel percobaan berikut dengan tanda contreng (√) apabila pengiriman
sinyal berhasil diterima dan tanda silang (×) apabila pengiriman sinyal gagal.
Sesuaikan dengan percobaan yang telah dilakukan! Keterangan pada tabel : T
adalah Transmitter, dan R adalah Receiver.
SINYAL AUDIO SINYAL
NO. JARAK VOLUME PENDEK SINUS
T R T R

1. Rendah √ √ √ √

2. 2 meter Sedang √ √ √ √

3. Tinggi √ √ √ √

4. Rendah √ √ √ √

5. 5 meter Sedang √ √ √ √

6. Tinggi √ √ √ √

7. Rendah √ √ √ √

8. 15 meter Sedang √ √ √ √

9. Tinggi √ √ √ √

Berdasarkan data uji coba yang telah dilakukan oleh pemancar FM dan
penerima FM, sinyal informasi mengahsilkan uji coba yang berhasil dalam
transfer sinyal. Dan bentuk gelombangnya dapat diperhatikan pada data uji
coba berikut.

91
Berikut adalah data uji coba pada Pemancar FM.
1. Sinyal Audio Jarak 2 meter TP2 Volume Rendah

2. Sinyal Audio Jarak 2 meter TP2 Volume Sedang

3. Sinyal Audio Jarak 2 meter TP2 Volume Tinggi

4. Sinyal Sinus Jarak 2 meter TP2 Volume Rendah

92
5. Sinyal Sinus Jarak 2 meter TP2 Volume Sedang

6. Sinyal Sinus Jarak 2 meter TP2 Volume Tinggi

7. Sinyal Audio Jarak 5 meter TP2 Volume Rendah

8. Sinyal Audio Jarak 5 meter TP2 Volume Sedang

9. Sinyal Audio Jarak 5 meter TP2 Volume Tinggi

93
10. Sinyal Sinus Jarak 5 meter TP2 Volume Rendah

11. Sinyal Sinus Jarak 5 meter TP2 Volume Sedang

12. Sinyal Sinus Jarak 5 meter TP2 Volume Tinggi

13. Sinyal Audio Jarak 15 meter TP2 Volume Rendah

14. Sinyal Audio Jarak 15 meter TP2 Volume Sedang

94
15. Sinyal Audio Jarak 15 meter TP2 Volume Tinggi

16. Sinyal Sinus Jarak 15 meter TP2 Volume Rendah

17. Sinyal Sinus Jarak 15 meter TP2 Volume Sedang

18. Sinyal Sinus Jarak 15 meter TP2 Volume Tinggi

Berdasarkan gelombang sinyal audio pendek dan sinyal sinus pada uji coba
transmitter FM diatas menghasilkan bentuk gelombang sinyal yang hampir
sama, namun volume tinggi yang mempengaruhi amplitudo membuat sinyal

95
semakin rapat dan tinggi. Dapat dilihat, bahwa sinyalnya terlihat sangat rapat
karena adanya sinyal pembawa dibagian modulasi.

Berikut adalah data uji coba pada Penerima FM.


1. Sinyal Audio Jarak 2 meter TP3 Volume Rendah

2. Sinyal Audio Jarak 2 meter TP3 Volume Sedang

3. Sinyal Audio Jarak 2 meter TP3 Volume Tinggi

4. Sinyal Sinus Jarak 2 meter TP3 Volume Rendah

96
5. Sinyal Sinus Jarak 2 meter TP3 Volume Sedang

6. Sinyal SinusJarak 2 meter TP3 Volume Tinggi

7. Sinyal Audio Jarak 5 meter TP3 Volume Rendah

8. Sinyal Audio Jarak 5 meter TP3 Volume Sedang

97
9. Sinyal Audio Jarak 5 meter TP3 Volume Tinggi

10. Sinyal Sinus Jarak 5 meter TP3 Volume Rendah

11. Sinyal Sinus Jarak 5 meter TP3 Volume Sedang

12. Sinyal Sinus Jarak 5 meter TP3 Volume Tinggi

s
13. Sinyal Audio Jarak 15 meter TP3 Volume Rendah

98
14. Sinyal Audio Jarak 15 meter TP3 Volume Sedang

15. Sinyal Audio Jarak 15 meter TP3 Volume Tinggi

16. Sinyal Sinus Jarak 15 meter TP3 Volume Rendah

17. Sinyal Sinus Jarak 15 meter TP3 Volume Sedang

18. Sinyal Sinus Jarak 15 meter TP3 Volume Tinggi

99
Berdasarkan gelombang sinyal sinus dan sinyal audio pendek diatas
menghasilkan bentuk gelombang sinyal yang sama setiap sinyal informasi,
yang mana apabila volume tinggi yang mempengaruhi amplitudo juga semakin
naik sehingga membuat sinyal semakin rapat. Sinyal yang berantakan bisa
dikarenakan adanya banyaknya noise yang belum terminimalisir secara
maksimal walaupun tidak mempengaruhi keberhasilan transmisi sinyal
informasi terhadap receiver FM.

MODUL V
Tabel Pengamatan

Analisa Bentuk
Kondisi A Kondisi B
Gelombang
Screenshot Gelombang Sinyal Modulasi Screenshot Gelombang Sinyal Modulasi
Input Audio Pendek Input Sinyal Sinus Gambar disamping
merupakan gelombang
sinyal modulasi pada
input sinyal audio
pendek dan sinus,
sehingga terdapat
rapatan dikarenakan
sinyal informasi yang
ukurannya lebih kecil
dari sinyal pembawa.

Gambar disamping
Screenshot Gelombang Sinyal Demodulasi Screenshot Gelombang Sinyal Demodulasi merupakan
Input Audio Pendek Input Sinyal Sinus gelombang sinyal
demodulasi pada input
sinyal audio pendek
dan sinus yang telah
melalui proses
modulasi, yang mana
sinyal informasi
didapatkan kembali.
Dan bentuk sinyal
informasi sinus
berbentuk kotak
sedangkan suido
pendek bergelombang.

100

Anda mungkin juga menyukai