Anda di halaman 1dari 37

KAN Pd-01.

02 Revisi: 0

DAFTAR AMANDEMEN

Bagian yang Penjelasan dari Bagian


No. Tanggal direvisi yang direvisi No. Revisi

Tanggal : 22 Februari 2019 iii


Dokumen ini tidak dikendalikan jika diunduh/ Uncontrolled when downloaded
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

DAFTAR ISI

1. Pengambilan Contoh Uji Lingkungan .............................................................................. 5


1.1 Perencanaan .................................................................................................................. 5
1.2 Persiapan........................................................................................................................ 5
1.3 Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Contoh ........................................................... 7
1.4 Pengambilan Contoh Uji ................................................................................................. 7
1.5 Perlakuan Contoh Uji di Lapangan .................................................................................. 9
1.6 Pengendalian Mutu di Lapangan .................................................................................... 9
1.7 Pengangkutan Contoh Uji ............................................................................................. 12
1.8 Pelaporan Hasil............................................................................................................. 12
2. Pengelolaan Limbah Laboratorium untuk Akreditasi Laboratorium Lingkungan .............. 13
2.1 Manajemen Pengelolaan Limbah Laboratorium ............................................................ 13
2.2 Penanganan Limbah Laboratorium ............................................................................... 13
2.3 Pengolahan Limbah di Luar Laboratorium..................................................................... 16
3. Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ............................................ 17
3.1 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium .................................. 17
3.2 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium ................................ 17
3.3 Penanggulangan Tanggap Darurat ............................................................................... 23
3.4 Penanggulangan tanggap darurat bila terjadi kebakaran ............................................ 24
3.5 Identifikasi sumber-sumber kecelakaan ........................................................................ 24
3.6 Tindakan penyelamatan saat terjadi kecelakaan ......................................................... 25

Tanggal : 22 Februari 2019 iv


Dokumen ini tidak dikendalikan jika diunduh/ Uncontrolled when downloaded
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

PEDOMAN AKREDITASI LABORATORIUM


LINGKUNGAN

1. Pengambilan Contoh Uji Lingkungan


Pedoman Teknis Pengambilan contoh parameter kualitas lingkungan ini diterbitkan
sebagai penjelasan Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 06
Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan yang merupakan persyaratan tambahan
untuk akreditasi laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan.
1.1 Perencanaan
a. Laboratorium harus melakukan perencanaan pengambilan contoh lingkungan
dalam bentuk dokumen sebagaimana dalam lampiran 1.
b. Dokumen perencanaan harus dibawa ke lokasi tempat pengambilan contoh
lingkungan sehingga ketidaksesuaian yang mungkin terjadi dapat dihindari. Proses
penyusunan perencanaan pengambilan contoh lingkungan sebagaimana dalam
lampiran 2.
c. Laboratorium perlu memperoleh informasi data sekunder dalam pelaksanaan
pengambilan contoh uji parameter lingkungan. Jika tidak tersedia data sekunder,
lakukan survey lapangan dan atau pengambilan contoh pendahuluan
1.2 Persiapan
a. Personil
Pengambilan contoh lingkungan harus dilakukan oleh personil kompeten dan
memiliki pengetahuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup
serta standar pengambilan contoh uji lingkungan terkait.
b. Peralatan
1. Peralatan pengambil contoh lingkungan
a) Peralatan pengambil contoh lingkungan harus dicuci sesuai persyaratan
teknis.
b) Apabila lokasi pengambilan berbeda, lakukan pencucian peralatan
pengambilan contoh untuk menghindari kontaminasi silang.
c) Peralatan pengambil contoh lingkungan harus memenuhi persyaratan,
antara lain:
 terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh sehingga
tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh, tidak melarutkan zat-zat
kimia ke dalam contoh, serta tidak menimbulkan reaksi antara bahan
peralatan dengan contoh;
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 5 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

 mudah dicuci dari penggunaan sebelumnya;


 kapasitas atau volume peralatan sesuai dengan tujuan pengambilan
contoh;
 tidak mudah pecah atau bocor; dan
 mudah serta aman dibawa.
d) Sebelum digunakan, peralatan pengambilan contoh uji seperti gas meter,
flow rate harus dikalibrasi atau dicek untuk menetapkan ketertelusuran
dan kelaikannya. Rekaman hasil kalibrasi atau pengecekkan harus
dipelihara.
2. Peralatan ukur parameter lapangan
Sebelum digunakan, peralatan ukur lapangan seperti pH meter, DO meter,
termometer, konduktometer, dan lainlain harus dikalibrasi atau dicek untuk
menetapkan ketertelusuran dan kelaikannya. Rekaman hasil kalibrasi atau
pengecekkan harus dipelihara.
3. Peralatan pendukung
Siapkan semua peralatan pendukung seperti kotak pendingin (ice box) untuk
menyimpan dan menjaga keutuhan contoh uji.
4. Kertas saring
Pemilihan ukuran pori dan bahan kertas saring tergantung pada jenis
parameter yang akan dianalisis.
5. Wadah contoh
a) Jenis, ukuran dan cara pencucian wadah disesuaikan dengan parameter.
b) Jumlah wadah contoh uji disesuaikan dengan jumlah titik pengambilan
contoh yang tertuang dalam dokumen perencanaan pengambilan contoh
termasuk untuk keperluan pengendalian mutu di lapangan.
c) Siapkan cadangan wadah.
6. Pengawetan
Lakukan pengawetan sesuai dengan parameter yang akan dianalisis.
7. Pengendalian mutu lapangan
Pengendalian mutu lapangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pengambilan contoh.
8. Rekaman lapangan
a) Rekaman data dan kegiatan yang berhubungan dengan pengambilan
contoh yang merupakan bagian dari pengujian harus dipelihara. Contoh
rekaman data dan kegiatan pengambilan contoh sebagaimana pada
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 6 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 3 dan rangkaian pengamanan contoh (the chain of custody)


pada Lampiran 4.
b) Setiap wadah berisi contoh harus diberi identitas yang terpelihara sampai
di laboratorium.
c. Keselamatan dan kesehatan kerja
Petugas pengambil contoh lingkungan perlu melakukan:
1. Identifikasi analisis bahaya dan mendokumentasikannya saat menyusun
perencanaan kegiatan pengambilan contoh;
2. Petugas pengambil contoh lingkungan harus menggunakan peralatan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan.
3. hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk meminimalisasi bahaya saat
pengambilan contoh dilakukan,
4. antara lain petugas pengambil contoh mendapatkan pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja
1.3 Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Contoh
a. Lokasi yang menggambarkan situasi dan kondisi di sekitar pengambilan contoh
harus diketahui sebelum pengambilan contoh dilakukan.
b. Penentuan titik pengambilan contoh harus mempertimbangkan faktor-faktor teknis
sehingga dapat mewakili situasi dan kondisi lingkungan sehingga data yang
dihasilkan bersifat representatif.
c. Tentukan ordinat titik pengambilan contoh lingkungan dengan Global Positioning
System (GPS) untuk memudahkan identifikasi dan pemetaan yang benar.
d. Jumlah titik pengambilan contoh lingkungan tergantung pada:
1. tujuan pengambilan contoh;
2. situasi dan kondisi lingkungan
1.4 Pengambilan Contoh Uji
a. Jenis pengujian dan parameter uji
1. Jenis pengujian kualitas lingkungan dibedakan sesuai dengan matrik atau
media lingkungan dan parameter yang harus dianalisis disesuaikan dengan
baku mutu lingkungan dalam peraturan perundang- undangan lingkungan
hidup yang berlaku.
2. Bila parameter uji tidak tercantum pada baku mutu lingkungan maka petugas
pengambil contoh harus mengambil beberapa parameter yang merupakan
parameter yang dapat mewakili kondisi kualitas lingkungan.
3. Ukuran, jumlah dan volume contoh yang harus diambil sangat tergantung
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 7 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

kepada persyaratan dalam metode pengujian termasuk pengendalian mutu


internal dan arsip contoh (retained sample) bila diperlukan.
b. Teknik pengambilan contoh
1. Pengambilan contoh sesaat
Pengambilan contoh sesaat diambil dari titik pengambilan contoh yang
ditentukan untuk dikumpulkan ke dalam sebuah wadah pada waktu tertentu.
a) Pengambilan contoh sesaat hanya dapat dilakukan apabila kondisi lokasi
pengambilan contoh diasumsikan homogen atau konstan maupun parameter
khusus yang menurut sifat dan karakteristik harus diambil secara sesaat.
b) Apabila kondisi di lokasi pengambilan contoh heterogen atau fluktuatif, maka
pengambilan contoh sesaat dilakukan pada waktu keadaan yang berbeda
sehingga dapat mewakili kualitas yang sebenarnya dari waktu ke waktu.
c) Apabila kondisi di lokasi pengambilan contoh heterogen atau fluktuatif,
maka pengambilan contoh sesaat dilakukan pada waktu keadaan yang
berbeda sehingga dapat mewakili kualitas yang sebenarnya dari waktu ke
waktu.
2. Pengambilan contoh gabungan waktu
Pengambilan contoh gabungan waktu merupakan campuran dua atau lebih
pengambilan contoh sesaat yang diambil dari titik pengambilan contoh yang
sama pada waktu berbeda, dengan volume yang sama, untuk dikumpulkan ke
dalam sebuah wadah dan dianalisis di laboratorium.
3. Pengambilan contoh gabungan tempat
a) Pengambilan contoh gabungan tempat merupakan campuran dua atau lebih
pengambilan contoh sesaat, yang diambil dari titik pengambilan contoh yang
berbeda pada waktu sama, dengan volume yang sama, untuk dikumpulkan
ke dalam sebuah wadah dan dianalisis di laboratorium.
b) Pengambilan contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan rerata dari
beberapa titik pengambilan contoh yang berbeda pada waktu yang sama,
dengan volume yang sama di lokasi tertentu.
4. Pengambilan contoh gabungan kedalaman
Pengambilan contoh gabungan kedalaman merupakan campuran contoh yang
diambil dari titik-titik yang berbeda kedalamannya pada waktu yang relatif sama
dengan volume yang sama.
5. Pengambilan contoh terpadu (gabungan waktu dan tempat)
a) Pengambilan contoh terpadu merupakan campuran contoh yang diambil dari
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 8 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

beberapa titik dalam satu lokasi pada waktu yang berbeda, dengan volume
yang sama.
b) Hasil pengujian contoh terpadu menunjukkan rerata dari waktu dan titik yang
berbeda pada suatu lokasi tertentu.
c. Cara pengambilan contoh
Pengambilan contoh dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis
tergantung dari keperluan dan fasilitas yang ada.
1. Cara manual
Pengambilan contoh secara manual mudah diatur waktu dan tempatnya, serta
dapat menggunakan bermacam-macam alat sesuai dengan keperluannya.
Keberhasilan pengambilan contoh secara manual sangat tergantung pada
keterampilan petugas yang melaksanakannya.
2. Cara otomatis
Pengambilan contoh cara otomatis sesuai untuk pengambilan contoh gabungan
waktu dan contoh yang diambil rutin secara berulang-ulang dengan
menggunakan peralatan otomatis.
d. Penentuan frekuensi pengambilan contoh
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi pengambilan contoh yaitu
perubahan kualitas lingkungan dan waktu pengambilan contoh lingkungan. Untuk
memperoleh data yang baik maka jumlah frekuensi pengambilan contoh
lingkungan pada suatu lokasi perlu ditentukan secara sistematis.
1.5 Perlakuan Contoh Uji di Lapangan
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam perlakuan contoh di lapangan:
a. Pengujian parameter kualitas lingkungan di lapangan
Bila parameter dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan maka
pengujian harus dikerjakan di lapangan.
b. Perlakuan pendahuluan contoh
Perlakuan pendahuluan yang dilakukan terhadap contoh antara lain adalah
penyaringan, ekstraksi dan pengawetan, disesuaikan dengan tujuan dan
parameter yang di analisis.
1.6 Pengendalian Mutu di Lapangan
Pengendalian mutu di lapangan digunakan untuk mengetahui bias yang ditimbulkan
karena kontaminasi, deteriorisasi, maupun perubahan selama pengambilan contoh
hingga analisis di laboratorium. Contoh pengendalian mutu lapangan yang ditetapkan
harus diperlakukan sebagaimana contoh yang diambil dari lapangan.
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 9 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Berikut ini pengendalian mutu lapangan yang diperlukan dalam pengambilan contoh
lingkungan, penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan:
a. Blanko lapangan (field blank) disederhanakan sesuai dengan Lampiran 1 Point. 9
Blanko lapangan digunakan untuk memberikan informasi tentang keberadaan
kontaminan selama proses pengambilan contoh, penggunaan peralatan lapangan,
bahan pengawet, atau transportasi ke laboratorium. Blanko lapangan dapat dilakukan
salah satu atau lebih halhal dibawah ini, disesuaikan dengan matrik contoh uji:
1. Blanko matrik (matrix blank)
Blanko matrik adalah air bebas analit yang mempunyai matrik hampir sama dengan
contoh yang akan diambil. Dalam beberapa literatur blanko matrik disebut juga blanko
lapangan. Blanko matrik dipaparkan pada lingkungan di lokasi pengambilan contoh
untuk mengetahui kontaminasi selama proses pengambilan contoh secara
keseluruhan. Blanko matrik diawetkan dan diperlakukan sama halnya dengan contoh
yang diambil dari lapangan.
2. Blanko media (sampling media blank)
Blanko media digunakan untuk mendeteksi kontaminasi berkaitan dengan media
yang digunakan untuk pengambilan contoh di lapangan, misalnya peralatan
pengambilan contoh, wadah contoh, penyaring atau filter yang meliputi antara lain:
a) Blanko peralatan (equipment blank)
Blanko peralatan merupakan air bebas analit yang dilewatkan melalui water
sampler sesaat akan dilakukan pengambilan contoh di lapangan. Air yang telah
melewati water sampler tersebut ditampung dalam wadah contoh yang sesuai.
Blanko tersebut diberi identitas khusus dan diperlakukan sama halnya dengan
contoh.
b) Blanko wadah contoh (container blank)
Salah satu wadah contoh yang akan digunakan dalam proses pengambilan contoh
lingkungan diambil secara acak. Wadah yang telah dipilih tersebut diisi dengan air
bebas analit dan dibawa ke lokasi pengambilan contoh. Blanko wadah contoh
tersebut diperlakukan sebagaimana contoh sesungguhnya kemudian dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis seperti halnya contoh yang diambil dari lokasi
pengambilan contoh lingkungan.
c) Blanko penyaring (filter blank)
Apabila penyaringan diperlukan dalam proses analisis, maka penggunaan blanko
penyaring harus diterapkan untuk mendeteksi keberadaan kontaminasi yang
berasal dari kertas saring maupun peralatan saring. Untuk analisis air, blanko
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 10 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

penyaring merupakan air bebas analit yang dilewatkan pada filter yang telah dicuci
sesuai prosedur yang ditetapkan. Air yang telah melewati filter tersebut ditampung
pada wadah yang sesuai dan diperlakukan sebagaimana contoh yang akan
dianalisis.
3. Blanko perjalanan (trip blank or transport blank)
Blanko perjalanan diterapkan ketika contoh lingkungan yang diambil mempunyai
sifat mudah menguap. Sekurang-kurangnya satu blanko perjalanan harus disiapkan
untuk setiap jenis contoh yang mudah menguap. Blanko perjalanan merupakan air
bebas analit yang disiapkan di laboratorium. Blanko tersebut dibawa ke lokasi
pengambilan contoh, didiamkan tanpa dibuka selama pengambilan contoh dan
dibawa kembali ke laboratorium sebagaimana contoh sesungguhnya.
b. Contoh kontrol (control sample)
Contoh kontrol adalah contoh yang mempunyai media hampir sama dengan matrik
contoh yang diuji, yang diambil pada waktu bersamaan dengan pengambilan contoh di
dekat lokasi, dimana pengambilan contoh dilakukan. Lokasi pengambilan contoh
kontrol tersebut harus pada area yang diperkirakan tidak terkontaminasi oleh polutan
yang akan di uji sehingga dapat digunakan sebagai base line. Dalam hal ini, contoh
kontrol dikenal juga sebagai site blank, background sample atau matrix sample.
c. Contoh terbelah (split samples)
Contoh terbelah merupakan :
1. replika contoh yang mewakili titik pengambilan contoh pada waktu yang sama
2. diambil dari satu titik pengambilan contoh, selanjutnya dimasukkan ke dalam satu
wadah yang sesuai, kemudian dicampur sehomogen mungkin serta dibagi ke dalam
dua wadah yang telah disiapkan. Kedua contoh tersebut diawetkan (bila diperlukan)
serta mendapat perlakuan sama selama dalam perjalanan maupun preparasi dan
analisis di laboratorium.
3. Digunakan untuk pengecekan kinerja analitik khususnya penentuan presisi. Apabila
nilai presisi yang diperoleh tidak memenuhi batasan yang dapat diterima, maka
tindakan perbaikan dilakukan untuk menemukan akar penyebab masalah.
4. Jika diperlukan, pengambilan contoh dapat diulang pada titik pengambilan contoh
tersebut.
d. Contoh duplikat lapangan (field duplicate sample)
Contoh duplikat lapangan digunakan untuk pengecekan presisi secara keseluruhan
proses pengambilan contoh dan analisis di laboratorium. Contoh duplikat merupakan
contoh independen yang diambil pada waktu yang hampir sama dari titik pengambilan
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 11 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

contoh yang sama.


1.7 Pengangkutan Contoh Uji
a. Label contoh dan catatan lapangan
Wadah contoh harus diberi label yang berisi keterangan sekurangkurangnya
sebagai berikut: jenis contoh, titik pengambilan contoh, tanggal, waktu, dan
parameter.
b. Pengepakan dan pengangkutan contoh
Setiap contoh yang telah dimasukkan kedalam wadah sebelum diangkut ke
laboratorium harus diberi label terlebih dahulu untuk menghindari tertukarnya
contoh. Botol-botol contoh ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam kotak yang
telah dirancang khusus sehingga contoh tidak pecah atau tumpah selama
pengangkutan dari lapangan ke laboratorium.
1.8 Pelaporan Hasil
Sertifikat hasil uji yang diterbitkan oleh laboratorium lingkungan harus mencantumkan
informasi tambahan tentang ketertelusuran pengambilan contoh uji baik yg dilakukan
oleh laboratorium atau costumer. Informasi tambahan yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
a. tanggal pengambilan sampel;
b. identifikasi yang tidak meragukan dari substansi, bahan, atau produk yang
dijadikan sampel (termasuk nama manufaktur, tipe atau model penandaan dan
nomor sari sebagaimana layaknya);
c. lokasi pengambilan sampel, termasuk diagram, sketsa, atau foto apapun;
d. suatu acuan pada rencana pengambilan sampel dan prosedur yang digunakan;
e. rincian dari kondisi lingkungan selama pengambilan sampel yang dapat
mempengaruhi interpretasi hasil pengujian;
f. standar atau spesifikasi lainnya untuk metode atau prosedur pengambilan sampel,
dan penyimpangan, penambahan pada atau pengecualian dari spesifikasi yang
dimaksud.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 12 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

2. Pengelolaan Limbah Laboratorium untuk Akreditasi Laboratorium Lingkungan


Pedoman teknis ini diterbitkan sebagai penjelasan Lampiran I Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No.06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan yang
merupakan persyaratan tambahan untuk akreditasi laboratorium pengujian parameter
kualitas lingkungan. Pedoman ini dimaksudkan sebagai panduan alternatif bagi
laboratorium lingkungan agar dapat mengelola limbah yang dihasilkannya dan
membuang ke lingkungan dalam kondisi aman.
2.1 Manajemen Pengelolaan Limbah Laboratorium
a. Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan limbah serta
menjamin komitmen terhadap penerapannya.
b. Laboratorium memiliki kebijakan untuk minimalisasi limbah sebelum
menghasilkan dan mengolah limbah
c. Menetapkan personil yang bertanggungjawab terhadap penerapan prosedur
pengelolaan limbah.
d. Menetapkan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas prosedur
pengelolaan limbah.
e. Melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan limbah.
2.2 Penanganan Limbah Laboratorium
a. Minimalisasi Limbah
Program minimalisasi limbah yang dapat diterapkan di laboratorium antara lain:
1. Pengelolaan bahan kimia
Pengelolaan bahan kimia dapat dilakukan:
a) mulai dari pemilihan pemasok yang tepat. Jika perlu dapat mencari
pemasok yang mau menerima bahan kadaluwarsa;
b) pembelian yang tidak berlebihan sehingga tidak menyimpan bahan
kadaluwarsa, atau pembelian yang terpusat;
c) penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristiknya;
d) pelabelan yang benar dan jelas, tahan air dan permanen;
e) penyimpanan di tempat yang aman dan temperatur yang sesuai;
f) pengecekan secara periodik di ruang penyimpanan, terhadap kerusakan
atau tumpahan bahan kimia;
g) pengambilan bahan kimia dari ruang penyimpanan dengan sistem FIFO
(first in first out);
h) pembuatan reagent sesuai kebutuhan dan pelabelannya.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 13 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

2. Memiliki perencanaan dalam program pengambilan contoh uji (sampling),


sehingga contoh uji yang diambil tidak berlebihan, tapi cukup mewakili sesuai
dengan tujuannya;
3. Pemilihan metode menggunakan bahan yang ramah lingkungan;
4. Pemilihan peralatan yang tepat dalam preparasi dan analisis, yang bisa
menggunakan bahan kimia yang sedikit dan meminimalisasi jumlah limbah;
5. Recovery (daur ulang) atau reuse (penggunaan kembali) bahan kimia,
misalnya: 1) mencari perusahaan atau laboratorium yang bisa memanfaatkan
bahan kimia; 2) recovery solven; 3) recovery logam; 4) penggunaan kembali air
pendingin destilasi;
6. Pelatihan personil;
7. Tata kelola yang apik (good housekeeping);
b. Pengelolaan Limbah di Laboratorium
1. Pengumpulan
a) Pengumpulan limbah dibagi dalam beberapa kategori. Contoh kategori
yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
b) Kontainer atau wadah limbah harus diberi label.
2. Transportasi
Pengangkutan/pemindahan wadah di laboratorium pengujian ke ruang
penyimpanan apabila sudah terisi 75% volume wadah kemudian diganti
dengan wadah yang baru dengan diberi nomor urut berikutnya.
3. Penyimpanan
Jika limbah belum dapat diolah dengan segera, maka dilakukan penyimpanan
dan pengemasan yang sesuai dengan prosedur penyimpanan limbah B3
berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Kep01/BAPEDAL/09/1995, tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
a) Syarat penyimpanan limbah:
o Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak rusak;
o Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah;
o Maksimum kapasitas wadah 25L;
o Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;
o Diberi simbol sesuai dengan karakteristiknya;
o Memiliki penutup yang kuat saat dilakukan pemindahan atau
pengangkutan.
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 14 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

b) Persyaratan ruangan penyimpanan limbah:


o memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan sesuai dengan
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan;
o terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun
tidak;
o dibuat tanpa plafon, memiliki penghawaan yang memadai untuk
mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan,
serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya
burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;
o memiliki sistem penerangan yang memadai untuk pergudangan atau
inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, sakelar harus terpasang di
sisi luar bangunan;
o pada bagian luar tempat penyimpanan diberi simbol sesuai dengan
yang berlaku;
o lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.
c) Persyaratan lain
Persyaratan alat lain yang harus ada di sekitar ruang penyimpanan
adalah shower, alarm dan pemadam kebakaran
4. Pengolahan
Berbagai cara pengolahan limbah dapat dilakukan setelah pemisahan seperti:
a) Pengolahan limbah secara fisika.
Proses ini antara lain: sedimentasi, floatasi, absorbsi, penyaringan
(screening).
b) Pengolahan limbah secara kimia.
Proses ini antara lain: koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi,
ozonisasi, dan lain-lain.
c) Pengolahan limbah secara biologi.
Proses ini antara lain: aerobik, anaerobik, fakultatif.
5. Pembuangan
a) sebelum dibuang ke lingkungan, laboratorium harus memastikan bahwa
limbah laboratorium telah aman dibuang ke lingkungan melalui hasil
pengujian dan dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan
perundangan lingkungan hidup yang berlaku;
b) jika diperlukan, bisa dilakukan insinerasi terhadap limbah yang ada dengan
memenuhi persyaratan perundangan lingkungan hidup yang berlaku;
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 15 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

c) Setiap pembuangan limbah harus direkam dan dipelihara.

2.3 Pengolahan Limbah di Luar Laboratorium


Apabila laboratorium tidak sanggup melakukan pengolahan limbah, maka limbah dapat
dibawa ke perusahaan pengolah limbah, melalui tahapan pengumpulan, penyimpanan,
pengemasan serta pengangkutan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 16 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

3. Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Akreditasi


Laboratorium Lingkungan
Pedoman Teknis K3 ini diterbitkan sebagai penjelasan Lampiran I Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan yang
merupakan persyaratan tambahan untuk akreditasi laboratorium pengujian parameter
kualitas lingkungan.
3.1 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium
a. Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur K3 serta menjamin komitmen
terhadap penerapannya.
b. Menetapkan personil yang bertanggungjawab terhadap penerapan K3.
c. Menetapkan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas K3, simulasi
kecelakaan kerja dengan periode tertentu, pelatihan K3, pemeriksaan kesehatan
terhadap tenaga kerja laboratorium secara rutin dan sebagainya.
d. Melakukan evaluasi penerapan K3.
e. Memelihara rekaman kegiatan K3, antara lain laporan kecelakaan kerja, hasil
evaluasi penerapan dan sebagainya.
3.2 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium
a. Informasi dan Komunikasi K3
Laboratorium harus mempunyai sistem informasi dan komunikasi K3
kepada semua personil laboratorium.
1. Informasi bahaya
a) Lembar data keamanan bahan-bahan kimia (LDKB) atau Material Safety
Data Sheet (MSDS) ataupun dalam bentuk lain yang lebih praktis seperti
poster dari produsen bahan kimia atau label karakteristik bahan, yang
berfungsi sebagai informasi acuan untuk menangani langsung dan
mengelola bahan kimia berbahaya di laboratorium.
b) Contoh informasi rangking bahaya tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi ranking bahaya dengan skala 0 - 4 yang terdapat pada label bahaya

Ranking Bahaya Kesehatan Bahaya Kebakaran Bahaya Reaktivitas

Penyebab kematian, cedera fatal Segera menguap dalam keadaan Mudah meledak atau
4 meskipun ada pertolongan. normal dan dapat terbakar secara diledakkan, sensitif terhadap
cepat panas dan menarik.
Berakibat serius pada keterpaan singkat, Cair atau padat dapat dinyalakan Mudah meledak tetapi memerlukan
3
meskipun ada pertolongan pada suhu biasa penyebab panas dan tumbukan kuat.
Keterpaan intensif dan terus menerus Perlu sedikit ada pemanasan
2 berakibat serius, kecuali ada sebelum bahan dapat dibakar Mudah meledak tetapi memerlukan
pertolongan penyebab panas dan tumbukan kuat.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 17 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Penyebab iritasi atau cedera ringan Dapat dibakar tetapi memerlukan Stabil pada suhu normal, tetapi tidak
1 pemanasan terlebih dahulu meledak
Tidak berbahaya bagi kesehatan Bahan tidak dapat dibakar sama Stabil, tidak reaktif, meskipun
0 meskipun kena panas sekali kena panas atau suhu tinggi.

2. Komunikasi bahaya
a) Memasang sensor bahaya atau alarm di lokasi yang mudah menimbulkan
kebakaran.
b) Memasang simbol lokasi-lokasi tertentu yang berkaitan dengan bahan kimia
beracun dan berbahaya.
c) Contoh komunikasi bahaya karakteristik bahan dan simbol yang terdapat
pada label yang berkaitan dengan K3, seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik bahan dan symbol yang terdapat pada label yang
berkaitan dengan K3

Karakteristik Bahan Simbol

Bahan mudah meledak atau


Exsplosive substances
Bahan mudah teroksidasi atau
Oxidzing substances
Bahan mudah menyebabkan korosif
Bahan mudah terbakar atau
Flammable substances
Bahan yang tidak boleh dibuang ke
lingkungan
Bahanbahan berbahaya atau Harmful
substances
Bahanbahan bersifat insfeksi atau
Infectious substances
Bahanbahan bersifat korosif atau
Corrosive substances
b. Peraturan umum bekerja di laboratorium
Laboratorium harus mempunyai peraturan umum bekerja di laboratorium untuk
menghindari kecelakaan kerja. Seperti larangan makan, minum, merokok, tidur di
laboratorium dan memasak terutama yang menggunakan peralatan-peralatan
laboratorium.
c. Fasilitas yang harus tersedia di laboratorium
1. Safety shower

Persyaratan safety shower, antara lain:


a) Memiliki kualitas air sama dengan standar air bersih;
b) Safety shower harus dapat dipastikan beroperasi dan mempunyai aliran air
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 18 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

yang konstan dan memadai;


c) Letak safety shower harus mudah dijangkau dari setiap titik di laboratorium;
2. Bak cuci
Laboratorium harus mempunyai bak cuci, selain digunakan untuk mencuci
peralatan gelas laboratorium dapat juga digunakan ketika pekerja laboratorium
terkena bahan kimia pada kulitnya.
3. Fumehoods/cungkup uap atau lemari asam

Gambar 3. Contoh gambar fumehoods/lemari asam


Persyaratan Fumehoods /cungkup uap atau lemari asam, antara lain:
a) Bersih di bagian dalamnya;
b) Saluran gas harus tahan panas;
c) Pastikan fungsi pintu tipe vertikal tidak mudah jatuh;
d) Pada kondisi tertutup semua bagian berfungsi;
e) Sesuai dengan spesifikasi sifat bahan kimia yang digunakan (organik atau
anorganik).
4. Eye wash

Gambar 4. Contoh gambar eye wash

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 19 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Persyaratan eye wash, antara lain:


a) Eye wash harus dipastikan dapat beroperasi dan mempunyai aliran air yang
konstan dan memadai
b) Dapat diatur sehingga tepat dengan posisi mata;
c) Kualitas air sama dengan kualitas air bersih dan wadah air dalam eye wash
harus bersih,
CATATAN dapat menggunakan eyewash yang portabel
5. Perlengkapan kerja
Perlengkapan kerja dipakai sesuai dengan bahan kimia yang digunakan
seperti, baju kerja (jas laboratorium), kaca mata pengaman, sepatu tertutup,
sarung tangan dan masker ketika melaksanakan pengujian,
6. Exhaust-fan
Exhaust-fan disarankan digunakan pada ruangan tertentu seperti ruang
preparasi atau pada ruang penyimpanan bahan kimia.
7. Pemadam kebakaran
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah suatu peralatan pemadam
kebakaran yang berisi media pemadam kebakaran yang dikeluarkan melalui
tekanan dari dalam tabung melalui pompa tangan yang tersedia. Alat
pemadam kebakaran ini dapat dibawa dan dijinjing serta dapat dioperasikan
oleh satu oranG. Bahan atau media pengisi APAR terbagi atas 3 jenis, yaitu:
a) jenis padat: dry powder chemical
b) jenis cair: foam atau busa
c) jenis gas: CO2 , N2
Cara megguakan alat pemadam kebakaran sebagai berikut:
a) Gunakan dalam bentuk semburan;
b) Jangan disemprotkan secara langsung ke sumber kebakaran;
c) Segera isi ulang setelah dipakai meskipun belum benarbenar kosong;
d) Penggunaan APAR disesuaikan bahanbahan penyebab kebakaran
penggolongan jenis kebakaran: Penggolongan jenis kebakaran terbagi atas
beberapa kelas, yaitu kelas A, B, C, dan D. Penggolongan ini didasarkan
pada jenis seperti pada tabel 5.
e) Alat bantu pemadam kebakaran lainnya adalah karung/goni basah, pasir
dan baju tahan api.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 20 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Tabel 5. Penggolongan dan jenis kebakaran


No Kelas Jenis kebakaran

1 A Kebakaran karena bahan solid/padat, material organik (kayu, kertas, kain, plastik dan bahan lain yang sejenis)

2 B Kebakaran karena cairan atau (alkohol, minyak, parafin, dan sebagainya)


3 C
Kebakaran karena gas yang mudah terbakar (hidrogen, methane, acetylenen, dan sebagainya)
4 D
Kebakaran karena logam (aluminium, sodium, potasium, magnesium dan sebagainya)
5 E Kebakaran karena instalasi bertegangan (listrik)
Sumber: PT. Merck Indonesia

8. Alarm
9. Petunjuk arah keluar ruangan laboratorium dengan warna hijau
Merupakan tanda yang dapat memberikan informasi bagi pekerja laboratorium
untuk keluar ruangan dengan aman dan selamat ketika ada bahaya di
laboratorium

Gambar 5. Tanda menuju pintu keluar


10. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Obat-obatan minimal yang wajib ada di laboratorium diantaranya obat luka
bakar, plester luka, kapas, antiseptik kain kasa dll.
d. Penyimpan bahan kimia
Bahan kimia harus disimpan sesuai dengan karakteristik masing-masing bahan

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 21 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

kimia. Penyimpanan bahan kimia secara umum seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Penyimpanan bahan kimia secara umum


No Karakter Syarat penyimpanan

1 Bahan Mudah Terbakar 1. Suhu ruangan dingin (< 21°C) dan berventilasi.
2. Jauhkan dari sumber api dan sumber panas, t
3. Tersedia alat pemadam kebakaran.
2 Bahan mudah meledak o Suhu ruangan dingin dan berventilasi
o Jauhkan dari panas api
o Hindarkan dari gesekan/tumbukkan mekanis
3 Bahan oksidator 1. Suhu ruangan dingin dan berventilasi
2. Jauhkan dari sumber api dan panas
3. Jauhkan dari bahanbahan cairan mudah terbakar/reduktor
terutama yang mempunyai flash point rendah

4 Bahan reaktif terhadap 1. Suhu ruangan dingin dan berventilasi


asam 2. Jauhkan dari sumber api dan panas
3. Ruangan penyimpanan perlu didisain disesuaikan dengan bahan
reaktif yang disimpan
5 Bahan reaktif terhadap
air 1. Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi
2. Jauhkan dari sumber nyala api/panas
3. Ruang penyimpanan harus kedap air
4. Sediakan pemadam kebakaran tanpa air
5. Penyimpanan harus diatas permukaan tanah
6 Gas bertekanan o Tabung gas disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
o Diluar ruangan dan tidak terkena langsung sinar matahari atau di
dalam ruangan dengan ventilasi yang baik dan terpisah dari ruang
kerja
o Jauhkan dari sumber api atau panas
o Jauhkan dari bahan korosif
7 Bahan beracun 1. Suhu ruangan dingin dan berventilasi
2. Jauhkan dari bahaya kebakaran
3. Dipisahkan dari bahanbahan yang mungkin bereaksi
4. Sediakan alat pelindung diri, APD (jas laboratorium, masker &
8 Bahan Korosif o Suhu ruangan dingin dan berventilasi
gloves)
o Wadah bertutup
o Dipisahkan dari zatzart beracun
o Sediakan alat pelindung diri, APD (jas laboratorium, masker &
gloves)

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 22 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Tabel 4. Penggabungan dalam penyimpanan bahan kimia

3.3 Penanggulangan Tanggap Darurat


Apabila terjadi suatu kecelakaan, maka hal utama yang harus dilakukan adalah tetap
tenang, lakukan pertolongan pertama untuk kecelakaan terkena bahan kimia dengan
segera dan langsung menghubungi penanggung jawab K3. Dan bila terjadi kebakaran
maka lakukan tindakan pencegahan kebakaran dan segera menghubungi penanggung
jawab K3.
Penanggulangan tanggap darurat bila terkena bahan kimia
a. Jangan panik;
b. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda
c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 23 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

mengalami langsung dengan air apabila memungkinkan)


d. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar;
e. Bawa ke tempat yang cukup oksigen;
f. Hubungi paramedik secepatnya (dokter, rumah sakit) atau melalui telepon darurat.
3.4 Penanggulangan tanggap darurat bila terjadi kebakaran
a. Jangan panik:
b. Ambil alat pemadam kebakaran yang disesuaikan dengan jenis kebakaran, mulai
dari karung/goni basah atau tabung gas CO2 apabila api masih mungkin
dipadamkan.
c. Beritahu teman terdekat anda dan lainnya melalui telepon internal atau handy talky
d. Bunyikan alarm kebakaran
e. Hindari menggunakan lift;
f. Hindari menghirup asap secara langsung;
g. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci);
h. Hubungi pemadan kebakaran, polisi dll dengan menyebutkan nama , divisi, alamat
gedung, ruangan tempat kejadian dan jenis bahaya kebakaran yang terjadi.
3.5 Identifikasi sumber-sumber kecelakaan
Sumbersumber kecelakaan di laboratorium dimungkinkan berasal dari, antara lain :
a. bahaya bahan kimia beberapa bahan kimia di laboratorium yang dapat
menimbulkan bahaya antara lain :
1. asam kuat (misalnya H2SO4 (p), HCl (p), HNO3 (p), basa kuat (misalnya NaOH,
KOH) dapat menyebabkan iritasi kulit;
2. pelarut organik dapat menyebabkan terjadinya keracunan, iritasi tenggorokan
dan saluran pernafasan.
b. bahaya kecelakaan peralatan kecelakaan yang terjadi dapat berupa;
1. luka terkena pecahan alat gelas saat jatuh ke lantai;
2. terkena sengatan listrik pada kabel peralatan instrumen yang terkelupas.
c. bahaya kebakaran kebakaran di laboratorium dapat terjadi karena disebabkan
oleh terjadinya hubungan singkat pada instansi list rik dan adanya zat-zat yang
mudah terbakar seperti alkohol, toluene, aseton dan lainlain;
d. bahaya lain bahaya lain dapat terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri,
seperti: bahaya saat menggunakan peralatan yang runcing/tajam, terpeleset
karena licin, dan lain-lain.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 24 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

3.6 Tindakan penyelamatan saat terjadi kecelakaan


a. Luka karena barang tajam atau pecahan gelas
1. bersihkan luka dari debu dan kotoran;
2. cuci dengan alkohol dan keringkan;
3. beri larutan yodium tincture atau sejenisnya;
4. apabila terjadi luka yang lebih serius maka usahakan pencegahan pendarahan
lebih lanjut dan segera bawa ke rumah sakit terdekat.
b. Kecelakaan karena bahan kimia
luka karena asamasam keras seperti : H2SO4 (p), HCl (p), dan asam asetat glasial,
tindakan penyelamatan adalah :
1. siram dengan air mengalir;
2. siram dengan larutan soda kue (NaHCO3) 5%;

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 25 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

DAFTAR PUSTAKA

American Society for Testing and materials, ASTM D4515-85,(2001), “Standar Partice for
Estimation of Holding Time for water Samples Containing Organic Constituents”,
Philadelphia, PA, USA;

Barcelona, Michael J., 1988, “Overview of the Sampling Process”, in Principles of


Environmental sampling, Editor by Lawrence H. Keith, ACS Professional reference Book,
American Chemical Society, USA;

Bartam, Jamie and Richard Balance, editor, 1996, “Water Quality Monitoring – a practical
guide to the desaign and implementation of fresh water quality studies and monitoring
programmes”, published on behalf of UNEP, WHO, TJ Press Ltd, Cornwall;

Bourke, John B; Spittler, Terry D; and Young, Susan J, 1988, “Sample Size Relation to
Analytical Quality Assurance and Quality Control Requirements”, in Principles of
Environmental Sampling, Editor by Lawrence H. Keith, ACS Professional reference Book,
American Chemical Society, USA;

Cowgill, U.M., 1988, “Sampling Waters the Impact of Sample Variability on Planning and
Confidence Levels” in Principles of Environmental sampling, Editor by Lawrence H. Keith,
ACS Professional reference Book, American Chemical Society, USA;
Csuros, Maria, 1994, “Environmental Sampling and Analysis for Technicians”, Lewis
Publishers, USA; Dick, Elie M., 1994, “Water and Wastewater Sampling for Environmental
Analysis” in Environmental
Sampling for Trace Analysis, Editor by Bern Market, VCH Publisher, Germany;

Hadi, Anwar, 2005, “Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025: 2005 – Persyaratan
Umum Kompetensi LaboratoriumPengujian dan Laboratorium Kalibrasi”, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Hadi, Anwar, 2005, “Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan”, PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta

Hoffmann, Peter, 1994, “General Aspek of Environmental Sampling” in Environmental


Sampling for Trace Analysis, Editor by Bern Market, VCH Publisher, Germany;

Hutagalung, Horas P., “Penyaringan Contoh Air Laut”, 1997, dalam Metode Analisis Air Laut,
Sedimen dan Biota – Buku 2, Editor Horas P. Hutagalung, Deddy setiapermana, S Hadi
Riyono, Pusat Litbang Oseanologi, LIPI, Jakarta;

Hutagalung, Horas P., Pengambilan dan Pengawetan Contoh Air Laut, 1997, dalam Metode
Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota – Buku 2, Editor Horas P. Hutagalung, Deddy
setiapermana, S Hadi Riyono, Pusat Litbang Oseanologi, LIPI, Jakarta;

Keith, Lawrence H., 1990, “Environmental Sampling and Analysis : A Practical Guide”, Lewis
Publishers, USA;

Klapper, H., Rast, W., and Uhlmann, D., 1994, “Guidelines for Sampling freshwater for
Eutrophication Management Prgograms”, in Environmental Sampling for Trace Analysis,
Editor by Bern Market, VCH Publisher, Germany;
Tanggal terbit: 22 Februari 2019 26 dari 38
KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lewis, David. L., 1988, “Assessing and Contolling Sample Contamination”, in Principles of
Environmental sampling, Editor by Lawrence H. Keith, ACS Professional reference Book,
American Chemical Society, USA;

Parr, Jerry; Ballinger, Mark; Callaway, Owen; and Carlberg, Kathy, 1988, “Preservation
Techniques for Organic and Inorganic Compounds in Water Samples”, in Principles of
Environmental sampling, Editor by Lawrence H. Keith, ACS Professional reference Book,
American Chemical Society, USA;
Rump, hans Hermann & Krist, Helmut, 1992, “Laboratory Manual for the Examination of
Water, Wastewater and Soil”, VCH Publisher, Germany;

Schenk, Volker, 1994, “Sampling of Groundwater for General Quality Monitoring”, in


Environmental Sampling for Trace Analysis, Editor by Bern Market, VCH Publisher,
Germany;

Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 1060B. Collection of
samples, 2004, 21th edition, American Public Health Association, American Water Works
Association, Water Pollution Control Federation, Washingthon, D.C

SNI 03-7016-2004, Standar Nasional Indonesia, Tata cara pengambilan sampel dalam
rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai ICS 13.060.45 Badan
Standardisasi Nasional

WMO, 1988, “Manual on Water Quality Monitoring : Planning and Implementation of


Sampling and Field Testing, Operational Hydrology”, Report No. 27, World Meterorological
Organization, Geneva, in Water Quality Monitoring – a practical guide to the desaign and
implementation of fresh water quality studies and monitoring programmes, edited by Jamie
bartam and Richard Balance, 1996, published on behalf of UNEP, WHO, TJ Press Ltd,
Cornwall.

Situs www.chemdat.merck.de. Safety in the lab. Desember 2006

Djulia Onggo, Ph.D. ”Keselamatan Kerja Di Laboratorium” Situs www.Chem.itb.ac.id/safety/.


November 2006.

Bahan Diklat Calon Ahli K3 Kimia, Hotel Harris, Jakarta 13 Juni 2006.

American Public Health Association (APHA), American Water Works Association (AWWA),
and Water Enviroment Federation (WEF). (2005). Standard Methods Examination of Water
and Wastewater (23st edition). Washington DC.

Standar Nasional Indonesia, SNI 19-0232-2005, Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di
udara tempat kerja, ICS 13.040.30, Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Standar Nasional Indonesia, SNI 16-7063-2004, Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja
(panas), kebisingan, getaran tanganlengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja,
Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Undangundang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal


86.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 27 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

GREEN COMPANY “Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(LK3)”., Penerbit PT. Astra International Tbk, Jakarta 2002.

Fundamentals of Laboratory Safety. Published by Merck Kga.A. Germany 2001.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per 13/MEN/X/2011 tentang Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996. Tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Standar Nasional Indonesia, SNI 19-3994-1995, Pedoman Keselamatan dan Kesehatan


Kerja pada pertolongan pertama pada kecelakaan.

Standar Nasional Indonesia, SNI 19-1957-1990, Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja,


ICS 13.100, Badan Standardisasi Nasional, BSN.

Standar Nasional Indonesia 19-0229-1987 ”Keselamatan Kerja Pekerjaan Di Dalam


Ruangan Tertutup”, Dewan Standardisasi Nasional, DSN.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.02/MEN/1980 Tentang


Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

Undang undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 28 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 1
CONTOH

Dokumen Perencanaan Pengambilan Contoh Lingkungan

1. Tujuan Pengambilan Contoh


1.1 Pengumpulan data rona awal lingkungan
1.2 Pemantauan lingkungan
1.3 Pengawasan/penegakan hukum lingkungan
1.4 Penelitian di bidang lingkungan

2. Bidang Pengujian Kualitas Lingkungan dan Parameter yang Diuji


2.1 Air, sebutkan parameter
2.2 Udara, sebutkan parameter
2.3 Sedimen, sebutkan parameter
2.4 Biologi, sebutkan parameter
2.5 lainlain (...............................), sebutkan parameter

3. Administrasi Pengambilan Contoh


3.1 Tanggal pengambilan contoh
3.2 Nama petugas pengambil contoh
3.3 Surat tugas dan/atau surat pengantar untuk memasuki suatu pabrik atau daerah
tertentu
3.4 Dokumentasi
3.4.1 Daftar periksa persiapan pengambilan contoh
3.4.2 Formulir rekaman data pengambilan contoh termasuk rincian kondisi
lingkungan selama pengambilan contoh yang dapat mempengaruhi
interpretasi hasil pengujian
3.4.3 Laporan pengambilan contoh

4. Peralatan Pengambilan Contoh


4.1 Peralatan utama, lampirkan
4.2 Peralatan pendukung, lampirkan
4.3 Peralatan kesehatan dan keselamatan kerja, lampirkan
4.4 Kalibrasi/pemeriksaan unjuk kerja peralatan
4.5 Pencucian peralatan

5. Wadah Contoh
5.1 Jumlah wadah contoh yang diperlukan, sebutkan
5.2 Jumlah wadah blanko yang diperlukan, sebutkan
5.3 Jenis wadah, sebutkan
5.4 Ukuran wadah, sebutkan
5.5 Pencucian wadah, sebutkan

6. Jumlah dan Perlakuan Contoh (Contoh uji)


6.1 Jumlah contoh yang harus diambil, sebutkan
6.2 Ukuran contoh, sebutkan (mg, mL, m3, dll)
6.3 Perlakukan contoh, sebutkan (pengawetan kimiawi, fisika, dll)

7. Prosedur Pengambilan Contoh


7.1 Frekuensi pengambilan contoh, sebutkan

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 29 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

7.2 Waktu pengambilan contoh, sebutkan


7.3 Lokasi pengambilan contoh, sebutkan (diagram, sketsa atau foto)
7.4 Titik pengambilan contoh, sebutkan (diagram, sketsa, foto atau koordinat)
7.5 Acuan metode pengambilan contoh yang digunakan, sebutkan

8. Teknik Pengambilan Contoh


8.1 Sesaat
8.2 Gabungan waktu
8.3 Gabungan tempat
8.4 Gabungan kedalaman
8.5 Terpadu
8.6 Berkelanjutan
8.7 Khusus (berdasarkan ketersediaan contoh uji)

9. Jaminan Mutu dan Pengendalian Mutu


9.1 Penggunaan blanko
9.2 Blanko peralatan
9.3 Blanko wadah contoh
9.4 Blanko penyaringan
9.5 Blanko perjalanan
9.6 Blanko lapangan
9.7 Duplicate sample
9.8 Split sample

10. Pengamanan Contoh


10.1 Identifikasi/pengkodean contoh
10.2 Pengemasan contoh
10.3 Penyegelan wadah contoh
10.4 Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium
10.5 Tindakan perbaikan selama transportasi ke laboratorium, jika ada ketidaksesuaian
10.6 Penyimpanan contoh uji di laboratorium

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 30 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 2

Proses penyusunan perencanaan pengambilan contoh uji lingkungan

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 31 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 3
CONTOH
Rekaman Data Pengambilan Contoh Lingkungan

1 Nama petugas pengambil contoh :


2 Tanggal pengambilan contoh :
3 Jam pengambilan contoh : ………. sampai ……..
4 Lokasi pengambilan contoh :
5 Jenis dan uraian contoh :
6 Tipe contoh :

Gabungan waktu Gabungan tempat Sesaat


1) interval waktu :
2) volume subsample :
3) total waktu yang dibutuhkan :
4) contoh tidak diambil pada jam :

alasan :

7 Acuan metode pengambilan contoh :


8 Titik pengambilan contoh :

No. urut Titik pengambilan contoh (bila Diagram/sketsa/foto lokasi


diperlukan gunakan ordinat) pengambilan contoh
...dari
… ...dari
… ...dari
… ……..
…….
…….
…….
…….
……. Dst
Rincian dari kondisi lingkungan selama Hasil pengukuran parameter lapangan :
pengambilan contoh yang dapat mempengaruhi
interpretasi hasil pengujian :

…………,……………. Petugas pengambil contoh,

(………………………….)

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 32 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 4
CONTOH
Rangkaian Pengamanan Contoh

No. Urut No. kode Jenis Wadah Volume Tipe Pengawetan Batas Maks. Parameter Metode
Lab Contoh Contoh Waktu
Simpan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
… dari.
…..dari
…..dari. ....
……
……….
……….
……….
……… dst

Catatan : abnormalitas atau penyimpangan dari kondisi normal, jika diperlukan

Diserahkan oleh petugas pengambil contoh Diserahkan oleh petugas penerima contoh laboratorium Diserahkan oleh penyelia laboratorium Tanggal :
Tanggal : Jam : Paraf : 1 Tanggal : Jam : Paraf : 3 Jam : Paraf : 5

Diterima oleh petugas penerima contoh Diterima oleh penyelia laboratorium Tanggal : Jam : Diterima oleh analis laboratorium Tanggal : Jam :
laboratorium Tanggal : Jam : Paraf : 2 Paraf : 4 Paraf : 6

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 33 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 5
Contoh Kategori Limbah

Kategori A (Pelarut organik)

Kategori Komponen Catatan

Aa : 4. Hidrokarbon Alifatis : • Petroleum o Tulis “MUDAH


Pelarut organik Ether, hexane, Heptane, Octane, dan TERBAKAR” dalam
dan mudah sejenisnya • Acetal, Alkohol, Acetone, Label
terbakar Methyl Ethyl Keton, Acetic Ester dan o Hindarkan kontak
sejenisnya dengan sinar matahari
5. Senyawa alifatis yang mengandung
Nitrogen: Acetonitril dan sejenisnya
6. Hidrokarbon Aromatis : benzen,
toluene, xylene, styrene, dan
sejenisnya 4. Senyawa Aromatis
yang mengandung Nitrogen: pyridine
dan sejenisnya
5. Lainlain: Pelarut organik yang
mengandung Sulfur, Crude, dan
sejenisnya.
Ab : 4. Senyawa Alifatis yang mengandung ο Konsentrasi halogen >
Pelarut organik halogen: Chloroform, methyl chloride, 5%
yang dichloromethane, carbon
mengandung tetrachloride, methyl bromide, methyl
halogen Iodide, dan senyenisnya.
5. Senyawa Aromatis yang
mengandung Halogen:
Chlorobenzene, Benzyl Chloride, dan
sejenisnya
4. Mengandung logam berat dan pelarut
Ac : organik > 5%
Pelarut organik 5. Pelarut Organik dari senyawa chelate
yang logam berat : MIBK + DDTC + heavy
mengandung metal, Chlroform + dithizone + heavy
logam berat metal, Butyl Acetate + DDTC + heavy
metal.
Ad : 6. Secondary petroleum : Kerosin, o Tulis pH dan semua
Minyak minyak mineral, minyak lampu, dan komponen dalam form
sejenisnya o Tulis “MUDAH
7. Tertiary petroleum : heavy oil, TERBAKAR” dalam
creosote oil, spindle oil, turbine, Label
transformer oil, dan sejenisnya. o Hindarkan kontak
8. Tertiary Petroleum : gear oil, motor dengan sinar matahari
oil, dan sejenisnya o Hindarkan dari PCB
9. Minyak dari tananman dan hewan

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 34 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Kategori Komponen Catatan

5. Air limbah yang mengandung sedikit ο Tulis pH dan semua


Ae :
hidrokarbon komponen dalam form.
Combustible
6. Air limbah yang mengandung sedikit
resistant organic
halogen (<5%)
water
7. Senyawa organik yang lain

Kategori B ( Cyanida )

Kategori Komponen Catatan

Ba : Cyanida Bebas: Natrium Cyanida,


Cyanida anorganik kalium Cyanida, dan sejenisnya (kalau
mengandung bahan organik, masukkan 5. Tulis pH dan semua
dalam wadah Bb) komponen dalam form
6. Simpan pada pH > 10,5

Bb : Cyanida yang mengandung bahan


Senyawa Cyanida organik
yang mengandung 7. Tulis pH dan semua
bahan organik komponen dalam form
8. Simpan pada pH > 10,5

Bc : Feericianida, ferrocianida (Senyawa


Senyawa Cianida Cyanida dengan Cu, Ni, Fe, Co, Ag, Au,
kompleks dengan konstanta ionisasi < 10 –21) o Tulis pH dan semua
komponen dalam form
o Simpan pada pH > 10,5

Kategori C (Fluorida dan Phosphor)

Katego ri Komponen Catatan

Ca : 1. Fluorida Anorganik dan senyawanya: o Tulis pH dan semua


Fluorida atau Asam hidrofluorida, Senyawa komponen dalam form
Phosphor Borofluorida, Senyawa Silicofluorida
Anorganik dan sejenisnya
2. Senyawa Phosphor Anorganik:
buffer Phosphat, dan sejenisnya

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 35 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Kategori Komponen Catatan

Cb : 1. Senyawa Fluorida Organik : o Tulis pH dan semua


Fluorida atau Trifluoroacetic Acid, dna sejenisnya komponen dalam form
Phosphor yang 2. Senyawa Organophosphorous
mengandung 3. Fluorida atau Phosphor yang
Bahan organik atau mengandung bahan organik
logam berat 4. Fluorida atau Phosphor yang
mengandung logam berat

Kategori D (Mercury)

Kategori Komponen Catatan

Da : o Simpan dalam wadah


metal Mercury, Mercury Amalgam,
Metal Mercury yang dapat ditutup dan
Termometer, Manometer, dan sejenisnya
diisi air.
Db : 1. Senyawa Mercury Anorganik : a. Tulis dalam form Apabila
Senyawa Mercury mercury Chlorida, Reagent Nessler, juga mengandung
dan sejenisnya Cyanida
2. Mercury Organik dan senyawanya b. Untuk Mercury Organik
khususnya alkyl Mercury
harus disimpan terpisah
dan diubah menjadi
Mercury Anorganik
dengan menggunakan
Acid Permanganat

Kategori E (Chromic Acid)

Catatan
Kategori Komponen

E: Air limbah yang mengandung Chromic ο Tulis pH dan semua


Chromic Acid Acid. (Untuk Chrom Phosphat harus komponen dalam form
disimpan dalam wadah Cb)

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 36 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Kategori F (Logam Berat)

Catatan
Kategori Komponen
Fa : 1. Senyawa dari logam : Mg, Ti, V, Cr, ο Tulis pH dan semua
Logam Berat Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Ag, Cd, In, komponen dalam form
Anorganik Sn, Ba, Pb, Bi, Ce, Gd
2. Mengandung sedikit senyawa dari
logam Ge, As, Se, Sr, Y, Zr, La, Sm
Fb : 1. Senyawa dari logam Al, Si, P, Sb, ο Tulis pH dan semua
logam berat Yang Ta, Senyawa chelate, senyawa komponen dalam form.
mengandung komplek
bahan organik 2. Senyawa logam berat yang
mengandung bahan organik, gula,
protein, lemak, ammonia, pelarut
organik
3. Jika mengandung Senyawa Arsen
seperti Cacodyl acid, tulis dalam
form

Kategori G (Asam dan Basa)

Kategori Komponen Catatan


Ga : Asam Sulfat, Asam Nitrat, Asam Klorida ο Tulis pH dan semua
Asam Kuat (tidak komponen dalam form
mengandung yang
lain)
Gb :
Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida, ο Tulis pH dan semua
Basa kuat (tidak
Kalsium Hidroksida, Alumunium komponen dalam form
mengandung yang
Hidroksida
lain)

Kategori H ( Lain-lain )

Kategori Komponen Catatan


H: Yang tidak termasuk dalam kategori di o Tulis pH dan
Lain-lain atas semua komponen dalam
form

Catatan:
Pengkategorian limbah dapat juga disesuaikan dengan tujuan pengolahan limbah
berdasarkan acuan.

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 37 dari 38


KAN Pd-01.02 Revisi: 0

Lampiran 6
Contoh Diagram Alir Pengumpulan Limbah

Catatan:

Keterangan Da; H; Db; Bb; Ba; Bc; ……………….dan seterusnya dapat dilihat pada
Lampiran 1 Kategori Limbah

Tanggal terbit: 22 Februari 2019 38 dari 38

Anda mungkin juga menyukai