Anda di halaman 1dari 15

ANALISA TINDAKAN

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

DISUSUN OLEH :

SETYO BUDI NUGROHO


NIM. 071191035

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIUVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
ANALISA SINTESA
TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

1. Diagnosa Medis : Stroke Hemoragic


2. Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
akumulasi secret di jalan napas
DS :  -

DO :
Keadaan umum lemah,tingkat kesadaran soporokoma, terpasang ETT, OPA dan terdapat
secret di area mulut, RR 35x/mnt, terdengar bunyi nafas Gurgling

Tekanan Darah : 180/100 mmHg

Nadi : 50x/menit

RR : 35x/menit

Suhu : 38,8oC

SpO2 : 90%

3. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat & Kritis :


Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi Oksigen
Pada Pasien Koma Di Ruang Icu Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2015

4. Analisa Tidakan Keperawatan

Penelitian dilakukan di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi dengan jumlah sampel 40
responden. Sampel terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sedangan sampel
terbanyak berdasarkan usia adalah usia diatas 60 tahun.Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa jenis kelamain laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, hal ini
dikarenakan jumlah responden yang sesuai dengan kriteria inklusi pada saat penelitian
didominasi oleh laki-laki. Selain itu peneliti juga belum menemukan teori yang
menjelaskan bahwa jenis kelamin mempengaruhi terjadinya keadaan koma. Sedangkan
hasil penelitian dari Purwoko (2009) dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Tingkat Kesadaran berdasarkan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien Koma”,
menjelaskan jumlah responden dengan keadaan koma didominasi oleh perempuan dengan
jumlah 15 responden (75%). Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak membedakan jenis
kelamin untuk dijadikan responden. Sehingga apabila terdapat responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi baik laki-laki ataupun perempuan tetap memdapatkan tindakan
suction sesuai dengan standar operasional prosedur. Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa usia di atas 61 tahun adalah terbanyak dikarenakan pasien koma yang sesuai dengan
kriteria inklusi pada saat penelitian didominasi usia tua. Selain itu diagnosa dari responden
penelitian cenderung lebih banyak dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus, Chronic
Kidney Disease atau gagal ginjal dan Stroke baik
strokeiskemi atau haemoraghe. Dimana penyakit tersebut merupakan faktor resiko ketika
seseorang memasuki usia tua. Koma adalah penuruanan kesadaran dan respon yang sangat
dalam. Pasien koma sering mengalami permasalahan terutama penumpukan sekret yang
dikarenakan pasien koma mengalami penurunan reflek batuk. Sehingga pasien perlu
dilakukan suction untuk membebaskan jalan napas dari sekret. Fenomena yang terjadi di
ruang ICU RSUD Dr. Moewardi hampir pasien koma dilakukan suction berkala kurang
lebih setiap 2 jam.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suction
terhadap saturasi oksigen pada pasien koma di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
tahun 2015. Nilai rata-rata saturasi oksigen setelah tindakan suction pada penelitian ini
menunjukan lebih besar dari pada nilai saturasi oksigen sebelum suction. Hal tersebut
dikarenakan sumbatan jalan napas yang menghambat oksigen masuk kedalam paru-paru
sudah dikeluarkan dengan tindakan suction. Sehingga peneliti melakukan tindakan suction
sesuai dengan standar operasional prosedur untuk membebaskan sumbatan jalan napas
terutama sekret.
5. Efek Samping
Tindakan farmokologis dengan menggunakan suction menimbulkan kwtidaknyamanan
pada penderita
6. Referensi
Nizar Muhamad ,Haryati Dwi. 2015. Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi Oksigen
Pada Pasien Koma Di Ruang Icu Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2015. Volume 2,
No 2, Desember 2017 hlm 62-111
PENGARUH SUCTION TERHADAP KADAR SATURASI OKSIGEN
PADA PASIEN KOMA DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
TAHUN 2015

Afif Muhamad Nizar, Dwi Susi Haryati


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan
Keperawatan

Abstract : Saturation Of Oxygen, Suction, Coma Patients. Decreas consciousness and


coma is very deep response. Comatose patients often experience problems mainly due
to accumulation of secretions that coma patients decreased cough reflex. So that the
patient needs to be done to free the airway suctioning of secretions. A phenomenon
that occurs in the ICU Hospital Dr. Moewardi almost comatose patients conducted
periodically suction approximately every 2 hours.The purpose of this study was to
determine the effect of suction on oxygen saturation in patients with coma in the ICU
Hospital Dr. Moewardi Surakarta 2015. This type of research is quasy experimental
research design is a one-group pretest-posttest design and analysis using paired
samples T-test.Based on the results of the Shapiro-Wilk normality test can be
concluded that the data tedistribusi normal. So using a paired samples T test with
significance value (p) was 0.000, which is the value of p <0.05. This means that there is
an average difference of oxygen saturation value before the suction action after the
suction action. Oxygen saturation difference is -1.79, meaning that oxygen saturation
values prior to suction smaller than the value of the oxygen saturation after the
suction.

Keywords: Saturation Of Oxygen, Suction, Coma Patients

Abstrak : Saturasi Oksigen, Suction, Pasien Koma. Koma adalah penuruanan


kesadaran dan respon yang sangat dalam. Pasien koma sering mengalami permasalahan
terutama penumpukan sekret yang dikarenakan pasien koma mengalami penurunan
reflek batuk. Sehingga pasien perlu dilakukan suction untuk membebaskan jalan napas
dari sekret. Fenomena yang terjadi di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi hampir pasien
koma dilakukan suction berkala kurang lebih setiap 2 jam.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh suction terhadap saturasi oksigen pada pasien koma
di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah
quasy eksperimen dengan rancangan penelitian adalah one-group pretest-postest design
dan menggunakan analisa paired samples T test.Berdasarkan hasil uji normalitas
Shapiro-Wilk dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Sehingga
menggunakan uji paired samples T test dengan nilai signifikasi (p) adalah 0.000,
dimana nilai tersebut p<0.05. Artinya ada beda rata rata nilai saturasi oksigen sebelum
tindakan suction dengan setelah tindakan suction. Selisih saturasi oksigen adalah -1.79,
artinya nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan suction lebih kecil dibanding nilai
saturasi oksigen setelah dilakukan suction.

Kata Kunci: Saturasi Oksigen, Suction, Pasien Koma

62
Afif Muhamad Nizar, Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi 63

PENDAHULUAN untuk mengeluarkan sekret. Pasien koma


Koma merupakan keadaan harus dilakukan suction untuk
penurunan kesadaran dan respons dalam mengeluarkan sekret supaya tidak terjadi
bentuk yang berat, kondisi seperti tidur penumpukan sekret dan penurunan
yang dalam dimana pasien tidak mampu saturasi oksigen. Oleh karena itu perlu
bangun dari tidurnya (Sudoyo, et al. dilakukan penelitian mengenai pengaruh
2010). Umumnya seseorang akan suction terhadap saturasi oksigen.
mengalami koma selama beberapa Suction merupakan suatu cara
minggu. Tepati, ada pula yang mengalami untuk mengeluarkan sekret dari saluran
koma hingga waktu berbulan-bulan. Jika nafas dengan menggunakan kateter yang
hal itu terjadi, kemungkinan untuk dimasukkan melalui hidung atau rongga
meninggal dunia lebih besar.Penyakit mulut kedalam pharyng atau trachea.
yang menyebabkan penurunan kesadaran Penghisapan lendir digunakan bila pasien
(koma) antara lain adalah stroke, kanker, tidak mampu membersihkan sekret
penyakit jantung, DM dan lain-lain. Data dengan mengeluarkan atau menelan.
WHO (2012) menunjukan bahwa Tindakan penghisapan lendir perlu
kematian akibat penyakit pembuluh darah dilakukan pada pasien yang mengalami
lebih banyak dari pada penyakit lainnya penurunan kesadaran karena kurang
yaitu sekitar 15 juta tiap tahun atau sekitar responsif atau yang memerlukan
30% dari kematian total per tahun dan pembuangan sekret oral. Dengan
sekitar 6,2 juta diantaranya disebabkan dilakukan tindakan suction diharapkan
oleh stroke. Sedangkan penelitian yang saturasi oksigen pasien dalam batas
dilakukan oleh Fredi di RSUP Dr. Sardjito normal (>95 %).
Yogjakarta menjelaskan dari 88 pasien Saturasi oksigen merupakan
stroke sebanyak 41,7% mengalami presentasi hemoglobin terhadap oksigen
penurunan kesadaran. Selain itu pasien dalam arteri. Penurunan nilai dari saturasi
dengan penurunan kesadaran sering oksigen dapat diartikan adanya gangguan
mengalami permasalahan pada saluran pada sistem pernapasan seperti hipoksia
pernafasan yaitu produksi sekret yang dan obstrusi saluran napas. Keadaan yang
berlebih dimana dapat menghambat aliran lebih buruk dari penurunan saturasi
udara dari hidung masuk ke paru-paru. oksigen adalah apabila lebih dari 4 menit
Sekret merupakan bahan yang pasien tidak mendapatkan oksigen maka
dikeluarkan dari paru, bronchus, dan akan berakibat pada kerusakan otak yang
trachea melalui mulut. Biasanya juga tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
disebut dengan expectoratorian. Orang akan meninggal. Penelitian yang
dewasa normal bisa memproduksi mukus dilakukan oleh Welri (2012) di RS Paru
(sekret kelenjar) sejumlah 100 ml dalam Dr. Ario Wirawan Salatiga menyimpulkan
saluran napas setiap hari.Mukus ini hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh
digiring ke faring dengan mekanisme saturasi oksigen terhadap penempetan
pembersihan silia dari epitel yang posisi yaitu posisi fowler terjadi kenaikan
melapisi saluran pernapasan.Keadaan 4,99%, posisi semi fowler terjadi kenaikan
abnormal penumpukan sekret yang 2,87 dan posisi terlentang terjadi kenaikan
berlebihan pada pasien koma dikarenakan 6,25%.
tidak mempunyai reflek batuk yang efektif
Hasil wawancara dengan salah Penelitian ini telah dilakukan di
satu perawat ICU RSUD Dr. Moewardi ruang ICU RSUD Dr. Moewardi pada
pada tanggal 3 Januari 2015 mengatakan tanggal 9 Maret sampai 7 Mei 2015.
jumlah pasien koma pada tahun 2013 yang Populasi penelitian ini adalah semua
dirawat di ICU sekitar 500-650 pasien dan pasien yang mengalami koma dengan
setiap hari pasien koma yang dirawat jumlah sampel akhir adalah 40 responden.
sekitar 5-6 (30-40%) pasien dari 16 bed Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
yang tersedia. Sedangkan pada tahun 2014 pasien koma yang dirawat di ruang ICU
terjadi peningkatan pasien koma yang RSUD Dr. Moewardi, pasien koma yang
dirawat di ICU yaitu sekitar 700-800 dirawat di ruang ICU RSUD Dr.
pasien dan setiap hari pasien koma yang Moewardi 1 jam perawatan di hari
dirawat sekitar 6-8 (40%-50%) dari 16 pertama, pasien koma yang berusia > 12
bed yang tersedia. Peningkatan pasien tahun dan pasien koma yang disetujui oleh
koma didominasi oleh pasien trauma penanggung jawab untuk dijadikan
kepala akibat kecelakan. Hasil observasi responden. Kriteria eksklusi pada
langsung di ruang ICU RSUD Dr. penelitian ini adalah : Pasien koma yang
Moewardi pada tanggal 8 Desember 2014 pernah mendapatkan tindakan suction di
selama satu minggu didapatkan pasien ruang ICU RSUD Dr. Moewardi, pasien
dalam kondisi koma sebanyak 17 pasien koma yang mendapatkena terapi
dan setiap pasien koma dilakukan suction nebulizer di ruang ICU RSUD Dr.
berkala kurang lebih setiap 2 jam dengan Moewardi, pasien koma dengan Edema
tujuan mengeluarkan sekret supaya jalan paru di ruang
napas efektif dan suplai oksigen ke ICU RSUD Dr. Moewardi.
jaringan efektif. Penelitian ini terdiri dari dua
Dari uraian di atas dianggap perlu variabel yaitu variabel bebas dan variabel
dilakukan penelitian mengenai pengaruh terikat. Variabel bebas (Independen) pada
suction terhadap kadar saturasi oksigen penelitian ini adalah suction dengan alat
pada pasien koma di ruang ICU RSUD ukur standar operasional prosedur.
Dr. Moewardi Surakarta tahun 2015. Variabel terikat (Dependen) pada
penelitian ini adalah perubahan kadar
METODE PENELITIAN saturasi oksigen dengan alat ukur
Penelitian ini merupakan oksimetri dan skala interval.
penelitian quasy eksperimen dengan Bentuk instrumen dalam penelitian
ini adalah lembar observasi digunakan
rancangan penelitian One-Group Pretest- selama proses pengambilan data untuk
mencatat hasil observasi pada responden
Posttes design. Sugiyono, (2008)
yang diukur nilai saturasi oksigen sebelum
menjelaskan quasy eksperimental adalah dan sesudah dilakukan suction, kemudian
dicatat pada lembar observasi.
suatu bentuk penelitian yang dilakukan Tahapan-tahapan yang akan
untuk mengetahui akibat yang dilakukan pada pengolahan data adalah :
Editing (Pemeriksaan Data), peneliti
ditimbulkan dari suatu perlakuan dengan meneliti kembali kelengkapan pengisian
data pada lembar observasi yang
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu
digunakan. Coding, (memberikan kode)
perlakuan. One-Group Pretest-Posttes
yaitu design yang dilakukan observasi
sebanyak 2 kali sebelum dan setelah
eksperimen (Sugiyono, 2008).
peneliti memberikan kode pada jenis oksigen sebelum tindakan suction dan
kelamin dan usia responden. Pada data mengukur kembali saturasi oksigen setelah
jenis kelamin : angka 1 untuk laki-laki dan tindakan suction pada kurun waktu
angka 2 untuk perempuan. Sedangkan 1 jam pertama responden mendapatkan
untuk usia : kelompok usia 21-30 tahun perawatan dihari pertama. Kemudian
diberikan kode angka 1, kelompok usia tindakan suction dilakukan sebanyak 4
31-40 tahun diberikan kode angka 2, kali dalam rentang waktu 2 jam. Data pre
kelompok usia 41-50 tahun diberikan saturasi oksigen diambil dari tindakan
kode angka 3, kelompok usia 51-60 tahun suction yang pertama dan data post
diberikan kode angka 4, kelompok usia diambil dari tindakan suction yang
>60 tahun diberikan kode angka 5. keempat selang waktu 10 detik.
Scoring (Penilaian),peneliti memberikan
penilaian skor 1-2 pada data jenis HASIL PENELITIAN
kelamin, 1-5 untuk data usia dan % untuk Tabel 1
kadar saturasi oksigen. Tabulating
(Mengolah Data), peneliti memasukkan
data hasil penelitian berdasarkan Analisa Diskriptif Karakteristik
klasifikasi ke dalam tabel sesuai dengan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
data yang didapat dari responden yaitu
data jenis kelamin, usia dan kadar saturasi
oksigen baik sebelum maupun setelah dan Umur
dilakukan suction.
Penelitian ini menggunakan dua Karakteristik N Presentase
(%)
analisis data yaitu analisis univariat dan Jenis Laki-laki 26 65.0
bivariat. Analisa univariat dilakukan kelamin Perempuan 14 35.0
dengan tujuan untuk mendeskripsikan 21-30 tahun 2 5.0
variabel dengan cara membuat tabel 31-40 tahun 4 10.0
distribusi frekuensi dari variabel yang Usia 41-50 tahun 7 17.5
51-60 tahun 10 25.0
diteliti. Analisa bivariat digunakan untuk > 61 tahun 17 42.5
mengetahui pengaruh antara suction
sebagai variabel independen terhadap
Tabel 2
saturasi oksigen sebagai variabel
dependen. Kemudian dilakukan uji Analisa Saturasi Oksigen Sebelum
normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah
sampel 40 responden dan hasil uji
Tindakan Suction
normalitas menunjukan data terdistribusi
normal. Maka uji statistik yang
Minimum/ 95 %
digunakan adalah parametrik paired t N Mean Median SD Minim
test. Maximum
um/ CI
N Mean Median SD
40 89.86 89.00 6.06 Maxi 95 % CI
78/100 87.94
mum -
40 91.65 91.50 5.26 80/10 91.81
89.97-
0 93.33
Tabel 3
Analisa Saturasi Oksigen Setelah
Tindakan Suction

Tahap pelaksanaan memilih


responden sesuai dengan kriteria inklusi
sampel dan melakukan inform confirm
terhadap penanggung jawab pasien.
Setelah itu peneliti mengukur saturasi
Tabel 4 suction sesuai dengan standar operasional
Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk prosedur.
N Mean SD p-
value Hasil penelitian ini menyebutkan
Pretest 40 89.86 6.06 0.240 bahwa usia di atas 61 tahun adalah
Posttest 40 91.65 5.26 0.116 terbanyak dikarenakan pasien koma yang
sesuai dengan kriteria inklusi pada saat
penelitian didominasi usia tua. Selain itu
diagnosa dari responden penelitian
Tabel 5
cenderung lebih banyak dengan diagnosa
Analisa Perubahan Saturasi Oksigen
medis Diabetes Mellitus, Chronic Kidney
Sebelum Dan Setelah Dilakukan Suction Disease atau gagal ginjal dan Stroke baik
N Mean SD SE T p- strokeiskemi atau haemoraghe. Dimana
value penyakit tersebut merupakan faktor resiko
40 -1.79 2.948 0.466 -3.808 0.000 ketika seseorang memasuki usia tua.
Penelitian ini hampir sama dengan hasil
penelitian dari Asrin, Mardiyono dan
PEMBAHASAN Saryono (2007) bahwa dalam
penelitiannya mengenai pengaruh terapi
Penelitian dilakukan di ruang ICU musik terhadap peningkatan kesadaran
RSUD Dr. Moewardi dengan jumlah menunjukan responden dengan usia >60
sampel 40 responden. Sampel terbanyak tahun mempunyai prevelensi terbanyak
berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 55% atau 11 responden. Darmojo
sedangan sampel terbanyak berdasarkan (1999) juga menjelaskan bahwa usia
usia adalah usia diatas 60 tahun.Hasil lanjut atau diatas 60 tahun secara
penelitian tersebut menunjukan bahwa berlahan-lahan kehilangan kemampuan
jenis kelamain laki-laki lebih banyak dari tubuh untuk mengganti sel yang rusak dan
pada perempuan, hal ini dikarenakan mempertahankan struktur dan fungsi
jumlah responden yang sesuai dengan normalnya sehingga tidak dapat bertahan
kriteria inklusi pada saat penelitian terhadap rangsangan (misalnya penyakit)
didominasi oleh laki-laki. Selain itu dan tidak mampu memperbaiki kerusakan
peneliti juga belum menemukan teori yang di derita.
yang menjelaskan bahwa jenis kelamin Meskipun demikian, peneliti tidak
mempengaruhi terjadinya keadaan koma. membedakan responden berdasarkan usia
Sedangkan hasil penelitian dari Purwoko dalam melakukan tindakan suction.
(2009) dengan judul “Pengaruh Terapi Brunner dan Suddart (2002) menjelaskan
Musik Terhadap Tingkat Kesadaran pasien tidak sadar prioritas tindakan medis
berdasarkan Nilai Glasgow Coma Scale menggunakan urutan ABCDE (Airway,
(GCS) Pada Pasien Koma”, menjelaskan Breathing, Circulation, Disability dan
jumlah responden dengan keadaan koma Exposure). Oleh karena itu peneliti
didominasi oleh perempuan dengan melakukan tindakan suction sesuai standar
jumlah 15 responden (75%). Oleh karena operational prosedur terhadap responden
itu, dalam penelitian ini tidak dan tidak membedakan usia.
membedakan jenis kelamin untuk Nilai rata-rata saturasi oksigen
dijadikan responden. Sehingga apabila sebelum tindakan suction pada penelitian
terdapat responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi baik laki-laki ataupun
perempuan tetap memdapatkan tindakan
ini menunjukan lebih kecil dari pada nilai data terdistribusi normal dan P-Plot
saturasi oksigen setelah suction. Hal terdapat titik-titik di sepanjang garis linier
tersebut dikarenakan adanya sumbatan yang artinya data terdistribusi normal.
jalan napas yang menghambat oksigen Karena dari kedua data baik pretest
masuk kedalam paru-paru. Oleh Karena maupun postest terdistribusi normal maja
itu dilakukannya suction sesuai dengan uji hipotesis yang digunakan adalah
standar operasional prosedur supaya jalan paired samples t test.
napas bersih sehingga oksigen efektif Hasil uji paired samples t test nilai
masuk ke dalam paru-paru sehingga signifikasi (p) adalah 0.00, dimana nilai
saturasi oksigen naik. tersebut p<0.05. Artinya ada beda rata-
Nilai rata-rata saturasi oksigen rata nilai saturasi oksigen sebelum
setelah tindakan suction pada penelitian tindakan suction dengan setelah tindakan
ini menunjukan lebih besar dari pada nilai suction. Selisih rata-rata nilai saturasi
saturasi oksigen sebelum suction. Hal oksigen sebelum dan setelah tindakan
tersebut dikarenakan sumbatan jalan napas suction adalah -1.79% yang artinya rata-
yang menghambat oksigen masuk rata nilai saturasi oksigen sebelum
kedalam paru-paru sudah dikeluarkan dilakukan suction lebih kecil dibanding
dengan tindakan suction. Sehingga nilai saturasi oksigen sesudah dilakukan
peneliti melakukan tindakan suction suction. Hal ini sesuai dengan penelitian
sesuai dengan standar operasional yang dilakukan oleh Mulyadi, Kitong dan
prosedur untuk membebaskan sumbatan Malara (2011) dalam penelitiannya yang
jalan napas terutama sekret. berjudul “Pengaruh Tindakan
Sebelum melakukan uji hipotesis Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube
peneliti melakukan uji normalitas. (Ett) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen
Menurut Notoadmojo (2010) jika jumlah Pada Pasien Yang Dirawat Di Ruang Icu
sampel <50 maka menggunakan uji Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”,
normalitas Shapiro-Wilk sedangkan jika menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
jumlah sampel >50 maka menggunakan kadar saturasi oksigen sebelum dan
uji normalitas Shapiro-Wilk. Karena sesudah diberikan tindakan penghisapan
jumlah sampel dari penelitian ini adalah lender (suction).
40 responden maka menggunakan uji Hasil penelitian ini menunjukan
normalitas Shapiro-wilk. Jumlah hasil uji adanya peningkatan dari kadar saturasi
normalitas pretest adalah 0.240, sehingga oksigen setelah dilakukan suction. Hal
signifikasi (p>0.05) dengan demikian Ho tersebut dikarenakan terbebasnya jalan
diterima yang artinya data berdistribusi napas terhadap akumulasi sekret
normal dan hasil uji normalitas postest menjadikan perpindahan oksigen dari
adalah 0.116, sehingga signifikasi atmosfer ke dalam paru-paru menjadi
(p>0.05) dengan demikian Ho diterima efektif. Oleh karena itu peneliti
yang artinya data berdistribusi normal. melakukan tindakan suction terhadap
Selain dari uji statistik bahwa data responden yang sesuai dengan kriteria
terdistribusi normal dapat dibuktikan dari inklusi berdasarkan standar operasinal
bentuk histogram dan grafik P-Plot baik prosedur.
pretest maupun posttest. Dimana Selisih dari saturasi oksigen dalam
histogram berbentuk lonceng yang artinya penelitian ini bernilai -1.79. Hal tersebut
berbeda dengan selisih dari hasil KESIMPULAN DAN SARAN
penelitian yang dilakukan oleh Kitong, Berdasarkan hasil penelitian
Malara dan Mulyadi (2011) yang bernilai terhadap 40 responden di ruang ICU
5,174%. Karena penelitian ini dalam RSUD Dr. Moewardi dapat disimpulkan
pengambilan data post dilakukan setelah bahwa:Karakteristik responden terbanyak
10 detik tindakan suction yang bertujuan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki
untuk memberikan kompensasi terhadap sebesar 26 responden (65%), sedangkan
paru-paru untuk melakukan pertukaran responden terbanyak berdasarkan usia
gas dan jantung untuk memompa darah. adalah usia > 61 tahun sebesar 17
Hal tersebut sesuai dengan teori responden (42,5%).Nilai saturai oksigen
dariAsmadi (2009)bahwa dalam membaca sebelum dilakukan tindakan suction
hasil saturasi oksigen tidak dilakukan meliputi nilai mean adalah 89.86%, nilai
seketika setelah dilakukan suction tetapi median adalah 89.00%, nilai standar
selang waktu 10-15 detik supaya pasien deviation adalah 6.06%, nilai minimum
mendapatkan kesempatan bernapas dan adalah 78%, nilai maximum 100% dan
oksigen sudah terdistribusi keseluruh nilai confidence intervaladalah87.94%-
tubuh. Sehingga semua data post dalam 91.81%. Nilai saturasi oksigen setelah
penelitian ini diambil setelah dilakukan dilakukan tindakan suction meliputi nilai
suction selang waktu 10 detik. mean adalah 91.65%, nilai median adalah
Hasil rata-rata kadar saturasi 91.50%, nilai standar deviation adalah
oksigen setelah dilakukan suction untuk 2 5.26%, nilai minimum adalah 80%, nilai
jam pertama adalah 91.23%, 2 jam kedua maximum 100% dan nilai confidence
adalah 91.32%, 2 jam ketiga adalah interval adalah 89.97%-93.33%.Ada
91.43% dan 4 jam keempat adalah pengaruh tindakan suction terhadap nilai
91.65%. Dari setiap 2 jam rentang saturasi oksigen (p < 0.005), sehingga Ha
tindakan suction menunjukan adanya diterima. Dimana selisih rata-rata saturasi
peningkatan kadar saturasi oksigen. Hal oksien adalah -1.79 (mean pretest< mean
tersebut menunjukan semakin bersihnya posttest).
jalan napas akan meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian yang
keefektifan pertukaran gas. Sehingga telah dilakukan, peneliti memberikan
semua responden dalam penelitian ini saran sebagai berikut: Bagi sesama
mendapatkan tindakan suction sesuai profesi, penelitian ini diharapkan dapat
standar operasional prosedur setiap 2 jam. menambah wawasan keilmuan terutama
Dalam penelitian ini tindakan dalam pemberian tindakan keperawatan
suction dilakukan setiap rentang 2 jam. kritis untuk meningkatkan saturasi
Karena untuk meminimal terjadinya faktor oksigen khususnya pada pasien koma.
pengganggu dari tindakan nebulizer. Bagi peneliti lanjut, diharapkan dapat
Dimana nebulizer adalah alat yang melakukan penelitian yang lebih komplek
digunakan untuk menguapkan obat seperti baik dalam variabel, jumlah sampel,
pelancar dahak dan asma. Sehingga menentukan kriteria sampel maupun
responden yang mendapatkan terapi metode penelitian yang digunakan.Bagi
nebulizer termasuk kriteria eksklusi rumah sakit penelitian ini dapat
sampel. meningkatkan mutu pelayanan dalam
meningkatkan saturasi oksigen khususnya pada pasien koma.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.

Asmadi. (2009). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, E.J. (2001). Handbook of pathophysiology. Alih bahasa: Pendit, B.U.


Jakarta: EGC; (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

Darmojo,R.B. (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2.
FKUI.

Dewanto, G., Suwono, W.J., Riyanto, B., & Turana. (2009). Diagnosis & Tata
laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.

Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Yokyakarta: Gajah Mada University
Press.

Hidayat, A.A.A. (2007). Pengantar Dasar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Kozier, B& Erb, G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi

5. Jakarta : EGC.
Notoadmojo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu


Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.


Padmosantjojo. (2000). Keperawatan Bedah Saraf. Jakarta: Bagian Bedah
Saraf FKUI.
Philip, J & Beverlay, E. (2010). Pemantauan Pasien Kritis. Jakarta:
Erlangga.

Price, S.A. & Wilson, L.M. (1994). Pathophysiology: Clinical concept of


disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta:
EGC; (Buku asli diterbitkan tahun 1992).

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Brunner and Suddarth’s textbook of
medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa: Waluyo, A.
Jakarta: EGC; (Buku asli diterbitkan tahun 1996).

Sudoyo, A.W, Setyohadi, B, Alwi I, Setiati S. (2007). Buku Ajar Ilmu


Penyaikit Dalam. Jilid V. FKUI.
Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulistyowati, E.C., & Handayani, S. 2012. Pengaruh Cognitive Behavioural


Therapy (CBT) terhadap Perubahan Kecemasan, Mekanisme
Koping, Harga Diri pada pasien Gangguan Jiwa dengan Skizofrenia
di RSJD Surakarta. Surakarta.

Suwono & Riyanto. (2009). Penatalaksanaan Pasien Gawat Darurat.


Jakarta: EGC

Tamsuri, B. K. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Pernapasan. Jakarta : EGC.

Timby, B.K. (2009). Fundamental Nursing Skills and Concepts.


Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai