Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan

Kecamatan kadugede merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten

Kuningan Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang dekat dengan perbatasan

antara Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Posisi strategis dan

potensi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki menjadi modal utama bagi

daerah ini dalam memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Hal tersebut dapat terwujud bilamana didukung dengan kinerja

Sumber Daya Aparatur yang baik dan profesional dalam mengelola

pemerintahan desa di Kecamatan Kadugede. Kecamatan kadugede memiliki luas

1.804.862 Ha terdiri dari 12 Desa. Batas-batas kecamatan kadugede itu sendiri yaitu

sebelah barat Kecamatan Darma, sebelah timur Kecamatan Kuningan dan Kecamatan

Ciniru, sebelah selatan Kecamatan Nusaherang, dan sebelah utara Kecamatan Cigugur.

Kecamatan Kadugede terdiri dari 12 desa dan memiliki perangkat desa

sebanyak 139 Orang yaitu, Desa Sindangjawa 11 Orang, Desa Kadugede 13 Orang,

Desa Ciketak 10 Orang, Desa Nangka 10 Orang, Desa Cipondok 10 Orang, Desa

Windujanten 11 Orang, Desa Babatan 12 Orang, Desa Bayuning 13, Desa Tinggar 11

Orang, Desa Margabakti 12 Orang, Desa Ciherang 15 dan Desa Cisukadana 11

Orang.

4.1.1.1 Struktur Perangkat Desa

43
44

Aparatur desa meliputi Kepala Desa, Sekretaris Desa, Pelaksana Teknis

Desa yang meliputi Kepala Urusan Pemerintah (KAUR PEM), Kepala Urusan

Ekonomi dan Pembangunan (KAUR EKBANG), Kepala Urusan Kesejahteraan

Masyarakat (KAUR KESRA), Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM), Kepala

Urusan Keuangan (KAUR KEUANGAN), Pelaksana Wilayah/Kepala Dusun

(KADUS). Berikut ini merupakan tugas pokok dari perangkat desa di bidangnya

masing-masing sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 :

1. Kepala desa adalah pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain yang

dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (UU RI

No 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 3). Kepala desa bertugas menyelenggarakan

pemerintahan desa, dan pemberdayaan desa (UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 26

Ayat 1).

Kewajiban kepala desa menurut UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 4 adalah:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang

Desa Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

c. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;

d. Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;

e. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;


45

f. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,

professional, efektif dan efisien, bersih serta bebas dari kolusi,korupsi dan

nepotisme;

g. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di

desa;

h. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;

i. Mengelola keuangan dan aset desa;

j. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa;

k. Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;

l. Mengembangkan perekonomian masyarakat desa;

m. Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa;

n. Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di desa;

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan

hidup; dan

p. Memberikan informasi kepada masyarakat desa.

2. Sekretaris merupakan perangkat desa yang bertugas membantu kepala desa untuk

mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan

bahan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintah desa. Fungsi sekretaris

desa adalah:

a. Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk

kelancaran tugas kepala desa;

b. Membantu dalam persiapan penyusunan Peraturan Desa;


46

c. Mempersiapkan bahan untuk Laporan Penyelenggara Pemerintah Desa;

d. Melakukan koordinasi untuk penyelenggaraan rapat rutin;

e. Pelaksana tugas lain yang diberikan kepada kepala desa.

3. Kepala Urusan Pemerintah (KAUR PEM) Tugas Kepala Urusan Pemerintahan

(KAUR PEM) adalah membantu kepala desa melaksanakan pengelolaan

administrasi kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan ketentraman dan

ketertiban masyarakat desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan penataan,

kebijakan dalam penyusunan produk hukum Desa. Sedangkan fungsi adalah:

a. Melaksanakan administrasi kependudukan.

b. Mempersiapkan bahan-bahan penyusunan perencanaan peraturan desa dan

keputusan kepala desa.

c. Melaksanakan kegiatan administrasi pertanahan.

d. Melaksanakan kegiatan pencatatan monografi desa.

e. Mempersiapkan bantuan dan melaksanakan penataan kelembagaan

masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa.

f. Mempersiapkan bantuan dan dan melaksanakan kegiatan masyarakat yang

berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban

masyarakat dan pertahanan sipil.

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepada desa.

4. Kepala Urusan Pembangunan (KAUR PEMBANGUNAN) Tugas Kepala Urusan

Pembangunan (KAUR PEMBANGUNAN) adalah membantu kepala desa

mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan ekonomi


47

masyarakat desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan

masyarakat serta menyiapkan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas

pembantuan. Sedangkan fungsinya adalah:

a. Menyiapkan bantuan-bantuan analisa dan kajian perkembangan ekonomi

masyarakat.

b. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan

c. Mengelola tugas pembantuan

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

5. Kepala Urusan kesejahteraan Rakyat (KAUR KESRA) Tugas Kepala Urusan

kesejahteraan Rakyat (KUR KESRA) adalah membantu kepala desa untuk

mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan program

keagamaan, serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial

kemasyarakatan. Sedangkan fungsinya adalah:

a. Menyiapkan bahan dan melaksanakan program kegiatan keagamaan.

b. Menyiapkan dan melaksanakan program perkembangan kehidupan beragama.

c. Menyiapkan bahan dan melaksanakan program, pemberdayaan masyarakat

dan sosial kemasyarakatan.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala desa.

6. Kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU) Tugas Kepala Urusan Keuangan (KAUR

KEU) adalah membantu sekretaris desa melaksanakan pengelolaan sumber

pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan desa dan mempersiapkan


48

bahan penyusunan APB Desa, serta laporan keuangan yang dibutuhkan desa.

Sedangkan fungsinya adalah:

a. Mengelola administrasi keuangan desa.

b. Mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa.

c. Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan.

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa.

7. Kepala Urusan Umum (KAUR UMUM) Tugas Kepala Urusan Umum (KAUR

UMUM) adalah membantu sekretaris desa dalam melaksanakan administrasi

umum, tata usaha dan kearsipan pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta

mempersiapkan bahan rapat dan laporan. Sedangkan fungsinya adalah:

a. Melakukan pengendalian, dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta

pengendalian tata kearsipan desa.

b. Melaksanakan pencatatan inventarisasi kekayaan desa.

c. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum.

d. Sebagai penyedia, penyimpan dan pendistribusi alat tulis kantor serta

pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.

e. Mengelola administrasi perangkat desa.

f. Mempersiapkan bahan-bahan laporan.

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris desa.

8. Kepala Dusun (KADUS) tugas kepala dusun adalah membantu kepala desa

melaksanakan tugas dan kewajiban pada wilayah kerja yang sudah ditentukan

sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Fungsi kepala dusun:


49

a. Membantu pelaksana tugas kepala desa di wilayah kerja yang sudah

ditentukan.

b. Melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

c. Melaksanakan keputusan dan kebijakan yang ditetapkan oleh kepala desa.

d. Membantu kepala desa melakukan kegiatan pembinaan dan kerukunan warga.

e. Membina swadaya dan gotong royong masyarakat.

f. Melakukan penyuluhan program pemerintah desa.

g. Sebagai pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

4.1.2 Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi ; Jenis

Kelamin, Usia dan Pendidikan. Deskripsi karakteristik responden disajikan pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.1
Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi Presentasi %


Jenis Kelamin Laki-laki 77 75
Perempuan 26 25
Total 103 100
Usia 21-30 Tahun 16 16
31-40 Tahun 36 35
41-50 Tahun 27 26
51-60 tahun 24 23
Total 103 100
Pendidikan SD/MI/Sederajat 25 24
SLTP/SMP/MTs 25 24
SLTA/SMA/Sederajat 40 39
Strata 1/S1 13 13
50

Karakteristik Responden Frekuensi Presentasi %


Total 103 100

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa perangkat desa dengan

jenis kelamin Laki-laki sebanyak 74.5 % dan perangkat desa dengan jenis kelamin

Perempuan sebanyak 26 %. Hal ini menunjukan bahwa banyaknya perangkat desa di

wilayah Kecamatan Kadugede adalah laki-laki.

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa perangkat desa yang berusia antara

21-30 tahun sebanyak 16 %, perangkat desa yang berusia antara 31-40 tahun

sebanyak 35 %, perangkat desa yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 26 %, dan

perangkat desa yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 23 %. Hal ini menunjukan

bahwa usia 31-40 tahun merupakan usia produktif perangkat desa di wilayah

Kecamatan Kadugede.

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa perangkat desa yang berpendidikan

SD/MI/Sederajat sebanyak 24 %, perangkat desa yang berpendidikan SLTP/SMP/

MTs sebanyak 24 %, perangkat desa yang berpendidikan SLTA/SMA/Sederajat

sebanyak 39 %, dan perangkat desa yang berpendidikan Strata 1/S1 sebanyak 13 %,

Hal ini menunjukan bahwa kebanyakan dari perangkat desa di wilayah Kecamatan

Kadugede memiliki tingkat pendidikan SLTA/SMA/ Sederajat.


51

4.1.3 Uji Instrumen

4.1.3.1 Uji Validitas

a. Uji Validitas Kompetensi (X1)

Hasil perhitungan validitas instrument variabel kompetensi (X1)

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Tabel Validitas Kompetensi

Variabel Item rhitung Sig. (2-tailed) Keterangan


Kompetensi 1 0.706 0.000 Valid
Kompetensi 2 0.869 0.000 Valid
Kompetens
Kompetensi 3 0.706 0.000 Valid
i
Kompetensi 4 0.620 0.000 Valid
Kompetensi 5 0.869 0.000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2018

Berdasarkan table 4.2 seluruh item pernyataan kompetensi dalam

instrument penelitian dinyatakan valid, karena memiliki nilai sig < 0.05.

b. Uji Validitas Disiplin Kerja (X2)

Hasil perhitungan validitas instrument variabel disiplin kerja (X2)

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Tabel Validitas Disiplin Kerja

Variabel Item rhitung Sig. (2-tailed) Keterangan


Disiplin DK1 0.661 0.000 Valid
52

DK2 0.895 0.000 Valid


DK3 0.661 0.000 Valid
Kerja
DK4 0.895 0.000 Valid
DK5 0.941 0.000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2018

Berdasarkan table 4.3 seluruh item pernyataan disiplin kerja dalam

instrument penelitian dinyatakan valid, karena memiliki nilai sig < 0.05.

c. Uji Validitas Kinerja (Y)

Hasil perhitungan validitas instrument variabel kinerja (Y) adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.4
Tabel Validitas Kinerja

Variabel Item rhitung Sig. (2-tailed) Keterangan


Kinerja 1 0.617 0.000 Valid
Kinerja 2 0.875 0.000 Valid
Kinerja
Kinerja 3 0.617 0.000 Valid
Kinerja 4 0.774 0.000 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.4 seluruh item pernyataan kinerja dalam

instrument penelitian dinyatakan valid, karena memiliki nilai sig < 0.05.

4.1.3.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas maka dilanjutkan dengan melakukan uji

reliabilitas. Menurut Ghozali Imam (2011) suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Reliabilats menunjukan konsisten suatu pengukur dalam mengukur

gejala yang sama, dalam beberapa kali pelaksanaan pengukurna Teknik Cronbach’s

Alpha pada SPSS versi 16. Dimana dikatakan reliabel jika cronbach’s > 0.500.
53

Tabel 4.5
Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Variabel N Of Item Keterangan
Alpha
Kompetensi (X1) 0.784 5 Reliabel
Disiplin Kerja (X2) 0.874 5 Reliabel
Kinerja (Y) 0.669 4 Reliabel
Sumber : Hasil Olah Data Primer

a. Uji Reliabilitas Kompetensi (X1)

Berdasarkan table 4.5 dapat disimpulkan bahwa instrument variabel

Kompetensi ini dikatakan reliabel, dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha nilai

0.784 > 0.500.

b. Uji Reliabilitas Disisplin Kerja (X2)

Berdasarkan table 4.5 dapat disimpulkan bahwa instrument variabel

Disiplin Kerja ini dikatakan reliabel, dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha

nilai 0.874 > 0.500.

c. Uji Reliabilitas Kinerja (Y)

Berdasarkan table 4.5 dapat disimpulkan bahwa instrument variabel

Kinerja ini dikatakan reliabel, dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha nilai

0.669 > 0.500.

4.1.4 Teknik Analisis Data

4.1.4.1 Analisis Deskriptif


54

Penelitian ini terdiri dari 3 variabel yaitu kompetensi, disiplin kerja dan

kinerja. Deskriptif data yang disajikan meliputi Minimun, Maximum, Mean, (M) dan

standar deviasi (SD). Cara pengkategorian data berdasarkan rumus dari Azwar, (2009)

adalah sebagai berikut :

a. Tinggi : X ≥ M + SD

b. Sedang : M – SD ≤ X < M + SD

c. Rendah : X < M - SD

Data yang diperoleh dari jawaban responden dapat dideskripsikan dalam tiga

kelompok kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengkategorian tersebut

didasarkan pada nilai mean dan standar debiasi pada variabel tersebut, yang dapat

dilihat pada table 4.6:

Tabel 4.6
Data Deskriptif Variabel
Kompetensi Disiplin Kerja Kinerja
N Valid 103 103 103
Missing 0 0 0
Mean 39.84 37.59 32.02
Std. Deviation 2.159 3.339 1.995
Minimum 37 32 29
Maximum 44 42 35
Sumber : Hasil Olah Data Primer

Perhitungan berdasarkan nilai rata-rata ideal dan standar deviasi ideal adalah

sebagai berikut :

a. Analisis Deskriptif Kompetensi (X1)

Hasil analisis deskriptif pada variabel kompetensi diperoleh hasil nilai

minimum sebesar 37, nilai maximum sebesar 44, nilai mean sebesar 39.84,
55

dan nilai standar deviasi sebesar 2.159. Selanjutnya data kompetensi

dikategorikan dengan menggunakan skor tertinggi dan skor terendah. Jumlah

butir pernyataan untuk variabel kompetensi terdiri dari 5 pernyataan yang

masing-masing mempunyai skor 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10. Kategorisasi untuk

variabel kompetensi disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7
Kategori Variabel Kompetensi (X1)

Kategori Interval Skor Frekuensi Presentase


(Orang) (%)
Tinggi X ≥ 35 103 100 %
Sedang 19 ≤ X < 34 0 0%
Rendah X < 19 0 0%
Jumlah 103 100 %

Tabel tersebut menunjukan bahwa sebanyak 103 responden ( 100 % )

memberikan penilaian terhadap variabel kompetensi dalam kategori tinggi.

Sebanyak 0 responden ( 0 % ) memberikan penilaian terhadap variabel

kompetensi dalam kategori sedang dan sebanyak 0 responden ( 0 % )

memberikan penilaian terhadap variabel kompetensi dalam kategori rendah.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas kompetensi perangkat desa dalam

kategori tinggi yaitu 100 %..

b. Analisis Deskriptif Disiplin Kerja (X2)

Hasil analisis deskriptif pada variabel disiplin kerja diperoleh hasil nilai

minimum sebesar 32, nilai maximum sebesar 42, nilai mean sebesar 37.59,

dan nilai standar deviasi sebesar 3.339. Selanjutnya data disiplin kerja
56

dikategorikan dengan menggunakan skor tertinggi dan skor terendah. Jumlah

butir pernyataan untuk variabel disiplin kerja terdiri dari 5 pernyataan yang

masing-masing mempunyai skor 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10. Kategorisasi untuk

variabel disiplin kerja disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8
Kategori Variabel Disiplin Kerja (X2)

Kategori Interval Skor Frekuensi (Orang) Presentase ( % )


Tinggi X ≥ 35 81 79 %
Sedang 19 ≤ X < 35 22 21 %
Rendah X < 19 0 0%
Jumlah 103 100 %

Tabel tersebut menunjukan bahwa sebanyak 81 responden ( 79 % )

memberikan penilaian terhadap variabel disiplin kerja dalam kategori tinggi.

Sebanyak 22 responden ( 21 % ) memberikan penilaian terhadap variabel

disiplin kerja dalam kategori sedang dan sebanyak 0 responden ( 0 % )

memberikan penilaian terhadap variabel disiplin kerja dalam kategori rendah.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas disiplin kerja perangkat desa dalam

kategori tinggi yaitu 79 %.

c. Analisis Deskriptif Kinerja (Y)

Hasil analisis deskriptif pada variabel kompetensi diperoleh hasil nilai

minimum sebesar 29, nilai maximum sebesar 35, nilai mean sebesar 32.02,

dan nilai standar deviasi sebesar 1.995. Selanjutnya data kompetensi

dikategorikan dengan menggunakan skor tertinggi dan skor terendah. Jumlah


57

butir pernyataan untuk variabel kompetensi terdiri dari 4 pernyataan yang

masing-masing mempunyai skor 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10. Kategorisasi untuk

variabel kompetensi disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9
Kategori Variabel Kinerja (Y)

Kategori Interval Skor Frekuensi (Orang) Presentase ( % )


Tinggi X ≥ 35 103 100 %
Sedang 19 ≤ X < 35 0 0%
Rendah X < 19 0 0%
Jumlah 103 100 %

Tabel tersebut menunjukan bahwa sebanyak 103 responden ( 100 % )

memberikan penilaian terhadap variabel kompetensi dalam kategori tinggi.

Sebanyak 0 responden ( 0 % ) memberikan penilaian terhadap variabel

kompetensi dalam kategori sedang dan sebanyak 0 responden ( 0 % )

memberikan penilaian terhadap variabel kompetensi dalam kategori rendah.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas kinerja perangkat desa dalam kategori

tinggi yaitu 100 %.

4.1.4.2 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Salah satu cara untuk mengetahui kenormalan distribusi data adalah dengan teknik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Metode pengujian normal tidaknya distribusi data


58

dilakukan dengan melihat nilai signifikan variabel, jika signifikan lebih besar dari 0,05

pada taraf signifikan alpha 5 % maka menunjukan distribusi data normal. Hasil uji

normalitas untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada table berikut ini .

Tabel 4.10
Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Nomor Disiplin
Kompetensi Kinerja
Responden Kerja
N 103 103 103 103
Mean 52.00 39.84 37.59 32.02
Normal Parametersa
Std. Deviation 29.878 2.159 3.339 1.995
Absolute 0.061 0.176 0.296 0.174
Most Extreme
Positive 0.061 0.176 0.167 0.149
Differences
Negative -0.061 -0.152 -0.296 -0.174
Kolmogorov-Smirnov Z 0.618 1.791 3.006 1.765
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.839 0.003 0.000 0.004
a. Test distribution is Normal

Sumber : Output SPSS 16

Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil signifikansi variabel kompetensi

sebesar 0.003, nilai signifikansi variabel disiplin kerja sebesar 0.000, nilai

signifikansi variabel kinerja sebesar 0.004. Dapat disimpulkan bahwa data penelitian

variabel disiplin kerja (X2) tidak terdistribusi normal sedangkan kompetensi (X1) dan

Kinerja (Y) terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah menganalisa matrik

korelasi variabel bebas jika terdapat korelasi antar variabel bebas cukup tinggi ( > 0,90 )
59

maka adanya indikasi multikololinearitas. Sehingga untuk mendeteksi ada tidaknya

masalah multikolinearitas, maka digunakan program aplikasi SPSS 16 for windows.

Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 3.791 1.404 2.701 0.008
1 Kompetensi 0.398 0.056 0.430 7.136 0.000
Disiplin_Kerja 0.330 0.036 0.552 9.149 0.000
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Output SPSS 16

Berdasarkan tabel 4.11 untuk hasil data multikolinearitas Kompetensi (X1)

0.398 < 0.900 dan Disiplin kerja (X2) 0.330 < 0.900. Dapat disimpulkan tidak

terjadinya multikolinearitas antara variabel-variabel Kompetensi (X1) dan Disiplin

kerja (X2).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residul satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedistisitas itu dengan cara

melihat grafik plot antara nilai prediksi dengan residulnya, adapun dasar untuk

menganalisisnya adalah :
60

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Sumber : Output SPSS 16

Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa tidak ada pola tertentu

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), sehingga tidak terjadi

heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model

regresi. Beberapa uji statistic yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji

dengan lagrange multiplier dan jika data obesvasi diatas kurang dari seratus

sebaliknya menggunakan uji Run test. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah
61

autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan

menggunakan model regresi kedalam bentuk persamaan beda umum (generalized

difference equation).

Tabel 4.12
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error of the Durbin-
Model R R Square Adjusted R Square
Estimate Watson
1 0.932a 0.868 0.865 0.733 2.774
a. Predictors: (Constant), Disiplin_Kerja, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Output SPSS 16

Durbin-Watson dari tabel statistic :

DL = 1,639

DU = 1,718

Kriteria DU s/d (4-DU) = 1,718 s/d 2,282

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16 for window adalah

sebagai berikut : nilai DW 2,774. Maka perolehan nilai DU sebesar 1,718. Nilai DW

lebih besar dari batas nilai DU yaitu 1,718 dan dan lebih dari (4-DU) = 2,282 dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

4.1.5 Analisis Regresi Berganda

Untuk melihat pengaruh kompetensi dan disiplin kerja terhadap kinerja,

dapat dilihat dari hasil perhitungan coefficients dibawah ini :


62

Tabel 4.13
Hasil Persamaan Regresi

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 3.791 1.404 2.701 0.008
1 Kompetensi 0.398 0.056 0.430 7.136 0.000
Disiplin_Kerja 0.330 0.036 0.552 9.149 0.000
a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Output SPSS 16

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ε

Y = 3,791 + 0,398X1 + 0,330X2

Berdasarkan tabel 4.13 maka dapat diketahui bahwa nilai konstanta 3,791. Hal

ini berarti bahwa jika variabel kompetensi dan disiplin kerja sama dengan nol, maka

variabel kinerja sebesar 3,791.

Nilai koefisien beta pada variabel kompetensi sebesar 0,398 yang berarti bahwa

setiap perubahan variabel pada variabel kompetensi (X1) satu satuan akan

mengakibatkan perubahan kinerja sebesar 0,398. Sebaliknya penurunan satu satuan pada

variabel kompetensi akan menurunkan kinerja sebesar 0,398 dengan asumsi-asumsi lain

tetap.

Nilai koefisien beta pada variabel disiplin kerja sebesar 0,330 yang berarti

bahwa setiap perubahan variabel pada variabel disiplin kerja (X2) satu satuan akan

mengakibatkan perubahan kinerja sebesar 0,330. Sebaliknya penurunan satu satuan pada
63

variabel disiplin akan menurunkan kinerja sebesar 0,330 dengan asumsi-asumsi lain

tetap.

4.1.6 Uji Hipotesis


1. Uji F (Uji Simultan)
Untuk mengetahui kebermaknaan regresi, maka signifikansi regresi tersebut

di uji dengan uji F hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.14 :

Tabel 4.14
Uji F

ANOVAb
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 352.294 2 176.147 328.219 0.000a
1 Residual 53.667 100 0.537
Total 405.961 102
a. Predictors: (Constant), Disiplin_Kerja, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarken tabel 4.14 uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 328,219 dan F

tabel sebesar 3,080 sedangkan signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai sig < 0,05

dan nilai F hitung > F tabel (328,219 > 3,080) maka variabel-variabel bebas yang

mencakup kompetensi (X1) dan disiplin kerja (X2) secara bersama-sama

berpengaruh positif terhadap kinerja dinyatakan diterima pada perangkat desa

wilayah Kecamatan Kadugede.


64

2. Uji t (Uji Parsial)

Menurut Ghozali Imam (2011) uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa

jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan keputusan ini dilakukan

berdasarkan perbandingan nilai signfikan dari nilai t hitung masing-masing

koefisien regresi dengan tingkat signifikasi yang telah ditetapkan yaitu 5 %

(α=0,05). Jika signifikansi t hitung lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol (Ho)

diterima yang artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen. Sedangkan jika signifikansi t hitung lebih kecil dari 0,05, maka

hipotesis nol (Ho) ditolak yang artinya variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Berdasarkan tabel 4.13 penjelasan untuk uji t pada masing-masing variabel

independent adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi (X1)

Kompentensi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji t

pada variabel kompetensi menyatakan bahwa signifikansi nilai 0.000 < 0,05 dan

koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,398. Sedangkan nilai t hitung

> t tabel, 7.136 > 1.659. Berdasarkan hasil tersebut maka H2 yang menyatakan

Kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja dinyatakan diterima pada

perangkat desa wilayah Kecamatan Kadugede.


65

2. Disiplin kerja (X2)

Disiplin kerja memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji t

pada variabel disiplin kerja menyatakan bahwa signifikansi nilai 0.000 < 0,05

dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,330. Sedangkan nilai t

hitung > t tabel, 9.146 > 1.659. Berdasarkan hasil tersebut maka H3 yang

menyatakan Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja dinyatakan

diterima pada perangkat desa wilayah Kecamatan Kadugede.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi dan disiplin kerja

terhadap kinerja perangkat desa wilayah kecamatan kadugede.

4.2.1 Pengaruh Kompetensi dan Disiplin Kerja terhadap kinerja

Kompetensi menurut Spencer (Moeheriono,2009) dalam Mia (2016)

kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan

efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang

memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,

efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau pada situasi tertentu.

Kompetensi terdiri dari 5 tipe karakteristik, yaitu motif (kemauan konsisten sekaligus

menjadi sebab dari tindakan), faktor bawaan (karakter dan respon yang konsisten),

konsep diri (gambaran diri), pengetahuan (informasi dalam bidang tertentu) dan

keterampilan (kemampuan untuk melaksanakan tugas).

Berdasarken tabel 4.14 uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 328,219 dan F

tabel sebesar 3,080 sedangkan signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai sig < 0,05 dan
66

nilai F hitung > F tabel (328,219 > 3,080) maka variabel-variabel bebas yang

mencakup kompetensi (X1) dan disiplin kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh

positif terhadap kinerja dinyatakan diterima pada perangkat desa wilayah Kecamatan

Kadugede.

Menurut Mathis & Jackson (2002), kinerja adalah apa yang dilakukan atau

tidak dilakukan oleh pegawai dalam mengemban tugasnya.

Hal ini relavan dengan penelitian S. Mia Lasmaya (2016), Untung Sriwidodo

(2011), Muhammad Arifin (2015), Ivone A S Sajangbati (2013), Ilham Thaief, Aris

Baharuddin, Priyono, Mohamad Syafi’I Idrus (2015), dan Anwar Prabu

Mangkunegara, Abdul Waris (2015), bahwa kompetensi dan disiplin kerja secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.

4.2.2 Pengaruh Kompetensi terhadap kinerja

Hasil analisis deskriptif kompetensi, sebanyak 103 responden ( 100 % )

memberikan penilaian terhadap variabel kompetensi dalam kategori tinggi. Sebanyak

0 responden ( 0 % ) memberikan penilaian terhadap variabel kompetensi dalam

kategori sedang dan sebanyak 0 responden ( 0 % ) memberikan penilaian terhadap

variabel kompetensi dalam kategori rendah.

Faktor utama dalam mempengaruhi kinerja adalah Kompetensi. Kompetensi

menurut Spencer (Moeheriono,2009) dalam Mia (2016) kompetensi adalah

karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu

dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal

atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima
67

atau superior ditempat kerja atau pada situasi tertentu. Kompetensi terdiri dari 5 tipe

karakteristik, yaitu motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan),

faktor bawaan (karakter dan respon yang konsisten), konsep diri (gambaran diri),

pengetahuan (informasi dalam bidang tertentu) dan keterampilan (kemampuan untuk

melaksanakan tugas).

Kompentensi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji t

pada variabel kompetensi menyatakan bahwa signifikansi nilai 0.000 < 0,05 dan

koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,398. Sedangkan nilai t hitung > t

tabel, 7.136 > 1.659. Berdasarkan hasil tersebut maka H2 yang menyatakan

Kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja dinyatakan diterima pada

perangkat desa wilayah Kecamatan Kadugede.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa kinerja suatu pekerjaan dapat

diprediksi dengan adanya kompetensi. Kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pegawai dalam mengemban tugasnya (Mathis & Jackson, 2001).

Maka saling berhubungan antara Kompetensi dengan kinerja.

Hal ini relevan dengan penelitian Lasmaya Mia S, (2016), Sriwidodo

Untung, (2011), Arifin Muhammad, (2015), dan Mangkunegara Prabu Anwar, Waris

Abdul, (2015), bahwa kompetensi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan.

4.2.3 Pengaruh Disiplin Kerja terhadap kinerja

Hasil analisis deskriptif disiplin kerja, sebanyak 81 responden ( 79 % )

memberikan penilaian terhadap variabel disiplin kerja dalam kategori tinggi.


68

Sebanyak 22 responden ( 21 % ) memberikan penilaian terhadap variabel disiplin

kerja dalam kategori sedang dan sebanyak 0 responden ( 0 % ) memberikan penilaian

terhadap variabel disiplin kerja dalam kategori rendah.

Mathis & Jackson (2002) dalam Mia menyatakan Sistem disiplin dapat

dipandang sebagai sebuah penerapan modifikasi perilaku karyawan yang bermasalah

atau karyawan yang tidak produktif.

Disiplin kerja memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji t pada

variabel disiplin kerja menyatakan bahwa signifikansi nilai 0.000 < 0,05 dan

koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,330. Sedangkan nilai t hitung > t

tabel, 9.146 > 1.659. Berdasarkan hasil tersebut maka H3 yang menyatakan Disiplin

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja dinyatakan diterima pada perangkat desa

wilayah Kecamatan Kadugede.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa kinerja suatu pekerjaan dapat

dikatakan produktif atau tidak dengan adanya disiplin kerja. Karena Menurut Mathis

& Jackson (2002), kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh

pegawai dalam mengemban tugasnya. Maka saling berhubungan antara disiplin kerja

dengan kinerja.

Hal ini relevan dengan penelitian dilakukan oleh Lasmaya Mia S (2016),

Sajangbati S. A. Ivone (2013), Thaief Ilham, Baharuddin Aris, Priyono, Idrus Syafi’i

Mohamad (2015), dan Mangkunegara Prabu Anwar, Waris Abdul (2015), bahwa

Disiplin kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap

Kinerja.

Anda mungkin juga menyukai