PENDAHULUAN
1
Salah satu laporan keuangan yang utama dan penting adalah laporan laba
rugi. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan pada periode tertentu dan sebagai penghubung antara dua neraca
dalam periode yang berurutan. Laporan laba rugi juga menyajikan selisih antara
pendapatan terhadap beban yang terjadi. Fungsi Laporan Laba Rugi adalah
sebagai alat untuk memonitor kemajuan dan kemunduran keuangan perusahaan.
Seluruh pendapatan dan biaya atau beban disajikan dalam laporan ini. Selisih
antara keduanya merupakan laba atau rugi perusahaan. Cukup dengan membaca
dan menganalisa Laporan Laba Rugi, kita akan tahu kondisi perusahaan. Jadi
dengan melakukan analisis terhadap laporan laba rugi, pengelola bisnis dalam hal
ini manajemen perusahaan dapat memutuskan strategi yang tepat untuk dilakukan
pada periode berikutnya.
Bertolak belakang dengan pentingnya pencatatan akuntansi, pada
kenyataannya masih banyak pelaku usaha yang belum menggunakan informasi
akuntansi secara maksimal pada usahanya. Fenomena seperti ini tentunya sering
ditemukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak begitu besar karena belum
adanya kesadaran dari para pelaku usaha tentang pentingnya pencatatan akuntansi
pada usahanya. Seharusnya para pelaku usaha dapat memahami manfaat dari
pencatatan akuntansi, hal ini karena aspek penting dari pengelolaan suatu usaha
adalah keuangan. Tidak jarang suatu perusahaan harus menutup usaha yang telah
dirintis dan dikembangkan karena ketidak mantapan landasan dan tidak
terkelolanya keuangan dengan baik. .
Seperti yang terjadi pada PT. QTA Cemerlang, perusahaan ini merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang penjualan angsuran yang pemasarannya cukup
luas di Kota Sukabumi. Pada perusahaan ini pencatatan akuntasi dalam laporan
laba rugi dirasa tidak tepat terutama pada pencatatan akuntansi penjualan bersih
dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor pejualan, dimana hal
tersebut sangat penting untuk dicatat secara tepat dan sesuai aturan akuntansi guna
mengetahui dan mendapatkan laporan laba rugi yang benar dan sesuai.
Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pencatatan
akuntansi penjualan bersih dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba
2
kotor pejualan pada PT. QTA Cemerlang dan menjelaskan bagaimana cara
pencatatan yang sesuai dengan standard akuntansi.
3
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk perusahaan, hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi
bahan masukan dalam mengevaluasi perkembangan dan kemajuan
usaha yang mereka kelola.
2. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
perbendaharaan pengetahuan mengenai analisis penerapan akuntansi
dan sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini dapat menjadi literatur atau
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
Bab I: Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah yang menjadi pokok
bahasan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika
penulisan.
4
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang deskripsi dari objek penelitian, hasil dan
pembahasan penelitian.
Bab V: Penutup
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran serta penutup.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Masalah Non-akuntansi
Masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menekan resiko
terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya
dapat menjadi seminimal mungkin. Usaha untuk meminimalkan resiko ini
digolongkan dalam 3 kelompok yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan
penjualan angsuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi :
Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan
angsuran hanya diberikan pada calon pembeli yang kemampuan dan
kejujurannya dapat dipercaya, misalnya peawai negeri, profesi tertentu
dan sebagainya
Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan
atasan pembeli
Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji
6
2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual
Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat
perjanjian jual beli angsuran yang isinya antara lain :
a. Perjanjian penjualan bersyarat
Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung
diserahkan kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas barang
tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit
Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan
bermontor digunakan sebagai jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut
digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang
bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang kepada bank bukan
kepada penjual barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau BPKB akan
diterima dari bank.
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak
ketiga, sampai pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai bukti
pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.
d. Perjanjian beli-sewa
Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah
pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum
pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang
sudah diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi
7
Uang muka harus melebihi penurunan nilai dari barang baru
menjadi barang bekas
b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar
penurunan nilai atas barang yang dijual dan semakin besar peluang
untuk menghilangkan jejak bagi pembeli
c. Angsuran cukup besar
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang
selamajangka waktu angsuran.
2. Masalah Akuntansi
Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapat
dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
a. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
b. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan
angsuran.
c. Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.
d. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.
8
d. Dasar presentase produk
Pengakuan pendapatan di dalam penjualan angsuran sangat erat
kaitannya dengan pengakuan laba kotor.
9
b. Laba kotor kemudianharga pokok penjulan.
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran pertama-tama
dianggap sebagai pembayaran laba kotor, sampai semua laba kotor atas
penjualan angsuran tersebut diterima. Setelah laba kotor tersebut
direalisir semua, maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai
pembayaran atas harga pokok penjualan. Dalam metode ini
pembayaran angsuran pertama-tama diakaui sebagai laba kotor
kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya
diperhitungkan.
c. Harga pokok dan laba kotor secara proporsional (metode penjualan
angsuran)
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap terdiri
dari 2 unsur yaitu pembayaran atas harga pokok penjualan dan
pembayaran atas laba kotor secara proporsional. Dalam hal ini
pembayaran angsuran untuk setiap periode terdiri dari 2unsur yaitu:
Pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran atas laba
kotor secara proposional.
Kas..................................................................... xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 20XX........................ xxxx
Penjualan Angsuran.................................................... xxxx
10
Untuk penjualan real estete (harta tak bergerak) dapat
langsung mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan sebesar
harga pokok. Selisih antara harga pokok dengan harga jual
langsung di kredit ke rekening laba kotor yang belum di realisir
dengan demikian jurnal untuk penjualan angsuran real estete
adalah:
Kas................................................................. xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 20XX ....................xxxx
Aktiva .................................................................. xxxx
Laba kotor belum direalisir.......................................xxxx
HPP xxxx
HPP-Penjualan angsuran xxxx
Persediaan xxxx
Pengembalian Pembelian xxxx
Potongan Pembelian xxxx
Persediaan xxxx
Pembelian xxxx
Biaya angkut pembelian xxxx
11
4. Untuk mencatat laba kotor yang belum direalisir :
Penjualan angsuran..........................................xxxx
HPP-Penjualan angsuran ........................................xxxx
Laba kotor belum direalisir 20XX ...........................xxxx
c. Neraca
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan
disajikan didalam neraca ada 2, yaitu :
Piutang penjualan angsuran
12
Laba kotor yang belum direalisir
13
2. Dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat
2 sistem perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :
a. Sistem angsuran tetap
Dalam system ini besarnya angsuran untuk setiap periode akan
selalu tetap. Besarnya angsuran pokok pinjaman dapat dihitung
dengann rumus :
APP =
APP : Angsuran Pokok Pinjaman
: Pokok Pinjaman
JA : Banyaknya Angsuran
System angsuran tetap ini dapat dipakai baik system bunga
tetap maupun system bunga menurun.
b. Sistem anuitet
Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode
akan selalu tetap, yang terdiri atas bunga pinjaman yang selalu
menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin besar.
Jumlah pembayaran tersebut dihitung dengan mengunakan rumus
anuitet. Sistem anuitet ini hanya dipakai pada sistem bunga
menurun. Ditinjau dari segi besarnya bunga dan angsuran pokok
pinjaman, maka system anitet dapat disebut sebagai system bunga
menurun dan angsuran meningkat.
14
Besarnya angsuran pokok pinjaman adalah sama dengan jumlah
pokok pinjaman dibagi dengan banyaknya angsuran
Menghitung bunga
Besarnya bunga untuk setiap periodenya adalah sama dengan tingkat
bunga dikalikan dengan pokok pinjaman
Menghitung jumlah kas yang diterima
Besarnya kas yang diterima setiap angsuran adalah sama dengan
angsuran pokok pinjaman ditambah bunga.
15
A=
A : Jumlah angsuran per periode
PP : Pokok pinjaman mula-mula
An>p: Nilai tunai dari Rp. 1,00 yang akan diterima setiap periode
selama n periode yang akan datang dengan tingkat bunga p% per
periode. Nilai ini dapat dilihat pada table bunga atau dihitung
sendirimus dengan memakai rumus deret ukur menurun
16
Untuk mencatat penjulan :
Piutang penjulan angsuran........................... xxxx
Persediaan barang dagangan........................ xxxx
Cadangan kelebihan harga........................... xxxx
Penjualan angsuran................................... xxxx
Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :
Harga pokok penjualan angsuran................. xxxx
Persediaan barang dagangan...................... xxxx
Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisasi :
Penjualan angsuran.................................... xxxx
Harga pokok penjualan angsuran............... xxxx
Cadangan kelebihan harga........................ xxxx
Laba kotor belum direalis......................... xxxx
17
Rugi pembatalan penjualan angsuran................. xxxx
Piutang penjualan angsuran.......................................... xxxx
Keterangan :
L : Laba/rugi pembatalan penjualan angsuran
TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran atas penjualan angsuran yang
dibatalkan
LBBR :Laba kotor yang belum direalisir atas penjualan angsuran yang
dibatalkan
18
2.1.2. Metode Perpetual
Metode perpetual adalah salah satu cara pencatatan persediaan barang
dagangan. Implementasi metode perpetual untuk mengelola persediaan barang
dagangan adalah dengan mencatat seluruh kenaikan dan penurunan persediaan
barang dagangan. Ada 3 metode perpetual yang bisa digunakan untuk mencatat
persediaan, yaitu:
1. Metode Perpetual FIFO
2. Metode Perpetual LIFO
3. Metode Perpetual Average
19
Oleh karena itu, metode perpetual FIFO sering konsisten dengan arus fisik
atau pergerakan barang. Dalam kasus ini, metode FIFO memberikan hasil yang
kurang lebih sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi biaya
spesifik. Untuk setiap unit terjual dan yang masih berada dalam persediaan. Saat
metode perpetual FIFO dari biaya persediaan digunakan, biaya dimasukkan dalam
harga pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi.
20
Pada ilustrasi di atas, menunjukkan ayat jurnal untuk pembelian dan
penjualan serta akun buku besar pembantu persediaan untuk produk 123X. Jumlah
unit dalam persediaan setelah terjadinya setiap transaksi, bersama dengan jumlah
biaya dan biaya per unit, ditunjukkan dalam akun. Kita asumsikan unit-unit terjual
secara kredit sebesar Rp 30.000 per unit. Perhatikan bahwa setelah 70 unit terjual
pada tanggal 4 Juni 2018, terdapat sisa persediaan sebanyak 30 unit sebesar Rp
20.000 per unit. Sebanyak 80 unit yang dibeli tanggal 10 Juni 2018 diperoleh
dengan biaya Rp 21.000 per unit, bukan Rp 20.000. Oleh karena itu, persediaan
setelah pembelian tanggal 10 Juni 2018 dilaporkan dalam dua baris. 30 unit
seharga Rp 20.000 per unit dan 80 unit seharga Rp 21.000 per unit. Berikutnya,
perlu dicatat bahwa biaya sebesar Rp 810.000 untuk penjualan 40 unit tanggal 22
Juni 2018. Berasal dari 30 unit seharga Rp 20.000 per unit dan 10 unit seharga Rp
21.000 per unit. Pada saat ini, 70 unit yang terdapat dalam persediaan memiliki
biaya Rp 21.000 per unit. Sisa ilustrasi ini dijelaskan dengan cara yang sama.
21
Perhatikan contoh persediaan barang dagangan berikut:
Persediaan awal, pembelian, dan penjualan Produk MK47 adalah sebagai
berikut:
22
B. Jurnal Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Dari contoh data persediaan barang di atas, kita bisa membuat jurnal
umum persediaan barang dagang dengan metode perpetual LIFO berikut ini:
23
Dari ilustrasi di atas, menunjukkan ayat jurnal untuk pembelian dan
penjualan serta akun buku besar pembantu persediaan barang dagang untuk
produk 123X yang disiapkan dengan dasar LIFO.
Jika Anda membandingkan akun buku besar untuk sistem perpetual FIFO
dengan metode perpetual LIFO. Maka kita akan menemukan bahwa akun
keduanya sama sampai dengan pembelian tanggal 10 Juni 2018. Akan tetapi,
dalam LIFO, biaya 40 unit yang terjual tanggal 22 Juni 2018 merupakan biaya
dari pembelian tanggal 10 Juni 2018 (Rp 21.000 per unit). Biaya 70 unit yang
masih berada dalam persediaan barang dagang setelah terjadi penjualan adalah
biaya 30 unit sisa dari persediaan awal dan biaya 40 unit sisa dari pembelian
tanggal 10 Juni 2018. Sisa ilustrasi penggunaan LIFO dijelaskan dengan cara yang
sama. Ketika menggunakan metode perpetual LIFO digunakan, buku besar
pembantu kadang kala disiapkan dalam jumlah unit saja. Kemudian, jumlah unit
diubah dalam satuan nominal (misalnya Rupiah) ketika laporan keuangan
disiapkan pada akhir periode. Penggunaan metode LIFO awalnya dibatasi pada
24
situasi yang sangat jarang di mana unit yang terjual diambil dari barang yang
diperoleh paling akhir.
Perhatikan contoh berikut:
Persediaan awal, pembelian, dan penjualan Produk MK47 adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan persediaan barang dagangan pada tanggal 21 Mei 2018:
= 45 unit x Rp 7.000 = Rp 315.000
25
bidang bisnis yang lain. Sebagai contoh, individu dan perusahaan seringkali
membeli saham yang diperdagangkan pada tingkat harga berbeda per lembarnya.
Saat investasi tersebut dijual, investor harus memilih antara mengetahui lembar
saham mana yang akan dijual secara spesifik atau menggunakan asumsi arus biaya
FIFO.
Contoh #1:
Rincian yang relevan untuk setiap barang persediaan, seperti keterangan,
kuantitas, dan ukuran unit, disimpan di catatan persediaan. Catatan persediaan
barang dagangan individu akan menyusun catatan persediaan komputerisasi yang
jumlahnya sesuai dengan saldo akun buku besar persediaan.
Contoh #2:
Setiap kali barang dibeli atau dikembalikan oleh pelanggan, data persediaan
dimasukkan dalam catatan persediaan di komputer.
Contoh #3:
Setiap kali barang dijual, kasir akan memindai kode barang dengan menggunakan
pemindai optik. Alat ini akan membaca kode magnetik dan mencatat penjualan di
mesin kasir. Selanjutnya, catatan persediaan akan diperbarui dengan timbulnya
26
harga pokok penjualan. Catatan kuantitas persediaan barang dagangan juga
berkurang secara otomatis karena adanya penjualan.
Contoh #4:
Setelah pengitungan fisik persediaan barang dagangan dilakukan, data
penghitungan persediaan dimasukkan dalam komputer. Data ini dibandingkan
dengan saldo berjalan dan sejumlah kelebihan atau kekurangan persediaan
dicetak. Saldo persediaan barang dagang kemudian disesuaikan dengan kuantitas
yang ditentukan oleh hasil penghitungan fisik. Sistem ini dapat dilanjutkan untuk
membantu manajemen dalam mengendalikan dan mengatur kuantitas persediaan.
Sebagai contoh, barang yang cepat terjual dapat dipesan ulang sebelum persediaan
habis. Pola penjualan yang lalu dapat dianalisis untuk menentukan kapan harus
menyediakan barang untuk penjualan normal, dan untuk barang yang dijual
musiman. Sebagai tambahan, sistem ini dapat memberikan data bagi manajemen
untuk mengembangkan dan membuat perubahan kecil agar memberikan hasil
yang baik dalam manajemen pemasaran. Sebagai contoh, data tertentu dapat
digunakan untuk meng-evaluasi keefektifan penggunaan iklan dan promosi
penjualan. Media atau sarana apa yang tepat untuk beriklan, misalnya
menggunakan Google Ads, FB Ads, TV, koran, atau media lainnya.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
3.3. Responden Penelitian
Yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 1 orang, yaitu
bagian accounting Ibu Nia yang bertanggung jawab atas laporan keuangan
perusahaan yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang
dipergunakan dalam penulisan ini.
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli dan hasil observasi
terhadap suatu benda. Kegiatan dan hasil pengujian.
2. Data Sekunder
yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi, disini data
yang didapat adalah laporan laba rugi. Penulis membatasi periode laporan
keuangan yang diteliti pada tahun 2015-2019.
29
Analysis). Adapun proses dalam melakukan analisis data dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di gunakan oleh peneliti pada saat sebelum terjun ke
lapangan sehingga mendapatkan informasi atau data-data yang berasal dari
berbagai sumber yang dapat dijadikan acuan dan pendukung. Data dapat berupa
data hasil penelitian terdahulu atau data sekunder yang dapat digunakan untuk
menentukan fokus dari penelitian. Data – data tersebut masih berupa data mentah
dan belum teratur sehingga masih diperlukan tahap dianalisis ulang agar menjadi
suatu data matang dan teratur.
2. Reduksi Data (Data reduction)
Reduksi data digunakan oleh peneliti untuk mengfokuskan perhatian
terhadap suatu masalah dan selanjutnya mengarahkan perhatian pada catatan –
catatan yang terdapat di lapangan dan selanjutnya mencari data secara mendalam
dan mengumpulkan data-data tersebut sehingga dapat dijadikan laporan.
3. Penyajian Data (Data display)
Langkah yang selanjutnya yang di lakukan oleh peneliti adalah
mendeskripsikan data. Peneliti menyajikan data yang telah didapat dengan
menggunakan uraian singkat mengenai bagaimana pencatatan akuntansi penjualan
bersih dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan pada
PT. QTA Cemerlang yang menjadi objek penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah yang terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis
berdasarkan hasil dari penelitian yang relevan atau penarikan kesimpulan dan
verifikasi yang di lakukan pada PT. QTA Cemerlang, selanjutnya melihat apakah
PT. QTA Cemerlang tersebut sudah melakukan pencatatan akintansi penjualan
bersih dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan sudah
sesuai atau belum dengan standar akuntansi yang berlaku.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah
mengetahui dan memahami pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga poko
penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan pada …..Oleh karena itu dalam
Bab IV ini peneliti menganalisis hal tersebut sesuai dengan metode yang
digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif
Berdasarkan laporan diatas, dapat diketahui bahwa PT. QTA belum menerapkan
pencatatan laporan keuangan berbasis pedoman akuntansi. PT. QTA karakteristik
pesantren dengan tata kelola yang baik. Kemampuan dalam mengelola proses
pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan merupakan hal yang paling
mendasar di dalam proses peningkatan tatakelola tersebut. Secara lebih luas, hal
tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan perusahaan.
31
Sulitnya koordinasi dengan tiap unit selaku pengguna
anggaran (sekolah, pesantren, dan bagian sarana
prasarana).
2. Sistem laporan keuangan yang belum padu dengan tiap
unit. Karena masing-masing unit memiliki sistem
penulisan sendiri-sendiri.
. Pemasukan dan pengeluaran yang tidak balance. Jadi
RAPBY (Rancangan Anggaran Belanja Yayasan)
berbeda dengan realita yang terjadi. Semisal ada dana
yang masuk 3 milyar tapi faktanya hanya masuk 2
milyar. Dan 1 milyarnya terkendala dari masingmasing individu (santri) itu
sendiri. Kita juga tidak
bisa memaksakan hal tersebut.
4.2 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga pokok penjualan dalam
melaporkan laba kotor pada PT. QTA Cemerlang
4.3 Interpretasi Hasil Penelitian
Analisis Implementasi Pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga pokok
penjualan dalam melaporkan laba kotor Laporan Keuangan
Pesantren Al-Urwatul Wutsqo Sesuai Dengan Pedoman
Akuntansi Pesantren.
Berdasarkan tabel diatas, terdapat akunakun yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Pendapatan
Dalam laporan PT. QTA Cemerlang pendapatan udaha dicatat dengan akun
pendapatan dimana seharusnya ditacatat menggunakan akun penjualan
32
BAB V – PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Keterbatasan penelitian
5.3 Saran
33