Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latat Belakang


Di era globalisasi, berbagai jenis usaha dituntut untuk lebih maju dan
dapat bertahan dalam menjalankan jenis usahanya. Semakin ketatnya persaingan
mengharuskan para pengusaha untuk lebih profesional dalam menjalankan
bisnisnya. Pengelolaan yang profesional mutlak harus dilakukan oleh para
pengusaha agar dapat bertahan dan berkembang di tengah persaingan yang
semakin ketat. Metode praktis dan manjur dalam pengelolaan perusahaan adalah
dengan menerapkan akuntansi dengan baik. Salah satunya adalah dengan
melakukan pembuatan suatu pencatatan akuntansi yang berujung pada pembuatan
laporan keuangan. Hal tersebut harus disikapi secara cerdas oleh para pemilik
usaha. Standar akuntansi keuangan yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan harus diterapkan secara konsisten. Dengan demikian, akuntansi
menjadikan perusahaan dapat memperoleh berbagai informasi keuangan dalam
menjalankan usahanya. Pencatatan akuntansi harus sesuai dengan setiap transaksi
yang terjadi dan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi
mempunyai perlakuan akuntansi mulai dari pengakuan, pengukuran, penyajian
maupun pengungkapan, dan tentunya dapat menjadi dasar untuk menyusun
laporan keuangan yang andal (Andrianto,dkk,2017).
Dengan demikian, akuntansi menjadikan perusahaan dapat memperoleh
berbagai informasi keuangan yang penting dalam menjalankan usahanya dan
melalui pencatatan serta pelaporan keuangan tersebut juga dapat mengetahui
posisi usahanya. Informasi keuangan yang dapat diperoleh antara lain informasi
kinerja perusahaan, informasi penghitungan pajak, informasi posisi dana
perusahaan, informasi perubahan modal pemilik, jumlah piutang, hutang,
persediaan, penjualan, informasi pemasukan/pengeluaran kas dan laba tiap
periode. Pencatatan dan pelaporan keuangan sangat berguna untuk proses
pengambilan keputusan suatu bisnis untuk melanjutkan usaha mereka. Informasi
tersebut dapat didapat atau dilihat dari laporan keuangan.

1
Salah satu laporan keuangan yang utama dan penting adalah laporan laba
rugi. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan pada periode tertentu dan sebagai penghubung antara dua neraca
dalam periode yang berurutan. Laporan laba rugi juga menyajikan selisih antara
pendapatan terhadap beban yang terjadi. Fungsi Laporan Laba Rugi adalah
sebagai alat untuk memonitor kemajuan dan kemunduran keuangan perusahaan.
Seluruh pendapatan dan biaya atau beban disajikan dalam laporan ini. Selisih
antara keduanya merupakan laba atau rugi perusahaan. Cukup dengan membaca
dan menganalisa Laporan Laba Rugi, kita akan tahu kondisi perusahaan. Jadi
dengan melakukan analisis terhadap laporan laba rugi, pengelola bisnis dalam hal
ini manajemen perusahaan dapat memutuskan strategi yang tepat untuk dilakukan
pada periode berikutnya.
Bertolak belakang dengan pentingnya pencatatan akuntansi, pada
kenyataannya masih banyak pelaku usaha yang belum menggunakan informasi
akuntansi secara maksimal pada usahanya. Fenomena seperti ini tentunya sering
ditemukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak begitu besar karena belum
adanya kesadaran dari para pelaku usaha tentang pentingnya pencatatan akuntansi
pada usahanya. Seharusnya para pelaku usaha dapat memahami manfaat dari
pencatatan akuntansi, hal ini karena aspek penting dari pengelolaan suatu usaha
adalah keuangan. Tidak jarang suatu perusahaan harus menutup usaha yang telah
dirintis dan dikembangkan karena ketidak mantapan landasan dan tidak
terkelolanya keuangan dengan baik. .
Seperti yang terjadi pada PT. QTA Cemerlang, perusahaan ini merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang penjualan angsuran yang pemasarannya cukup
luas di Kota Sukabumi. Pada perusahaan ini pencatatan akuntasi dalam laporan
laba rugi dirasa tidak tepat terutama pada pencatatan akuntansi penjualan bersih
dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor pejualan, dimana hal
tersebut sangat penting untuk dicatat secara tepat dan sesuai aturan akuntansi guna
mengetahui dan mendapatkan laporan laba rugi yang benar dan sesuai.
Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pencatatan
akuntansi penjualan bersih dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba

2
kotor pejualan pada PT. QTA Cemerlang dan menjelaskan bagaimana cara
pencatatan yang sesuai dengan standard akuntansi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, menarik untuk
dicermati bagaimana penerapan suatu sistem pencatatan akuntansi yang dapat
mengakomodasi kebutuhan pencatatan keuangan untuk diterapkan pada suatu
perusahaan. Dan pada penelitian kali ini dirumuskan masalah pokok sebagai
berikut :

1. Bagaimanakah pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga


pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor pada PT. QTA
Cemerlang?
2. Bagaimanakah pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga
pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor yang sesuai dengan
standard akuntansi?

1.3. Tujuan Penelitian


Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
1. Menganalisa pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga pokok
penjualan dalam melaporkan laba kotor pada PT. QTA Cemerlang
apakah sudah sesuai dengan standard akuntansi?
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara tidak
langsung terhadap perusahan ini dengan cara memberikan informasi
mengenai bagaimana pencatatan akuntansi penjualan bersih, harga
pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan yang sesuai
dengan standard akuntansi.

3
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk perusahaan, hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi
bahan masukan dalam mengevaluasi perkembangan dan kemajuan
usaha yang mereka kelola.
2. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
perbendaharaan pengetahuan mengenai analisis penerapan akuntansi
dan sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini dapat menjadi literatur atau
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

1.5. Sistematika Penulisan


Penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang masing masing
akan menguraikan pembahasan untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai skripsi ini. Penguraian masing-masing bab akan dibagi sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah yang menjadi pokok
bahasan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika
penulisan.

Bab II: Tinjauan Pustaka


Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian dan kerangka
teoritis yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab III: Metode Penelitian


Menjelaskan tentang desain penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, objek penelitian dan analisis data. Selain itu, pada Bab ini juga
menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan
kualitatif.

4
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang deskripsi dari objek penelitian, hasil dan
pembahasan penelitian.

Bab V: Penutup
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran serta penutup.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Penjualan Angsuran


Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian
dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap. Profit merupakan salah satu
tujuan umum setiap perusahaan, dan salah satu langkah untuk mewujudkannya
adalah dengan meningkatkan volume penjualan dengan penjualan yang
pembayarannya secara bertahap. Hal ini akan menarik bagi para konsumen karena
akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya. Namun penjualan dengan
metode ini akan didampingi oleh resiko yang besar karena pembayarannya
dilakukan beberapa periode di masa yang akan datang sehingga menimbulkan
ketidak pastian. Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi
dua, yaitu masalah Non-akuntansi dan masalah Akuntansi.

1. Masalah Non-akuntansi
Masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menekan resiko
terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya
dapat menjadi seminimal mungkin. Usaha untuk meminimalkan resiko ini
digolongkan dalam 3 kelompok yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan
penjualan angsuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi :
 Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan
angsuran hanya diberikan pada calon pembeli yang kemampuan dan
kejujurannya dapat dipercaya, misalnya peawai negeri, profesi tertentu
dan sebagainya
 Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan
atasan pembeli
 Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji

6
2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual
Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat
perjanjian jual beli angsuran yang isinya antara lain :
a. Perjanjian penjualan bersyarat
Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung
diserahkan kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas barang
tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit
Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan
bermontor digunakan sebagai jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut
digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang
bersangkutan. Dengan demikian pembeli berutang kepada bank bukan
kepada penjual barang. Setelah kredit lunas sertifikat atau BPKB akan
diterima dari bank.
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak
ketiga, sampai pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai bukti
pemilikan akan diserahkan kepada pembeli.
d. Perjanjian beli-sewa
Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah
pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum
pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang
sudah diterima harus dikembalikan tanpa ganti rugi

3. Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual


Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli
harus berfikir masak-masak sebelum memutuskan untuk membetalkan
pembelian angsuran. karena pembatalan pembelian angsuran berarti
kerugian bagi pembeli dan keutungan bagi pihak penjual. Agar keadaan ini
dapat terwujud maka :
a. Uang muka harus cukup besar

7
Uang muka harus melebihi penurunan nilai dari barang baru
menjadi barang bekas
b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar
penurunan nilai atas barang yang dijual dan semakin besar peluang
untuk menghilangkan jejak bagi pembeli
c. Angsuran cukup besar
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang
selamajangka waktu angsuran.

2. Masalah Akuntansi
Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapat
dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
a. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
b. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan
angsuran.
c. Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.
d. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.

2.1.1. PENGAKUAN LABA KOTOR


2.1.1.1. Metode Pengakuan Pendapatan
Sesuai prinsip akuntansi maka pendapatan baru akan di akui apabila 2
kriteria berikut sudah di penuhi yaitu :
1) Earning process telah selesai
2) Telah terjadi pertukaran
Apabila ke dua syarat tersebut sudah terpenuhi berarti pendapatan
sudah di realisir dan pendapatan akan diakui. Sesuai denga terpenuhinya
kriteria relisasi maka ada 4 dasar pengakuan pendapatan:
a. Dasar penjualan
b. Dasar penerimaan kas / tunai
c. Dasar produk selesai

8
d. Dasar presentase produk
Pengakuan pendapatan di dalam penjualan angsuran sangat erat
kaitannya dengan pengakuan laba kotor.

2.1.1.2. Laba Kotor Penjualan Angsuran


Ada 2 dasar didalam pengakuan laba kotor penjualan angsuran adalah:
1. Dasar Penjualan
Laba kotor atas penjualan diakui dalam periode penjualan angsuran
yang terjadi tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah
diterima atau tidak. Agar laporan rugi-laba dapat mencerminkan
“Proper matching revenue with expenses” sebaiknya peruahaan
mencadangkan biaya penagihan dan biaya lain-lain yang berhubungan
dengan penjualan tersebut.
2. Dasar Kas
Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila
pembayaran dari piutang penjualan angsuran sudah diterima, dan
penerimaan kas tersebut terdiri dari 2 unsur yaitu :
 Pembayaran atas harga pokok penjualan
 Pembayaran atas laba kotor
Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran
tersebut ada 3 metode, yaitu :
a. Harga pokok Penjualan kemudian laba kotor.
Penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun
pembayaran angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran
atas harga pokok penjualan. Selama harga pokok penjualan angsuran
tersebut belum selesai diterima pembayarannya perusahaan belum
mengakuinya sebagai laba kotor. Metode ini tidak dapat
mencerminkan propermatching revenue with exspenses karena terlalu
konservatif. Dalam metode ini laba kotor akan diakui apabila harga
pokok sudah terbayarkan.

9
b. Laba kotor kemudianharga pokok penjulan.
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran pertama-tama
dianggap sebagai pembayaran laba kotor, sampai semua laba kotor atas
penjualan angsuran tersebut diterima. Setelah laba kotor tersebut
direalisir semua, maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai
pembayaran atas harga pokok penjualan. Dalam metode ini
pembayaran angsuran pertama-tama diakaui sebagai laba kotor
kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya
diperhitungkan.
c. Harga pokok dan laba kotor secara proporsional (metode penjualan
angsuran)
Penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap terdiri
dari 2 unsur yaitu pembayaran atas harga pokok penjualan dan
pembayaran atas laba kotor secara proporsional. Dalam hal ini
pembayaran angsuran untuk setiap periode terdiri dari 2unsur yaitu:
Pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran atas laba
kotor secara proposional.

2.1.1.3. Pencatatan di dalam Metode Penjualan Angsuran


1. Untuk mencatat penjualan dan penerimaan uang muka :

Kas..................................................................... xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 20XX........................ xxxx
Penjualan Angsuran.................................................... xxxx

Apabila perusahaan menggunakan system perpetual maka


perusahaan juga harus mencatat harga pokok penjualan, yaitu :

HPP-Penjualan Angsuran................................... xxxx


Persediaan .................................................................. xxxx

10
Untuk penjualan real estete (harta tak bergerak) dapat
langsung mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan sebesar
harga pokok. Selisih antara harga pokok dengan harga jual
langsung di kredit ke rekening laba kotor yang belum di realisir
dengan demikian jurnal untuk penjualan angsuran real estete
adalah:

Kas................................................................. xxxx
Piutang Penjualan Angsuran 20XX ....................xxxx
Aktiva .................................................................. xxxx
Laba kotor belum direalisir.......................................xxxx

2. Untuk mencatat penerimaan angsuran :

Kas ................................................................ xxxx


Piutang Penjualan Angsuran 20XX ....................... xxxx

3. Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :


Apabila perusahaan menggunakan sistem fisik, maka pada
akhir priode perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian untuk
mencatat harga pokok penjulan angsuran dan harga pokok
penjualan biasa, yaitu :

HPP xxxx
HPP-Penjualan angsuran xxxx
Persediaan xxxx
Pengembalian Pembelian xxxx
Potongan Pembelian xxxx
Persediaan xxxx
Pembelian xxxx
Biaya angkut pembelian xxxx

11
4. Untuk mencatat laba kotor yang belum direalisir :

Penjualan angsuran..........................................xxxx
HPP-Penjualan angsuran ........................................xxxx
Laba kotor belum direalisir 20XX ...........................xxxx

5. Untuk mencatat laba kotor yangsudah direalisir :

Laba kotorbelum direalisir 20XX ......................xxxx


Laba kotor sudah direalisir ....................................xxxx

2.1.1.4. Penyusunan Laporan Keuangan


a. Laporan rugi laba
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan
disajikan didalam laporan Rugi-laba terbatas pada laba kotor yang
sudah direalisir. Dengan demikian laba kotor yang disajikan di dalam
laporan Rugi-laba ada 2 macam, yaitu
 Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa
 Laba kotor penjualan angsuran yang direalisir selama tahun yang
bersangkutan, baik yang berasal dari penjualan tahunyang
bersangkutan maupun tahun-tahun sebelumnya.

b. Laporan PerubahanModal/Laba Ditahan


Didalam laporan ini tidak menyajikan pos-pos yang
berhubungandengan penjualan angsuran.

c. Neraca
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan
disajikan didalam neraca ada 2, yaitu :
 Piutang penjualan angsuran

12
 Laba kotor yang belum direalisir

2.1.1.5. PERHITUNGAN BUNGA DAN ANGSURAN


Besarnya pembayaran yang diterima dari pembeli terdiri dari 2 unsur
yaitu bunga yang diperhitungkan dan angsuran pokok pinjaman. Besarnya
pembayaran yang diterima setiap saat tergantung pada 2 hal :

1. Dasar perhitungan bunga


Terdapat dua dasar perhitungan bunga yang sering dipakai,
yaitu:
A. Bunga dihitung dari sisa pinjaman
Besarnya bunga dihitung berdasarkan sisa pinjaman pada
periode awal. Karena sisa pinjaman ini dari setiap periode selalu
menurun maka besarnya bunga juga selalu menurun. Oleh karena itu
system ini sering disebut dengan system bunga menurun. Cara ini
sering dipakai dalam penjualan angsuran jangka yang panjang
seperti perumahan dan sejenisnya. Dan cara ini juga lebih
meringankan pembeli.
B. Bunga dihitung dari pokok pinjaman
Bunga untuk setiap periodenya dihitung berdasarkan pokok
pinjaman mula-mula. Pokok pinjaman mula-mula ini besarnya
selalu tetap maka besar bunganya juga tetap. System ini disebut
sebagai system bunga tetap. Dalam system ini tingkat bunga yang
sesungguhnya lebih besar daripada tingkat bunga yang dinyatakan
secara eksplisit. Cara ini banyak dipakai untuk merangsang pembeli
yang kurang mengetahui cara perhitungan bunga, karena tingkat
bunga yang dinyatakan eksplisit rendah akan tetapi tingkat bunga
yang sebenarnya tinggi. Besarnya tingkat bunga yang sebenarnya,
yang dihitung berdasarkan modal rata-rata mendekati 2 kali tingkat
bunga yang dinyatakan secara eksplisit.

13
2. Dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat
2 sistem perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :
a. Sistem angsuran tetap
Dalam system ini besarnya angsuran untuk setiap periode akan
selalu tetap. Besarnya angsuran pokok pinjaman dapat dihitung
dengann rumus :
APP =
APP : Angsuran Pokok Pinjaman
: Pokok Pinjaman
JA : Banyaknya Angsuran
System angsuran tetap ini dapat dipakai baik system bunga
tetap maupun system bunga menurun.
b. Sistem anuitet
Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode
akan selalu tetap, yang terdiri atas bunga pinjaman yang selalu
menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin besar.
Jumlah pembayaran tersebut dihitung dengan mengunakan rumus
anuitet. Sistem anuitet ini hanya dipakai pada sistem bunga
menurun. Ditinjau dari segi besarnya bunga dan angsuran pokok
pinjaman, maka system anitet dapat disebut sebagai system bunga
menurun dan angsuran meningkat.

Dengan memperhatikan system perhitungan bunga dan system


pokok pinjaman tersebut maka terdapat 3 alternatif yaitu :

1. Sistem Bunga Tetap dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap


Besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk
setiap periodenya selalu tetap. Dengan demikian jumlah angsurannya
juga tetap. Besarnya angsuran ini dapat dihitung dengan prosedur :
 Menghitung angsuran pokok pinjaman

14
Besarnya angsuran pokok pinjaman adalah sama dengan jumlah
pokok pinjaman dibagi dengan banyaknya angsuran
 Menghitung bunga
Besarnya bunga untuk setiap periodenya adalah sama dengan tingkat
bunga dikalikan dengan pokok pinjaman
 Menghitung jumlah kas yang diterima
Besarnya kas yang diterima setiap angsuran adalah sama dengan
angsuran pokok pinjaman ditambah bunga.

2. Sistem Bunga Menurun dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap


Dalam sistem ini besarnya bunga per periode selalu menurun,
sedangkan besarnya angsuran pokok pinjaman tetap, sehinga jumlah
angsuran secara keseluruhan selalu menurun. Besarnya jumlah angsuran
per periodenya dapat dihitung dengan prosedur sbb :
 Menghitung pokok angsuran pinjaman
Besarnya pokok pinjaman angsuran Sama dengan pokok pinjaman
dibagi dengan banyaknya angsuran
 Menghitung bunga
Besarnya bunga Sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa
pokok pinjaman pada awal periode yang bersangkutan
 Menghitung jumlah kas yang diterima
Besarnya jumlah kas yang diterima sama dengan angsuran pokok
pinjaman ditambah dengan bunga.

3. Bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat


Dalam sistem ini, biasanya besar angsuran per tahun dihitung
dengan menggunakan pendekatan anuitet. besarnya jumlah angsuran,
bunga dan angsuran pokokpinjaman dihitung dengan prosedur :
 Menghitung besarnya kas yang deiterima per tahun, dapat dilihat
dengan rumus:

15
A=
A : Jumlah angsuran per periode
PP : Pokok pinjaman mula-mula
An>p: Nilai tunai dari Rp. 1,00 yang akan diterima setiap periode
selama n periode yang akan datang dengan tingkat bunga p% per
periode. Nilai ini dapat dilihat pada table bunga atau dihitung
sendirimus dengan memakai rumus deret ukur menurun

 Menghitung bunga, sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan


sisa pokok pinjaman pada awal periode. besarnya bunga ini akan
selalu menurun, karena dihitung berdasarkan jumlah yang selalu
menurun

 Menghitung angsuran pokok pinjaman


Besarnya angsuran pokok pinjaman yang diterima setiap periodenya
sama dengan kas yang diterima dikurangi dengan bunga

2.1.1.6. DITUKAR TAMBAH


Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupa
dengan barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli
biasanya dihargai lebih barang tersebut sehingga harga jualnya terlalu
tinggi oleh karena itu perlu dicatat berdasarkan nilai realisasi bersihnya
saja. Besarnya itu tentuny atidak boleh lebih dari harga pokok
penggantinya.
Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai
realisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran
biaya perbaikan sebelum dijual, biaya pemasaran dan laba normal. Selisih
antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati dikelompokkan dalam
rekening cadangan kelebihan harga. Transaksi yang berhubungan dengan
tukar tambah pencatatannya adalah :

16
 Untuk mencatat penjulan :
Piutang penjulan angsuran........................... xxxx
Persediaan barang dagangan........................ xxxx
Cadangan kelebihan harga........................... xxxx
Penjualan angsuran................................... xxxx
 Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :
Harga pokok penjualan angsuran................. xxxx
Persediaan barang dagangan...................... xxxx
 Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisasi :
Penjualan angsuran.................................... xxxx
Harga pokok penjualan angsuran............... xxxx
Cadangan kelebihan harga........................ xxxx
Laba kotor belum direalis......................... xxxx

2.1.1.7. PEMBATALAN PENJUALAN ANGSURAN


Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang belum
dilunasi. Dengan demikian perusahaan akan menerima kembali barang
yang sudah dijual, menghapus piutang penjualan angsuran yang belum
direalisasi, dan juga mengakui laba/rugi pembatalan penjualan angsuran.
Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada
metode pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari :
1. Metode Accrual
Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada
saat penjualan, sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan
besarnya harga pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya.
Maka besarnya laba atau rugi yang diakui dari pembatalan penjualan
angsuran adalah sama dengan selisih antara nilai pasar barang bekas yang
diterima dengan saldo piutang penjualan angsuran yang belum diterima
pembayarannya.
Pencatatan transaksi dalam meteode ini dengan :
Persediaa barang dagangan................................ xxxx

17
Rugi pembatalan penjualan angsuran................. xxxx
Piutang penjualan angsuran.......................................... xxxx

2. Metode Penjualan Angsuran

L = TNRS – (PPA – LBBR)

Di dalam metode ini perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan


angsuran secara proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengan
demikian saldo piutang penjualan angsuran terdiri atas dua unsur,yaitu
harga pokok penjulan angsuran dan laba kotor yang
belumdirealisasi.Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum
diterima pembayarannya adalah sama dengan saldo piutang penjualan
angsuran dikurangi dengan saldo laba kotor belum direalisir atas penjualan
angsuran yang dibatalkan tersebut. Besarnya laba atau rugi pembatalan
penjualan angsuran dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :
L : Laba/rugi pembatalan penjualan angsuran
TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran atas penjualan angsuran yang
dibatalkan
LBBR :Laba kotor yang belum direalisir atas penjualan angsuran yang
dibatalkan

Pencatatan transaksi dalam metode ini dengan :


Persediaan barang dagangan...................... xxxx
Labar kotor belum direalisir....................... xxxx
Piutang penjualan angsuran.................................. xxxx

18
2.1.2. Metode Perpetual
Metode perpetual adalah salah satu cara pencatatan persediaan barang
dagangan. Implementasi metode perpetual untuk mengelola persediaan barang
dagangan adalah dengan mencatat seluruh kenaikan dan penurunan persediaan
barang dagangan. Ada 3 metode perpetual yang bisa digunakan untuk mencatat
persediaan, yaitu:
1. Metode Perpetual FIFO
2. Metode Perpetual LIFO
3. Metode Perpetual Average

1. Pencatatan Persediaan Barang Dagangan


Pencatatan persediaan barang dagangan dengan metode perpetual
dilakukan dengan cara yang sama dengan pencatatan kenaikan dan penurunan
dalam kas. Akun persediaan pada awal periode akuntansi menunjukkan
persediaan tersedia pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit
persediaan dan menkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal terjadinya penjualan,
harga pokok penjualan dicatat dengan mendebit Harga Pokok Penjualan dan
mengkredit Persediaan. Ketika unit yang identik dari suatu barang dibeli dengan
biaya per unit yang berbeda dalam periode tertentu, maka perlu dibuat asumsi arus
biaya.

2. Metode Perpetual FIFO


A. Pengertian Metode Perpetual FIFO
Kebanyakan perusahaan menjual barang berdasarkan urutan yang sama
dengan saat barang dibeli. Hal ini terutama dilakukan untuk barang yang tidak
tahan lama dan barang yang mode dan modelnya sering berubah. Sebagai contoh,
toko bahan makanan mengatur rak produk susu berdasarkan tanggal kadaluwarsa.
Begitu pula dengan toko pakaian pria dan wanita memajang pakaianya sesuai
musim. Pada akhir musim, mereka sering menjual barang untuk menyingkirkan
pakaian yang sudah tidak sesuai dengan musim atau mode yang akan datang.

19
Oleh karena itu, metode perpetual FIFO sering konsisten dengan arus fisik
atau pergerakan barang. Dalam kasus ini, metode FIFO memberikan hasil yang
kurang lebih sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi biaya
spesifik. Untuk setiap unit terjual dan yang masih berada dalam persediaan. Saat
metode perpetual FIFO dari biaya persediaan digunakan, biaya dimasukkan dalam
harga pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi.

Contoh Penerapan Metode Perpetual FIFO


Sebagai penjelasan, perhatikan ilustrasi berikut ini:

B. Jurnal pencatatan persediaan barang dagangan :

20
Pada ilustrasi di atas, menunjukkan ayat jurnal untuk pembelian dan
penjualan serta akun buku besar pembantu persediaan untuk produk 123X. Jumlah
unit dalam persediaan setelah terjadinya setiap transaksi, bersama dengan jumlah
biaya dan biaya per unit, ditunjukkan dalam akun. Kita asumsikan unit-unit terjual
secara kredit sebesar Rp 30.000 per unit. Perhatikan bahwa setelah 70 unit terjual
pada tanggal 4 Juni 2018, terdapat sisa persediaan sebanyak 30 unit sebesar Rp
20.000 per unit. Sebanyak 80 unit yang dibeli tanggal 10 Juni 2018 diperoleh
dengan biaya Rp 21.000 per unit, bukan Rp 20.000. Oleh karena itu, persediaan
setelah pembelian tanggal 10 Juni 2018 dilaporkan dalam dua baris. 30 unit
seharga Rp 20.000 per unit dan 80 unit seharga Rp 21.000 per unit. Berikutnya,
perlu dicatat bahwa biaya sebesar Rp 810.000 untuk penjualan 40 unit tanggal 22
Juni 2018. Berasal dari 30 unit seharga Rp 20.000 per unit dan 10 unit seharga Rp
21.000 per unit. Pada saat ini, 70 unit yang terdapat dalam persediaan memiliki
biaya Rp 21.000 per unit. Sisa ilustrasi ini dijelaskan dengan cara yang sama.

21
Perhatikan contoh persediaan barang dagangan berikut:
Persediaan awal, pembelian, dan penjualan Produk MK47 adalah sebagai
berikut:

Dengan menggunakan metode FIFO, dapat dihitung harga pokok


penjualan pada tanggal 21 Mei 2018, dan persediaan tanggal 31 Mei 2018.

Harga Pokok Penjualan (HPP) persediaan barang dagangan:

Jumlah persediaan barang dagangan:


= 23 unit x Rp 7.000 = Rp 161.000

3. Metode Perpetual LIFO


A. Pengertian Metode Perpetual LIFO
Metode perpetual LIFO adalah metode yang digunakan dalam sistem
persediaan barang dagangan, di mana biaya unit yang terjual merupakan biaya
dari pembelian yang terakhir.

Untuk memudahkan pemahaman, perhatikan ilustrasi berikut ini:

22
B. Jurnal Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Dari contoh data persediaan barang di atas, kita bisa membuat jurnal
umum persediaan barang dagang dengan metode perpetual LIFO berikut ini:

23
Dari ilustrasi di atas, menunjukkan ayat jurnal untuk pembelian dan
penjualan serta akun buku besar pembantu persediaan barang dagang untuk
produk 123X yang disiapkan dengan dasar LIFO.
Jika Anda membandingkan akun buku besar untuk sistem perpetual FIFO
dengan metode perpetual LIFO. Maka kita akan menemukan bahwa akun
keduanya sama sampai dengan pembelian tanggal 10 Juni 2018. Akan tetapi,
dalam LIFO, biaya 40 unit yang terjual tanggal 22 Juni 2018 merupakan biaya
dari pembelian tanggal 10 Juni 2018 (Rp 21.000 per unit). Biaya 70 unit yang
masih berada dalam persediaan barang dagang setelah terjadi penjualan adalah
biaya 30 unit sisa dari persediaan awal dan biaya 40 unit sisa dari pembelian
tanggal 10 Juni 2018. Sisa ilustrasi penggunaan LIFO dijelaskan dengan cara yang
sama. Ketika menggunakan metode perpetual LIFO digunakan, buku besar
pembantu kadang kala disiapkan dalam jumlah unit saja. Kemudian, jumlah unit
diubah dalam satuan nominal (misalnya Rupiah) ketika laporan keuangan
disiapkan pada akhir periode. Penggunaan metode LIFO awalnya dibatasi pada

24
situasi yang sangat jarang di mana unit yang terjual diambil dari barang yang
diperoleh paling akhir.
Perhatikan contoh berikut:
Persediaan awal, pembelian, dan penjualan Produk MK47 adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode LIFO, kita dapat mengetahui:

Harga Pokok Penjualan persediaan barang dagangan pada tanggal 21 Mei 2018:
= 45 unit x Rp 7.000 = Rp 315.000

Persediaan per 31 Mei 2018:

4. Metode Perpetual Average – Biaya Rata-rata


A. Pengertian Metode Perpetual Average
Metode perpetual average – biaya rata-rata digunakan untuk mengelola
persediaan dengan cara menghitung biaya unit rata-rata untuk setiap jenis barang
setiap kali terjadi pembelian. Kemudian biaya unit ini digunakan untuk
menghitung biaya setiap penjualan sampai pembelian lain dilakukan dan biaya
rata-rata yang baru dihitung. Teknik rata-rata seperti ini disebut rata-rata bergerak.
Metode perhitungan biaya FIFO, LIFO dan biaya rata-rata juga digunakan di

25
bidang bisnis yang lain. Sebagai contoh, individu dan perusahaan seringkali
membeli saham yang diperdagangkan pada tingkat harga berbeda per lembarnya.
Saat investasi tersebut dijual, investor harus memilih antara mengetahui lembar
saham mana yang akan dijual secara spesifik atau menggunakan asumsi arus biaya
FIFO.

5. Implementasi Metode Perpetual dengan Komputerisasi


Catatan untuk sistem persediaan perpetual dapat dikelola secara manual.
Akan tetapi, bagi perusahaan dengan jumlah barang persediaan yang begitu besar.
Serta transaksi pembelian dan penjualan yang banyak, sistem semacam ini
membutuhkan biaya dan waktu. Dalam kebanyakan kasus, penyimpanan catatan
sistem persediaan perpetual dilakukan dengan sistem komputerisasi.

Contoh penggunaan sistem komputerisasi dalam mengelola catatan persediaan


perpetual untuk toko ritel adalah sebagai berikut:

Contoh #1:
Rincian yang relevan untuk setiap barang persediaan, seperti keterangan,
kuantitas, dan ukuran unit, disimpan di catatan persediaan. Catatan persediaan
barang dagangan individu akan menyusun catatan persediaan komputerisasi yang
jumlahnya sesuai dengan saldo akun buku besar persediaan.

Contoh #2:
Setiap kali barang dibeli atau dikembalikan oleh pelanggan, data persediaan
dimasukkan dalam catatan persediaan di komputer.

Contoh #3:
Setiap kali barang dijual, kasir akan memindai kode barang dengan menggunakan
pemindai optik. Alat ini akan membaca kode magnetik dan mencatat penjualan di
mesin kasir. Selanjutnya, catatan persediaan akan diperbarui dengan timbulnya

26
harga pokok penjualan. Catatan kuantitas persediaan barang dagangan juga
berkurang secara otomatis karena adanya penjualan.

Contoh #4:
Setelah pengitungan fisik persediaan barang dagangan dilakukan, data
penghitungan persediaan dimasukkan dalam komputer. Data ini dibandingkan
dengan saldo berjalan dan sejumlah kelebihan atau kekurangan persediaan
dicetak. Saldo persediaan barang dagang kemudian disesuaikan dengan kuantitas
yang ditentukan oleh hasil penghitungan fisik. Sistem ini dapat dilanjutkan untuk
membantu manajemen dalam mengendalikan dan mengatur kuantitas persediaan.
Sebagai contoh, barang yang cepat terjual dapat dipesan ulang sebelum persediaan
habis. Pola penjualan yang lalu dapat dianalisis untuk menentukan kapan harus
menyediakan barang untuk penjualan normal, dan untuk barang yang dijual
musiman. Sebagai tambahan, sistem ini dapat memberikan data bagi manajemen
untuk mengembangkan dan membuat perubahan kecil agar memberikan hasil
yang baik dalam manajemen pemasaran. Sebagai contoh, data tertentu dapat
digunakan untuk meng-evaluasi keefektifan penggunaan iklan dan promosi
penjualan. Media atau sarana apa yang tepat untuk beriklan, misalnya
menggunakan Google Ads, FB Ads, TV, koran, atau media lainnya.

27
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Dalam suatu penelitian, metodologi penelitian memegang peranan penting
karena akan menentukan keberhasilan dari penelitian tersebut. Dalam hal ini
metodologi diperlukan untuk mencari dan mengolah data yang diperlukan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan
kualitatif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dalam metode deskriptif peneliti bisa membandingkan dalam hal
pencatatan akuntasi pada PT. QTA Cemerlang sehingga merupakan studi
komparatif. Komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda. Oleh karena itu penggunaan metode deskriptif-komparatif dalam
penelitian ini adalah dengan membandingkan Pencatatan akuntansi pada PT. QTA
dengan pencatatan yang sesuai dengan standard akuntasi. Pendekatan kualitatif
artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data
tersebut berdasarkan naskah wawancara, catatan lapangan, memo, dan dokumen
resmi lainnya. (Moleong, 2004:3)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada PT. QTA Cemerlang yang berlokasi di Jl.
Halat Simpang Megawati No. 16. E Medan yang bergerak dibingan penjualan
angsuran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-July, penelitian ini lebih
banyak dilakukan secara online, melalui social media dikarenakan adanya
peraturan pemerintah (PSBB) yang disebabkan covid 19.

28
3.3. Responden Penelitian
Yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 1 orang, yaitu
bagian accounting Ibu Nia yang bertanggung jawab atas laporan keuangan
perusahaan yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang
dipergunakan dalam penulisan ini.

3.4. Jenis Data


Data yang digunakan oleh peneliti adalah:

1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli dan hasil observasi
terhadap suatu benda. Kegiatan dan hasil pengujian.

2. Data Sekunder
yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi, disini data
yang didapat adalah laporan laba rugi. Penulis membatasi periode laporan
keuangan yang diteliti pada tahun 2015-2019.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:
1. Teknik Wawancara
Yaitu pengumpulan data dan informasi dengan menyiapkan daftar
pertanyaan sehingga proses wawancara akan terarah dengan baik.
2. Teknik Dokumentasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari
dokumen – dokumen yang ada atau catatan – catatan yang tersimpan tanpa
pengolahan data ulang

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif berdasarkan model analisis interaktif (Interactive Model of

29
Analysis). Adapun proses dalam melakukan analisis data dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di gunakan oleh peneliti pada saat sebelum terjun ke
lapangan sehingga mendapatkan informasi atau data-data yang berasal dari
berbagai sumber yang dapat dijadikan acuan dan pendukung. Data dapat berupa
data hasil penelitian terdahulu atau data sekunder yang dapat digunakan untuk
menentukan fokus dari penelitian. Data – data tersebut masih berupa data mentah
dan belum teratur sehingga masih diperlukan tahap dianalisis ulang agar menjadi
suatu data matang dan teratur.
2. Reduksi Data (Data reduction)
Reduksi data digunakan oleh peneliti untuk mengfokuskan perhatian
terhadap suatu masalah dan selanjutnya mengarahkan perhatian pada catatan –
catatan yang terdapat di lapangan dan selanjutnya mencari data secara mendalam
dan mengumpulkan data-data tersebut sehingga dapat dijadikan laporan.
3. Penyajian Data (Data display)
Langkah yang selanjutnya yang di lakukan oleh peneliti adalah
mendeskripsikan data. Peneliti menyajikan data yang telah didapat dengan
menggunakan uraian singkat mengenai bagaimana pencatatan akuntansi penjualan
bersih dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan pada
PT. QTA Cemerlang yang menjadi objek penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah yang terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis
berdasarkan hasil dari penelitian yang relevan atau penarikan kesimpulan dan
verifikasi yang di lakukan pada PT. QTA Cemerlang, selanjutnya melihat apakah
PT. QTA Cemerlang tersebut sudah melakukan pencatatan akintansi penjualan
bersih dan harga pokok penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan sudah
sesuai atau belum dengan standar akuntansi yang berlaku.

30
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

Pt. qta cemerlang blablabla

Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah
mengetahui dan memahami pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga poko
penjualan dalam melaporkan laba kotor penjualan pada …..Oleh karena itu dalam
Bab IV ini peneliti menganalisis hal tersebut sesuai dengan metode yang
digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif

Berdasarkan deskripsi hasil data yang telah dipaparkan sebelumnya, diketahui


secara rinci bahwa pada PT. QTA Cemerlang dalam laporan Laba rugi mencatat
pendapatannya sebagai pendapatan barang cicilan juga penjualan bersih
Hal tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:

Berdasarkan laporan diatas, dapat diketahui bahwa PT. QTA belum menerapkan
pencatatan laporan keuangan berbasis pedoman akuntansi. PT. QTA karakteristik
pesantren dengan tata kelola yang baik. Kemampuan dalam mengelola proses
pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan merupakan hal yang paling
mendasar di dalam proses peningkatan tatakelola tersebut. Secara lebih luas, hal
tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan perusahaan.

Belum diterapkannya Pedoman Akuntansi


Pesantren di Pesantren Al-urwatul wutsqo karena
Pesantren Al-urwatul Wutsqo memiliki beberapa kendala,
diantaranya:2

31
Sulitnya koordinasi dengan tiap unit selaku pengguna
anggaran (sekolah, pesantren, dan bagian sarana
prasarana).
2. Sistem laporan keuangan yang belum padu dengan tiap
unit. Karena masing-masing unit memiliki sistem
penulisan sendiri-sendiri.
. Pemasukan dan pengeluaran yang tidak balance. Jadi
RAPBY (Rancangan Anggaran Belanja Yayasan)
berbeda dengan realita yang terjadi. Semisal ada dana
yang masuk 3 milyar tapi faktanya hanya masuk 2
milyar. Dan 1 milyarnya terkendala dari masingmasing individu (santri) itu
sendiri. Kita juga tidak
bisa memaksakan hal tersebut.
4.2 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga pokok penjualan dalam
melaporkan laba kotor pada PT. QTA Cemerlang
4.3 Interpretasi Hasil Penelitian
Analisis Implementasi Pencatatan akuntansi penjualan bersih dan harga pokok
penjualan dalam melaporkan laba kotor Laporan Keuangan
Pesantren Al-Urwatul Wutsqo Sesuai Dengan Pedoman
Akuntansi Pesantren.

Masukan data pencatatan yang sudah benar

Berdasarkan tabel diatas, terdapat akunakun yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendapatan
Dalam laporan PT. QTA Cemerlang pendapatan udaha dicatat dengan akun
pendapatan dimana seharusnya ditacatat menggunakan akun penjualan

32
BAB V – PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Keterbatasan penelitian
5.3 Saran

33

Anda mungkin juga menyukai