Anda di halaman 1dari 12

Nama : Septian Rifki Sugiarto

NIM : 13010118130064
Kelas/ SMT : A/ IV
Mata Kuliah : Semiotika

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER\

1. a. Puisi “Yang Fana Adalah Waktu”


Pada puisi Yang Fana Adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono
terdapat tanda-tanda semiotik berupa ikon, indeks, dan simbol. Adanya tanda-
tanda semiotik yang berupa ikon, indeks, dan simbol tentunya akan
mempengaruhi dan menjelaskan makna puisi. Analisis semiotik-semantik
dilakukan agar makna dalam puisi “Yang Fana Adalah Waktu” dapat semakin
mudah dipahami dan semakin kuat dengan adanya tanda-tanda semiotik berupa
ikon, indeks serta simbol tesebut.
Analisis semiotik guna mengungkapkan makna puisi dimulai dengan
menganalisi tanda-tanda semiotik puisi tersebut. Dalam puisi tersbebut terdapat
kata fana, yang merupakan suatu bentuk indeks.hal tersebut dikarenakan fana
mmerupakan suatu tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara
tanda dan petanda yang bersifat kasual atau sebab akibat. Fana dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti dapat dirusak, hilang, mati; tidak kekal.
Dari gambaran tersebut jelas fana itu menandai adanya suatu hal baik itu
kehidupan, manusia, benda, atau pun hal-hal yang lain. Oleh sebab itu ia dalam
puisi tersebut termasuk indeks.
Dalam puisi tersebut juga terdapat tanda lain yakni waktu. Waktu
merupakan suatu simbol yang menyatakan suatu rangkaian saat ketika proes,
perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Waktu bagi sebagian orang,
bahkan mayoritas ditafsirkan sebagai sesuatu yang sangat berhardga melebihi
materi. Hal itu disebabkan oleh waktu adalah sesuatu yang selalu berjalan terus
dan tentunya mengarah ke depan atau maju. Waktu mustahil dapat diputar
kembali ke masa sebelumnya. Apa yang sudah terjadi tidak akan dapat diulang
kembali dengan waktu yang sama. Banyak yang menyebut bahwa manusia yang
baik adalah yang mampu memanfaatkan waktu. Terlebih, ada yang menyebut
bahwa waktu adalah pedang.
Selain fana dan waktu ada juga tanda lain dalam puisi tersebut. Kata detik
dalam puisi tersebut merupakan suatu indeks. Detik menandai adanya waktu.
Lebih lanjut detik dalam puisi tersebut juga dapat dikaitkan dengan kehidupan.
Tanda lain yang terdapat dalam puisi tersebut adalah bunga. Dalam konvensi
masyarakat, bunga identik dengan perwujudan sesuatu yang dianggap baik, elok,
cantik. Sesuatu yang menyimbolkan keindahan atau suatu hal yang berkenaan
dengan tanda-tanda baik.
Selanjutnya, dalam puisi juga terdapat tanda lain, yakni adalah kita, suatu
hari dan lupa. Kita, suatu hari, dan lupa keduanya merupakan indeks. Kata kita
dan lupa menandai adanya manusia. Kita adalah manusia, dan sebagai manusia,
tentunya kita mempunyai berbagai sifat, salah satunya yakni lupa. Lupa
merupakan sesuatu yang dianggap hal manusiawi pada manusia. Sedangkan untuk
kata suatu hari berperan menandai suatu waktu tertentu.
Tanda-tanda lain selain ikon, indeks, dan simbol yang dapat
mempengaruhi dan dapat membantu kita dalam menangkap makna puisi adalah
majas atau gaya bahasa. Dalam puisi tersebut ada beberapa majas, yaitu antara
lain:
1. Metafora
Majas metafora tergambar pada baris pertama dalam puisi tersebut, yang
bunyinya adalah
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
Tenor atau hal yang dibandingkan dalam puisi tersebut diwakili oleh
waktu, sedangkan vehicle atau hal yang untuk membandingkan disematkan
pada kata fana. Dalam baris itu juga terdapat metafora implisit yang
mengumpamakan waktu sebagai suatu hal yang fana dan kita, sebagai manusia
adalah suatu hal yang abadi. Keabadian disini maksudnya adalah jiwa manusia
itu sendiri.
memungut detik demi detik
Detik pada baris puisi tersebut seolah dimaksudkan untuk
menggantikan hal-hal lain dalam hal ini sesuatu yang berkenaan dengan hidup
atau kehidupan
merangkainya seperti bunga
Bunga pada baris puisi tersebut seolah dimaksudkan penulis untuk
menggantikan hal-hal atau benda-benda yang lain. Bunga disini seolah
menegaskan seagala sesuatu hal dalam hidup baik suka, maupun duka yang
dirangkai menjadi perwujudan sesuatu yang dianggap baik, elok, cantik. Bunga
juga dapat diibaratkan dengan susuatu kesenangan
2. Personifikasi
Yang fana adalah waktu
Dalam penggalan lirik puisi tersebut waktu diibaratkan seolah seperti
manusia. Waktu seolah adalah benda hidup.
Secara keseluruhan dengan menggunakan teori semiotika-semantik puisi
tersebut bertemakan tentang kehidupan manusia. Puisi tersebut bermakna tentang
waktu adalah sesuatu hal yang fana atau sementara. Sedang manusia dalam hal ini
jiwanya akan abadi, tak seperti waktu yang diistilahkan sebagai hal yang fana.
Jika ditelaah lebih lanjut puisi ini mengandung unsur keambiguitasan. Memang,
ada yang menyebut bahwa jiwa manusia itu abadi, sebab manusia ketika telah
tiada hanya berpindah alam, dari dunia yang fana munuju dunia atau alam
kekekalan. Hal tersebut memiliki asosiasi yang serupa dengan konsep waktu yang
fana dalam puisi ini. Akan tetapi konsep puisi tersebut juga seolah ada paradoks
dan ironinya. Seolah puisi tersebut berisi satire kepada manusia dengan konsep
yang bertentangan atau kontradiksi. Inti dari hal tersebut adalah sindiran kepada
manusia yang seringkali melupakan kodratnya. Kehidupannya hanya dibuat untuk
senang-senang dan mengejar dunia. Padahal nantinya ia akan dituakan oleh
waktu. Ia tidak kekal atau fana di alam dunia.
Dalam kehidupan pasti manusia mendapati gembira, bahagia, riang,
senang, sukacita, atau sebaliknya duka, lara, nestapa, luka, kecewa. Hal yang
campur aduk sedemikian rupa. Setiap detik hal yang terjadi dalam kehidupan pasti
penuh dengan liku dan dialektikanya tersendiri. Alangkah baiknya ketika kita
sebagai manusia adalah yang mampu merangkai setiap hal dalam hidup menjadi
suatu manfaat dan menjadikannya menjadi sesuatu yang indah, dalam hal ini
disimbolkan dengan bunga. Bukan malah melewati hidup dengan hanya senang-
senang yang tidak menghasilkan manfaat dan pada akhirnya akan lalai dengan
esensi kehidupan.

b. Puisi “Kuterka Gerimis”


Analisis semiotik guna mengungkapkan makna puisi dimulai dengan
menganalisi tanda-tanda semiotik puisi tersebut. Dalam puisi tersbebut terdapat
kata gerimis mulai gugur yang merupakan indeks. Gerimis mulai gugur tersebut
menandai akan adanya hujan. Dalam pemaknaan puisi hujan acap kali digunakan
penyair untuk mengungkapkan kesedihan atau sesuatu hal yang bersifat murung.
Dari adanya tanda gerimis mulai gugur soeolah telah membuka jalan dan
pemahaman apa yang menjadi maksud dan suasana dari puisi yang berjudul
“Kuterka Gerimis” ini.
Tanda lain yang ada dalam puisi ini adalah kaukah. Kata kaukah
merupakan suatu indeks, yang menandakan tentang sesosok manusia. Selain itu
ada juga korek api dan juga rokok. Korek api dan rokok juga merupakan suatu
tanda. Keduanya termasuk kategori ikon, sebab penanda dan petandanya
mempunyai persamaan bentuk alamiah. Akan tetapi untuk rokok dalam puisi
tersebut juga bisa dikategorikan sebagai simbol. Orang yang sedang merokok
biasanya cenderung dengan kompleksitas hidup yang sedang ia alami. Namun,
bukan berarti semua perokok berlaku demikian. Banyak orang yang menggunakan
rokok atau mengonsumsi rokok dengan dalih untuk menenangkan pikiran dan
juga sebagai obat untuk permasalahan rumit yang ia alami. Begitulah
kenyataannya.
Dalam puisi juga terdapat kata isyarat yang merupakan suatu indeks .
Isyarat adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai tanda. Oleh dasar itu berarti
ada suatu tanda yang telah disepakati antara dua orang dalam puisi tersebut.
Selanjutnya ada kulupakan, yang mempunyai kata dasar lupa. Lupa termasuk
indeks, sebab dirinya menandai adanya manusia. Lupa merupakan sesuatu yang
dianggap hal manusiawi pada manusia. Tanda yang terakhir dalam puisi tersebut
adalah kunci. Kunci merupakan suatu ikon, sebab penanda dan petandanya
mempunyai persamaan bentuk alamiah.
Tanda-tanda lain selain ikon, indeks, dan simbol yang dapat
mempengaruhi dan dapat membantu kita dalam menangkap makna puisi adalah
majas atau gaya bahasa. Dalam puisi tersebut ada beberapa majas, yaitu antara
lain:
1. Metafora
Kuterka gerimis mulai gugur
Kalimat tersebut seolah digunakan penyair untuk menggambarkan hal
lain yakni hujan. Seperti yang telah disebutkan di bagian atas tadi,
bahwasanya hujan erat kaitannya dengan suatu hal yang sifatnya berbau
kesedihan.
Kulupakan kuncinya itu
Kalimat tersebut seolah digunakan penyair untuk menggambarkan hal
lain yakni sesuatu hal manis dan indah yang telah dilupakan dan mustahil bisa
membukanya kembali, dalam hal ini mengulanginya kembali. Pada kutipan
tersebut sifat melankolis kembali dihadirkan oleh penyair dalam puisinya.
Secara keseluruhan dengan menggunakan teori semiotika-semantik puisi
tersebut bertemakan tentang kegelisahan, yakni kegelisahan yang dialami oleh
seseorang yang disebabkan oleh kekasih atau orang yang dicintainya. Suasana
sedih, murung, melankolis ,dan luka sangat ketara dalam puisi tersebut. Hal
tersebut digambarkan dengan gerimis yang identitik dengan hujan. Hujan dalam
kiasan sering kali digunakan penyair untuk mengungkapkan kesedihan atau
sesuatu hal yang bersifat murung.
Problematika kisah kasih yang dialami oleh tokoh aku dalam puisi terlihat
sangat kompleks dan menyedihkan. Wajah, bayangan, dan kenangan kekasih atau
orang yang ia cintai kembali terngiang-ngiang dalam ingatannya. Senantiasa
menggema pada telinganya. Lebih lanjut lagi setiap hal yang ada pada dirinya
seolah kembali mengkultuskan dan memuja orang yang ia cintai tersebut. Ketika
ia sedang merokok bayangan, nama, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
orang yang dicintainya kembali hadir menghantui dirinya.
Orang yang ia cintai hadir kembali, padahal ia telah berusaha setengah
mati untuk melupakan sosok indah tersebut. Ia telah lama melupakan kekasihnya
tersebut. Akan tetapi semua pecah, hancur. Pertahanan yang telah ia bangun
sedemikian rupa, dengan jangka waktu yang relatif lumayan lama seketika dibuat
luluh lantah tatkala orang yang ia cintai hadir kembali. Sungguh menyakitkan dan
menyedihkan makna yang termaktub dalam puisi karya Sapardi ini.

2. Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini


menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan
kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dalam
semiotika, terdapat istilah semiotik pragmatik. Semiotik
pragmatik dapat diartikan sebagai studi tentang tanda
yang mementingkan hubungan antara tanda dengan
pengirim dan penerimanya. Kajian semiotika pragmatik
memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan
manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda bagi
kehidupan sosial. Cabang ini memiliki pengaruh yang paling penting dalam teori
komunikasi karena tanda-tanda dan sistem tanda dilihat sebagai alat komunikasi
manusia.
Analisis gambar-gambar dengan menggunakan teori semiotik-pragmatik
dengan memperhatikan tanda-tanda ikon, indeks, dan simbol adalah sebagai
berikut.
a. Gambar 1
Semua hal yang ada di dunia tak akan tercipta tanpa adanya suatu
pengaruh atau rangsangan tertentu. Hal tersebut dikarenakan mustahil suatu hal
tercipta, baik itu karya sastra, gambar, lukisan, foto, dan yang lainnya hadir
dalam ruang kosong. Semuanya adalah bentuk refleksi kehidupan dan
merupakan kegelisahan atau kesenangan individual tatkala ia berada di tengah
masyarakat. Begitu pun dengan foto terebut. Mustahil foto tersebut berdiri
sendiri tanpa ada kehadiran suatu gejala sosial yang ada dalam masyarakat.
Foto tersebut merupakan bentuk ekspresi masyarakat dalam rangka
menghadapi pandemi yang tengah melanda dunia saat ini, yakni virus Corona.
Hadirnya virus tersebut tentu mempengaruhi kehidupan masyarakat. Virus
tersebut seolah telah memorakporandakan sistematika kehidupan, baik itu
tatanan sosial, tatanan ekonomi, tatanan politik, dan berbagai tatanan
kehidupan lainnya. Virus corona tersebut dianggap sebagai salah satu virus
yang lumayan mematikan dan mampu melayangkan nyawa manusia. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pengabaran dari berbagai awak
media, terkait korban meninggal karena covid-19. Korban meninggal karena
covid-19 tidak dapat bisa dikatakan sedikit. Di Indonesia saja, pada tanggal 29
Mei, tepatnya sampai pukul 16.26, korban covid-19 sebesar 1.520 jiwa. Hal
tersebut menyebabkan perasaan was-was, waspada, ketakutan, dan kegelisahan
dalam masyarakat. Masyarakat harus senantiasa menjaga jarak, menjaga
kebersihan, cuci tangan sesering mungkin, dan mematuhi aturan yang telah
dicanangkan oleh pemerintah.
Cara terbaik untuk mengatasi virus ini adalah dengan tetap si rumah
saja. Akan tetapi, hal tersebut tentu akan menyebabkan poblematis jika berlaku
pada masyarakat yang ekonominya berada di kelas bawah. Tatkala ia berdiam
diri saja di rumah, maka kebutuhan sehari-hari untuk makan dan yang lainnya
akan susah. Banyak masyarakat yang tetap bekerja meskipun berada di daerah
terpapar virus corona. Oleh sebab itulah, masyarakat dengan segala
kreativitasnya melakukan sedikit perubahan, sama halnya dengan tukang cukur
di gambar tersebut.
Dalam foto gambar tersebut tentunya ada tanda-tanda tertentu. Tanda
tersebut meriupakan tanda-tanda semiotik yang berupa ikon, indeks, dan
simbol. Tanda-tanda dalam gambar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ikon
Dalam gambar tersebut terdapart beerapa ikon, yakni antara lain
orang, jam, segala hal atau hiasan di dinding, kipas angina, kursai, dan
kain penutup badan saat kita cukur rambut. Orang termasuk ikon karena
potret dua orang dalam foto, yakni tukang cukur dan orang yang sedang
dicukur rambutnya menandai orang yang dipotret. Jam juga termasuk ikon.
Potret jam yang terletak di dinding menandai jam. Jam dalam foto tersebut
tentunya digunakan untuk mengetahui waktu. Selain itu, segala hal atau
hiasan di sinding juga masuk kategori ikon. Segala hal atau hiasan di
dinding juga termasuk tanda,. Dalam foto tersebut ada kalender dan
tulisan lain yang kurang begitu jelas. Kipas angin juga merupakan tanda.
Ia menandakan bahwa ruangan tersebut agak panas dan perlu untuk
didinginkan. Kuri juga ikon. Potret kursi menandai kursi, yang digunakan
untuk duduk bagi orang yang hendak cukur. Kain penutup badan saat kita
cukur rambut merupakan suatu tanda. Dirinya termasuk ke dalam kategori
ikon. Ia seolah berperan membangun suasana tempat cukur rambut
2. Indeks
Indeks pada gambar tersebut ada dua, yakni alat pencukur rambut
dan tongkat.Alat pencukur rambut yang digunakan untuk mencukur
rambut seseorang merupakan suatu indeks. Alat pencukur rambut
menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang
bersfifat sebab akibat. Hal tersebut dikarenakan alat pencukur rambut
menandai aktivitas cukur rambut yang dilakukan oleh dua orang, yakni
pencukur dan orang yang dicukur.
Mungkin dari sekian tanda yang ada dalam foto tersebut, tanda
adanya tongkat merupakan tanda yang paling penting dan syarat akan
makna. Tanda tersebut sangat kreatif bahkan cenderung sangat nyeleneh,
yang mampu membuat penikmat gambar tersebut tertawa terpingkal-
pingkal oleh benda tersebut. Biasanya orang yang bekerja sebagai
pencukur rambut tak menggunakan alat tersebut. Namun anehnya, di foto
tersebut tukang cukur rambut jelas menggunakan alat tersebut. Hal
tersebut tentunya ada yang mendasarinya. Hal tersebut menandai untuk
melakukan jaga jarak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
dalam hal ini adalah virus corona. Tongkat yang merupakan suatu indeks,
digunakan tukang cukur tersebut untuk menjaga keamanan dan kesehatan
dirinya dan tentu juga pelanggannya.
3. Simbol
Simbol dalam gambar terseut ada dua, yaitu jaga jarak aman dan
masker. Jaga jarak aman. Dalam masyarakat jaga jarak aman merupakan
salah satu hal yang sangat penting untuk digalakan. Jaga jarak aman
menyimbolkan akan keselamatan dan keamanan dari berbagai penyakit
atau virus, dalam hal ini yakni virus yang sedang melanda seluruh dunia,
virus corona. Hal tersebut adalah bentuk responsif masyarakat sebagai
bentuk menjaga terhindar dari virus corona. Simbol jaga jarak aman
memang sedari dulu telah ada dan tumbuh di masyarakat. Jaga jarak aman
tidak hanya berlaku pada hal seperti tadi. Akan tetapi, dapat pula berlaku
untuk menjaga diri kita dari hal negative, misalnya ketika kita sedang
menonton konser musik.
Masker merupakan simbol yang identik dengan kesehatan. Masker
digunakan untuk menjaga diri kita, utamanya daerah hidung dan mulut
yang dapat dengan mudah kemasukan suatu virus atau hal-hal negatif
tertentu. Masker memang saat ini menjadi hal yang sangat riskan dalam
menhadapi pandemi. Banyak masyarakat yang menggunakannya untuk
menjaga keselamatan dan juga kesehatan dirinya dan orang lain tentunya.
Dalam semiotik pragmatik, adaya keanehan dari gambar tersebut
yakni pemakaian tongkat tatkala tukang cukur sedang mencukur
pelanggannya yang merupakan suatu gejala dan bentuk respons. Tanda dari
gambar tersebut yang identik dengan tongkat, masker, dan jaga jarak, mampu
membuat perbedaan dalam kehidupan manusia. Tanda tersebut secara implisit
seolah mengisyaratkan agar kita senantiasa untuk selalu menjaga kesehatan,
keselamatan, dan kemananan.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah penggunaan tongkat tersebut
sebagai perantara antara tangan dan alat cukur dapat dilakukan?
Bagaiamanakah hasil cukur tersebut? Apakah hasilnya sama baiknya dengan
proses cukur yang seperti biasanya?
Keanehan yang datang karena adanya suatu tanda yang terlihat sangat
aneh, nyleneh, dan tak biasa, mampu memperlihatkan bagaimana adanya
sutau perubahanan dialektika kehidupan manusia. Hal tersebut juga menjadi
dasar yang dapat membuat perbedaan dan pengaruh bagi kehidupan sosial.
Masyarakat khususnya tukang cukur dan pelanggannya sering kali bercakap
dan berinteraksi dengan begitu indah dan nyamannya. Akan tetapi hal itu
seakan tereduksi bahkan musnah oleh sebab-sebab tertentu. Tanda tersebut
mengistyaratkan bagaimana perubahan mendasar dari tatanan kehidupan di
masyarakat.
b. Gambar 2
Foto tersebut sama halnya dengan foto gambar 1. Gambar tersebut
merupakan bentuk ekspresi masyarakat dalam rangka menghadapi pandemi
yang tengah melanda dunia saat ini, yakni virus Corona. Hadirnya virus
tersebut tentu mempengaruhi kehidupan masyarakat. Virus tersebut seolah
telah memorakporandakan sistematika kehidupan, baik itu tatanan sosial,
tatanan ekonomi, tatanan politik, dan berbagai tatanan kehidupan lainnya.
Cara terbaik untuk mengatasi virus ini adalah dengan tetap si rumah
saja. Tetap berada di rumah ada identic dengan tagar “di rumah aja” sekilas
telah dilakukan oleh kolektif masyarakat yang ada pada gambar tersebut.
Dalam foto gambar tersebut tentunya ada tanda-tanda tertentu. Tanda tersebut
meriupakan tanda-tanda semiotik yang berupa ikon, indeks, dan simbol.
Tanda-tanda dalam gambar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ikon
Dalam gambar tersebut terdapart beerapa ikon, yakni antara lain
orang, gapura, motor, dan jalan. Potret orang dalam foto, yakni orang yang
berada di depan palang, orang yang memakai
kopiah, dan orang yang sedang mengendarai
motor menandai orang yang dipotret. Gapura
dan motor juga merupakan suatu ikon, karena
menandai gapura dan motor yang nyata. Begitu
juga dengan jalan. Jalan merupakan suatu ikon,
karena menandai jalan yang nyata.
2. Simbol
Simbol dalam gambar ini ada dua,
yakni palang dan slogan atau poster di gapura
dengan tulisan “JALAN INI SEDANG DI DOWNLOAD”. Palang
merupkan batang kayu (bambu, besi, dan sebagainya) yang dipasang
melintang pada jalan, pintu, dan sebagainya. Sedari dulu dalam masyarakat
telah memiliki konvensi atau pemahaman bahwa ketika pada saat tertentu
baik dijalan atau di mana pun ketika berjumpa dengan palang maka dilarang
untuk melakukan sesuatu. Dalam gambar tersebut palang diletakkan di
depan gapura sebuah gang. Palang tersebut mengindikasikan agar orang-
orang tidak lewat. Hal tersebut dipertegas dengan pencagaan yang dilakukan
oleh seseorang dan adanya tulisan atau poster yang berbunyi“JALAN INI
SEDANG DI DOWNLOAD” di bagian bawah gapura gang tersebut.
Poster atau slogan adalah sesuatu yang senantiasa ada dan
berdampingan dengan kehidupan manusia. Banyak masyarakat yang
membuat suatu poster untuk tujuan-tujuan tertentu. Begitu pun dengan
poster atau slogan tersebut. Poster atau slogan tersebut berbunyai “Jalan ini
sedang di download”, yang berarti jalan tersebut belum jadi atau istilah
lainnya belum 100% dapat digunakan. Sedang di download berarti masih
dalam proses. Fenomena tulisan tersebut sangat kreatif dan cenderung
sangat nyleneh. Orang Indonesia memang terkenal dengan kreativitas
tingkat tinggi dalam mengekspresikan sesuatu hal. Tanpa adanya
pemahaman, pengalaman, dan pengetahuan tertentu, mustahil dapat menulis
tulisan yang mampu mengocok segala isi perut, namun terdapat makna yang
begitu dalam dan satire yang sangat kuat.
Seperti yang telah diketahui, bahwasanya Semiotik pragmatik dapat
diartikan sebagai studi tentang tanda yang mementingkan hubungan antara
tanda dengan pengirim dan penerimanya. Gambar tersebut, lebih tepatnya
tanda unik kombinasi palang dan tulisan “Jalan ini sedang di download” sangat
mengena dan mempunyai makna yang sangat dalam. Ketika pemerintah
memberikan anjuran untuk di rumah saja, namun justru banyak masyarakat
yang tetap mengabaikan dan terus saja melanggarnya, alhasil pandemi terus
saja bertambah. Hal tersebutlah yang mendorong pembuat tanda membuat
tanda tersebut. Tanda yang unik, nyleneh, membuat kita tertawa, namun
menyimpan pemahaman dan satire yang luar biasa.
Tulisan yang kreatif dan dapat dikatakan intelektual serta berbobot tak
mungkin tercipta tapa adanya tangan-tangan dan otak-otak pemikir yang
berpendidikan dan berilmu. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan
keadaan sosial budaya masyarakat di daerah tersebut. Dapat dikatakan bahwa
masyarakat pembuat tanda tersebut rata-rata adalah orang intelek.
Tanda tersebut secara tidak langsung juga menerangkan keadaan
masyarakat yang serba digital. Setiap harinya ditemani dengan daring, alat
komunikasi, dan berbagai alat canggih lainnya. Tanpa adanya hal tersebut tak
akan mungkin tulisan tersebut menggunakan istilah download. Selain hal
tersebut, tanpa adanya pemahaman yang menyeluruh kaitannya dengan
download, tak mungkin juga menggunakan istilah tersebut. Secara tidak
langsung juga, setiap elemen masyarakat telah mafhum dengan istilah dan
pengartian kata download.
Tanda yang ada dalam gambar tersebut secara implisit seolah
mengisyaratkan agar kita senantiasa untuk selalu menjaga kesehatan,
keselamatan, dan kemananan. Tanda yang terlihat sangat aneh, nyleneh, dan
tak biasa itu tentu mampu memperlihatkan bagaimana adanya sutau
perubahanan dialektika kehidupan manusia dan juga dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat itu sendiri. Hal tersebut juga menjadi dasar yang dapat
membuat perbedaan dan pengaruh bagi kehidupan sosial.

Anda mungkin juga menyukai