NIM : 13010118130064 Kelas/ SMT : A/ IV Mata Kuliah : Semiotika
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER\
1. a. Puisi “Yang Fana Adalah Waktu”
Pada puisi Yang Fana Adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono terdapat tanda-tanda semiotik berupa ikon, indeks, dan simbol. Adanya tanda- tanda semiotik yang berupa ikon, indeks, dan simbol tentunya akan mempengaruhi dan menjelaskan makna puisi. Analisis semiotik-semantik dilakukan agar makna dalam puisi “Yang Fana Adalah Waktu” dapat semakin mudah dipahami dan semakin kuat dengan adanya tanda-tanda semiotik berupa ikon, indeks serta simbol tesebut. Analisis semiotik guna mengungkapkan makna puisi dimulai dengan menganalisi tanda-tanda semiotik puisi tersebut. Dalam puisi tersbebut terdapat kata fana, yang merupakan suatu bentuk indeks.hal tersebut dikarenakan fana mmerupakan suatu tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kasual atau sebab akibat. Fana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti dapat dirusak, hilang, mati; tidak kekal. Dari gambaran tersebut jelas fana itu menandai adanya suatu hal baik itu kehidupan, manusia, benda, atau pun hal-hal yang lain. Oleh sebab itu ia dalam puisi tersebut termasuk indeks. Dalam puisi tersebut juga terdapat tanda lain yakni waktu. Waktu merupakan suatu simbol yang menyatakan suatu rangkaian saat ketika proes, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Waktu bagi sebagian orang, bahkan mayoritas ditafsirkan sebagai sesuatu yang sangat berhardga melebihi materi. Hal itu disebabkan oleh waktu adalah sesuatu yang selalu berjalan terus dan tentunya mengarah ke depan atau maju. Waktu mustahil dapat diputar kembali ke masa sebelumnya. Apa yang sudah terjadi tidak akan dapat diulang kembali dengan waktu yang sama. Banyak yang menyebut bahwa manusia yang baik adalah yang mampu memanfaatkan waktu. Terlebih, ada yang menyebut bahwa waktu adalah pedang. Selain fana dan waktu ada juga tanda lain dalam puisi tersebut. Kata detik dalam puisi tersebut merupakan suatu indeks. Detik menandai adanya waktu. Lebih lanjut detik dalam puisi tersebut juga dapat dikaitkan dengan kehidupan. Tanda lain yang terdapat dalam puisi tersebut adalah bunga. Dalam konvensi masyarakat, bunga identik dengan perwujudan sesuatu yang dianggap baik, elok, cantik. Sesuatu yang menyimbolkan keindahan atau suatu hal yang berkenaan dengan tanda-tanda baik. Selanjutnya, dalam puisi juga terdapat tanda lain, yakni adalah kita, suatu hari dan lupa. Kita, suatu hari, dan lupa keduanya merupakan indeks. Kata kita dan lupa menandai adanya manusia. Kita adalah manusia, dan sebagai manusia, tentunya kita mempunyai berbagai sifat, salah satunya yakni lupa. Lupa merupakan sesuatu yang dianggap hal manusiawi pada manusia. Sedangkan untuk kata suatu hari berperan menandai suatu waktu tertentu. Tanda-tanda lain selain ikon, indeks, dan simbol yang dapat mempengaruhi dan dapat membantu kita dalam menangkap makna puisi adalah majas atau gaya bahasa. Dalam puisi tersebut ada beberapa majas, yaitu antara lain: 1. Metafora Majas metafora tergambar pada baris pertama dalam puisi tersebut, yang bunyinya adalah Yang fana adalah waktu. Kita abadi: Tenor atau hal yang dibandingkan dalam puisi tersebut diwakili oleh waktu, sedangkan vehicle atau hal yang untuk membandingkan disematkan pada kata fana. Dalam baris itu juga terdapat metafora implisit yang mengumpamakan waktu sebagai suatu hal yang fana dan kita, sebagai manusia adalah suatu hal yang abadi. Keabadian disini maksudnya adalah jiwa manusia itu sendiri. memungut detik demi detik Detik pada baris puisi tersebut seolah dimaksudkan untuk menggantikan hal-hal lain dalam hal ini sesuatu yang berkenaan dengan hidup atau kehidupan merangkainya seperti bunga Bunga pada baris puisi tersebut seolah dimaksudkan penulis untuk menggantikan hal-hal atau benda-benda yang lain. Bunga disini seolah menegaskan seagala sesuatu hal dalam hidup baik suka, maupun duka yang dirangkai menjadi perwujudan sesuatu yang dianggap baik, elok, cantik. Bunga juga dapat diibaratkan dengan susuatu kesenangan 2. Personifikasi Yang fana adalah waktu Dalam penggalan lirik puisi tersebut waktu diibaratkan seolah seperti manusia. Waktu seolah adalah benda hidup. Secara keseluruhan dengan menggunakan teori semiotika-semantik puisi tersebut bertemakan tentang kehidupan manusia. Puisi tersebut bermakna tentang waktu adalah sesuatu hal yang fana atau sementara. Sedang manusia dalam hal ini jiwanya akan abadi, tak seperti waktu yang diistilahkan sebagai hal yang fana. Jika ditelaah lebih lanjut puisi ini mengandung unsur keambiguitasan. Memang, ada yang menyebut bahwa jiwa manusia itu abadi, sebab manusia ketika telah tiada hanya berpindah alam, dari dunia yang fana munuju dunia atau alam kekekalan. Hal tersebut memiliki asosiasi yang serupa dengan konsep waktu yang fana dalam puisi ini. Akan tetapi konsep puisi tersebut juga seolah ada paradoks dan ironinya. Seolah puisi tersebut berisi satire kepada manusia dengan konsep yang bertentangan atau kontradiksi. Inti dari hal tersebut adalah sindiran kepada manusia yang seringkali melupakan kodratnya. Kehidupannya hanya dibuat untuk senang-senang dan mengejar dunia. Padahal nantinya ia akan dituakan oleh waktu. Ia tidak kekal atau fana di alam dunia. Dalam kehidupan pasti manusia mendapati gembira, bahagia, riang, senang, sukacita, atau sebaliknya duka, lara, nestapa, luka, kecewa. Hal yang campur aduk sedemikian rupa. Setiap detik hal yang terjadi dalam kehidupan pasti penuh dengan liku dan dialektikanya tersendiri. Alangkah baiknya ketika kita sebagai manusia adalah yang mampu merangkai setiap hal dalam hidup menjadi suatu manfaat dan menjadikannya menjadi sesuatu yang indah, dalam hal ini disimbolkan dengan bunga. Bukan malah melewati hidup dengan hanya senang- senang yang tidak menghasilkan manfaat dan pada akhirnya akan lalai dengan esensi kehidupan.
b. Puisi “Kuterka Gerimis”
Analisis semiotik guna mengungkapkan makna puisi dimulai dengan menganalisi tanda-tanda semiotik puisi tersebut. Dalam puisi tersbebut terdapat kata gerimis mulai gugur yang merupakan indeks. Gerimis mulai gugur tersebut menandai akan adanya hujan. Dalam pemaknaan puisi hujan acap kali digunakan penyair untuk mengungkapkan kesedihan atau sesuatu hal yang bersifat murung. Dari adanya tanda gerimis mulai gugur soeolah telah membuka jalan dan pemahaman apa yang menjadi maksud dan suasana dari puisi yang berjudul “Kuterka Gerimis” ini. Tanda lain yang ada dalam puisi ini adalah kaukah. Kata kaukah merupakan suatu indeks, yang menandakan tentang sesosok manusia. Selain itu ada juga korek api dan juga rokok. Korek api dan rokok juga merupakan suatu tanda. Keduanya termasuk kategori ikon, sebab penanda dan petandanya mempunyai persamaan bentuk alamiah. Akan tetapi untuk rokok dalam puisi tersebut juga bisa dikategorikan sebagai simbol. Orang yang sedang merokok biasanya cenderung dengan kompleksitas hidup yang sedang ia alami. Namun, bukan berarti semua perokok berlaku demikian. Banyak orang yang menggunakan rokok atau mengonsumsi rokok dengan dalih untuk menenangkan pikiran dan juga sebagai obat untuk permasalahan rumit yang ia alami. Begitulah kenyataannya. Dalam puisi juga terdapat kata isyarat yang merupakan suatu indeks . Isyarat adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai tanda. Oleh dasar itu berarti ada suatu tanda yang telah disepakati antara dua orang dalam puisi tersebut. Selanjutnya ada kulupakan, yang mempunyai kata dasar lupa. Lupa termasuk indeks, sebab dirinya menandai adanya manusia. Lupa merupakan sesuatu yang dianggap hal manusiawi pada manusia. Tanda yang terakhir dalam puisi tersebut adalah kunci. Kunci merupakan suatu ikon, sebab penanda dan petandanya mempunyai persamaan bentuk alamiah. Tanda-tanda lain selain ikon, indeks, dan simbol yang dapat mempengaruhi dan dapat membantu kita dalam menangkap makna puisi adalah majas atau gaya bahasa. Dalam puisi tersebut ada beberapa majas, yaitu antara lain: 1. Metafora Kuterka gerimis mulai gugur Kalimat tersebut seolah digunakan penyair untuk menggambarkan hal lain yakni hujan. Seperti yang telah disebutkan di bagian atas tadi, bahwasanya hujan erat kaitannya dengan suatu hal yang sifatnya berbau kesedihan. Kulupakan kuncinya itu Kalimat tersebut seolah digunakan penyair untuk menggambarkan hal lain yakni sesuatu hal manis dan indah yang telah dilupakan dan mustahil bisa membukanya kembali, dalam hal ini mengulanginya kembali. Pada kutipan tersebut sifat melankolis kembali dihadirkan oleh penyair dalam puisinya. Secara keseluruhan dengan menggunakan teori semiotika-semantik puisi tersebut bertemakan tentang kegelisahan, yakni kegelisahan yang dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh kekasih atau orang yang dicintainya. Suasana sedih, murung, melankolis ,dan luka sangat ketara dalam puisi tersebut. Hal tersebut digambarkan dengan gerimis yang identitik dengan hujan. Hujan dalam kiasan sering kali digunakan penyair untuk mengungkapkan kesedihan atau sesuatu hal yang bersifat murung. Problematika kisah kasih yang dialami oleh tokoh aku dalam puisi terlihat sangat kompleks dan menyedihkan. Wajah, bayangan, dan kenangan kekasih atau orang yang ia cintai kembali terngiang-ngiang dalam ingatannya. Senantiasa menggema pada telinganya. Lebih lanjut lagi setiap hal yang ada pada dirinya seolah kembali mengkultuskan dan memuja orang yang ia cintai tersebut. Ketika ia sedang merokok bayangan, nama, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan orang yang dicintainya kembali hadir menghantui dirinya. Orang yang ia cintai hadir kembali, padahal ia telah berusaha setengah mati untuk melupakan sosok indah tersebut. Ia telah lama melupakan kekasihnya tersebut. Akan tetapi semua pecah, hancur. Pertahanan yang telah ia bangun sedemikian rupa, dengan jangka waktu yang relatif lumayan lama seketika dibuat luluh lantah tatkala orang yang ia cintai hadir kembali. Sungguh menyakitkan dan menyedihkan makna yang termaktub dalam puisi karya Sapardi ini.
2. Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dalam semiotika, terdapat istilah semiotik pragmatik. Semiotik pragmatik dapat diartikan sebagai studi tentang tanda yang mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim dan penerimanya. Kajian semiotika pragmatik memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat dan pengaruh tanda bagi kehidupan sosial. Cabang ini memiliki pengaruh yang paling penting dalam teori komunikasi karena tanda-tanda dan sistem tanda dilihat sebagai alat komunikasi manusia. Analisis gambar-gambar dengan menggunakan teori semiotik-pragmatik dengan memperhatikan tanda-tanda ikon, indeks, dan simbol adalah sebagai berikut. a. Gambar 1 Semua hal yang ada di dunia tak akan tercipta tanpa adanya suatu pengaruh atau rangsangan tertentu. Hal tersebut dikarenakan mustahil suatu hal tercipta, baik itu karya sastra, gambar, lukisan, foto, dan yang lainnya hadir dalam ruang kosong. Semuanya adalah bentuk refleksi kehidupan dan merupakan kegelisahan atau kesenangan individual tatkala ia berada di tengah masyarakat. Begitu pun dengan foto terebut. Mustahil foto tersebut berdiri sendiri tanpa ada kehadiran suatu gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Foto tersebut merupakan bentuk ekspresi masyarakat dalam rangka menghadapi pandemi yang tengah melanda dunia saat ini, yakni virus Corona. Hadirnya virus tersebut tentu mempengaruhi kehidupan masyarakat. Virus tersebut seolah telah memorakporandakan sistematika kehidupan, baik itu tatanan sosial, tatanan ekonomi, tatanan politik, dan berbagai tatanan kehidupan lainnya. Virus corona tersebut dianggap sebagai salah satu virus yang lumayan mematikan dan mampu melayangkan nyawa manusia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pengabaran dari berbagai awak media, terkait korban meninggal karena covid-19. Korban meninggal karena covid-19 tidak dapat bisa dikatakan sedikit. Di Indonesia saja, pada tanggal 29 Mei, tepatnya sampai pukul 16.26, korban covid-19 sebesar 1.520 jiwa. Hal tersebut menyebabkan perasaan was-was, waspada, ketakutan, dan kegelisahan dalam masyarakat. Masyarakat harus senantiasa menjaga jarak, menjaga kebersihan, cuci tangan sesering mungkin, dan mematuhi aturan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Cara terbaik untuk mengatasi virus ini adalah dengan tetap si rumah saja. Akan tetapi, hal tersebut tentu akan menyebabkan poblematis jika berlaku pada masyarakat yang ekonominya berada di kelas bawah. Tatkala ia berdiam diri saja di rumah, maka kebutuhan sehari-hari untuk makan dan yang lainnya akan susah. Banyak masyarakat yang tetap bekerja meskipun berada di daerah terpapar virus corona. Oleh sebab itulah, masyarakat dengan segala kreativitasnya melakukan sedikit perubahan, sama halnya dengan tukang cukur di gambar tersebut. Dalam foto gambar tersebut tentunya ada tanda-tanda tertentu. Tanda tersebut meriupakan tanda-tanda semiotik yang berupa ikon, indeks, dan simbol. Tanda-tanda dalam gambar tersebut adalah sebagai berikut. 1. Ikon Dalam gambar tersebut terdapart beerapa ikon, yakni antara lain orang, jam, segala hal atau hiasan di dinding, kipas angina, kursai, dan kain penutup badan saat kita cukur rambut. Orang termasuk ikon karena potret dua orang dalam foto, yakni tukang cukur dan orang yang sedang dicukur rambutnya menandai orang yang dipotret. Jam juga termasuk ikon. Potret jam yang terletak di dinding menandai jam. Jam dalam foto tersebut tentunya digunakan untuk mengetahui waktu. Selain itu, segala hal atau hiasan di sinding juga masuk kategori ikon. Segala hal atau hiasan di dinding juga termasuk tanda,. Dalam foto tersebut ada kalender dan tulisan lain yang kurang begitu jelas. Kipas angin juga merupakan tanda. Ia menandakan bahwa ruangan tersebut agak panas dan perlu untuk didinginkan. Kuri juga ikon. Potret kursi menandai kursi, yang digunakan untuk duduk bagi orang yang hendak cukur. Kain penutup badan saat kita cukur rambut merupakan suatu tanda. Dirinya termasuk ke dalam kategori ikon. Ia seolah berperan membangun suasana tempat cukur rambut 2. Indeks Indeks pada gambar tersebut ada dua, yakni alat pencukur rambut dan tongkat.Alat pencukur rambut yang digunakan untuk mencukur rambut seseorang merupakan suatu indeks. Alat pencukur rambut menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersfifat sebab akibat. Hal tersebut dikarenakan alat pencukur rambut menandai aktivitas cukur rambut yang dilakukan oleh dua orang, yakni pencukur dan orang yang dicukur. Mungkin dari sekian tanda yang ada dalam foto tersebut, tanda adanya tongkat merupakan tanda yang paling penting dan syarat akan makna. Tanda tersebut sangat kreatif bahkan cenderung sangat nyeleneh, yang mampu membuat penikmat gambar tersebut tertawa terpingkal- pingkal oleh benda tersebut. Biasanya orang yang bekerja sebagai pencukur rambut tak menggunakan alat tersebut. Namun anehnya, di foto tersebut tukang cukur rambut jelas menggunakan alat tersebut. Hal tersebut tentunya ada yang mendasarinya. Hal tersebut menandai untuk melakukan jaga jarak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dalam hal ini adalah virus corona. Tongkat yang merupakan suatu indeks, digunakan tukang cukur tersebut untuk menjaga keamanan dan kesehatan dirinya dan tentu juga pelanggannya. 3. Simbol Simbol dalam gambar terseut ada dua, yaitu jaga jarak aman dan masker. Jaga jarak aman. Dalam masyarakat jaga jarak aman merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk digalakan. Jaga jarak aman menyimbolkan akan keselamatan dan keamanan dari berbagai penyakit atau virus, dalam hal ini yakni virus yang sedang melanda seluruh dunia, virus corona. Hal tersebut adalah bentuk responsif masyarakat sebagai bentuk menjaga terhindar dari virus corona. Simbol jaga jarak aman memang sedari dulu telah ada dan tumbuh di masyarakat. Jaga jarak aman tidak hanya berlaku pada hal seperti tadi. Akan tetapi, dapat pula berlaku untuk menjaga diri kita dari hal negative, misalnya ketika kita sedang menonton konser musik. Masker merupakan simbol yang identik dengan kesehatan. Masker digunakan untuk menjaga diri kita, utamanya daerah hidung dan mulut yang dapat dengan mudah kemasukan suatu virus atau hal-hal negatif tertentu. Masker memang saat ini menjadi hal yang sangat riskan dalam menhadapi pandemi. Banyak masyarakat yang menggunakannya untuk menjaga keselamatan dan juga kesehatan dirinya dan orang lain tentunya. Dalam semiotik pragmatik, adaya keanehan dari gambar tersebut yakni pemakaian tongkat tatkala tukang cukur sedang mencukur pelanggannya yang merupakan suatu gejala dan bentuk respons. Tanda dari gambar tersebut yang identik dengan tongkat, masker, dan jaga jarak, mampu membuat perbedaan dalam kehidupan manusia. Tanda tersebut secara implisit seolah mengisyaratkan agar kita senantiasa untuk selalu menjaga kesehatan, keselamatan, dan kemananan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah penggunaan tongkat tersebut sebagai perantara antara tangan dan alat cukur dapat dilakukan? Bagaiamanakah hasil cukur tersebut? Apakah hasilnya sama baiknya dengan proses cukur yang seperti biasanya? Keanehan yang datang karena adanya suatu tanda yang terlihat sangat aneh, nyleneh, dan tak biasa, mampu memperlihatkan bagaimana adanya sutau perubahanan dialektika kehidupan manusia. Hal tersebut juga menjadi dasar yang dapat membuat perbedaan dan pengaruh bagi kehidupan sosial. Masyarakat khususnya tukang cukur dan pelanggannya sering kali bercakap dan berinteraksi dengan begitu indah dan nyamannya. Akan tetapi hal itu seakan tereduksi bahkan musnah oleh sebab-sebab tertentu. Tanda tersebut mengistyaratkan bagaimana perubahan mendasar dari tatanan kehidupan di masyarakat. b. Gambar 2 Foto tersebut sama halnya dengan foto gambar 1. Gambar tersebut merupakan bentuk ekspresi masyarakat dalam rangka menghadapi pandemi yang tengah melanda dunia saat ini, yakni virus Corona. Hadirnya virus tersebut tentu mempengaruhi kehidupan masyarakat. Virus tersebut seolah telah memorakporandakan sistematika kehidupan, baik itu tatanan sosial, tatanan ekonomi, tatanan politik, dan berbagai tatanan kehidupan lainnya. Cara terbaik untuk mengatasi virus ini adalah dengan tetap si rumah saja. Tetap berada di rumah ada identic dengan tagar “di rumah aja” sekilas telah dilakukan oleh kolektif masyarakat yang ada pada gambar tersebut. Dalam foto gambar tersebut tentunya ada tanda-tanda tertentu. Tanda tersebut meriupakan tanda-tanda semiotik yang berupa ikon, indeks, dan simbol. Tanda-tanda dalam gambar tersebut adalah sebagai berikut. 1. Ikon Dalam gambar tersebut terdapart beerapa ikon, yakni antara lain orang, gapura, motor, dan jalan. Potret orang dalam foto, yakni orang yang berada di depan palang, orang yang memakai kopiah, dan orang yang sedang mengendarai motor menandai orang yang dipotret. Gapura dan motor juga merupakan suatu ikon, karena menandai gapura dan motor yang nyata. Begitu juga dengan jalan. Jalan merupakan suatu ikon, karena menandai jalan yang nyata. 2. Simbol Simbol dalam gambar ini ada dua, yakni palang dan slogan atau poster di gapura dengan tulisan “JALAN INI SEDANG DI DOWNLOAD”. Palang merupkan batang kayu (bambu, besi, dan sebagainya) yang dipasang melintang pada jalan, pintu, dan sebagainya. Sedari dulu dalam masyarakat telah memiliki konvensi atau pemahaman bahwa ketika pada saat tertentu baik dijalan atau di mana pun ketika berjumpa dengan palang maka dilarang untuk melakukan sesuatu. Dalam gambar tersebut palang diletakkan di depan gapura sebuah gang. Palang tersebut mengindikasikan agar orang- orang tidak lewat. Hal tersebut dipertegas dengan pencagaan yang dilakukan oleh seseorang dan adanya tulisan atau poster yang berbunyi“JALAN INI SEDANG DI DOWNLOAD” di bagian bawah gapura gang tersebut. Poster atau slogan adalah sesuatu yang senantiasa ada dan berdampingan dengan kehidupan manusia. Banyak masyarakat yang membuat suatu poster untuk tujuan-tujuan tertentu. Begitu pun dengan poster atau slogan tersebut. Poster atau slogan tersebut berbunyai “Jalan ini sedang di download”, yang berarti jalan tersebut belum jadi atau istilah lainnya belum 100% dapat digunakan. Sedang di download berarti masih dalam proses. Fenomena tulisan tersebut sangat kreatif dan cenderung sangat nyleneh. Orang Indonesia memang terkenal dengan kreativitas tingkat tinggi dalam mengekspresikan sesuatu hal. Tanpa adanya pemahaman, pengalaman, dan pengetahuan tertentu, mustahil dapat menulis tulisan yang mampu mengocok segala isi perut, namun terdapat makna yang begitu dalam dan satire yang sangat kuat. Seperti yang telah diketahui, bahwasanya Semiotik pragmatik dapat diartikan sebagai studi tentang tanda yang mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim dan penerimanya. Gambar tersebut, lebih tepatnya tanda unik kombinasi palang dan tulisan “Jalan ini sedang di download” sangat mengena dan mempunyai makna yang sangat dalam. Ketika pemerintah memberikan anjuran untuk di rumah saja, namun justru banyak masyarakat yang tetap mengabaikan dan terus saja melanggarnya, alhasil pandemi terus saja bertambah. Hal tersebutlah yang mendorong pembuat tanda membuat tanda tersebut. Tanda yang unik, nyleneh, membuat kita tertawa, namun menyimpan pemahaman dan satire yang luar biasa. Tulisan yang kreatif dan dapat dikatakan intelektual serta berbobot tak mungkin tercipta tapa adanya tangan-tangan dan otak-otak pemikir yang berpendidikan dan berilmu. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan keadaan sosial budaya masyarakat di daerah tersebut. Dapat dikatakan bahwa masyarakat pembuat tanda tersebut rata-rata adalah orang intelek. Tanda tersebut secara tidak langsung juga menerangkan keadaan masyarakat yang serba digital. Setiap harinya ditemani dengan daring, alat komunikasi, dan berbagai alat canggih lainnya. Tanpa adanya hal tersebut tak akan mungkin tulisan tersebut menggunakan istilah download. Selain hal tersebut, tanpa adanya pemahaman yang menyeluruh kaitannya dengan download, tak mungkin juga menggunakan istilah tersebut. Secara tidak langsung juga, setiap elemen masyarakat telah mafhum dengan istilah dan pengartian kata download. Tanda yang ada dalam gambar tersebut secara implisit seolah mengisyaratkan agar kita senantiasa untuk selalu menjaga kesehatan, keselamatan, dan kemananan. Tanda yang terlihat sangat aneh, nyleneh, dan tak biasa itu tentu mampu memperlihatkan bagaimana adanya sutau perubahanan dialektika kehidupan manusia dan juga dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri. Hal tersebut juga menjadi dasar yang dapat membuat perbedaan dan pengaruh bagi kehidupan sosial.