Anda di halaman 1dari 3

PUISI

Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima,
serta penyusunan larik dan bait.[1] Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang cermat dan pilihan
kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan memberikan
tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan pemaknaan khusus.[2] Puisi mengandung seluruh
unsur sastra di dalam penulisannya. Perkembangan dan perubahan bentuk dan isi pada puisi selalu
mengikuti perkembangan selera, perubahan konsep estetika dan kemajuan intelektual manusia. Puisi
mampu membuat ekspresi dari pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan
meningkatkan imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi dilakukan
dengan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menarik. Isi di dalam puisi merupakan catatan
dan perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.[3]

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, dan rima
adalah yang mebedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan dan pandangan
kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya
tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur
tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan
hatinya.

Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga
bermacam-macam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.

Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun.

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig zag, dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang hanya berisi satu
kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca, hal tersebut mungkin membuat puisi menjadi
tidak atau kurang bisa dimengerti. Tetapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang
diciptakannya. Tak ada batasan bagi seorang penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa
perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.

Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri, yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan
penyair aktif sekarang, baik pemula ataupun bukan, lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada
pokok puisi tersebut. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Jadi, puisi seharusnya merupakan seni yang memiliki perasaan ketika melantunkan dan menyelaraskan
nya, sehingga pendengar dapat merasakan emosi dan berimajinasi tentang maksud puisi tersebut.

Dasar-dasar membaca puisi[sunting | sunting sumber]

Dalam pembacaan puisi terdapat dasar-dasar penting yang mencakup olah vokal, olah musikal, olah
sukma, olah mimik, olah gerak dan wawasan kesastraan. Jika dasar-dasar tersebut telah dikuasai
langkah selanjutnya akan sampai pada proses pembacaan. Saat membaca puisi perlu memperhatikan
tahap-tahap yaitu membaca dalam hati yang bertujuan agar puisi tersebut terapresiasi secara
penuh, membaca nyaring dengan memperhatikan daya vokal, tempo, timbre, interpolasi, rima, irama
dan diksi, membaca kritis dan membaca puitis.[4]

Gerak

Gerak dalam pembacaan puisi meliputi ekspresi dan mimik, gestur, dan pantomimik. Ekspresi adalah
pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi sedangkan mimik adalah gerak air muka. Gestur merupakan
gerak tangan dan kaki saat membaca puisi yang disesuaikan dengan isi puisi. Sementara itu,
pantomimik merupakan perpaduan ekspresi gerak - gerik wajah dan gerak - gerik tubuh.

Vokal

Vokal atau suara dalam pembacaan puisi dibagi menjadi tiga yaitu artikulasi, intonasi, tempo, power
serta volume suara.

Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata. Kejelasan artikulasi dalam membaca puisi
sangat dibutuhkan dalam pelafalan bunyi huruf vokal dan konsonan.

Intonasi adalah yaitu tinggi rendahnya suatu nada pada kalimat yang memberikan penekanan dalam
kata-kata tertentu di suatu kalimat. Dalam sebuah puisi, ada empat jenis intonasi antara lain sebagai
berikut:

Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.

Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan,
marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan
sebagainya.

Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.

Modulasi meliputi perubahan bunyi suara misalnya suara menjerit karena marah serta suara
mendesah karena lelah. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung kepada ketepatan penafsiran
atas puisi yang dibacakan.
3. Karakter suara adalah ciri khas suara yang dimiliki oleh pembaca puisi. Seorang membaca puisi harus
mampu memainkan karakter suaranya sesuai dengan kutipan puisi yang dibacanya. Apabila dalam
puisi diceritakan tentang pendirian seorang gadis saya harus mampu mengubah suaranya seperti
seorang gadis.

4. Tempo merupakan ukuran cepat lambatnya pembacaan dari suatu kata atau kalimat dalam puisi.

5. Power atau kekuatan suara merupakan bagian yang amat penting untuk diperhatikan saat membaca
puisi. suara seorang pembaca puisi harus mampu mengatasi suara penonton atau
pendengarnya. Seorang pembaca puisi dituntut untuk memiliki vokal yang keras agar suaranya bisa
terdengar oleh penonton.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi

Anda mungkin juga menyukai