Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1126

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA


TEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA
Rina Hayati Maulidah1,Khairun Nisa2, Wan Nurul Atikah Nasution 3
e-mail: 1rinahayati.maulidiah@yahoo.com2nisakhairun2206@gmail.com,
3
wannurul.atikah@ymail.com,

Abstrak : Penelitian ini mengidentifikasi problematika mahasiswa dalam menganalisis wacana


yang bertujuan untuk mengetahuimasalah yang muncul dalam menganalisis wacana secara
tekstual yang terdiri dari aspek gramatikal dan leksikal. Objek penelitian ini adalah mahasiswa
semester VI-B prodi bahasa dan sastra Indonesia yang mengikuti mata kuliah analisis wacana
sebanyak 27 orang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Sumber data
penelitian ini berupa hasil tulisan mahasiswa dalam menganalisis wacana secara tekstual.
Teknik pengumpulan data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan. Model analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa aspek gramatikal memiliki mean 5,96, modus
5, median 6, varians 2,34, SD 1,53, nilai tertinggi 8, nilai terendah 3. Sedangkan aspek leksikal
memiliki mean 6,48, modus 8, median 6, varians 4,03, SD 2,01, nilai tertinggi 10, nilai terendah
3. Untuk data menganalsisis wacana diperoleh nilai mean 83,51, modus 83, median 83, varians
1,11, SD 1,05, nilai tertinggi 86, dan nilai terendah 82.Berdasarkan hasil yang diperoleh dan
hasil wawancara maka ditemukan beberapa kendala yang dihadapi mahasiswa yaitu:
penguasaan mahasiswa dalam menganalisis wacana secara tekstual masih rendah terbukti
dengan data yang diperoleh pada aspoek gramatikal dan leksikal, danminimnya pemahaman
mahasiswa tentang menganalisis wacana secara tekstual.

Kata kunci: problematika,menganalisis wacana, tekstual

PENDAHULUAN

A nalisis wacana sedang hangat dibicarakan, baik dalam berbagai perdebatan


maupun teks ilmiah. Analisis wacanamerupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah,baik dalam bentuk tulis maupun
lisan terhadap para pengguna sebagai suatu elemen masyarakat. Kajian terhadap suatu
wacana dapat dilakukan secara  struktural dengan menghubungkan
anatar teks dan konteks, serta melihat suatu wacana secara fungsional
1
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNA,
Kisaran, Sumatera Utara
2
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNA,
Kisaran, Sumatera Utara
3
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNA,
Kisaran, Sumatera Utara
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1127

dengan menganalisis tindakan yang dilakukan seseorang untuk tujuan tertentu untuk


memberikan makna kepada partisipan yang terlibat. Data yang digunakan dalam analisis
wacana adalah dengan cara berfokus kepada pengkontruksian secara kewacanaan yang
meliputi teks tulis yang berupa ragam tulisan, dan teks lisan yang berupa ragam tuturan. 
Pembelajaran Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam
Kurikulum KKNI menyajikan mata kuliah Analisis Wacana pada mahasiswa semester
VI. Tujuan Umum mata kuliah Analisis Wacana adalah siswa mampu menganalisis
wacana khususnya wacana nonfiksi. Adapun tujuan khususnya adalah diharapkan
mahasiswa memiliki pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan yang memadai tentang
(a) konsep-konsep dasar analisis wacana, (b) konteks situasional wacana, (c) ko-teks,
konteks, dan teks dalam analisis wacana, (d) piranti kohesi dan koherensi, dan (e)
menganalisis wacana secara tekstual dan kontekstual. Dalam hal ini, piranti kohesi dan
koherensi dikaitkan dengan kemampuan menganalisis wacana mahasiswa.
Brown dan Yule (1996:1) menyebutkan bahwa wacana adalah bahasa yang
digunakan. Menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988: 54) wacana pada umumnya
adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang
tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren
secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis
kenyataan.Pendapat lain dari Chaer (2003: 267) mengatakan bahwa wacana adalah
satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar. Menurut Edmonson (dalam Juita 1999: 3) wacana
adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistik yang
lainnya.
Sebuah wacana dikatakan baik apabila antarkalimat-kalimatnya mempunyai
kesinambungan. Pemahaman mengenai wacana dapat dianalisis melalui analisis wacana
tekstual dan analisis wacana kontekstual. Menurut Sumarlam dkk (2008: 40), analisis
tekstual dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal. Segi
bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal terdiri dari pengacuan
(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), sedangkan aspek leksikal yang
dianalisis dari segi makna atau struktur batin dapat dibedakan menjadi enam macam
yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1128

(hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata, oposisi kata), dan ekuivalensi


(kesepadanan bentuk).
Manfaat analisis wacana, selain dapat memahami hakikat bahasa juga untuk
memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa. Bahkan analisis wacana dapat
dimanfaatkan sebagai dasar untuk membina kemampuan berbahasa. Analisis wacana
memiliki beberapa fungsi, diantaranya fungsi bahasa dalam komunikasi, fungsi
ekspresi, direksi, informasional, metalingual, interaksional, kontekstual, dan puitik.
Fungsi bahasa dalam komunikasi jika dilihat berdasarkan tanggapan atau respon mitra
tutur ada dua macam, yaitu fungsi transaksional dan fungsi interaksional.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cihak dan Castle (2011:106-
113)diketahui bahwa siswa tidak memiliki keterampilan menulis tentang bagaimana
membuat paragraf yang memiliki kesatuan gagasan, bagaimana menguraikan masalah,
bagaimana menggunakan ungkapan transisi dalam hal ini kohesi dan koherensi, dan
bagaimana menyimpulkan isi.
Mengacu pada masalah yang dikemukakan di atas, dalam menganalisis wacana
terdapat beberapa kekurangan mahasiswa dalam menganalisis wacana salah satunya
adalah menganalisis wacara secara tekstual diukur dengan kemampuan mengenali
pemakaian aspek gramatikal dan leksikal. Menurut Sumarlam dkk (2008: 24) mengenali
pemakaian aspek gramatikal sebagai penanda hubungan dalam teks yang terdiri dari: (1)
pengacuan, (2) penyulihan, (3) pelesapan, dan (4) konjungsi. Sedangkan, mengenali
pemakaian aspek leksikal sebagai penanda hubungan dalam teks yang terdiri dari: (1)
pengulangan,(2) sinonimi, (3) antonimi, dan (4) hiponimi.
Mengacu masalah di atas, maka penelitian ini bertujuanmengetahui
problematika mahasiswa dalam menganalisis wacana secara tekstual.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu survei melalui studi korelasional.


Populasi penelitian yaitu mahasiswa semester VIB prodi bahasa dan sastra Indonesia
Universitas Asahan sebanyak 27 orang.Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes
kemampuan menganalisis wacana, dan tes objektif pengetahuan tekstual yaitu terdiri
dari aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal yaitu referensi, substitusi, dan
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1129

elipsis, sedangkan aspek leksikal yaitu repetisi sinonimi, kolokasi, hiponimi, antonimi,
dan ekuivalensi yang terdiri dari 20 soal. Pendekatan penelitian yang digunakan berupa
penelitian studi kasus. Sumber data dalam penelitian ini berupa hasil tulisan mahasiswa
dalam menganalisis wacana secara tekstual. Teknik pengumpulan data meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Model analisis
data yang digunakan adalah analisis model interaktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa aspek gramatikal memiliki


mean 5,96, modus 5, median 6, varians 2,34, SD 1,53, nilai tertinggi 8, nilai terendah 3.
Sedangkan aspek leksikal memiliki mean 6,48, modus 8, median 6, varians 4,03, SD
2,01, nilai tertinggi 10, nilai terendah 3. Untuk data menganalsisis wacana diperoleh
nilai mean 83,51, modus 83, median 83, varians 1,11, SD 1,05, nilai tertinggi 86, dan
nilai terendah 82.
Berikut penjabaran nilai aspek gramatikal, dan leksikal, serta nilai analisis
wacana mahasiswa.
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1130

Tabel 1. Nilai aspek gramatikal, dan leksikal, serta nilai analisis wacana
No. Nama Mahasiswa Aspek Aspek Nilai Analisis
Gramatikal Leksilal Wacana
1 Yuliana Nasution 8 9 84
2 Sri Ramayani 5 4 84
3 Faissyah Nurcahyati 7 4 86
4 Lisawati 8 7 83
5 Ira Diah Safira 7 8 82
6 Nurwijayanti 6 5 83
7 Dini Rizky 7 8 83
8 Yuni Mustika Sinaga 7 4 84
9 Suci Maharani 8 9 84
10 Shinta Novalinda Br S 8 10 83
11 Sri Lidyawati 5 8 84
12 Setia Wati 4 8 85
13 Pera Purnamasari 5 3 82
14 Jumiati 4 7 83
15 Nurintan 5 8 82
16 Komariah Situmorang 5 4 83
17 Riza Yanti Nst 6 9 83
18 Riki Jumaji 7 8 85
19 Trisna Kurniawati 8 6 83
20 Ayu Lestari 7 5 84
21 Cici Asmelin 6 9 85
22 Windi Ananda Purti 5 6 83
23 Indah Rezeki Rahmadani 5 5 83
24 Uci Syahputri 7 6 82
25 Muhammad Fhruji 5 6 83
26 Melda Sunarti Hutagalung 3 5 85
27 Tri Wulan Sari 3 4 84

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan hasil wawancara maka ditemukan


beberapa kendala yang dihadapi mahasiswa yaitu:
1. Penguasaan mahasiswa dalam menganalisis wacana secara tekstual masih
rendah terbukti dengan data yang diperoleh pada aspek gramatikal dan
leksikal.
2. Pemahaman mahasiswa tentang menganalisis wacana secara tekstual masih
minim.
KESIMPULAN
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1131

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa aspek gramatikal memiliki


mean 5,96, modus 5, median 6, varians 2,34, SD 1,53, nilai tertinggi 8, nilai terendah 3.
Sedangkan aspek leksikal memiliki mean 6,48, modus 8, median 6, varians 4,03, SD
2,01, nilai tertinggi 10, nilai terendah 3. Untuk data menganalsisis wacana diperoleh
nilai mean 83,51, modus 83, median 83, varians 1,11, SD 1,05, nilai tertinggi 86, dan
nilai terendah 82.. Berdasarkan hasil yang diperoleh dan hasil wawancara maka
ditemukan beberapa kendala yang dihadapi mahasiswa yaitu: penguasaan mahasiswa
dalam menganalisis wacana secara tekstual masih rendah terbukti dengan data yang
diperoleh pada aspek gramatikal dan leksikal, dan minimnya pemahaman mahasiswa
tentang menganalisis wacana secara tekstual.

SARAN

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini disarankan bahwa diadakan


penelitian lebih lanjut dengan masalah yang lebih kompleks agar penelitian ini
berkembang dan menjadi bahan referensi bagi pembaca maupun bagi dosen pengampu
mata kuliah analisis wacana.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana (diterjemahkan oleh I.
Soetiko). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[2] Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
[3] Cihak, David F. dan Castle, Kristian. 2011. “Improving Expository Writing
Skills With Explicit and Strategy Instructional Methods In Inclusive Middle
School Classrooms”. International Journal of Special Education. vol. 26 (3) pp
106-113.
[4] Degand, Liesbeth dan Sanders, Ted. 2002. “The Impact of Relational Markers
on Expository Text Comprehension in L1 and L2.” Reading and Writing. vol 15.
pp 739-759.
[5] Juita, Novia. 1999. Wacana Bahasa Indonesia. Padang: DIP Universitas Negeri
Padang.
[6] Sumarlam., Saddhono, K., Usdiyanto., Widyastuti, C. S., et al. 2008. Teori dan
PraktikAnalisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

Anda mungkin juga menyukai