Anda di halaman 1dari 5

1. A. Tugas review jurnal 1.

Nama Alfin Tajudin

NIM 210317126

Judul Jurnal Metacognitive Listening Strategies Awareness in Learning English as a Foreign


Language: A Comparison Between University and High School Students

Penulis Mehrak Rahimi dan Maral Katal

Edisi Volume 31, halaman 82-89

Peneliti mencoba untuk menentukan karakteristik pembelajar bahasa yang


baik dan jenis strategi yang mereka gunakan dalam bahasa tertentu (Birjandi
dkk, 2006). Alasannya terletak pada kenyataan bahwa strategi metakogitif
memungkinkan peserta didik untuk memainkan peran aktif dalam proses
belajar, untuk mengelola dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri dan
akhirnya menemukan cara terbaik untuk berlatih dan memperkuat apa yang
Latar Belakang mereka pelajari (Chari et al., 2010).
Masalah
Dalam hal ini peneliti mencoa memecahkan masalah dan memberi solusi
agar pembelajaran lebih efektif, yaitu menggunakan strategi metakognitif
dimana sebelumnya telah adabeberapa penelitian mengenai hal ini. Dalam
beberapa tahun terakhir penilaian kognitif pelajar dan pengetahuan metakognitif
elah menjadi bidang utama dalam penelitian strategi mendengarkan
(Vandergrift dkk, 2006).

Jurnal ini ditulis dengan tujuan untuk meneliti kesadaran strategi mendengakan
Tujuan
siswa metakognitif di kalangan mahasiswa Universitas Iran dan siswa SMA
Penelitian
dalam bahasa Inggris.

Landasan Teori Peneliti menuliskan pengertian metakognisi dari pendapat para ahli.
Nelson (1996) berkata bahwa metakognisi telah didefinisikan sebagai
konstruksi yang mengacu pada berpikir tentang pemikiran seseorang atau
kemampuan manusia untuk sadar proses mental seseorang. Wenden (1998)
mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan tentang pembelajaran yang
merupakan bagian dari perbekalan pelajar dari pengetahuan yang diperoleh dan
terdiri dari sistem gagasan yang terkait, kestabilan relatif, pengembangan awal
dan abstraksi dari pengalaman peserta didik. Sedangkan menurut Flavell (1976)
pengetahuan metakognitif "pengetahuan seseorang tentang proses kognitif yang
dimiliki dan produk atau apapun yang berhubungan dengan mereka, misalnya,
sifat pembelajaran yang relevan dari informasi atau data" (hal. 232). Dikatakan
bahwa metakognisi adalah bentuk kognisi dan proses berpikir tingkat tinggi
yang melibatkan kontrol aktif selama proses kognitif (Wenden, 1998). Oleh
karena itu, pengetahuan metakognitif dianggap sebagai 'rasa ketujuh' dan salah
satu ciri mental yang peserta didik berhasil gunakan (Birjandi, 2006). Faktanya,
pelajar yang berhasil menyadari proses belajar mereka dan penggunaan strategi
yang berbeda yang memenuhi persyaratan tugas belajar dan situasi yang
berbeda.

Peneliti mengutip pendapat Brown (1981) bahwa ada dua jenis


pengetahuan metakognitif -statis dan strategi. Pengetahuan Statis yang mana
orang secara lisan menyatakan tentang kognisi, sedangkan pengetahuan
strategis, dengan perbandingan, adalah langkah-langkah individu yang
diperlukan untuk mengatur dan memodifikasi kemajuan aktivitas kognitif
seperti yang terjadi. Selain itu , Flavell (1976) mengklasifikasikan pengetahuan
metakognitif berdasarkan apakah itu berfokus pada peserta didik, tugas belajar,
atau proses pembelajaran. Kompetensi tripartit ini mencakup pengetahuan
orang, yaitu, pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri dan
orang lain sebagai prosesor kognitif; pengetahuan tugas, yaitu, pengetahuan
seseorang memiliki sekitar informasi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas; dan pengetahuan strategi. Yaitu, pengetahuan mengenai
strategi yang mungkin efektif dalam mencapai tujuan dan tugas usaha (Flavell,
1976).

Seperti tercantum dalam Brown dkk. (1983), pengetahuan metakognitif


dan strategi metakognitif adalah dua komponen yang berbeda dari istilah
metakognisi. Pengetahuan metakognitif mengacu pada peserta didik
memperoleh informasi tentang belajar mereka, sedangkan strategi metakognitif
adalah keterampilan umum di mana peserta didik mengelola, memerintah,
mengatur, dan memandu belajar mereka. Strategi metakognitif dasar meliputi
menghubungkan informasi baru dengan yang lama, memilih strategi berpikir
yang disengaja, perencanaan, monitoring, dan evaluasi proses berpikir (Oxford,
2002).

Hipotesis/ Bagaimana perbandingan tingkat kesadaran strategi mendengarkan


pertanyaan metakognitif mahasiswa Universitas Iran dan siswa SMA?
Penelitian

Metode Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kuantitatif.
penelitian

Subjek Subjek penelitian jurnal ini yaitu 122 mahasiswa Universitas Iran dan 116 siswa
Penelitian SMA.

Alat Ukur Penulis menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kesadaran


Penelitian mendengarkan metakognitif siswa dan mahasiswa.

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan Kuesioner Kesadaran


Mendengarkan Metakognitif (MALQ). Kuesioner berisi 21 item yang menilai
kesadaran bahasa siswa dan mahasiswa dan merasakan menggunakan srategi
Teknik mendengarkan. Setiap item dinilai pada enam poin dari skala Likert dari 1
Pengumpulan (sangat tidak setuju) sampai 6 (sangat setuju) tanpa titik netral sehingga
Data responden tidak bisa melakukan lindung nilai. Peneliti membuat MALQ yang
terdiri dari lima faktor, yaitu pemecahan masalah (6 item), perencanaan dan
evaluasi (5 item), terjemah mental (3 item), pengetahuan orang (3 item), dan
mengarahkan perhatian (4 item).

Penulis memberikan Kuesioner Kesadaran Mendengarkan Metakognitif


(MALQ) kepada mahasiswa Iran dan siswa SMA untuk mengetahui tingkat
Teknik Analisis
kesadaran strategi memndengarkan metakognitif mereka. Kemudian peneliti
Data
membandingkan hasil kuesioner antara mahasiswa Iran dan siswa SMA
menggunakan t-test untuk kemudian ditarik kesimpulan dari hasil tersebut.

Hasil Penelitian Dalam jurnal ini diteliti tentang tingkat kesadaran strategi mendengarkan
metakognitif dalam belajar bahasa Inggris antara mahasiswa Universitas Iran
dan siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat
kesadaran strategi mendengarkan metakognitif siswa dan mahasiswa
memuaskan. Hal ini sependapat dengan penelitian lain yang menunjukkan
bahwa secara umum mahasiswa Iran memiliki kesadaran metakognitif yang
tinggi (Pishghadam, 2009; Lachini, 1997; Tajedin, 2001; Akbari, 2003) dan
dalam strategi mendengarkan (Rahimi dan Katal, 2010; Shirani Bidabadi dan
Yamat, 2010, 2011) serta keterampilan lain seperti membaca (Mahmoudi dan
Khonamri, 2010) dan kosa kata (Chari, Samavi dan Kordestani, 2010) pada
khususnya. Sedangkan siswa SMA lebih menyadari tentang strategi
mendengarkan metakognitif dalam hal pengetahuan orang dan terjemah mental.

Dalam analisis yang mendalam peneliti menunjukkan bahwa siswa lebih


menyadari masalah strategi pemecahan masalah daripada jenis strategi lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Iran umumnya menggunakan kata-kata
yang umum dikenal dan gambaran umum tentang teks untuk menyimpulkan arti
kata-kata yang tidak diketahui, menggunakan pengalaman mereka dan
Diskusi
pengetahuan umum dalam menafsirkan teks, menyesuaikan interpretasi mereka
karena menyadari bahwa itu tidak benar, memantau akurasi kesimpulan untuk
kongruensi dengan intepretasi berkemang, dan membandingkan interpretasi
berkembang dengan pengetahuan mereka tentang topik (Vandergrift, dkk.,
2006).

Penulis menyimpulkan bahwa siswa SMA lebih menyadari strategi


mendengarkan metakognitif mereka dibandingkan dengan mahasiswa. Menururt
peneliti, siswa SMA menunjukkan kesadaran yang lebih tinggi dalam
Kesimpulan terjemahan mental dan strategi pengetahuan orang. Peneliti juga menjelaskan
bahwa mahasiswa Iran yang lebih tua kurang menyadari kesulitan
mendengarkan daripada tiga keterampilan bahasa yang lain, yaitu menuli,
membaca dan berbicara.

Komentar -Kelebihan:
1. Peneliti mampu melihat celah yang cukup menarik untuk dapat diteliti
dengan lebih jauh.
2. Hasil penelitian memudahkan mahasiswa unttuk lebih mengoreksi diri
akan kesadaran mendengarkan metakoginitif untuk meningkatkan
prestasi belajarnya.
-Kekurangan:
1. Daftar pustaka yang ditulis peneliti sudah lengkap namun sebagian
tahun referensinya sudah terlalu lama terbit sehingga tidak up to date.
2. Studi lain yang berbeda hasilnya tidak dipejelas lebih jauh.
3. Jumlah partisipan yang tidak seimbang antara kedua kelompok sehingga
tampak tidak adil.
4. Kutipan terlalu banyak, sehingga pemikiran dari peneliti sendiri kurang
terlihat.
5. Tidak ditampilkan kuesionernya, sehingga pembaca tidak mengetahui
dengan jelas apa saja yang ditanyakan dalam kuesioner tersebut.
6. Tidak ada penjelasan tentang langkah-langkah strategi mendengarkan
metakognitif itu sendiri sehingga pembaca awam sulit untuk
memahami.

B. Lampiran jurnal 1 yang di review.

Anda mungkin juga menyukai