Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah Studi Hadits

Materi 1
Oleh: Achmad Ridlowi

Pengertian
Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar
Perbedaan Pokok antara
al-Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Kehujjahan Hadis
Unsur-unsur Pokok Hadis
Sanad, Rawi dan Matan
LATAR KAJIAN MATERI 1

HAKIKAT HADIS
 Kata Hadis merupakan istilah yang sangat populer di kalangan umat Islam
termasuk di Indonesia, selain kata al-Qur’an. Hal ini tidak lain karena Hadis
merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an itu sendiri. Namun
demikian, tidak sedikit umat Islam yang kurang mengetahui dan memahami
hakikat dari istilah Hadis tersebut. Padahal, pengetahuan dan pemahaman ini
penting untuk dapat menjadikan Hadis sebagai dasar hukum secara benar dan
tepat. Karena itu, pembahasan dalam pembelajaran materi 1 ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan itu, sehingga mahasiswa memiliki bekal yang
diperlukan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
 Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan definisi Hadis dan sinonim-sinonimnya
2. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara Hadis, Sunnah,
Khabar dan Atsar
3. Menjelaskan perbedaan pokok antara al-Qur’an, Hadis Qudsi
dan Hadis Nabawi
4. Menjelaskan Kehujjahan Hadis
5. Menjelaskan unsur-unsur pokok Hadis: Sanad, Rawi dan
Matan.
PENGERTIAN

Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar

1- Pengertian Hadis

Hadis biasa didefinisikan sebagai perkataan ‫ق!!ول‬ [‫]ق!!ول‬,


perbuatan ‫!ل‬ [‫ ]ف!!! !عل‬dan penetapan [‫ ]ت!!!ق!رير‬yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw
‫كل ما أضيف إلى النبي من قول أو فعل أو تقرير بعد البعثة‬

Hadis merupakan teks berita yang berasal dari Nabi.

Hadis juga biasa dikenal dengan istilah lain (sinonim),


seperti sunnah (‫)ا!!لس!نة‬, khabar (‫ )ا!!لخ!بر‬dan atsar (‫)ا!!ألثر‬. Di
antara ketiga istilah ini, sunnah lebih banyak digunakan
daripada yang lainnya, sehingga Hadis Nabi sering juga
disebut dengan ”sunnah Nabi”.
‫‪2- Pengertian Sunnah‬‬

‫‪ ‬السنة فى اللغة‪ :‬هي السيرة حسنة كانت أو قبيحة‪.‬‬


‫وف!ى الحدي!ث ع!ن الرس!ول ص!لى هللا! علي!ه وس!لم‪ :‬م!ن س!ن ف!ى اإلس!الم س!نة حس!نة‬
‫فل!ه أجره!ا وأج!ر م!ن عم!ل به!ا بعده‪ ,‬م!ن غي!ر أ!ن ينق!ص م!ن أجوره!م شيئ‪.‬‬
‫وم!ن س!ن ف!ى اإلس!الم س!نة س!يئة كان علي!ه وزره!ا ووزر م!ن عم!ل به!ا م!ن‬
‫بعده‪ ,‬من غير أن ينقص من أوزارهم شيئ‪( .‬رواه مسلم)‬
‫‪ ‬الس*نة ف*ى اص*طالح الشرع‪ :‬م!ا أم!ر ب!ه الرس!ول ص!لى هللا! علي!ه وس!لم ونه!ى‬
‫عن!ه وندب إلي!ه قوال وفعال‪ ,‬ولهذا يقال ف!ى أدل!ة الشرع الكتاب والس!نة‪ ,‬أ!ي‬
‫القرأن والحديث‪.‬‬
‫‪ ‬الس*نة ف*ى اص*طالح المحدثي*ن‪ :‬ه!ي ك!ل م!ا أث!ر ع!ن الرس!ول ص!لى هللا! علي!ه‬
‫وس!لم م!ن قول‪ ,‬أ!و فع!ل‪ ,‬أ!و ص!فة خلقي!ة أ!و خلقي!ة‪ ,‬أ!و س!يرة س!واء أكان ذل!ك‬
‫قب**ل البعث**ة كتحنث!!ه ف!!ى غار حراء أ**م بعدها‪ .‬والس!!نة بهذا المعن!!ى مرادف!!ة‬
‫للحدي!ث النبوى‪ .‬والس!نة أع!م م!ن الحدي!ث‪ ,‬أل!ن الحدي!ث ه!و م!ا يروي ع!ن‬
‫الرسول صلى هللا عليه وسلم بعد النبوة من قوله وفعله واقراره فقط‪.‬‬
Pengertian Sunnah    
Menurut bahasa sunnah berarti “Jalan yang terpuji atau
tercela”.Firman Allah s.w.t“Dan kamu sekali-kali tiada
akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.

Adapun menurut istilah adalah Segala yang


dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan,
perjalanan hidup baik sebelum Nabi diangkat jadi
rasul atau sesudahnya.
‫‪3- Pengertian Khabar & Atsar‬‬

‫الخ!بر عن!د المحدثي!ن‪ :‬مرادف للحدي!ث‪ ,‬فيطلقان ‪--‬الخ!بر والحدي!ث– عل!ى‬ ‫‪‬‬
‫المرفوع وعل!!ى الموقوف والمقطوع‪ .‬فيشم!!ل الخ!!بر م!!ا جاء ع!!ن الرس!!ول‬
‫صلى هللا عليه وسلم وعن الصحابة والتابعين‪.‬‬
‫وقال بعضه!م‪ :‬الحدي!ث م!ا جاء ع!ن الن!بي‪ ,‬والخ!بر م!ا جاء ع!ن غيره‪ .‬وم!ن‬ ‫‪‬‬
‫ث!!م قي!!ل‪ :‬لم!!ن يشتغ!!ل بالس!!نة محدث‪ ,‬ولم!!ن يشتغ!!ل بالتواري!!خ ونحوه!!ا‬
‫أخباري‪.‬‬
‫وقي!ل‪ :‬بي!ن الحدي!ث والخ!بر عموم وخص!وص مطل!ق‪ ,‬فك!ل حدي!ث خ!بر وال‬ ‫‪‬‬
‫عكس‪ .‬وقد يسمى المحدثون‪ :‬المرفوع والموقوف من األخبار –أثرا‪.--‬‬
‫ويطل!ق الخ!بر واألث!ر ويراد بهم!ا م!ا أضي!ف إل!ى الن!بي ص!لى هللا! علي!ه وس!لم‬ ‫‪‬‬
‫وم!ا أضيف إلى الصحابة والتابعين‪ ,‬إال أن فقهاء خراسان يسمون الموقوف‬
‫أثرا والمرفوع خبرا‪.‬‬
Pengertian Khabar
Secara etimologis khabar  berasal dari kata :khabar, yang berarti
‘berita’.Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat
dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana mereka berpendapat
adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian.Karena
Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari sahabat
atau berita dari tabi’in.
Sementara Khabar menurut ahli Hadits, yaitu : “Segala sesuatu yang
disandarkan atau berasal dari Nabi SAW atau dari yang selain Nabi
SAW”.
Ulama lain mengatakan Khabar adalah sesuatu yang datang selain dari
Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut Hadits. Ada juga
ynag mengatakan bahwa Hadits lebih umum dan lebih luas daripada
Khabar, sehingga tiap Hadits dapat dikatakan Khabar, tetapi  tidak
setiap Khabar  dikatakan Hadits. Karena itu, sebagian ulama
berpendapat bahwa Khabar itu menyangkut segala sesuatu yang datang
dari selain Nabi SAW. Sedangkan Hadits khusus untuk segala sesuatu
yang berasal dari Nabi SAW.
Pengertian Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa.
Sesuatu dan berarti pula nukilan (yang dinukilkan).
Karena doa yang dinukilkan / berasal dari Nabi SAW.
Dinamkan doa maksur.
Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan
pendapat diantara pendapat para ulama. Sedangkan
menurut istilah:
‫ماروي عن الصحابة ويحوزاطالقه على كالم النبى ايضا‬
Artinya: “yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari
sahabat danboleh juga disandarkan pada perkataan Nabi
SAW”. Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama
dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi SAW, sahabat dan tabi’in. sedangkan menurut ulama
Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf dan khabar
untuk yang marfu’.
‫‪PERSAMAAN & PERBEDAAN‬‬
‫‪Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar‬‬

‫الحديث‬ ‫السنة‬ ‫الخبر‬ ‫األثر‬


‫النبي‬ ‫النبي‬ ‫النبي‬ ‫النبي‬

‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫الصحابة‬ ‫الصحابة‬


‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫التابعين‬ ‫التابعين‬

‫المرفوع‬ ‫‪-‬‬ ‫الموقوف‬ ‫المقطوع‬


‫بعد البعثة‬ ‫قبل وبعد ال!بعثة‬ ‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬
‫أعم من ال!خبر‬ ‫أعم من الحديث‬ ‫كل حديث خبر‬ ‫‪-‬‬
‫وال عكس‬
PERBEDAAN POKOK
al-Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi

No Al-Qur’an Hadis Qudsi Hadis Nabawi


1 Redaksi (lafadz) dan maknanya dari Allah Swt Redaksinya dari Nabi Redaksi dan maknanya
Saw, sedang maknanya dari Nabi Saw
dari Allah Swt
2 Diwahyukan melalui perantaraan malaikat Disampaikan melalui Berasal dari ijtihad Nabi
Jibril as ilham atau mimpi Saw
3 Periwayatannya harus dengan lafadz dan Boleh diriwayatkan Boleh diriwayatkan
maknanya dengan maknanya saja dengan maknanya saja

4 Seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir Umumnya diriwayatkan Umumnya diriwayatkan


secara ahad secara ahad
5 Mu’jizat Nabi Saw yang abadi Bukan mu’jizat Bukan mu’jizat

6 Membacanya bernilai ibadah Membacanya tidak Membacanya tidak


bernilai ibadah bernilai ibadah
*sbg kajian ilmu, bernilai ibadah

7 Dibaca dalam shalat Tidak dibaca dalam shalat Tidak dibaca dalam shalat
*Tidak seluruh teks hadis bisa *Idem
dibaca dalam shalat

8 Haram disentuh oleh orang yang berhadas, Boleh disentuh dan Boleh disentuh dan
serta haram disentuh dan dibaca oleh orang dibaca oleh orang yang dibaca oleh orang yang
yang junub berhadas dan junub berhadas dan junub
KEHUJJAHAN HADIS

 Dalam metodologi penetapan hukum Islam [ istinbâth], secara hirarkis, Hadis


menempati urutan kedua setelah al-Qur’an.
 Argumentasinya, seperti yang dinyatakan dalam kajian ushul fiqh, bahwa
hukum Islam adalah hukum Allah Swt. Hukum Allah Swt harus bersumber
dari rujukan wahyu dan kalam-Nya. Wahyu yang langsung, primer dan pasti
akurat [mutawâtir] adalah al-Qur’an. Sementara Hadis adalah penjelas
terhadap wahyu. Kalaupun Hadis dianggap wahyu[1]
wahyu , maka ia wahyu yang
tidak langsung, sekunder dan dalam beberapa hal keakurasinya tidak
terjamin. al-Qur’an dipastikan sebagai wahyu yang akurat, karena pada jalur
transmisi [riwâyah], ia diriwayatkan secara berkelompok [ mutawâtir] dalam
setiap generasi, sehingga tidak menyisakan kemungkinan salah. Sementara
Hadis, mayoritasnya ditransmisikan secara lebih sederhana, bisa dikatakan
individual [ahâd] oleh satu atau dua orang, yang menyisakan kemungkinan
salah dan alpa, bahkan bohong [ihtimâl al-khata’ wa an-nisyân wa al-kidzb ].
Karena itu, Hadis menempati urutan kedua setelah al-Qur’an dalam
penempatan sumber-sumber hukum Islam.
[1] Ibn Hazm menyatakan bahwa Hadis juga termasuk wahyu Allah Swt. Ia mendasarkan pada ayat al-
Qur’an yang menyatakan: “Dan dia (Muhammad) tidak berbicara dari hawa nafsunya. Bukanlah ia (apa
yang diucapkan itu) sesuatu, melainkan wahyu yang telah disampaikan” [ Wa mâ yanthiqu ‘an al-hawa.
In Huwa illâ wahyum yûhâ].
Lanjutan Kehujjahan Hadis…

 Perbedaan hirarkis Hadis dari al-Qur’an tentu melahirkan perbedaan otoritas


[hujjiyah]. Sekalipun demikian, Hadis tetap memiliki otoritas yang cukup kuat
jika dibandingkan dengan rujukan lain dalam penetapan hukum, seperti Ijma’
[konsensus ulama] dan Qiyas [analogi].
 Karena Hadis sebagai ujaran seorang Nabi yang menerima wahyu, dianggap
sebagai media yang paling otoritatif bagi penjelasan [bayân] dan perincian
[tafshîl] makna-makna yang terkandung dalam wahyu Allah Swt. Hadis dalam
hal ini, bisa bersifat konfirmatif [ta’kîd] terhadap wahyu [al-Qur’an], bisa
interpretatif [tafsîr] dan bisa juga afirmatif [ityân bi al-jadîd] dengan mendukung
hal baru yang tidak disebutkan oleh wahyu, tetapi sesuai dengan semangat
dasar yang diusungnya.
 Dalam hal ini Syafi’i (150-204H) menyatakan bahwa hadis merupakan
‘pengetahuan bijak’ [al-hikmah], yang juga diamanatkan untuk disampaikan,
sebagaimana al-Qur’an (QS. Al-Baqarah [2]: 129). Lebih jauh lagi dinyatakan,
bahwa penerimaan otoritas Hadis merupakan bentuk implementatif dari
kewajiban beriman kepada Allah Swt yang mewajibkan beriman kepada Nabi
Saw. Implementasi berikutnya adalah menerima dan mengamalkan Hadis,
sebagai pengamalan dari keimanan kepada Nabi Saw[1] Saw .
[1] Lihat Imam Syafii dalam kitabnya Ar-risâlah, ed. Abd al-Fattah Kabbarah, 1999: Dar an-Nafâ’is, Beirut-
Libanon, hal. 235, materi no. 236-308.
UNSUR-UNSUR POKOK HADIS

Sanad, Perawi dan Matan

 Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting,


karena hadis yang diperoleh/diriwayatkan akan
mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan
sanad, suatu periwayatan hadis dapat diketahui
mana yang dapat diterima (maqbul) atau ditolak
(mardud); dan mana hadis yang sahih atau tidak,
untuk dijadikan dasar/argumentasi/dalil hukum dan
diamalkan isi/pemahaman matan hadisnya.
 Sanad dari segi bahasa ‫ا!!لمعتمد‬artinya (sandaran,
tempat bersandar, yang menjadi sandaran).
Sedangkan menurut istilah ahli hadis, sanad
yaitu:‫ا!!لطريق!!!!!ة ا!!لموص!!!!!لإ!!ل!!!!ىا!!لمتن‬ (Jalan yang
menyampaikan kepada matan hadis).
Lanjutan Unsur Hadis…
 Ibn Sirin menyatakan bahwa:
‫ فانظروا عمن تأخذون دينكم‬,‫هذا العلم دين‬
Ilmu ini (hadis, sanad) adalah agama, karena itu telitilah orang-
orang dimana kamu mengambil agama (pemahaman) mu.
 Abdullah bin Mubarak mengatakan:
‫ بينن ا وبي ن القوم القوائ م‬,‫ لوال اإلس ناد لقال م ن شاء م ا شاء‬,‫اإلس ناد م ن الدي ن‬
‫ مثل الذي يطلب أمر دينه بال إسناد كمثل الذي يرتقى السطح بال سلم‬,‫اإلسناد‬
Menerangkan sanad hadis, termasuk tugas agama. Andaikata
sanad tidak diperlukan, tentu siapa saja dapat mengatakan apa
yang dikehendakinya. Perbedaan antara kami dengan mereka
(kaum agama lain), ialah sanad. Perumpamaan orang yang
mencari hukum-hukum agamanya, tanpa memerlukan sanad,
adalah seperti orang yang menaiki loteng tanpa tangga.
 Al-Syafi’i mengatakan:
‫مثل الذي يطلب الحديث بال إسناد كمثل حاطب ليل‬
Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadis tanpa
sanad, sama dengan orang yang mengumpulkan kayu api di
malam hari.
Lanjutan Unsur Hadis…

 Adapun matan dari segi bahasa


artinya membelah, mengeluarkan,
mengikat. Sedangkan menurut istilah
ahli hadis, matan yaitu:
‫ما انتهى إليه السند من الكالم فهو نفس الحديث الذي ذكر‬
‫اإلسناد له‬
Perkataan yang disebut pada akhir
sanad, yakni sabda Nabi SAW yang
disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya.
‫‪Contoh Hadis Nabi Saw‬‬

‫روى اإلمام البخاري قال‪ :‬حدثن!ا محم!د ب!ن المثن!ى قال‪ :‬حدثن!ا عب!د‬
‫الوهاب الثقف!ي قال‪ :‬حدثن!ا أيوب‪ ,‬ع!ن أ!بي قالب!ة‪ ,‬ع!ن أن!س ع!ن‬
‫الن!بي ص!لى هللا! علي!ه وس!لم قال‪ :‬ثالث م!ن ك!ن في!ه وج!د حالوة‬
‫اإليمان‪ )1 :‬أ!ن يكون هللا! ورس!وله أح!ب إلي!ه مم!ا س!واهما‪)2 ,‬‬
‫وأ!ن يح!ب المر!ء ال يح!ب اليحب!ه إال هلل!‪ )3 ,‬وأ!ن يكر!ه أ!ن يعود‬
‫في الكفر كما يكره أن يقذف في النار‪.‬‬
‫!‪Coba Tebak‬‬
‫?‪Mana Sanad? Mana Perawi? & Mana Matan‬‬
Lanjutan Unsur Pokok Hadis…
(Perhatikan Tabel Berikut Dengan Cermat & Teliti)

No Nama Periwayat Urutan sebagai Urutan sebagai


Periwayat Sanad
1 Anas I V

2 Abi Qilabah II IV

3 Ayub III III

4 Abd al-Wahab al-Tsaqafy IV II

5 Muhammad bin al-Matsna V I

6 Al-Bukhari VI Mukharrij al-Hadis


‫‪Skema Hadis‬‬
‫النبي‬
‫أنس‬
‫أبي قالبة‬
‫أيوب‬

‫عبد الوهاب الثقفي‬

‫محمد بن المثنى‬

‫البخاري‬
TERIMA KASIH
‫مع النجاح‬

Anda mungkin juga menyukai