Anda di halaman 1dari 16

ULUMUL HADITS

PERTEMUAN KEDUA (Asniyah Nailasariy, M.Pd.I.)


CPMK 1 à MEMAHAMI DASAR ULUMUL HADITS

• Sub-CPMK 1.1. Mahasiswa mampu memahami dan


menjelaskan tentang definisi hadis, fungsi dan kedudukan
serta perbedaan antara hadis nabawi dan hadis Qudsi.

Hakikat Hadits
Definisi Hadits : Lughawi

• Jadid: yang baru ; Qarib: yang dekat / belum lama


terjadi (hidats, hudatsa, huduts)
• Khabar: berita , tahdits (maa yatahaddatsu bihi wa
yunqalu, haddatsana à akhbaraba)
: QS. At-Thur: 34, QS. Al Kahfi: 6, QS. Ad-Dhuha: 11.
Definisi Hadits : Ishtilahi

• Ulama Muhadditsin: apa yang disandarkan kepada Nabi


SAW, baik ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau
sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya.
• ُ‫أ َْﻗَواﻟ ُﮫ ُ وأ َْﻓﻌَﺎﻟ ُﮫ ُ وأ َْﺣَواﻟ ُﮫ‬
• Ulama Ushuliyyin: hadits adalah perkataan, perbuatan,
atau penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah
SAW yang berkaitan dengan hukum (setelah kenabian).
Hadits = Sunnah
• Menurut mayoritas Ulama; sunnah dan hadits memiliki definisi
yang sama. (mulai abad ke-2 H)
• Sebagian sedikit membedakan: hadits adalah segala sesuatu
yang diambil dari Rasulullah SAW, sedangkan sunnah adalah
sesuatu yang memiliki dasar awalan dari masa awal Islam
(sesuatu yang biasa dikerjakan kaum Muslimin sejak dahulu).
• Hadits: yang dinukilkan dari Nabi SAW (sekalipun hanya
melalui 1 orang), sementara Sunnah: amaliyah mutawatir.
• Etimologi: “baru”.
Hadits • Makna umum: hadits adalah segala sesuatu yang berasal dari
Nabi, sahabat dan tabiin.
• Makna khusus: segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW
setelah kenabian.

• Etimologi : “berita”.
• Ulama hadits: khabar sama dengan hadits (dalam makna umum),
Khabar yaitu segala sesuatu yang datang dari Rasulullah, para sahabat,
atau tabiin.
• Sebagian ulama: hadits berasal dari Rasul, sedangkan khabar,
dari selain rasul (sahabat dan tabiin)
• Etimologi : “sisa dari sesuatu”
Atsar • Atsar sama dengan hadits: yang berasal dari Nabi, atau sabahat,
dan tabiin.(marfu’, mauquf, maqthu’)
• Atsar berasal dari sahabat dan tabiin, baik ucapan atau
perbuatan.
• Fuqaha’ Khurasan: Atsar adalah yang berasal dari sabahat Nabi
(Mauquf).
SAMA
Dalam pengertian umum (jumhur ulama)
“Segala yang disandarkan pada Nabi SAW,
Hadits sahabat, dan para tabiin.”
Beberapa argument:
• Mauquf dan maqthu’ juga bagian dari jenis
hadits
• Muhaddits juga disebut atsary

Khabar
BERBEDA
Dalam pengertian khusus
• Hadits: khusus yang disandarkan pada Nabi SAW.
• Khabar: yang disandarkan pada selain Nabi SAW
(Sebagian lainnya mengatakan segala berita dari
Atsar Nabi maupun selainnya)
• Atsar: yang disandarkan pada Sahabat (mauquf)
• Dan beberapa pendapat lainnya yang berlainan.
Atsar

Hadits
Sahabat
Nabi
Tabiin
SAW

Khabar
§ Berlainan sudut pandang
§ Ulama hadits memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai “uswah hasanah”
sehingga mereka menyandarkan pada segala hal yang berpautan dengan Nabi
SAW, baik mewujudkan hukum syar’i maupun tidak.
§ Ulama ushul memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai pengatur undang-
undang yang menciptakan dasar ijtihad bagi para mujtahidin sesudahnya, dan
menerangkan kepada umat dustur (peraturan) hidup. Sehingga mereka
memfokuskan perhatian pada perkataan, perbuatan, dan taqrir yang bersangkut
paut dengan penetapan hukum saja.
§ Para fuqaha memposisikan Nabi SAW sebagai seorang yang seluruh perbuatan
dan perkataannya menunjuk pada suatu hukum syar’I (wajib, haram, makruh,
mandub)
àHadits sebagai sumber hukum kedua setelah
Al Quran. (QS. An-Nisa: 59)
1. Al Qur’an sebagai dasar syariat, kitab
penyempurna dari kitab-kitab samawi à sumber
pertama dalam Islam.
2. Hadits sebagai penjelas hukum-hukum syar’i,
rincian dan praktek terhadap apa yang ada dalam
Al Qur’an, bersumber dari wahyu Allah SWT atau
ijtihad Nabi SAW. à sumber kedua dalam Islam.
1. Bayan ta’kid, yaitu memperkokoh uraian hukum yang telah ditetapkan
dalam al-Qur’an, seperti perintah menunaikan shalat, zakat, puasa,
dan haji.
2. Bayan tafshil/bayan tafsir, yaitu menjelaskan dan memerinci
petunjuk yang global dalam al-Qur’an, seperti tata cara menunaikan
shalat dan menjalankan ibadah haji.
3. Bayan tasyri’, yaitu menentukan suatu hukum secara mandiri yang
belum dijelaskan kepastian hukumnya oleh al- Qur’an, seperti hukum
menghimpun pernikahan antara bibi dan keponakan perempuan yang
dijelaskan melalui hadis Rasulullah SAW.
aa n
bed
Per

HADITS NABAWI HADITS QUDSI:


§ Segala
perkataan, § Firman Allah SWT yang
perbuatan, taqrir, maupun disabdakan Nabi SAW dengan
mengatakan “Allah berfirman…”
keadaan yang disandarkan
pada Nabi SAW. § Nabi SAW menyandarkan perkataan
kepada Allah SWT
§ Lafadl tidak selalu dari Nabi
§ Nabi SAW meriwayatkan dari
SAW, namun bisa jadi Allah SWT
dibahasakan oleh sahabat
§ Melalui mimpi atau ilham
dengan melihat perilaku atau
keadaan Nabi SAW. § Istilah lain: hadits Ilahy, hadits
Rabbany.
aa n
bed
Per

HADITS QUDSI AL QURAN


§ Wahyu yang lafadlnya § Wahyu yang lafadl dan
dari Rasul, maknanya maknanya langsung
dari Allah SWT, dari Allah SWT,
diturunkan dengan diturunkan melalui
jalan ilham atau perantara malaikat
mimpi. Jibril.
Diskusikan dengan temanmu sembari mencari di
beberapa referensi berkaitan dengan point-point di bawah
ini dan tulislah hasilnya!
§ Contoh Hadits Nabawi
§ Contoh Hadits Qudsi, berikan highlight warna atau garis
bawah pada ciri-ciri hadits Qudsi
§ Berikan penjelasan perbedaan keduanya!
§ Muhadditsin: para ahli hadits, yang banyak tahu tentang hadits baik dari sisi sanad
maupun matan dan hal-hal yang berkaitan dengan periwayatannya.
§ Ushuliyyin: para ahli ushul fiqih.
§ Hadits marfu’: jenis hadits yang disandarkan pada Nabi SAW.
§ Mauquf: jenis hadits yang disandarkan pada sabahat Nabi.

§ Maqthu’ : jenis hadits yang disandarkan pada tabiin.


Syeikh Manna’ Al Qaththan. Mabahits fii Ulum Al-Hadits. Terj. Jakarta: Pustaka Al Kautsar. 2005.
M. ’Ajaj Al Khatib, Ushul Al-Hadits. Terj. Jakarta: Gaya Media Pratama. Cet. 5. 2015.
Nuruddin ‘Itr. Manhaj An-Naqd Fii ‘Ulum Al Hadits. Terj. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. 5. 2017.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra. Cet.8. 2013.
Munzier Suparta, Ilmu Hadits. Jakarta: Rajawali Pers. Cet. 10. 2016.
Farida, U. (2015). Diskursus sunnah sebagai sumber hukum Islam: perspektif Ushuliyyin dan
Muhadditsin. Yudisia, 6(1), 237-255.

Anda mungkin juga menyukai