Hakikat Hadits
Definisi Hadits : Lughawi
• Etimologi : “berita”.
• Ulama hadits: khabar sama dengan hadits (dalam makna umum),
Khabar yaitu segala sesuatu yang datang dari Rasulullah, para sahabat,
atau tabiin.
• Sebagian ulama: hadits berasal dari Rasul, sedangkan khabar,
dari selain rasul (sahabat dan tabiin)
• Etimologi : “sisa dari sesuatu”
Atsar • Atsar sama dengan hadits: yang berasal dari Nabi, atau sabahat,
dan tabiin.(marfu’, mauquf, maqthu’)
• Atsar berasal dari sahabat dan tabiin, baik ucapan atau
perbuatan.
• Fuqaha’ Khurasan: Atsar adalah yang berasal dari sabahat Nabi
(Mauquf).
SAMA
Dalam pengertian umum (jumhur ulama)
“Segala yang disandarkan pada Nabi SAW,
Hadits sahabat, dan para tabiin.”
Beberapa argument:
• Mauquf dan maqthu’ juga bagian dari jenis
hadits
• Muhaddits juga disebut atsary
Khabar
BERBEDA
Dalam pengertian khusus
• Hadits: khusus yang disandarkan pada Nabi SAW.
• Khabar: yang disandarkan pada selain Nabi SAW
(Sebagian lainnya mengatakan segala berita dari
Atsar Nabi maupun selainnya)
• Atsar: yang disandarkan pada Sahabat (mauquf)
• Dan beberapa pendapat lainnya yang berlainan.
Atsar
Hadits
Sahabat
Nabi
Tabiin
SAW
Khabar
§ Berlainan sudut pandang
§ Ulama hadits memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai “uswah hasanah”
sehingga mereka menyandarkan pada segala hal yang berpautan dengan Nabi
SAW, baik mewujudkan hukum syar’i maupun tidak.
§ Ulama ushul memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai pengatur undang-
undang yang menciptakan dasar ijtihad bagi para mujtahidin sesudahnya, dan
menerangkan kepada umat dustur (peraturan) hidup. Sehingga mereka
memfokuskan perhatian pada perkataan, perbuatan, dan taqrir yang bersangkut
paut dengan penetapan hukum saja.
§ Para fuqaha memposisikan Nabi SAW sebagai seorang yang seluruh perbuatan
dan perkataannya menunjuk pada suatu hukum syar’I (wajib, haram, makruh,
mandub)
àHadits sebagai sumber hukum kedua setelah
Al Quran. (QS. An-Nisa: 59)
1. Al Qur’an sebagai dasar syariat, kitab
penyempurna dari kitab-kitab samawi à sumber
pertama dalam Islam.
2. Hadits sebagai penjelas hukum-hukum syar’i,
rincian dan praktek terhadap apa yang ada dalam
Al Qur’an, bersumber dari wahyu Allah SWT atau
ijtihad Nabi SAW. à sumber kedua dalam Islam.
1. Bayan ta’kid, yaitu memperkokoh uraian hukum yang telah ditetapkan
dalam al-Qur’an, seperti perintah menunaikan shalat, zakat, puasa,
dan haji.
2. Bayan tafshil/bayan tafsir, yaitu menjelaskan dan memerinci
petunjuk yang global dalam al-Qur’an, seperti tata cara menunaikan
shalat dan menjalankan ibadah haji.
3. Bayan tasyri’, yaitu menentukan suatu hukum secara mandiri yang
belum dijelaskan kepastian hukumnya oleh al- Qur’an, seperti hukum
menghimpun pernikahan antara bibi dan keponakan perempuan yang
dijelaskan melalui hadis Rasulullah SAW.
aa n
bed
Per