Anda di halaman 1dari 80

ILMU HADIST

BAB I
HADIS DAN ILMU HADIS
A. PENGERTIAN HADIS DAN SINONIMNYA
1. Hadis
- Secara bahasa berarti Al-Jadid yang berarti sesuatu yang baru.
- Menurut istilah ;
a. Pendapat Ulama Muhaddisin :

Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan,


perbuatan, taqrir maupun sifat
b. Pendapat Ulama Ushul :

Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw yang berkaitan


dengan hukum syara dan ketetapannya.
2. Sunnah
- Secara bahasa berarti :

Jalan yang terpuji atau jalan yang tercela.


- Menurut istilah :
a. Pendapat Ahli Hadis

Segala yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan,


perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup,
baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.
b. Pendapat Ahli Ushul

Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw selain Al-Quran alKarim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang
pantas untuk dijadikan sebagai dalil bagi hukum syara.

c.

Pendapat Ahli Fikih

Segala ketetapan yang berasal dari Nabi saw selain yang difardhukan
dan diwajibkan, dan termasuk hokum (taklifi) yang lima.
3. Khabar
- Secara bahasa berarti Al-Naba yang berarti berita.
- Menurut istilah, terdapat 3 pendapat :
a. Sinonim dengan hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat.
b. Berita atau kabar atau segala sesuatu yang datang dari selain Nabi
saw.
c. Segala sesuatu yang datang dari Nabi saw atau dari selain Nabi saw.
4. Atsar
- Secara bahasa berarti : yaitu sisa atau peninggalan
sesuatu.
- Menurut istilah, terdapat 2 pendapat :
a. Sinonim dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang beraal dari Nabi
saw.
b.
suatu perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat
dan tabiin.
5. Hadis Qudsi
-

Setiap hadis yang berupa perkataan dimana Rasulallah saw


menyandarkannya kepada Allah Azza wa Jalla.
-


Sesuatu yang dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya melalui ilham
atau mimpi, kemudian Nabi saw menyampaikan makna dari ilham atau
mimpi tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.

Ciri-ciri Hadis Qudsi :


- Terdapat kalimat /
- Terdapat kalimat /

- Redaksi lain yang semakna.
Contohnya :



( ) .....
Dari Abi Dzar dari Nabi saw bahwa Allah swt berfirman : Wahai
hamba-hamba-Ku, sungguh Aku mengharamkan kezaliman pada diriKu, dan Aku menjadikan kezaliman tersebut diantara kalian sebagai
sesuatu yang diharamkan, karena itu janganlah kalian semua berbuat
zalim. (HR. Muslim)
B. BENTUK-BENTUK HADIS
1. Hadis Qauli
Yaitu setiap perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi saw
yang memuat berbagai maksud syara, peristiwa dan keadaan, baik
yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak maupun lainnya.
Contohnya;

)
(

Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihah al-Kitab.


(HR. Muslim)
2. Hadis Fili
Yaitu setiap perbuatan atau tingkah laku yang disandarkan kepada
Nabi saw yang sampai kepada kita.
Contohnya;

( )

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. ( HR.


Bukhari )

( )
Nabi saw shalat diatas tunggangannya, kemana saja tunggangannya
tersebut menghadap. ( HR. al-Tirmidzi )
3. Hadis Taqriri
Yaitu setiap ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang dari para
sahabatnya.
Contohnya;
Rasulallah bersabda : ( )
Sebagian sahabat memahami larangan tersebut berdasarkan tekstual
hadis sehingga mereka tidak melaksanakan shalat ashar pada

waktunya. Sementara sebagian sahabat lainnya memahaminya


berdasarkan kontekstual hadis tersebut, mereka memahaminya harus
segera menuju Bani Quraizah dengan mempercepat perjalanan,
sehingga dapat shalat ashar di Bani Quraizah pada waktunya. Sikap
para sahabat dalam memahami hadis tersebut dibiarkan oleh Nabi
saw, sehingga kedua pemahaman para sahabat tersebut dapat
dijadikan sebagai dasar hokum.
4. Hadis Hammi
Yaitu setiap hadis yang berupa hasrat atau keinginan Nabi saw yang
belum terealisasikan.
Contohnya; Niat Rasulallah saw berpuasa tanggal 9 Asyura.
5. Hadis Ahwali
Yaitu hadis yang berupa hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan
fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya.

Contohnya;
Sahabat Rasulallah saw yang bernama Al-Barra berkata :

()
Rasulallah saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh.
Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pula pendek. (HR. Bukhari)
C. PERBEDAAN HADIS NABAWI, HADIS QUDSI DAN AL-QURAN
1. Perbedaan Hadis Nabawi dengan Hadis Qudsi
a. Pada hadis nabawi, Rasulallah saw menjadi sandaran sumber
pemberitaan, sementara pada hadis qudsi Rasulallah saw
menyandarkan sumber pemberitaan kepada Allah swt.
b. Pada Hadis Nabawi, pemberitaannya meliputi perkataan, perbuatan
dan persetujuan. Sementara pada Hadis Qudsi Nabi saw hanya
memberitakan perkataan saja.
c. Hadis Nabawi merupakan penjelasan dari kandungan Al-Quran baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sementara Hadis Qudsi
merupakan wahyu langsung dari Allah swt.
d. Pada Hadis Nabawi, lafal dan maknanya bersumber dari Rasulallah
saw. Sementara Hadis Qudsi, maknanya dari Allah swt, dan redaksinya
disusun sendiri oleh Nabi saw.
e. Pada Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan atau
semisalnya. Sementara pada Hadis Nabawi tidak terdapat ungkapan
tersebut.
2. Perbedaan Hadis Nabawi dengan Al-Quran

a.
b.
c.
d.
e.

Hadis Nabawi adalah sabda Rasulallah saw, sedangkan Al-Quran


merupakan firman Allah swt.
Hadis Nabawi bukan merupakan mukjizat, sedangkan Al-Quran
adalah mukjizat.
Hadsi Nabawi diriwayatkan secara ahad, sedangkan Al-Quran
diriwayatkan secara mutawatir.
Kebenaran Hadis Nabawi bersifat zhanniyu al-wurud yakni
kebenarannya bersifat relative, sedangkan kebenaran Al-Quran
bersifat Qathiyyu al-wurud yaitu mutlak kebenarannya.
Membaca Hadis Nabawi tidak beroleh pahala sedikitpun, sedangkan
membaca Al-Quran bernilai ibadah.

D. PENGERTIAN ILMU HADIS DAN CABANG-CABANGNYA


1. Pengertian Ilmu Hadis
Ilmu Hadis terbagi 2 :
a. Ilmu Hadis Riwayah, yaitu :


Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi
saw, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisan atau
pembukuan lafaz-lafaznya.
Objek Ilmu Hadis Riwayah adalah periwayatan yang disandarkan
kepada diri Nabi saw, baik perkataan, perbuatan maupun
ketetapannya bahkan hingga sifat-sifatnya tanpa membicarakan nilai
shahih atau tidaknya.
Manfaat mempelajari Ilmu Hadis Riwayah adalah untuk menghindari
adanya penukilan yang salah dari sumbernya yang pertama yaitu
Rasulallah saw.
Pendiri atau Tokohnya adalah Muhammad bin Muislim bin al-Syihab alZuhri (w.124 H), Khalifah Umar bin Abdul Aziz (w.101 H), dan Abu Bakar
Muhammad bin Amr bin Hazm.
b. Ilmu Hadis Dirayah, yaitu :



Ilmu pengetahuan utuk mengetahui hakikat periwayatan, syaratsyarat,
macam-macam,
dan
hukum-hukumnya,
serta
untuk
mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macammacam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan
dengannya.
Objek Ilmu Hadis Dirayah adalah keadaan para perawi hadis (baik yang
menyangkut pribadinya seperti; akhlak, tabiat, keadaan hafalannya,
maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnya asand) dan
hadis yang diriwayatkannya (dari sudut keshahihan, ke-dhaifan, dan
sudut lain yang berkaitan dengan keadaan matan hadis).

1)
2)
3)
4)

2.
a.

Manfaat mempelajari Ilmu Hadis Dirayah antara lain;


Mengetahui perkembangan hadis dan ilmu hadis sejak masa Nabi saw
sampai sekarang.
Mengetahui tokoh-tokoh dan upayanya dalam mengumpulkan,
memelihara dan meriwayatkan hadis.
Mengetahui kaidah-kaidah yang digunakan ulama hadis dalam
mengklasifikasikan hadis.
Mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria hadis sebagai
pedoman dalam beristinbath.
Pendiri atau Tokohnya adalah Al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan
bin Abdurrahman bin Khalad al-Ramahurmuzi (w.360 H) dengan
karyanya Al-Muhaddis al-Fashil baina al-Rawi wa al-Waiy.
Cabang-cabang Ilmu Hadis
Ilmu Rijal al-Hadis

Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya


sebagai perawi hadis.
b. Ilmu al-Jarh wa al-Tadil


Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat
menunjukkan keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau
membersihkan mereka, dengan ungkapan atau lafaz tertentu.
c. Ilmu Tarikh al-Ruwah


Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan
usaha periwayatan mereka terhadap hadis.
d. Ilmu Ilal al-Hadis



Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat
mencacatkan keshahihan hadis, seperti mengatakan muttashil
terhadap hadis yang munqathi, menyebut marfu terhadap hadis yang
mauquf, memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan yang
semisalnya.

e. Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh



Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak
memungkinkan
untuk
dipertemukan,
karena
bahkan
saling

menghapus, dimana hadis yang datang lebih dulu disebut mansukh,


dan yang datang kemudian disebut nasikh.
f. Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadis
Yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebabsebab dan waktu Nabi saw menuturkan sabdanya.
g. Ilmu Gharib al-Hadis


Yaitu ungkapan dari lafaz-lafaz yang sulit dan rumit untuk dipahami
yang terdapat dalam matan hadis karena jarang digunakan.
h. Ilmu al-Tashif wa al-Tahrif
Yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang hadishadis yang sudah diubah titik atau syakalnya (mushahhaf) dan
bentuknya (muharraf).
i. Ilmu Mukhtalif al-Hadis



Ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya saling
bertentangan, yang berkemungkinan dapat dikompromikan antara
keduanya, baik dengan cara mentaqyid kemutlakannya atau
mentakhsis keumumannya atau dengan cara membawanya kepada
beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.

A.
B.
C.
D.
E.
2.

Segala yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan,


perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup,
baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya adalah
pengertian dari . Menurut Ahli Hadis.
Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi
Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw yang berkaitan
dengan hukum syara dan ketetapannya adalah pengertian dari
. Menurut Ahli Ushul.

A. Hadis
B. Atsar

C. Sunnah
D. Khabar
E. Hadis Qudsi
3.

A.
B.
C.
D.
E.
4.

A.
B.
C.
D.
E.

Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan,


perbuatan, taqrir maupun sifat adalah pengertian dari ..
menurut Ahli Hadis.
Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi
Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw selain Al-Quran alKarim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang
pantas untuk dijadikan sebagai dalil bagi hukum syara adalah
pengertian dari . Menurut Ahli Ushul
Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

5. Segala ketetapan yang berasal dari Nabi saw selain yang difardhukan
dan diwajibkan, dan termasuk hukum (taklifi) yang lima adalah
pengertian dari menurut ulama Fuqaha.
A.
B.
C.
D.
E.
6.
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi
Segala sesuatu yang datang dari Nabi saw atau dari selain Nabi saw
adalah pengertian .
Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

7. suatu perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat dan


tabiin adalah pengertian ..
A.
B.
C.
D.
E.
8.

A.
B.
C.
D.
E.
9.

A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi
Setiap hadis yang berupa perkataan dimana Rasulallah saw
menyandarkannya kepada Allah Azza wa Jalla adalah pengertian dari

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi
Sesuatu yang dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya melalui ilham
atau mimpi, kemudian Nabi saw menyampaikan makna dari ilham atau
mimpi tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri adalah
pengertian
Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

10.

Kalimat diatas adalah pengertian dari .. menurut Ulama Hadis


A.
B.
C.
D.
E.
11.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

Kalimat diatas adalah pengertian . Menurut Ulama Ushul.


A. Hadis

B.
C.
D.
E.

Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

12. ..

Adalah pengertian dari .. menurut Ulama Muhaddisin.


A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

13. ..

Adalah pengertian dari .. menurut Ulama Ushul.


A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

14. ..

Adalah pengertian dari .. menurut Ahli Fikih.


Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi


dari

pengertian

Adalah

..

A.
B.
C.
D.
E.
15.

.
A. Hadis

B.
C.
D.
E.

Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

16. ..

Adalah pengertian dari .


A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

17. ..


Adalah pengertian dari ..
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

18.


( ) .....
Adalah contoh dari ..
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis
Atsar
Sunnah
Khabar
Hadis Qudsi

19. setiap perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi saw
yang memuat berbagai maksud syara, peristiwa dan keadaan, baik
yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak maupun lainnya adalah
pengertian dari ..
A. Hadis Nabawi
B. Hadis Fili

C. Hadis Qauli
D. Hadis Taqriri
E. Hadis Qudsi
.. )

20.

(
Adalah contoh dari .
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Nabawi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Qudsi

21.

( )
Adalah contoh dari ..
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Nabawi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Qudsi

22. .

( )
Adalah contoh dari
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Nabawi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Qudsi

23. Setiap perbuatan atau tingkah laku yang disandarkan kepada Nabi
saw yang sampai kepada kita adalah pengertian dari .
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Nabawi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Qudsi

24. Setiap ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang dari para
sahabatnya adalah pengertian dari

A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Nabawi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Qudsi

25. ..

( )
Adalah contoh dari
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Nabawi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Qudsi

26. Hadis yang berupa hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan
fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Hammi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Ahwali

27.

Adalah contoh dari .

A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Hammi
Hadis Fili
Hadis Qauli
Hadis Taqriri
Hadis Ahwali

28. Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi


saw, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisan atau
pembukuan lafaz-lafaznya adalah pengertian dari
A. Hadis Hammi
B. Hadis Dirayah
C. Hadis Riwayah

D. Hadis Taqriri
E. Hadis Ahwali
29. Ilmu pengetahuan utuk mengetahui hakikat periwayatan, syaratsyarat,
macam-macam,
dan
hukum-hukumnya,
serta
untuk
mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macammacam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya
adalah pengertian dari
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis Hammi
Hadis Dirayah
Hadis Riwayah
Hadis Taqriri
Hadis Ahwali

30. Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai
perawi hadis adalah pengertian dari ilmu .
A.
B.
C.
D.
E.

Tarikh al-Ruwat
Musthalah al-Hadis
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Rijal al-Hadis

31. Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat
menunjukkan keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau
membersihkan mereka, dengan ungkapan atau lafaz tertentu adalah
pengertian dari .
A.
B.
C.
D.
E.

Tarikh al-Ruwat
Musthalah al-Hadis
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Rijal al-Hadis

32. Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan
usaha periwayatan mereka terhadap hadis adalah pengertian dari ilmu
..
A.
B.
C.
D.
E.

Tarikh al-Ruwat
Musthalah al-Hadis
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Rijal al-Hadis

33. Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat


mencacatkan keshahihan hadis, seperti mengatakan muttashil
terhadap hadis yang munqathi, menyebut marfu terhadap hadis yang
mauquf, memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan yang semisalnya
adalah pengertian dari ilmu
A.
B.
C.
D.
E.

Tarikh al-Ruwat
Nasikh wa al-Mansukh
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Rijal al-Hadis

34. Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak


memungkinkan
untuk
dipertemukan,
karena
bahkan
saling
menghapus, dimana hadis yang datang lebih dulu disebut mansukh,
dan yang datang kemudian disebut nasikh adalah pengertian dari ilmu
..
A.
B.
C.
D.
E.

Tarikh al-Ruwat
Nasikh wa al-Mansukh
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Asbab al-Wurud al-Hadis

35. Yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebabsebab dan waktu Nabi saw menuturkan sabdanya adalah pengertian
dari ilmu ..
A.
B.
C.
D.
E.

Tarikh al-Ruwat
Nasikh wa al-Mansukh
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Asbab al-Wurud al-hadis

36. Yaitu ungkapan dari lafaz-lafaz yang sulit dan rumit untuk dipahami
yang terdapat dalam matan hadis karena jarang digunakan adalah
pengertian dari ilmu ..
A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Nasikh wa al-Mansukh
Ilal al-Hadis
Jarh wa al-Tadil
Asbab al-Wurud al-hadis

37. Yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang hadishadis yang sudah diubah titik atau syakalnya dan bentuknya adalah
pengertian dari ilmu .
A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Mukhtalif al-Hadis
Tashif wa al-Tahrif
Jarh wa al-Tadil
Asbab al-Wurud al-hadis

38. Ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya saling


bertentangan, yang berkemungkinan dapat dikompromikan antara
keduanya, baik dengan cara mentaqyid kemutlakannya atau
mentakhsis keumumannya atau dengan cara membawanya kepada
beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut adalah
pengertian dari ilmu .
A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Nasikh wa al-Mansukh
Tashif wa al-Tahrif
Mukhtalif al-Hadis
Asbab al-Wurud al-hadis

39.

adalah pengertian dari ilmu ..


A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Nasikh wa al-Mansukh
Tashif wa al-Tahrif
Mukhtalif al-Hadis
Asbab al-Wurud al-hadis

40. .


Adalah pengertian dari ilmu ..
A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Nasikh wa al-Mansukh
Tashif wa al-Tahrif
Mukhtalif al-Hadis
Asbab al-Wurud al-hadis

41. .

Adalah pengertian dari ilmu .


A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Nasikh wa al-Mansukh
Tashif wa al-Tahrif
Mukhtalif al-Hadis
Ilal al-Hadis

42.

Adalah pengrtian dari ilmu .

A.
B.
C.
D.
E.

Gharib al-Hadis
Nasikh wa al-Mansukh
Tashif wa al-Tahrif
Mukhtalif al-Hadis
Ilal al-Hadis

BAB II
FUNGSI HADIS DAN INGKAR AL-SUNNAH
A. FUNGSI HADIS
1. Bayan al-Taqrir
Bayan al-Taqrir atau Bayan al-Takid atau Bayan al-Itsbat adalah
menetapkan atau memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam
Al-Quran.
Contohnya;
Rasulallah saw bersabda,

( )

Apabila kalian melihat (ruyah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila


melihat (ruyah) itu maka berbukalah. (HR. Muslim)
Hadis tersebut men-Taqrir ayat Al-Quran di bawah ini,

Maka barangsiapa yang mempersaksikan (pada waktu itu) bulan,


hendaklah ia berpuasa (QS. 2 : 185)

2. Bayan al-Tafsir
Bayan al-Tafsir adalah hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan
penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat global
(Bayan al-Tafshil / Tafshil al-Mujmal), memberikan batasan ayat-ayat AlQuran yang bersifat mutlak (Bayan al-Taqyid / Taqyid al-Muthlaq), dan
mengkhususkan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat
umum (Bayan al-Takhsis / Takhsis al-Amm)
Contohnya;


Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR. Bukhari)
Hadis tersebut men-Tafshil ayat berikut;


Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orangorang yang rukuk. (QS. 2 : 43)


Rasulallah saw didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.
Hadis tersebut men-Taqyid ayat Al-Quran berikut;

......
Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah swt (QS. Al-Maidah : 3)


Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir, dan orang kafir tidak
mewarisi dari orang muslim. (HR. Bukhari)
Hadis tersebut men-Takhsis ayat berikut;


Allah swt mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu, yaitu bagian anak laki-laki sama dengan bagian anak
perempuan (QS. Al-Nisa : 11)
3. bayan Tasyri
Bayan Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran
yang tidak terdapat dalam Al-Quran.
Contohnya;


( )
Bahwasanya Rasulallah saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada
umat Islam pada bulan Ramadhan satu sukat (sha) kurma atau
gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki
maupun perempuan muslim. (HR. Muslim)
B. INGKAR AL-SUNNAH

1.

a.
b.
c.
2.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.

Ingkar al-Sunnah adalah suatu faham yang menolak hadis atau sunnah
sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran.
Ingkar al-Sunnah terjadi pada dua masa, yaitu masa klasik dan masa
modern.
Ingkar al-Sunnah Klasik
Ingkar al-Sunnah klasik terjadi pada abad ke-2 H / abad k-7 M, yakni
pada masa Imam Asy-Syafiiy (w. 204 H), yang dipelopori oleh sebagian
kaum Zindik dengan memobilisir para penganut sekte-sekte atau
aliran-aliran yang memang sedang mengalami konflik internal dan
marak berkembang saat itu. Pada masa ini Ingkar al-Sunnah terdiri dari
3 kelompok, yaitu;
Menolak sunnah secara keseluruhan, sehingga mereka hanya
berpedoman kepada Al-Quran an sich.
Tidak menerima seunnah kecuali yang semakna dengan Al-Quran.
Hanya menerima sunnah mutawatir saja dan menolah selainnya.
Ingkar al-Sunnah Modern
Ingkar al-Sunnah modern muncul pada abad 19 M / 13 H di India dan
abad 20 M / 14 H di Mesir. Sebab munculnya adalah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat melakukan pendangkalan
pemahaman ajaran agama Islam sejak awal abad 19 M.
Pokok-pokok ajaran Ingkar al-Sunnah antara lain :
Hadis adalah karya Yahudi yang bertujuan untuk menghancurkan
Islam dari dalam.
Sumber hukum Islam hanya Al-Quran.
Syahadat mereka adalah Isyhadu bi anna muslimun.
Shalat bertujuan ingat kepada Allah swt.
Puasa hanya diwajibkan bagi mereka yang melihat hilal saja.
Haji dilakukan pada 4 bulan haram, yaitu; Muharram, Rajab,
Zulqaidah, dan Zulhijjah.
Diperbolehkan mengenakan pakaian selain baju ihram saat berhaji.
Rasul tetap akan diutus sampai hari kiamat.
Nabi Muhammad saw tidak berhak menjelaskan tentang ajaran AlQuran
Tidak boleh shalat jenazah, karena tidak terdapat dalam Al-Quran. Dll.
Alas an mereka mengingkari Sunnah sebagai sumber hukum Islam ke-2
adalah :
Al-Quran diturunkan sebagai secara sempurna, sehingga tidak
diperlukan penjelasan dari Nabi.

b. Adanya larangan menulis hadis oleh Nabi, sebagai bukti bahwa hadis
hal yang penting.
c. Al-Quran bersifat qathiy (absolute kebenarannya) sedang hadis
bersifat zanniy (relative).

Para tokohnya antara lain; Sayyid Ahmad Khan (w. 1897 M), Ciragh Ali
(w. 1898 M), Maulevi Abdullah Jakralevi (w. 1918 M) Ghulam Ahmad
Pawrez, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadhiyani, dll.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
A.
B.
C.
D.
E.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
3.

A.
B.
C.
D.
E.
4.

A.
B.
C.
D.
E.

Ingkar
al-Sunnah
.

klasik

terjadi

pada

masa

Ali bin Abi Thalaib


Imam Malik
Imam Hanafi
Imam Syafiiy
Imam Ahmad
Ingkar
al-Sunnah
modern
.

di

India

terjadi

pada

abad

Ke-18
Ke-19
Ke-20
Ke-21
Ke-22
Hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan penjelasan terhadap
ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat global merupakan fungsi hadis
sebagai bayan
Tafsir
Taqrir
Tasyri
Tarjih
Maushul
Hadis mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak
terdapat dalam Al-Quran adalah fungsi hadis sebagai bayan
.
Tafsir
Taqrir
Tasyri
Tarjih
Maushul

5.

A.
B.
C.
D.
E.

Hadis menetapkan atau memperkuat apa yang telah diterangkan di


dalam
Al-Quran
merupakan
fungsi
hadis
sebagai
bayan
..
Tafsir
Taqrir
Tasyri
Tarjih
Maushul

6. Faham yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber hukum Islam
kedua setelah Al-Quran adalah faham .....
A.
B.
C.
D.
E.
7.
A.
B.
C.
D.
E.
8.
A.
B.
C.
D.
E.

Tafsir
Taqrir
Tasyri
Tarjih
Maushul
Berikut ini adalah para

tokoh

Ingkar

al-Sunnah,

kecuali

Sayyid Ahmad Khan


Sayyid Ali Khan
Maulevi Abdullah Jakralevi
Ghulam Ahmad Pawrez
Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadhiyani
Berikut ini ajaran pokok-pokok ajaran Ingkar al-Sunnah, kecuali

Sumber hukum Islam hanya Al-Quran.


Syahadat mereka adalah Isyhadu bi anna muslimun.
Shalat bertujuan ingat kepada Allah swt.
Puasa hanya diwajibkan bagi mereka yang melihat hilal saja
Nabi Muhammad saw berhak menjelaskan ayat Al-Quran

BAB III
PENGHIMPUNAN DAN PENGKODIFIKASIAN HADIS
A. PERIODISASI PENGHIMPUNAN HADIS
Mayoritas Ahli Sejarah Hadis membagi priodisasi penghimpunan hadis
menjadi 7 (tujuh) periode, yaitu:

1. Masa Turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam (Ashr


al-wahyi wa al-takwin), yaitu dimulai Sejak diangkatnya
Muhammad saw menjadi rasul sampai wafatnya.
2. Masa Kehati-hatian dan Penyedikitan Riwayat (Ashr altatsabbut wa al-iqlal min al-riwayah), yaitu dimulai sejak
awal pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq sampai kepada
akhir pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
3. Masa Penyebaran Riwayat ke daerah-daerah (Ashr intisyar alriwayat ila al-amshar), yaitu dimulai sejak awal Dinasti
Umayah sampai akhir abad pertama Hijriyah.
4. Masa Penulisan dan Pengkodifikasian Hadis (Ashr al-kitabat
wa al-tadwin), yaitu dimulai sejak awal abad kedua Hijriyah
sampai akhir abad kedua Hijriyah.
5. Masa Pemurnian, Pen-tashih-an dan Penyempurnaan Hadis
(Ashr al-tajrid wa al-tashih wa al-tanqih), yaitu dimulai
sejak awal abad ketiga Hijriyah sampai akhir abad ketiga
Hijriyah.
6. Masa
Pemeliharaan,
Penertiban,
Penambahan,
dan
Penghimpunan Hadis (Ashr al-tahdzib wa al-tartib wa alistidrak wa al-jama), yaitu dimulai sejak abad keempat
Hijriyah sampai masa jatuhnya kota Bagdad pada tahun 656 H.
7. Masa
Pensyarahan,
Penghimpunan,
Pen-takhrij-an,
dan
Pembahasan dari berbagai tambahan (Ashr al-syarh wa aljama wa al-takhrij wa al-bahts an al-zawaid), yaitu dimulai
sejak tahun 656 Hijriyah sampai dengan Sekarang.
B. HADIS PADA ABAD PERTAMA HIJRIYAH
1. Hadis Pada Masa Rasulallah saw
a. Cara Rasul Menyampaikan Hadis
1) Melalui sarana majlis-majlis ilmi yang diadakan oleh Rasulallah saw
bersama para sahabat.
2) Rasulallah saw menjelaskan hukum terhadap peristiwa yang
ditemuinya di lapangan kepada para sahabat yang mengikutinya.
Seperti hadis berikut;


, , :

( ) .

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulallah saw melewati seorang


penjual makanan kemudian beliau bertanya; Bagaimana caranya
engkau berjualan ? Maka si pedagang tersebut menjelaskannya
kepada Rasul. Selanjutnya beliau menyuruh pedagang itu untuk
memasukkan yangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut.
Namun ketika tangannya ditarik keluar, terlihat tangan tersebut basah,
maka Rasulallah saw bersabda; Bukan termasuk golongan kami orang
yang menipu. (HR. Ahmad)
3) Rasulallah saw menjelaskan hukum terhadap pertanyaan atau
peristiwa yang dialami oleh para sahabat.

Contoh;


).
(
Dari Ali ra dia berkata; Aku adalah seorang yang sering mengalami
keluar mazi, maka aku menyuruh al-Miqdad menanyakan (masalah
tersebut) kepada Rasulallah saw. Maka Rasulallah saw menjawab,
bahwa padanya harus berwudhu. (HR. Bukhari)
4) Para sahabat menyaksikan langsung Rasulallah saw melakukan suatu
perbuatan dan biasanya berkaitan dengan tata cara pelaksanaan
ibadah, seperti; shalat, puasa, zakat, dan haji.
Contohnya;


.......
( ) . :)(

Dari Abu Hurairah ra dia berkata; adalah Nabi saw tampak pada suatu
hari di tengah-tengah manusia (sahabat), maka datang kepadanya
seorang laki-laki seraya bertanya; apakah iman itu ? Rasulallah saw
menjawab; Iman adalah bahwa engkau beriman ......(hingga akhir)
Rasulallah saw mengatakan (kepada para sahabat), Dia adalah
(malaikat) Jibril yang datang untuk mengajari manusia tentang
masalah agama mereka. (HR. Bukhari)
5) Rasulallah saw menyampaikan hadisnya melalui ceramah atau pidato
di tempat terbuka, seperti saat haji wada dan fathu Mekkah.
Setelah menerima hadis tersebut dari Rasulallah saw atau
melalui perantaran sahabat lainnya, maka para sahabat menghafalkan
hadis-hadis tersebut sebagaimana halnya menghafalkan al-Quran.
b. Pemeliharaan Hadis pada Masa Rasulallah saw.
Faktor-faktor yang mendukung terpeliharanya hadis pada masa
Rasulallah saw antara lain :
1) Menghafal Hadis.

Untuk menjaga kemurnian Al-Quran, Rasulallah saw melarang para


sahabat menuliskan hadis secara resmi, sebagaimana sabdanya;


.


()
Janganlah kalian tulis apa saja dariku selain al-Quran. Barangsiapa
telah menulis dariku selain al-Quran hendaklah dihapus. Ceritakan
apa saja yang diterima dariku, ini tidak mengapa. Barangsiapa
berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah ia menempati
tempat duduknya di neraka. (HR. Muslim dari Abi Said al-Khudry)
Oleh karena itu pada masa ini para sahabat harus menghafalkan hadishadis yang diterimanya dari Rasulallah saw.
Paling tidak ada 3 faktor termotivasinya para sahabat dalam kegiatan
menghafal hadis, yaitu;
a) Kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa arab yang telah
diwarisinya sejak pra Islam.
b) Rasulallah saw banyak memberikan motivasi melalui doa-doanya.
c) Rasulallah saw seringkali menjanjikan kebaikan akhirat bagi siapa saja
yang menghafal dan menyampaikan hadis kepada orang lain.
2) Menulis Hadis.
Terdapat beberapa sahabat yang menuliskan hadis dan memiliki
catatan-catatannya, antara lain;
a) Abdullah ibn Amr ibn al-Ash.
Ia memiliki catatan hadis yang dinamakan al-Shahifah alShadiqah. Ia sempat mendapat kritikan dari kaum quraisy yang
selalu mencatat apa saja yang didengarnya dari Rasulallah saw,
kemudian ia mengadukannya kepada rasul dan beliau menjawabnya;

()
Tulislah ! demi zat yang diriku berada di tangan-Nya, tidak ada yang
keluar daripadanya kecuali yang benar. (HR. Bukhari dari Abdullah ibn
Amr ibn al-Ash)
b) Jabir ibn Abdillah ibn Amr al-Anshari (w.78 H).
Ia memiliki catatan hadis tentang manasik haji. Catatannya tersebut
dinamakan al-Shahifah Jabir.
c) Abu Hurairah al-Dausi (w. 59 H).
Ia memiliki catatan hadis yang dikenal dengan nama al-Shahifah alShahihah, dan mewariskan kepada anaknya bernama Hammam.
d) Abu Syah (Umar ibn Saad al-Anmari).
Ia memiliki catatan hadis dan memperoleh izin dari Rasulallah saw,
sebagaimana sabdanya;

1)

2)

3)

4)

( ) .
Kalian tuliskan untuk Abu Syah.
Tawafuq (kompromi) Para Ulama terhadap Hadis Larangan dan Perintah
Menuliskan Hadis.
Ibnu Hajar al-Asqalany berpendapat bahwa larangan Rasulallah
saw untuk menuliskan hadis itu hanya berlaku pada masa-masa
turunnya wahyu dan menuliskannya dalam satu suhuf agar tidak
tercampur antara al-Quran dengan hadis, namun jika al-quran tidak
turun dan tidak ditulis dalam satu suhuf maka dibolehkan mencatat
hadis.
Sementara An-Nawawi dan As-Suyuthi berpendapat bahwa
adanya larangan menuliskan hadis pada masa itu dimaksudkan hanya
bagi para sahabat yang kuat hafalannya sehingga terhindar dari
kekhawatiran terjadinya kekeliruan. Akan tetapi bagi para sahabat
yang kurang kuat hafalannya sehingga khawatir lupa, maka dibolehkan
mencatatnya.
Ajjaj al-Khatib menyatakan bahwa terdapat 4 pendapat ulama
tentang tawafuq hadis larangan dan perintah menuliskan hadis, yaitu;
Sebagian ulama menyatakan bahwa hadis dari Abu Said al-Khudry
bernilai mauquf karena itu tidak dapat dijadikan hujjah. Akan tetapi
pendapat ini ditolak karena hadis Abu Said al-Khudry dan hadis lain
yang semakna dengannya berderajat shahih.
Ulama lain menyatakan bahwa larangan menuliskan hadis hanya
berlaku pada masa-masa awal Islam yang masih penuh keterbatasan,
namun setelah ajaran Islam berkembang luas maka penulisan hadis
menjadi boleh.
Ulama lain menyatakan bahwa larangan menuliskan hadis itu hanya
berlaku bagi para sahabat yang kuat hafalannya agar semakin
terpelihara dan terlatih hafalannya, namun bagi para sahabat yang
kurang atau lemah hafalannya seperti Abu Syah dan Abdullah ibn Amr
ibn al-Ash dibolehkan menuliskannya.
Ulama lain berpandangan bahwa larangan menulis hadis tersebut
berlaku untuk umum, akan tetapi bagi para sahabat yang memiliki
keahlian menulis dan membaca dan tidak khawatir akan tercampur
dengan al-quran maka larangan tersebut tidak berlaku.

2. hadis Pada Masa Sahabat


Pemeliharaan hadis pada masa Khulafa al-Rasyidun khususnya pada
masa Abu Bakar dan Umar bin Khatthab dianggap sangat lamban, hal
ini disebabkan karena mereka sangat ketat dan sangat hati-hati dalam
meriwayatkan hadis. Oleh karena itu pada masa sahabat ini dikenal
dengan masa At-Tasabbut wa al-Iqlal min al-Riwayah (Pembatasan
dan penyedikitan penerimaan riwayah hadis).
Pada masa Abu Bakar periwayatan hadis harus disertai dengan adanya
kesaksian (syahadah) dari sahabat lainnya. Begitu juga pada masa
Umar bin Khatthab harus menghadirkan bayyinah yaitu seorang

saksi. Demikian juga pada masa Utsman bin Affan kehati-hatian dan
ketelitiannya dalam periwayatan hadis tetap terpelihara dengan
senantiasa mengingatkan kepada para sahabat lainnya agar tidak
banyak meriwayatkan hadis yang mereka tidak pernah mendengarnya
di masa Abu Bakar dan Umar bin Khatthab. Begitu pula halnya pada
masa Ali bin Abi Thalib, beliau senantiasa mensyaratkan adanya
sumpah terhadap orang yang meriwayatkan hadis.
C. HADIS PADA ABAD KEDUA HIJRIYAH
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Bani Umayah dikenal sebagai
penggagas penghimpunan, penulisan dan pembukuan hadis secara
resmi atau lebih dikenal dengan istilah Kodifikasi Hadis, yang
dilatarbelakangi oleh;
- Tidak adanya kekhawatiran bercampurnya al-quran dengan hadis,
karena al-quran saat itu telah dibukukan dan disebarluaskan.
- Adanya kekhawatiran akan lenyap dan hilangnya hadis dari para
penghafal dan penulisnya, karena para sahabat sudah banyak yang
wafat akibat usia lanjut dan peperangan.
- Kegiatan pemalsuan hadis semakin semarak yang dilatarbelakangi
oleh politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat Islam.
- Daerah kekuasaan dan penyebaran ajaran Islam semakin meluas,
sehingga membutuhkan panduan dan petunjuk pengamalan Ibadah
selain al-Quran.
Para Tokoh Kodifikasi Hadis
Jumhur ulama sepakat bahwa ulama yang pertama kali berhasil
menghimpun hadis dalam satu kitab adalah Muhammad ibn Muslim
ibn Syihab al-Zuhri (w. 124 H) atas perintah Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (w. 101 H) melalui gubernur Madinah saat itu yaitu Abu
Bakar ibn Muhammad Amr ibn Hazm (w. 117 H).
Para tokoh kodifikasi hadis pasca Ibn Syihab al-Zuhri di berbagai
daerah :
1. Abdul Malik ibn Abdul Aziz Ibn Juraij al-Bashri (80-150 H) di Mekah
2. Muhammad ibn Ishaq (w. 151 H) dan Malik ibn Anas (93-179 H) di
Madinah
3. Muhammad ibn Abdurrahman ibn Abi Zib (w. 158 H), Al-Rabi ibn
Shabih (w. 160 H), Said ibn Abi Arubah (w. 156 H), dan Hammad ibn
Salamah (w. 167 H) di Basrah
4. Sufyan al-Tsauri (97-161 H) di Kufah
5. Mamar ibn Rasyid (95-153 H) di Yaman
6. Abdullah ibn al-Mubarak (118-181 H) di Khurasan/Afganistan
7. Hasyim ibn Basyir (104-183 H) di Wasith
8. Abdurrahman ibn Amr al-Auzaiy (88-157 H) di Syam
9. Jarir ibn Abdul Hamid (110-188 H) di Rei
10. Abdullah ibn Wahab (125-197 H) di Mesir.
Kitab-kitab termasyhur pada abad kedua hijriyah :
1. Al-Muwatha karya Imam Malik bin Anas

2. Musnad al-Syafiiy karya Imam Syafiiy

3. Al-Mushannaf karya Al-Auzaiy


4. Al-Maghazi wa al-Siyar karya Muhammad ibn Ishaq (w. 150 H)
5. Al-Jami karya Abdurrazaq Al-Sananiy (w. 211 H)
6. Al-Mushannaf karya Syubah ibn al-Khajjaj (w. 160 H)
7. Al-Mushannaf karya Syufyan ibn Uyainah (w. 190 H)
8. Al-Mushannaf karya Al-Humaidi (w. 150 H)
9. Al-Musnad karya Abu Hanifah (w. 150 H)
10. Al-Musnad karya Zaid ibn Ali.
Ciri dan sistem pembukuan Hadis pada Abad ke-2 Hijriah :
Pada umumnya menghimpun hadis-hadis Rasul saw, fatwa-fatwa
sahabat dan tabiin.
2. Penghimpunannay masih bercampur baur antara berbagai topik yang
ada.
3. Belum ada pemisahan antara hadis shahih, hasan, dan dhaif.
D. HADIS PADA ABAD KETIGA HIJRIYAH
1. Pemalsuan Hadis
Kegiatan pemalsuan hadis dimotori oleh aliran Mutazilah yang
didukung oleh Khalifah Al-Mamun, Khalifah Al-Mutashim (w. 227 H),
dan Al-Watsiq (w. 232 H).
2. upaya Melestarikan Hadis
a. Perlawatan (rihlah al-safar) ke daerah-daerah.
b. Pengklasifikasian hadis kepada : Marfu, Mauquf, dan Maqthu.
c. Penyeleksian kualitas hadis dan mengklasifikasikannya kepada :
Shahih, Hasan da, Dhaif.
3. bentuk Penyusunan Kitab Hadis pada Abad ke-3 Hijriah.
a. Kitab Shahih (kumpulan hadis-hadis shahih) berbentuk Mushannaf,
yaitu penyajiannya berdasarkan bab-bab masalah tertentu. Contoh;
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
b. Kitab Sunan (kumpulan hadis shahih dan dhaif) berbentuk mushannaf.
Contohnya; Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmizi, dan Sunan An-Nasaiy.
c. Kitab Musnad yang disusun berdasarkan pada nama perawi pertama.
Contohnya; Musnad Ahmad ibn Hanbal, Musnad Abu Qasim al-Baghawi,
dan Musnad Usman ib Abi Syaibah.
1.

E. HADIS PADA ABAD KEEMPAT HIJRIYAH SAMPAI ABAD KETUJUH


HIJRIYAH
1. Kegiatan Periwayatan Hadis
Meskipun hadis-hadis yang dihimpu tidak sebanyak pada periode
sebelumnya, namun kegiatan periwayatan masih tetap berkelanjutan
yakni dengan cara menghafal.
2. Bentuk Penyusunan Kitab Hadis
a. Kitab Athraf, yaitu menyebutkan sebagian matan dan menjelaskan
seluruh sanadnya. Contoh; Athraf al-Shahihaini karya Ibrahim alDimasyqi, Athraf al-Shahihaini karya Abu Muhammad Khalaf ibn
Muhammad al-Wasithi.
b. Kitab Mustakhraj, memuat hadis yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim. Contoh; Mustakhraj Shahih Bukhari karya Jurjani, Mustakhraj
Shahih Muslim karya Abu Awanah.
c. Kitab Mustadrak, menghimpun hadis-hadis yang memiliki syaratsyarat Bukhari dan Muslim. Contoh; Al-Mustadrak karya Al-Hakim dan
Al-Ilzamat karya Al-Daruquthni.
d. Kitab Jami, yang menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam kitabkitab hadis yang ada. Contoh; Al-Jami Bayan al-Shahihaini karya Ibnu
al-Furat, Al-Jami Bayan Al-Shahihaini karya Muhammad ibn Nashr alHumaidi.

F.

KEADAAN HADIS PADA PERTENGAHAN ABAD KETUJUH SAMPAI


SEKARANG
1. Kegiatan Periwayatan Hadis
Kegiatan periwayatan pada periode ini dilakukan denga cara Ijazah dan
Mukatabah.
2. Bentuk Penyusunan Kitab Hadis
a. Kitab Syarah, yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadis
dari kitab tertentu yang terkait dengan dalil nash. Contoh; Fath al-Bari
karya Ibnu Hajar al-Asqalany, Al-Minhaj karya An-Nawawi, dan Aun alMabud karya Syams al-Haq al-Azhim al-Abadi merupakan Syarah
Sunan Abu Dawud.
b. Kitab Mukhtashar, berisi ringkasan dari suatu kitab hadis. Contoh;
Mukhtasar Shahih Muslim karya Muhammad Fuad Abd al-Baqi.
c. Kitab Zawaid, yang menghimpun hadis dari kitab tertentu yang tidak
termuat dalam kitab lainnya. Contoh; Zawaid al-Sunan al-Kubra karya
Al-Bushiri.
d. Kitab Takhrij, yang menjelaskan tempat pengambilan hadis yang
dimuat dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya. Contoh;
Takhrij Ahadis al-Ihya karya Al-Iraqi.

SOAL LATIHAN

Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar


diantara A, B, C, D, atau E !
1.
A.
B.
C.
D.
E.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
3.
A.
B.
C.
D.
E.
4.
A.
B.
C.
D.
E.
5.
A.
B.
C.
D.

Kegiatan periwayatan pada pertengahan abad ke-7 ini dilakukan


denga cara .
Ijazah
Mukatabah.
Tawafuq
Simaiy
Ijazah dan Mukatabah
Kitab menyebutkan sebagian matan dan menjelaskan seluruh
sanadnya disebut kitab .
Athraf
Syarah
Takhrij
Mustadrak
Mustakhraj
Kitab yang memuat hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
disebut kitab ..
Athraf
Syarah
Takhrij
Mustadrak
Mustakhraj
Kitab yang menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat
Bukhari dan Muslim disebut kitab ..
Athraf
Syarah
Takhrij
Mustadrak
Mustakhraj
Kitab yang menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam kitab-kitab
hadis yang ada disebut kitab .
Athraf
Syarah
Jami
Mustadrak

E. Mustakhraj
6. Kitab yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadis dari kitab
tertentu yang terkait dengan dalil nash disebut kitab ..
A.
B.
C.
D.
E.
7.
A.
B.
C.
D.
E.
8.

A.
B.
C.
D.
E.
9.
A.
B.
C.
D.
E.

Athraf
Syarah
Jami
Mustadrak
Mustakhraj
Kitab yang berisi ringkasan dari suatu kitab hadis disebut kitab
.
Athraf
Syarah
Mukhtasar
Mustadrak
Mustakhraj
Kitab yang menjelaskan tempat pengambilan hadis yang dimuat
dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya disebut kitab
..
Athraf
Takhrij
Mukhtasar
Mustadrak
Mustakhraj
Kitab Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan pada
nama perawi yang ..
Kelima
Keempat
Ketiga
Kedua
Pertama

10. Khulafa al-Rasyidin yang memberlakukan / mensyaratkan adanya


sumpah pada setiap perawi yang meriwayatkan hadis adalah khalifah
.
A. Muawiyah
B. Usman bin Affan

C. Umar bin Khaththab


D. Ali bin Abi Thalib
E. Abu Bakar al-Shiddiq
11. Khulafa al-Rasyidin yang mensyaratkan adanya bayyinah pada setiap
perawi yang meriwayatkan hadis adalah khalifah .
A.
B.
C.
D.
E.

Muawiyah
Usman bin Affan
Umar bin Khaththab
Ali bin Abi Thalib
Abu Bakar al-Shiddiq

12. Khulafa al-Rasyidin yang mensyaratkan adanya syahadah pada setiap


perawi yang meriwayatkan hadis adalah khalifah .
A.
B.
C.
D.
E.

Muawiyah
Usman bin Affan
Umar bin Khaththab
Ali bin Abi Thalib
Abu Bakar al-Shiddiq

13. al-Shahifah al-Shahihah adalah nama kitab yang berisi catatan hadis
milik .............................
A.
B.
C.
D.
E.

Jabir bin Abdullah


Abdullah ibn Umar
Abdullah ibn Abbas
Abu Hurairah
Abdullah ibn Amr

14. al-Shahifah al-Shadiqah adalah nama kitab yang berisi catatan hadis
milik .................................
A.
B.
C.
D.
E.

Jabir bin Abdullah


Abdullah ibn Umar
Abdullah ibn Abbas
Abu Hurairah
Abdullah ibn Amr

15. al-Shahifah Jabir adalah nama kitab yang berisi catatan hadis milik
..
A. Jabir bin Abdullah
B. Abdullah ibn Umar

C. Abdullah ibn Abbas


D. Abu Hurairah
E. Abdullah ibn Amr
16. Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan
Hadis (Ashr al-tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-jama),
yaitu dimulai sejak abad ..
A.
B.
C.
D.
E.

Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima

17. Masa Kehati-hatian dan Penyedikitan Riwayat (Ashr al-tatsabbut


wa al-iqlal min al-riwayah), yaitu dimulai sejak awal pemerintahan
Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq sampai kepada akhir pemerintahan
Khalifah ..
A.
B.
C.
D.
E.

Muawiyah
Usman bin Affan
Umar bin Khaththab
Ali bin Abi Thalib
Abu Bakar al-Shiddiq

18. Masa Turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam (Ashr alwahyi wa al-takwin), yaitu dimulai Sejak diangkatnya Muhammad
saw menjadi rasul sampai wafatnya ..
A.
B.
C.
D.
E.

Abu Bakar al-Shiddiq


Umar bin Khaththab
Rasulallah saw
Ali bin Abi Thalib
Usman bin Affan

19. Masa Pemurnian, Pen-tashih-an dan Penyempurnaan Hadis (Ashr altajrid wa al-tashih wa al-tanqih), yaitu dimulai sejak awal abad
ketiga Hijriyah sampai akhir abad . Hijriyah.
A.
B.
C.
D.
E.

Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima

20. Masa Pensyarahan, Penghimpunan, Pen-takhrij-an, dan Pembahasan


dari berbagai tambahan (Ashr al-syarh wa al-jama wa al-takhrij
wa
al-bahts
an
al-zawaid),
yaitu
dimulai
sejak
abad
.. Hijriyah sampai dengan Sekarang
A.
B.
C.
D.
E.

Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima

BAB IV
SANAD DAN MATAN
A. SANAD HADIS
1. Pengertian Sanad
Menurut bahasa berarti Al-Mutamad ( yang bisa dijadikan
pegangan).
Menurut Istilah berarti" " jalan
yang menyampaikan kepada matan yaitu nama-nama para perawi
secara berurutan.
2. Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadis
a. Pendokumentasian hadis pada periode sahabat dilakukan dengan cara
:
1) Learning by memorizing yaitu mendengarkan setiap perkataan Nabi
saw dan menghafalkannya

2) Learning through writing yaitu mempelajari dan mencatat hadis.


3) Learning by practice yaitu mempraktekkan setiap hadis yang
diperoleh dari Nabi saw.
b. Pendokumentasian hadis pada periode selanjurnya dilakukan dengan
cara :
1) Sama yaitu guru membacakan hadis kepada murid-muridnya dalam 3
cara; lisan, mendikte, dan Tanya jawab
2) Ardh yaitu murid membacakan hadis kepada gurunya.
3) Ijazah yaitu memberi izin kepada seseorang meriwayatkan hadis
tanpa dibacakan terlebih dahulu.
4) Munawalah yaitu memberikan sejumlah tulisan hadis kepada
seseorang untuk disebarluaskan.
5) Kitabah yaitu menuliskan hadis bagi seseorang untuk diriwayatkan
kepada orang lain.
6) Ilam yaitu memberitahu kebolehan meriwayatkan hadis kepada orang
lain
7) Washiyyat yaitu memberikan wasiyat buku atau catatan hadis kepada
seseorang dan boleh meriwayatkannya kepada orang lain
8) Wajadah yaitu meriwayatkan hadis kepada orang lain dari catatan
atau buku yang didapatnya tanpa izin pengarangnya.
3. Peranan Sanad dalam Penentuan Kualitas Hadis
Sanad hadis sangat berperan penting dalam menentukan kualitas
hadis yang akan berujung pada diterimanya sebagai dalil (maqbul)
atau tidak (mardud).
Kitab-kitab yang membahas tentang para perawi hadis antara lain;
Tahzib al-Tahzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), Tazib al-Tahzib
karya Al-Zahabi (w.742 H), dan Tahzib al-Kamal karya Al-Mizzi (w. 742
H).
B. MATAN HADIS
Menurut bahasa berarti ( sesuatu yang keras
dan tinggi dari tanah)
Menurut istilah berarti ( sesuatu yang berakhir
padanya (terletak sesudah) sanad yaitu berupa perkataan.
Matan hadis sangat berperan penting dalam menentukan kualitas
hadis yang berujung pada diterimanya sebagai dalil (maqbul) atau
tidak (mardud).
C. SEBEB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN KANDUNGAN MATAN
1. Periwayatan Hadis secara Makna
2. Meringkas dan menyederhanakan matan hadis

SOAL LATIHAN

Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar


diantara A, B, C, D, atau E !
1. Jalan yang menyampaikan kepada matan disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.
2.
A.
B.
C.
D.
E.

Matan
Hadis
Sanad
Rawi
Musnid
Nama-nama para perawi secara berurutan dalam sebuah hadis
disebut
Matan
Hadis
Sanda
Rawi
Musnid

3. Mendengarkan setiap perkataan Nabi saw dan menghafalkannya yang


dilakukan para sahabat dalam upaya pendokumentasian hadis disebut
cara
A.
B.
C.
D.
E.

Learning by memorizing
Learning by practice
Wajadah
Washiyyat
Learning through writing

4. Mempelajari dan mencatat hadis yang dilakukan para sahabat dalam


upaya
pendokumentasian
hadis
adalah
merupakan
metode
..
A.
B.
C.
D.
E.
5.

Learning by memorizing
Learning by practice
Wajadah
Washiyyat
Learning through writing
Mempraktekkan setiap hadis yang diperoleh dari Nabi saw yang
dilakukan para sahabat dalam upaya pendokumentasian hadis
merupakan cara .

A. Learning by memorizing
B. Learning by practice

C. Wajadah
D. Washiyyat
E. Learning through writing
6.

A.
B.
C.
D.
E.
7.
A.
B.
C.
D.
E.

Guru membacakan hadis kepada murid-muridnya secara lisan,


mendikte,
dan
tanya
jawab
dikenal
dengan
metode

Ilam
Sama
Ardh
Ijazah
Munawalah
Murid membacakan hadis kepada gurunya dikenal dengan metode
.
Ilam
Sama
Ardh
Ijazah
Munawalah

8. Guru memberi izin kepada muridnya untuk meriwayatkan hadis tanpa


dibacakan
terlebih
dahulu
dikenal
dengan
metode

A.
B.
C.
D.
E.
9.

A.
B.
C.
D.
E.

Ilam
Sama
Ardh
Ijazah
Munawalah
Guru memberikan sejumlah tulisan hadis kepada muridnya untuk
disebarluaskan dikenal dengan metode .

Ilam
Sama
Ardh
Ijazah
Munawalah

10. Guru menuliskan hadis bagi muridnya untuk diriwayatkan kepada


orang lain dikenal dengan metode .

A.
B.
C.
D.
E.

Kitabah
Sama
Ardh
Ijazah
Munawalah

11. Seseorang memberitahu kebolehan meriwayatkan hadis kepada orang


lain dikenal dengan metode ..
A.
B.
C.
D.
E.

Kitabah
Sama
Ardh
Ijazah
Munawalah

12. Seseorang meriwayatkan hadis kepada orang lain dari catatan atau
buku yang didapatnya tanpa izin pengarangnya dikenal dengan
metode .
A.
B.
C.
D.
E.

Kitabah
Sama
Ardh
Ijazah
Wajadah

13. Sesuatu yang berakhir padanya sanad yaitu berupa perkataan disebut

A.
B.
C.
D.
E.

Matan
Hadis
Sanad
Rawi
Musnid

14. Sesuatu yang keras dan tinggi dari tanah adalah pengertian dari

A.
B.
C.
D.
E.

Matan
Hadis
Sanad
Rawi
Musnid

15. Kualitas hadis yang berujung pada diterima atau ditolaknya suatu
hadis sangat ditentukan oleh .

A.
B.
C.
D.
E.

Matan
Rawi
Musnad
Sanad
Matan dan Sanad

BAB V
ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADIS
A.

ISTILAH
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
GENERASI
PERIWAYATAN
1. Sahabat
Yaitu setiap orang yang bertemu dengan Nabi saw, beriman dengan
beliau dan mati dalam keadaan Islam.
Jumlah sahabat sangat banyak, namun ada yang dikenal dengan
sebutan Al-Abadillah mereka adalah; Abdullah ibnu Abbas, Abdullah
ibnu Umar, Abdullah ibnu Zubair, dan Abdullah ibnu Amr.
2. Al-Mukhadramun (Tabiin besar)
Yaitu orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam
keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw. Mereka antara
lain; Abu Amr al-Syaibani, Suwaid ibn Ghaflah al-Kindi, Amr ibn
Maimun al-Awadi, Abdul Khair ibn Yazid al-Khaiwani, Abu Usman alNahdi.
3. Tabiin
Yaitu orang yang bertemu satu atau lebih orang sahabat.
Jumhur ulama sepakat bahwa akhir masa Tabiin adalah tahun 150 H.
sedangkan akhir masa Tabi al-Tabiin adalah tahun 220 H.
Diantara Tabiin ada yang dikenal dengan sebutan Al-Fuqaha alSabah, mereka adalah; Said ibn Al-Musayyab (15-94 H), Al-Qasim ibn
Muhammad ibn Abu Bakar al-Shiddiq (37-107 H), Urwah ibn al-Zubair
(w. 94 H), Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit (29-99 H), Sulaiman ibn Yasar

(34-107 H), Ubaidillah ibn Abdullah ibn Utbah ibn Masud (w. 98 H),
dan Abu Salamah ibn Abdurrahman ibn Auf (w. 94 H)
4. Al-Mutaqaddimun
Yaitu ulama hadis yang hidup pada abad kedua dan ketiga Hijriah yang
telah menghimpun hadis dalam kitab-kitabnya. Mereka antara lain;
Imam Ahmad ibnu Hanbal (164-241 H), Imam Bukhari (194-256 H),
Imam Muslim (204-261 H), Imam An-Nasaiy (215-303 H), Imam Abu
Dawud (202-276 H), Imam At-Tirmizi (209-269 H), dan Imam Ibnu
Majah (209-276 H).
5. Al-Mutaakhirun
Yaitu ulama hadis yang hidup pada abad keempat Hijriyah dan
seterusnya. Mereka antara lain; Imam Al-Hakim (359-405 H), Imam AlDaru Quthni (w. 385 H), Imam Ibnu Hibban (w. 354 H), dan Imam AtThabrani (w. 360 H).
B.
ISTILAH
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KEGIATAN
PERIWAYATAN
Al-Muktsiruna fi al-Hadis
Yaitu para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis yang jumlahnya
lebih dari 1000 hadis.
Mereka berjumlah 7 orang, yaitu :
a. Abu Hurairah ra, nama aslinya adalah Abdurrahman ibn
Shakhruddausi al-Yamani (19 SH-59 H). meriwayatkan hadis sebanyak
5.374 (325 hadis muttafaq alaihi, 93 hadis riwayat Bukhari, dan 189
hadis riwayat Muslim).
b. Abdullah ibn Umar ibn Khattab ra (10 SH-73 H). meriwayatkan hadis
sebanyak 2.630 hadis (170 hadis muttafaq alaihi, 80 hadis riwayat
Bukhari, dan 31 hadis riwayat Muslim)
c. Anas ibn Malik ra (10 SH-93 H). meriwayatkan hadis sebanyak 2.286
hadis (168 hadis muttafaq alaihi, 8 hadis riwayat Bukhari, dan 70 hadis
riwayat Muslim)
d. Aisyah binti Abu Bakar ra (9 SH-58 H). meriwayatkan hadis sebanyak
2.210 hadis (174 hadis muttafaq alaihi, 64 hadis riwayat Bukhari, dan
68 hadis riwayat Muslim)
e. Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ra (3 SH-68 H). meriwayatkan
hadis sebanyak 1.660 hadis (95 hadis muttafaq alaihi, 28 hadis riwayat
Bukhari, dan 49 hadis riwayat Muslim)
f. Jabir ibn Abdullah al-Anshari ra (6 SH-78 H). meriwayatkan hadis
sebanyak 1.540 hadis (60 hadis muttafaq alaihi, 16 hadis riwayat
Bukhari, dan 126 hadis riwayat Muslim)
g. Sad ibn Malik ibn Sannan al-Ansharialias Abu Said al-Khudri (12 SH74 H). meriwayatkan hadis sebanyak 1.170 hadis (46 hadis muttafaq
alaihi, 16 hadis riwayat Bukhari, dan 52 hadis riwayat Muslim).
C. ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPAKARAN DAN
JUMLAH HADIS YANG DIRIWAYATKAN
1. Thalib al-Hadis
Yaitu seseorang yang sedang mencari atau mempelajari hadis.

2. Al-Musnid
Yaitu orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan sanadnya,
baik mengetahui maupun tidak keadaan sanad tersebut.
3. Al-Muhaddis
Yaitu gelar yang diberikan kepada orang yang telah mahir dalam
bidang hadis, baik riwayah maupun dirayah.
Mereka antara lain; Atha ibn Abi Rabah (w. 105 H), Bakar ibn Muzar ibn
Muhammad ibn Hakim (w. 188 H), Husayn ibn Basyir ibn Abi Hazim
Qasim ibn Dunar (w. 188 H), Ibn Jarir ibn Yasir ibn Kasir alias Abu Yala
al-Thabari (w. 305 H), dan Muhammad al-Murtadha al-Zabidi.
4. Al-Hafiz
Yaitu gelar ulama hadis yang kepakarannya berada diatas Al-Muhaddis
(mampu menghafal sejumlah 100.000 hadis lengkap sanad dan matan,
sifat-sifat perawi dari segi jarh maupun tadil).
Mereka antara lain; Al-Hafiz Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn
Ubaidillah ibn Abdullah ibn Syihab al-Zuhri (w. 136 H), Al-Hafiz ibn
Khaitsan alias Zubair ibn Harb al-Nasaiy (w. 334 H), Al-Hafiz Abu Hatim
Muhammad ibn Hibban (w. 354 H), Al-Hafiz Abu al-Fadhl alias
Syihabuddin Ahmad ibn Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Hajar
Al-Asqalani (w. 852 H), dan Al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuthi (w. 911 H)
5. Al-Hujjah
Yaitu gelar kepakaran dalam bidang hadis yang lebih tinggi dari AlHafiz (mampu menghafal 300.000 hadis lengkap dengan sanad dan
matannya).
Mereka antara lain; Hisyam ibn Urwah ibn Zubair ibn Awwam (w. 164
H), Hisyam ibn Zakwan al-Bashri (w. 140 H), Basyar ibn Al-Mufadhdhil
ibn Lahiq (Guru Imam Ahmad ibn Hanbal w. 183 H), Muhammad ibn
Abdullah ibn Amr (w. 242 H), dan Muhammad ibn Salamah al-Bazzar
(w. 286 H).
6. Al-Hakim
Yaitu gelar kepakaran di bidang hadis yang lebih tinggi dari Al-Hujjah
(mampu menghafal lebih dari 300.000 hadis lengkap sanad dan
matannya).
Mereka antara lain; Sufyan al-Tsauri (w. 161 H), Al-Laits ibn Sad (w. 175
H), Malik ibn Anas (w. 179 H), Muhammad ibn Idris al-Syafiiy (w. 204
H), dan Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H).
7. Amir al-Mukminin fi al-Hadis
Yaitu gelar tertinggi dalam kepakaran ulama hadis.
Mereka antara lain; Abdurrahman ibn Abdillah ibn Zakwan al-Madani
(Abu Zinad w. 131 H), Sufyan al-Tsauri (w. 161 H), Malik bin Anas (w.
179 H), Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H), dan Imam Al-Bukhari (w. 256 H).
D. ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DEGAN SUMBER PENGUTIPAN
1. Akhrajahu al-Sabah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh tujuh perawi hadis, yaitu; Imam
Ahmad ibn Hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud,
Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasaiy, dan Imam Ibnu Majah.

2. Akhrajahu al-Sittah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh enam perawi hadis, yaitu; Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Alnasaiy, dan Imam Ibnu Majah.
3. Akhrajahu al-Khamsah / Akhrajahu al-Arbaah wa Ahmad
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh lima perawi hadis, yaitu; Imam
Ahmad ibn Hanbal, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Alnasaiy, dan Imam Ibnu Majah.
4. Akhrajahu al-Arbaah / Akhrajahu Ashab al-Sunan
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh empat perawi hadis, yaitu;
Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasaiy, dan Imam Ibnu
Majah.
5. Akhrajahu al-Salasah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi hadis, yaitu; Imam
Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, dan Imam Al-Nasaiy.
6. Muttafaq Alaihi
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan
ketentuan bahwa sanad terakhirnya (tingkat sahabat) bertemu.
7. Akhrajahu al-Bukhari wa Muslim / Akhrajahu al-Syaikhani / Rawahu alBukhari wa Muslim / Rawahu al-Syaikhani
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
dengan ketentuan bahwa sanad terakhirnya (tingkat sahabat) tidak
bertemu.
8. Akhrajahu al-Jamaah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh Jamaah Ahli Hadis.
-

Al-Rawi (Periwayat) adalah orang yang melakukan periwayatan hadis


atau orang yang menyampaikan hadis kepada orang lain.
Al-Marwi adalah sesuatu yang diriwayatkan.
Sanad (Isnad) adalah susunan rangkaian para periwayat hadis.
Matan adalah kalimat yang disebutkan setelah sanad (materi hadis).
Al-Tahammul wa al-Ada adalah kegiatan yang berkenaan dengan seluk
beluk penerimaan dan penyampaian hadis.
Musnad adalah hadis yang diriwayatkan secara lengkap (sanad dan
matan).
Hadis Marfu adalah hadis yang bersambung dan disandarkan kepada
Nabi saw.
Hadis Mawquf adalah hadis yang disandarkan hanya sampai kepada
sahabat Nabi saw.
Hadis Maqthu adalah hadis yang disandarkan hanya sampai kepada
tabiin.
Macam-macam Cara Penerimaan (al-Tahammul) dan Periwayatan
(al-Ada) Hadis :

a. al-Sama yaitu penerimaan (tahammul) hadis dengan cara mendengar


langsung lafal hadis dari guru (syaikh)-nya.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) : , , , ,
,
b. al-Qiraah (Ardh) yaitu periwayat menghadapkan riwayat hadis
kepada gurunya dengan cara periwayat itu sendiri yang membacanya
atau orang lain yang membacakannya dan ia mendengarkan.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) : ,


c. Al-Ijazah yaitu seorang guru memberikan izin kepada seseorang untuk
meriwayatkan hadis yang ada padanya baik secara lisan maupun
tertulis.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) :
d. Al-Munawalah yaitu pemberian kitab hadis oleh guru hadis kepada
muridnya sambil berkata : Ini hadis yang telah saya riwayatkan.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) :
e. Al-Mukatabah yaitu seorang guru hadis menuliskan hadis yang
diriwayatkannya untuk diberikan kepada orang tertentu.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) :
f. Al-Ilam yaitu seorang guru hadis memberitahukan kepada muridnya
hadis atau kitab hadis yang telah diterimanya dari periwayatnya, tanpa
adanya pernyataan agar muridnya meriwayatkannya kepada orang
lain.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) :
g. Al-Washiyyah yaitu seorang periwayat hadis mewasiatkan kitab hadis
yang diriwayatkannya kepada orang lain.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) :
h. Al-Wijadah yaitu seseorang dengan tidak melalui cara al-sama atau
ijazah, mendapatkan hadis yang ditulis oleh periwayatnya.
Menggunakan lafal periwayatan (ada) :

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.

A.
B.
C.
D.

Orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam
keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw disebut
.
Sahabat
Al-Mukhadaramun
Tabiin
Al-Mutaqaddimun

E. Al-Mutaakhirun
2.
A.
B.
C.
D.
E.
3.
A.
B.
C.
D.
E.
4.

A.
B.
C.
D.
E.

Orang yang bertemu dengan Nabi saw, beriman dengan beliau dan
mati dalam keadaan Islam disebut ..
Sahabat
Al-Mukhadaramun
Tabiin
Al-Mutaqaddimun
Al-Mutaakhirun
Orang yang bertemu
..

satu

atau

lebih

orang

sahabat

disebut

Sahabat
Al-Mukhadaramun
Tabiin
Al-Mutaqaddimun
Al-Mutaakhirun
Ulama hadis yang hidup pada abad kedua dan ketiga Hijriah yang
telah
menghimpun
hadis
dalam
kitab-kitabnya
disebut

Sahabat
Tabiin
Al-Mukhadramun
Al-Mutaqaddimun
Al-Mutaakhirun

5. Ulama hadis yang hidup pada abad keempat Hijriyah dan seterusnya
disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Sahabat
Tabiin
Al-Mukhadramun
Al-Mutaqaddimun
Al-Mutaakhirun

6. Gelar yang diberikan kepada para sahabat yang banyak meriwayatkan


hadis yang jumlahnya lebih dari 1000 hadis adalah ......
A. Sahabat
B. Al-Mukhadramun
C. Al-Mutaqaddimun

D. Al-Mutaakhirun
E. Al-Muktsiruna fi al-Hadis
7. Berikut ini adalah para sahabat yang memperoleh gelar Al-Muktsiruna
fi al-Hadis, kecuali
A.
B.
C.
D.
E.
8.
A.
B.
C.
D.
E.

Abu Hurairah ra
Abu Bakar al-Shiddiq ra
Abdullah ibn Umar ra
Aisyah ra
Anas ibn Malik ra
Seseorang yang sedang mencari atau mempelajari hadis disebut
..
Al-Hujjah
Thalib al-Hadis
Al-Hakim
Al-Musnid
Al-Muhaddis

9. Orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan sanadnya, baik


mengetahui maupun tidak keadaan sanad tersebut disebut
..
A.
B.
C.
D.
E.

Al-Hujjah
Al-Hakim
Al-Musnid
Al-Muhaddis
Thalib al-Hadis

10. Gelar yang diberikan kepada orang yang telah mahir dalam bidang
hadis, baik riwayah maupun dirayah adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

Al-Hujjah
Al-Hakim
Al-Musnid
Al-Muhaddis
Amirul Muminin fi al-Hadis

11. Gelar ulama hadis yang mampu menghafal sejumlah 100.000 hadis
lengkap dengan sanad dan matan, sifat-sifat perawi dari segi jarh
maupun tadilnya adalah .
A. Al-Hafiz
B. Al-Hujjah

C. Al-Hakim
D. Al-Muhaddis
E. Amirul Muminin fi al-Hadis
12. Gelar kepakaran dalam bidang hadis yang mampu menghafal 300.000
hadis
lengkap
dengan
sanad
dan
matannya
adalah
.
A.
B.
C.
D.
E.

Al-Hafiz
Al-Hujjah
Al-Hakim
Al-Muhaddis
Amirul Muminin fi al-Hadis

13. Seseorang yang mampu menghafal lebih dari 300.000 hadis lengkap
dengan sanad dan matannya disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Al-Hafiz
Al-Hujjah
Al-Hakim
Al-Muhaddis
Amirul Muminin fi al-Hadis

14.
Gelar
tertinggi
dalam
.
A.
B.
C.
D.
E.

kepakaran

ulama

hadis

adalah

Al-Hafiz
Al-Hujjah
Al-Hakim
Al-Muhaddis
Amirul muminin fi al-Hadis

15. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Bukhari,
Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasaiy, dan
Imam Ibnu Majah disebut .

A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah
Akhrajahu al-Sabah

16. Hadis yang ditakhrij oleh


.

tujuh

orang

perawi

hadis

disebut

A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah
Akhrajahu al-Sabah

17. Hadis yang ditakhrij oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, alNasaiy, dan Ibnu Majah disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah
Akhrajahu al-Sabah

18. Jika suatu hadis diriwayatkan oleh enam orang perawi hadis, maka
dalam istilah periwayatannya disebut
A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah
Akhrajahu al-Sabah

19. Jika suatu hadis ditakhrij oleh lima orang orang perawi hadis, maka
dalam istilah periwayatannya disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah
Akhrajahu al-Sabah

20. Jika suatu hadis diriwayatkan oleh empat orang perawi hadis, maka
dalam istilah periwayatannya disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah
Akhrajahu al-Sabah

21. Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi, dalam istilah
periwayatannya disebut

A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Syaikhani
Akhrajahu al-Tsalasah
Akhrajahu al-Arbaah
Akhrajahu al-Khamsah
Akhrajahu al-Sittah

22. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukari dan Muslim yang sanad
terakhirnya
yakni
pada
tingkat
sahabat
bertemu
disebut
..
A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu Bukhari wa Muslim


Akhrajahu al-Syaikhani
Rawahu al-Syaikhani
Rawahu Bukhari wa Muslim
Muttafaqun Alaihi

23. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang sanad
terakhirnya yakni pada tingkat sahabat tidak bertemu, disebut
..
A.
B.
C.
D.
E.

Akhrajahu al-Salasah
Akhrajahu al-Arbaah
Rawahu al-Khamsah
Rawahu al-Syaikhani
Muttafaqun Alaihi

24. Akhrajahu al-Tsalasah


..

A.
B.
C.
D.
E.

adalah

jika

suatu

hadis

ditakhrij

oleh

Bukhari, Muslim, dan Ahmad


Bukhari, Muslim, dan Al-Tirmizi
Bukhari, Muslim, dan Al-Nasaiy
Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasaiy
Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Ibnu Majah

25. Akhrajahu al-Arbaah adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh


.
A. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah
B. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud
C. Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
D. Ahmad, Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasaiy
E. Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasaiy
26. Akhrajahu ashab al-Sunan adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh

A. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad


B. Muslim, Abud Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasaiy
C. Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
D. Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E. Bukhari, Muslim, Al-Tirmizi, dan Al-Nasaiy
27. Akhrajahu al-Khamsah adalah jika suatu hadis diriwayatkan oleh
.
A. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Nasaiy, dan Ahmad
B. Muslim, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
C. Ahmad, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
D. Muslim, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E. Bukhari, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
28. Akhrajahu al-Sittah adalah jika suatu hadis diriwayatkan oleh
.
A. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ahmad
B. Bukhari, Muslim, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
C. Bukhari, Ahmad, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, dan Ibnu Majah
D. Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E. Bukhari, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasaiy, Ibnu Majah, dan AlDaruquthni
29. Orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam
keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw disebut
..
A. Sahabat
B. Al-Mutaqaddimun
C. Tabiin Besar
D. Al-Mutaakhirun
E. Tabiin Kecil
30. Berikut ini adalah termasuk kelompok Tabiin Besar, kecuali
.
A. Abu Amr al-Syaibani
B. Said ibn Al-Musayyab
C. Suwaid ibn Ghaflah al-Kindi
D. Amr ibn Maimun al-Awadi
E. Abdul Khair ibn Yazid al-Khaiwani

BAB VI
BERBAGAI MACAM TINJAUAN HADIS

A. HADIS DITINJAU DARI KUANTITAS PERAWI


1. Hadis Mutawatir
Menurut bahasa berarti al-tatabu yakni berturut-turut.
Menurut istilah berarti :


Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut
kebiasaan bahwa mereka bersepakat untuk berdusta.
Kriteria Hadis Mutawatir :
a. Jumlah perawinya banyak.
b. Jumlah perawi pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas minimal.
c. Mereka mustahil berdusta
d. Sandaran riwayatnya adalah pancaindera.
Macam-macam Hadis Mutawatir :
a. Mutawatir Lafzi
Yaitu hadis yang mutawatir lafaz dan maknanya
Contoh;

( )
b. Mutawatir Maknawi
Yaitu hadis yang mutawatir maknanya saja, tidak pada lafaznya.

Contohnya;
Hadis tentang mengusap sepatu (al-Mashu ala al-Khuffaini) yang
diriwayatkan secara bervariasi oleh sekitar 70 orang.
Status dan hukum Hadis Mutawatir adalah qathiyyul wurud yaitu
pasti kebenarannya, karena itu wajib diamalkan, dan menolaknya
dihukumkan kafir.
2. Hadis Ahad
Yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat hadis mutawatir atau hadis
yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak
memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir.
Macam-macam Hadis Ahad :
a. Hadis Masyhur, yaitu;


Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap
tingkatan sanad, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir.
Contoh;

( )
b. Hadis Aziz, yaitu;


Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap
tingkatan sanadnya.
Contoh;

c. Hadis Gharib, yaitu :


Hadis yang diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap
tingkatannya.
Contoh;

( )
B. HADIS DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN
1. Hadis Shahih, yaitu;

a.
b.
c.
d.
e.

Hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi


yang adil, dhabith, diterima dari perawi yang sama (kualitas)
dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz dan tidak berillat.
Kriteria Hadis Shahih :
Bersambung sanadnya
Perawinya adil
Perawinya dhabith
Matan hadis tidak syadz
Matan hadis tidak berillat
Contohnya;

: :
:

Macam-macam Hadis Shahih :


a. Shahih Lidzatihi, maknanya sama dengan hadis shahih.
b. Shahih Lighairihi, yaitu;


Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain oleh perawi
yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya.

:
( )
Hadis diatas diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim melalui jalan
Abu Zanad dari Al-Araj dari Abu Hurairah..
Menerima dan mengamalkan Hadis Shahih hukumnya wajib.
Kitab-kitab yang memuat Hadis Shahih, antara lain :
a. Al-Jami al-Shahih / Shahih al-Bukhari karya Abu Abdullah Muhammad
ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah al-Bukhari (194-256 H).
b. Shahih Muslim karya Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi alNaisaburi (204-261 H)
c. Sunan Abu Dawud karya Sulaiman ibn al-Asyats ibn Ishaq al-Azadi alSijistani (202-275 H)

d.

Sunan (Al-Jami) Al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn
Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)
e. Sunan Al-Nasaiy karya Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syuaib ibn Ali
Al-Khurasani Al-Nasaiy (215-303 H)
f. Sunan Ibnu Majah karya Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwini
(209-273 H).
2. Hadis Hasan
Yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.

Hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang


adil, kurang ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas
dengannya sampai ke akhir sanad, tidak syaz dan tidak beriillat.
Kriteria Hadis Hasan :
Sanadnya bersambung.
Perawinya adil.
Perawinya kurang Dhabith.
Tidak Syadz.
Tidak berillat.
Macam-macam Hadis Hasan :
Hasan Lidzatihi, maknanya sama dengan Hadis Hasan.
Hasan Lighairihi, yaitu :

a.
b.
c.
3.

Hadis dhaif yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan sebab kedhaifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.
Jumhur ulama sepakat bahwa Hadis Hasan dapat dijadikan sebagai
hujjah hukum.
Kitab-kita yang memuat Hadis Hasan :
Jami al-Tirmizi / Sunan al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn
Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)
Sunan Abu Dawud karya Sulaiman ibn al-Asyats ibn Ishaq al-Azadi alSijistani (202-275 H)
Sunan Al-Daru Quthni karya Abu Al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad AlDaru Quthni (306-385 H / 919-995 M)
Hadis Dhaif
Yaitu :


Hadis Dhaif adalah setiap hadis yang tidak memenuhi keseluruhan
sifat qabul.


Hadis Dhaif adalah hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan
hasan.
Hadis Dhaif hukumnya mardud (tertolak) karena tidak memenuhi
syarat-syarat qabul.

Macam-macam Hadis Dhaif :


a. Hadis Dhaif ditinjau dari segi pengguguran / terputusnya sanad :
1) Hadis Muallaq, yaitu;


Hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau lebih
secara berturut-turut.
2) Hadis Mursal, yaitu :


Hadis yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah
Tabiiy.
3) Hadis Mudhal, yaitu :


Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara
berturut-turut.
4) Hadis Munqathi, yaitu :


Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad
tersebut bisa terjadi dimana saja.
5) Hadis Mudallas, yaitu :


Hadis yang kecacatannya disembunyikan
menampakkan pada lahirnya seperti baik.
Macam-macam Mudallas :
a) Tadlis al-Isnad, yaitu ;

dalam

sanad,

dan


Seorang perawi meriwayatkan hadis dari orang yang pernah ia
riwayatkan hadisnya, tetapi hadis yang sedang diriwayatkannya
tersebut tidak didengarnya dari orang itu dan tidak tegas menyatakan
bahwa ia mendengarnya.
b) tadlis al-Syuyukh, yaitu ;



Seorang perawi meriwayatkan hadis dari gurunya yang didengarnya
langsung, kemudian ia menyebut nama, gelar, nasab atau sifat
gurunya yang tidak dikenal, agar orang lain tidak mengenalnya.
b. Hadis Dhaif ditinjau dari segi cacat keadilan perawi hadis :
1) Hadis Matruk, yaitu :


Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta.
2) Hadis Majhul, yaitu :


Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak dikenal jati
diri dan identitasnya.

(a) Majhul al-Ain, yaitu :


Seorang perawi disebutkan dalam sanad tetapi tidak ada yang
mengambil periwayatannya selain satu orang perawi.
(b) Majhul al-Hal, yaitu :


Periwayatan seseorang yang diambil dari dua orang atau lebih, tetapi
tidak ada yang tsiqah. Atau tidak ada yang menukil tentang jarh
(cacat) dan tadilnya (menilai adil).
3) Hadis Mubham, yaitu :


Hadis yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan
namanya baik dalam sanad maupun dalam matan.
c. Hadis Dhaif ditinjau dari segi cacat ke-dhabitan perawi hadis :
1) Hadis Munkar, yaitu :


Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat
kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata.


Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dhaif, dimana riwayat
hadisnya berlawanan dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang
tsiqat.
2) Hadis Muallal, yaitu :

Hadis yang jika diteliti secara cermat terdapat illat yang merusak keshahihaan hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya.
3) Hadis Mudraj, yaitu :
a) Mudraj al-Isnad, yaitu;


Hadis yang bukan penuturan sanadnya.
b) Mudraj al-Matan, yaitu;


Sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang bukan
bagian dari matan hadis tersebut, tanpa ada pemisahan diantara
keduanya.

Memasukkan sesuatu dari perkataan para perawi hadis ke dalam


matan hadis, sehingga diduga perkataan tersebut merupakan bagian
dari sabda Rasulallah saw.
4) Hadis Maqlub, yaitu :


Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada
matan.
a) Maqlub Sanad, yaitu terbalik yang terjadi pada sanad hadis.
Contoh;
- Menjadikan nama perawi menjadi nama ayahnya atau sebaliknya
(Murrah ibn Kaab, yang benar adalah Kaab ibn Murrah)
- Mengganti nama seorang perawi dengan perawi lain yang berada
pada tingkatan yang sama.
b) Maqlub Matan, yaitu terbalik yang terjadi pada matan hadis.
Contoh;

( )
5) Hadis Mudhtharib (sanad matan), yaitu :


Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan
dan masing-masingnya sama kuat.



Hadis yang terjadi perselisihan riwayat tentang hadis tersebut,
sebagian perawi meriwayatkannay menurut satu cara dan yang
lainnya menurut cara yang lain yang bertentangan dengan cara yang
pertama, sementara kedua cara tersebut sama-sama kuat.
6) Hadis Mushahhaf (sanad matan), yaitu :


Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat
yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz
maupun makna.


Perubahan satu huruf atau beberapa huruf dengan perubahan titik,
sementara bentuk tulisannya tetap.
7) Hadis Syadz, yaitu :


Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi
bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik
daripadanya.
C.
HADIS
DITINJAU
DARI
SUMBER
BERITA
/
TEMPAT
PENYANDARANNYA
1. Hadis Qudsi


Hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi saw yang disandarkan
oleh beliau kepada Allah swt.
2. Hadis Marfu

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dalam bentuk


perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
3. Hadis Mawquf


Segala yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan beliau,
perbuatan atau taqrir, baik sanadnya bersambung atau terputus.
4. Hadis Maqthu


Sesuatu yang disandarkan kepada Tabiiy atau generasi yang datang
sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan.
D. HADIS DITINJAU DARI PERSAMBUNGAN SANAD
1. Hadis Muttashil / Maushul


Suatu hadis yang sanadnya bersambung sampai akhir, baik marfu
disandarkan kepada Nabi saw maupun mawquf (disandarkan kepada
seorang sahabat).
2. Hadis Musnad


Suatu hadis yang sanadnya bersambung dan marfu disandarkan
kepada Nabi saw.
E. HADIS DITINJAU DARI SIFAT SANAD DAN CARA PENYAMPAIAN
PERIWAYATAN
1. Hadis Muanan


Hadis yang disebutkan dalam sanadnya ( ) diriwayatkan oleh si
Fulan dari si Fulan, dengan tidak menyebutkan
memberitakan, mengabarkan, atau mendengar.
2. Hadis Muannan

perkataan

:
Hadis yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami
bahwasanya si Fulan memberitakan kepadanya begini.
3. Hadis Musalsal


Keikutsertaan para perawi hadis dalam sanad secara berturut-turut
pada satu sifat atau pada satu keadaan, terkadang bagi para perawi
dan terkadang bagi periwayatan.

4. Hadis Ali dan Nazil


a. Hadis Ali, yaitu;

Suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada


Rasulallah saw dibandingkan dengan sanad lain.
b. Hadis Nazil, yaitu;


Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah saw
dibandingkan sanad lain.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.

A.
B.
C.
D.
E.

Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut


kebiasaan bahwa mereka bersepakat untuk berdusta adalah
pengertian dari
Hadis Ahad
Hadis Shahih
Hadis Hasan
Hadis Dhaif
Hadis Mutawatir

2. Berikut ini adalah kriteria Hadis Mutawatir, kecuali


A.
B.
C.
D.
E.

Jumlah perawinya banyak.


Jumlah perawi pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas minimal.
Mereka mustahil berdusta
Sandaran riwayatnya adalah pancaindera.
Perawinya Dhabit

3.

Hadis yang tidak memenuhi syarat hadis mutawatir disebut hadis

A.
B.
C.
D.
E.
4.

Ahad
Maqbul
Masyhur
Munqathi
Mudallas
Hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak
memenuhi
syarat-syarat
hadis
mutawatir
disebut
hadis
.

A. Ahad
B. Maqbul

C. Masyhur
D. Munqathi
E. Aziz
5. Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap
tingkatan sanad, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir disebut
hadis .
1.
2.
3.
4.
5.
6.
A.
B.
C.
D.
E.
7.
A.
B.
C.
D.
E.
8.

A.
B.
C.
D.
E.
9.

Ahad
Maqbul
Masyhur
Munqathi
Mudhal
Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap
tingkatan sanadnya disebut hadis .
Aziz
Ahad
Maqbul
Masyhur
Gharib
Hadis yang diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap
tingkatannya disebut hadis
Aziz
Ahad
Gharib
Maqbul
Masyhur
Hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi
yang adil, dhabith, diterima dari perawi yang sama (kualitas)
dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz dan tidak berillat
disebut hadis ..
Ahad
Gharib
Shahih
Maqbul
Masyhur
Berikut
ini
adalah

kriteria

Hadis

Shahih,

kecuali

A.
B.
C.
D.
E.

Sanadnya bersambung
Perawi kurang dhabit
Perawi sangat adil
Tidak Syadz
Tidak berillat

10. Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain oleh perawi
yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya adalah
makna dari hadis ..
A.
B.
C.
D.
E.

Shahih li dzatihi
Shahih li ghairihi
Hasan li dzatihi
Hasan li ghairihi
Mutawatir lafzi

11. Hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang


adil, kurang ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas
dengannya sampai ke akhir sanad, tidak syaz dan tidak beriillat
disebut hadis
A.
B.
C.
D.
E.

Shahih
Hasan
Dhaif
Shahih li ghairihi
Hasan li ghairi

12. Hadis dhaif yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan sebab kedhaifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta disebut hadis
.
A.
B.
C.
D.
E.

Shahih
Hasan
Dhaif
Hasan li ghairihi
Shahih li ghairihi

13. Hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan hasan disebut hadis
.
A.
B.
C.
D.
E.

Shahih
Dhaif
Hasan
Hasan li ghairihi
Shahih li ghairihi

14. Berikut ini kriteria Hadis Hasan, kecuali


A.
B.
C.
D.
E.

Sanadnya bersambung
Perawi kurang dhabit
Perawi adil
Tidak syadz
Tidak berillat

15. Hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau lebih
secara berturut-turut disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

Muallaq
Mursal
Mudhal
Munqathi
Mudallas

16. Hadis yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah Tabiiy
disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Muallaq
Mursal
Mudhal
Munqathi
Mudallas

17. Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara
berturut-turut disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

Muallaq
Mursal
Mudhal
Munqathi
Mudallas

18. Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad


tersebut bisa terjadi dimana saja disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Muallaq
Mursal
Mudhal
Munqathi
Mudallas

19. Hadis yang kecacatannya disembunyikan dalam sanad,


menampakkan pada lahirnya seperti baik disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

dan

Muallaq
Mursal
Mudhal
Munqathi
Mudallas

20. Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta
disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

Mursal
Mudhal
Matruk
Majhul
Mubham

21. Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak dikenal jati
diri dan identitasnya disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Mursal
Mudhal
Matruk
Majhul
Mubham

22. Hadis yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan


namanya baik dalam sanad maupun dalam matan disebut
.
A.
B.
C.
D.
E.

Mursal
Mudhal
Matruk
Majhul
Mubham

23. Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat
kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata disebut
A.
B.
C.
D.
E.

Majhul
Mubham
Munkar
Muallal
Mudraj

24. Hadis yang jika diteliti secara cermat terdapat illat yang merusak keshahihaan hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya
disebut
A.
B.
C.
D.
E.

Majhul
Mubham
Munkar
Muallal
Mudraj

25. Sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang bukan
bagian dari matan hadis tersebut, tanpa ada pemisahan diantara
keduanya disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Munkar
Muallal
Mudraj
Maqlub
Mudhtarib

26. Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada
matan disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

Munkar
Muallal
Mudraj
Maqlub
Mudhtarib

27. Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan


dan masing-masingnya sama kuat disebut ..
A.
B.
C.
D.
E.

Munkar
Muallal
Mudraj
Maqlub
Mudhtarib

28. Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat
yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz
maupun makna disebut hadis ..
A. Muallal
B. Mudraj

C. Maqlub
D. Mudhtarib
E. Musahhaf
29. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi
bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik
daripadanya disebut hadis .
A.
B.
C.
D.
E.

Mudraj
Maqlub
Mudhtarib
Musahhaf
Syadzadz

30. Berikut ini adalah macam-macam hadis tinjau dari keterputusan


sanad, kecuali
A.
B.
C.
D.
E.

Muallaq
Mursal
Mudhal
Mudhtarib
Mudallas

31. Segala yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan


beliau, perbuatan atau taqrir, baik sanadnya bersambung atau
terputus disebut hadis
A.
B.
C.
D.
E.

Mursal
Mudhal
Munqathi
Mudhtarib
Mawquf

32. Sesuatu yang disandarkan kepada Tabiiy atau generasi yang datang
sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan disebut hadis

A.
B.
C.
D.
E.

Mudhal
Maqthu
Munqathi
Mawquf
Mudhtarib

33. Suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada
Rasulallah saw dibandingkan dengan sanad lain disebut hadis
..

A.
B.
C.
D.
E.

Ali
Nazil
Maqthu
Mauquf
Munqathi

34. Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah saw
dibandingkan sanad lain disebut .
A.
B.
C.
D.
E.

Ali
Nazil
Maqthu
Mauquf
Munqathi

35. Al-Jami al-Shahih adalah sebuah kitab hadis merupakan karya


monumental dari .
A.
B.
C.
D.
E.

Muslim
Bukhari
Al-Tirmizi
Abu Dawud
Ahmad ibn Hanbal

36. Sulaiman ibn al-Asyats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)


menulis kitab hadis yang berjudul
A.
B.
C.
D.
E.

Sunan Abu Dawud


Sunan Al-Tirmizi
Sunan Al-Nasaiy
Shahih Al-Bukhari
Shahih Muslim
37. Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi (204-261 H)
adalah seorang ulama ahli hadis yang menulis kitab hadis yang
berjudul
A.
B.
C.
D.
E.

Sunan Al-Tirmizi
Sunan Al-Nasaiy
Sunan Abu Dawud
Shahih muslim
Shahih Bukhari

BAB VII
TAKHRIJ AL-HADIS
B. PENGERTIAN, TUJUAN DAN MANFAAT
Takhrij al-Hadis adalah;

Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbersumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara
lengkap dengan sanad-nya masing-masing, dan jika diperlukan
dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.
Tujuan Takhrij al-Hadis :
- Mengetahui sumber suatu hadis
- Mengetahui kualitas suatu hadis apakah diterima (shahih dan hasan)
atau ditolak (dhaif).
Manfaat Takhrij al-Hadis :

- Mengenal sumber kitab hadis


- Mengenal ulama periwayat hadis
- Memperjelas keadaan sanad
- Memperjelas perawi hadis yang samara
- Dapat membedakan periwayatan bil makna dan bi riwayah
- Memperjelas kualitas hadis
C. KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN DALAM MEN-TAKHRIJ
1. Al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya AJ. Wensinck
dan Muhammad Fuad Abdul Baqi
2. Miftah Kunuz al-Sunnah karya AJ. Wensinck dan Muhammad Fuad
Abdul Baqi
3. Al-Istiab fi Marifati al-Ashab karya Ibnu Abdi al-Barr al-Andalusi (w.463
H/1071 M)
4. Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalany
(w. 852 H / 1232 M)
5. Al-Thabaqat al-Kubra karya Abu Abdillah Muhammad ibn Saad Katib
al-Waqidi (w. 230 H)
6. Al-Tarikh al-Kabir karya Imam Bukhari (w. 256 H / 870 M)
7. Al-Kamal fi Asma al-Rijal karya Abdul Ghani ibn Abdul Wahid al-Maqdisi
al-Hanbali (w. 600 H)
8. Tahdzib al-Kamal karya Abu al-Hajjaj Yusuf Yusuf ibn al-Zaki al-Mizzi (w.
742 H)
9. Tahdzib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar Al-Asqalany
10. Tahdzib al-Tahdzib karya Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad alDzahabi (w. 748 H)
11. Khulashah Tahdzib Tahdzib al-Kamal karya Shafiyuddin Ahmad ibn
Abdillah al-Khazraji al-Anshari al-Saidi (w. 924 H)
D. METODE TAKHRIJ DAN KITAB PENDUKUNGNYA
1. Takhrij melalui lafaz pertama matan hadis
a. Al-Jami al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir karya Al-Suyuthi (w.
911 H)
b. Mujam Jami al-Ushul fi Ahadis al-Rasul karya Imam al-Mubarak ibn
Muhammad ibn al-Atsir al-Jaziri.
c. Jamu al-Jawami / Al-Jamiu al-Kabir karya As-Syuyuthi.
2. takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis
a. Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi karya AJ. Wensinck
dan Muhammad Fuad Abdul Baqi.

3. Takhrij melalui perawi hadis pertama


a. Athraf al-Shahihain karya Imam Abu Masud Ibrahim al-Dimasyqi (w.
400 H)
b. Athraf al-Kutub al-Sittah karya Syasuddin al-Maqdisi (w. 507 H)
4. Takhrij berdasarkan tema hadis (iman, shalat, zakat, puasa, haji)

a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
c.
E.
1.
2.
3.

4.
5.

Kanzu al-Ummah fi Sunan al-Aqwal wa al-Afal karya Al-Muttaqi alHindi


Miftah Kunuz al-Sunnah karya AJ. Wensinck dan Fuad Muhammad
Abdul Baqi
Nashbu al-Rayah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah karya Al-Zaylaiy
Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah karya Ibnu Hajar Al-Asqalany.
Takhrij berdasarkan status hadis (Qudsi, Masyhur, Mursal)
Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya As-Syuyuthi
Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah karya Al-Madani
Al-Marasil karya Imam Abu Dawud.
LANGKAH-LANGKAH MEN-TAKHRIJ AL-HADIS
Takhrij al-Hadis, yaitu menelusuri hadis yang dimaksud kepada kitab
sumber hadis dengan menggunakan salah satu metode takhrij.
Al-Itibar, yaitu mengkombinasikan (menghubungkan melalui
gambar/skema) antara sanad yang satu dengan sanad lainnya,
sehingga terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti.
Tarjamah al-Ruwat dan Naqd al-Sanad, yaitu pemaparan sejarah atau
biografi perawi hadis secara lengkap disertai kritik, penilaian atau
pernyataan ulama hadis (sahabat/tabiin besar/tabiin kecil) tentang
pribadi perawi tersebut.
Natijah (Hukum hadis), yaitu kesimpulan terhadap pemaparan point 1
s/d 3 diatas, sehingga harus dijelaskan status hukum sanad hadis
tersebut (shahih atau dhaif).
Syarhu al-Hadis (Fiqhu al-Hadis), yaitu penjelasan hukum yang
terkandung dalam matan hadis yang diriwayatkan oleh para perawi
hadis tersebut.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.

A.
B.
C.
D.
E.
2.

Mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli


yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing merupakan pengertian dari
Al-Itibar
Al-Natijah
Takhrij al-Hadis
Syarhu al-Hadis
Tarjamah al-Ruwat

Penjelasan hukum yang terkandung dalam matan hadis yang


diriwayatkan oleh para perawi hadis disebut
A. Al-Itibar

B.
C.
D.
E.
3.

Al-Natijah
Takhrij al-Hadis
Syarhu al-Hadis
Tarjamah al-Ruwat
Pemaparan sejarah atau biografi perawi hadis secara lengkap disertai
kritik, penilaian atau pernyataan ulama hadis (sahabat/tabiin
besar/tabiin kecil) tentang pribadi perawi tersebut disebut

A.
B.
C.
D.
E.
4.

Al-Itibar
Al-Natijah
Takhrij al-Hadis
Syarhu al-Hadis
Tarjamah al-Ruwat
Mengkombinasikan (menghubungkan melalui gambar/skema) antara
sanad yang satu dengan sanad lainnya, sehingga terlihat jelas seluruh
jalur sanad hadis yang diteliti disebut .
Al-Itibar
Al-Natijah
Takhrij al-Hadis
Syarhu al-Hadis
Tarjamah a-Ruwat
Berikut ini adalah metode-metode dalam men-Takhrij al-Hadis, kecuali
.
Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis
Takhrij berdasarkan status hadis
Takhrij berdasarkan tema hadis
Takhrij melalui lafaz pertama matan hadis
Takhrij melalui perawi terakhir
Kitab induk yang dibutuhkan ketika men-Takhrij al-Hadis melalui lafaz
pertama matan hadis adalah .
Miftah Kunuz al-Sunnah
Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
Al-Jami al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
Kitab induk yang diperlukan ketika men-Takhrij al-Hadis melalui katakata dalam matan hadis adalah
Miftah Kunuz al-Sunnah
Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
Al-Jami al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
Kitab induk yang diperlukan ketika men-takhrij hadis melalui tema
hadis adalah ..

A.
B.
C.
D.
E.
5.
A.
B.
C.
D.
E.
6.
A.
B.
C.
D.
E.
7.
A.
B.
C.
D.
E.
8.

A.
B.
C.
D.
E.
9.

Miftah Kunuz al-Sunnah


Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
Al-Jami al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
Kitab induk yang diperlukan saat men-Takhrij al-Hadis melalui status
hadis adalah .
A. Miftah Kunuz al-Sunnah
B. Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah
C. Al-Jami al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D. Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E. Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
10. Kitab induk yang diperlukan saat men-Takhrij al-Hadis melalui perawi
hadis pertama adalah
A. Athraf al-Kutub al-Sittah
B. Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah
C. Al-Jami al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D. Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E. Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi

BAB VIII
HADIS MAUDHU

A. PENGERTIAN

B.

2.
3.
4.
5.

Hadis yang disandarkan kepada Rasulallah saw secara dibuat-buat


dan dusta padahal beliau tiak mengatakan, berbuat maupun
menetapkannya. Ulama lain menyatakan hadis yang diciptakan dan
dibuat.
LATAR BELAKANG MUNCULNYA
Mayoritas ulama berpendapat bahwa pemalsuan hadis pertama kali
muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yakni setelah
terjadinya perpecahan antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan
kelompok Muawiyah yang berakhir dengan penerimaan Ali terhadap
Tahkim, dan akibatnya baik pengikut Ali maupun Muawiyah
memisahkan diri dan membuat kelompok tersendiri, lalu guna
mendukung kelompoknya mereka berargumen menggunakan AlQuiran dan Hadis, dan ketika tidak didapatkan pada keduanya mereka
membuat hadis-hadis palsu.
Beberapa motif yang melatar belakangi munculnya hadis palsu antara
lain;
Pertentangan politik
Usaha Kaum Zindiq memecah belah umat Islam.
Sikap fanatik buta terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri atau
pemimpin
Mempengaruhi kaum awam dengan cerita atau kisah-kisah

6. Perselisihan mazhab dan ilmu kalam


7.
Semangat berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu
pengetahuan
8. Menjilat para pemimpin / penguasa
C. KAIDAH / METODE MENGETAHUI HADIS MAWDHU
1. Ciri-ciri yang terdapat pada sanad :
a. Pengakuan si pemalsu hadis itu sendiri bahwa ia telah memalsukan
hadis
b. Kenyataan sejarah atau keadaan yang menunjukkan bahwa perawi
tidak bertemu dengan orang yang diakui sebagai gurunya.
c. Perawi tersebut dikenal sebagai seorang pendusta.
2. Ciri-ciri yang terdapat pada matan :
a. Terdapat kerancuan pada lafaz hadis yang diriwayatkan
b. Maknanya rusak dan tidak dapat diterima akal sehat
c. Bertentangan dengan nas Al-Quran, hadis mutawatir, dan ijma
d. Matannya menyebutkan pahala atau ancaman yang sangat besar atas
perbuatan yang kecil.
e. Terlalu melebih-lebihkan salah satu sahabat.
D. UPAYA PENYELAMATAN HADIS MAUDHU
1. Memelihara sanad dan hadis
2. Meningkatkan kesungguhan dalam meneliti hadis
3. Melakukan studi kritik terhadap perawi hadis khususnya pada sifat
kejujuran dan kedustaan
4. Menerangkan keadaan para perawi
5. Menyusun kaidah-kaidah umum untuk meneliti hadis.
E. PARA PENDUSTA HADIS MAUDHU
a.
Aban ibn Jafar an-Numaiqi, membuat 300 hadis palsu yang
disandarkan kepada Abu Hanifah
b. Ibrahim ibn Zaid al-Aslami, menyandarkan hadis palsu kepada Malik
c. Ahmad ibn Abdullah al-Juwaini, membuat ribuan hadais palsu untuk
kepentingan kelompok AL-Karramiyah
d. Jabir ibn Zaid Al-Juafi, membuat 30.000 hadis palsu
e. Nuh ibn Abu Maryam, membuat hadis palsu tentang fadhail suratsurat Al-Quran
f. Muhammad ibn Syuja Al-Wasithi
g. Al-Harits ibn Abdullah Al-Anwar
h. Muqatil ibn Sulaiman
i. Muhammad ibn Said Al-Mashlub,
j. Al-Waqidi
k. Ibnu Abu Yahya

SOAL LATIHAN

Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar


diantara A, B, C, D, atau E !
1.

A.
B.
C.
D.
E.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
3.
A.
B.
C.
D.
E.
4.
A.
B.
C.
D.
E.
5.
A.
B.
C.
D.
E.

Hadis yang disandarkan kepada Rasulallah saw secara dibuat-buat


dan dusta padahal beliau tidak mengatakan, berbuat maupun
menetapkannya adalah pengertian dari hadis ..
Shahih
Hasan
Dhaif
Maudhu
Maqbul
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadis Maudhu pertama kali
muncul pada masa pemerintahan
Abu Bakar As-Shiddiq
Umar bin Khaththab
Usman bin Affan
Ali bin Abi Thalib
Muawiyah bin Abi Syufyan
Peristiwa Tahkim terjadi akibat perseteruan antara kelompok
..
Muawiyah dan Abu Bakar As-Shiddiq
Muawiyah dan Abu Syufyan
Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Affan
Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah
Ali bin Abi Thalin dan Umar bin Khaththab
Tokoh pembuat hadis palsu tentang keutamaan membaca surat-surat
dalam Al-Quran adalah
Jabir ibn Zaid Al-Juafi
Nuh ibn Abu Maryam
Ibrahim ibn Zaid al-Aslami
Aban ibn Jafar an-Numaiqi
Muhammad ibn Syuja Al-Wasithi
Ciri-ciri Hadis Maudhu yang terdapat pada sanad adalah

Terdapat kerancuan pada lafaz hadis yang diriwayatkan


Maknanya rusak dan tidak dapat diterima akal sehat
Pengakuan si pemalsu hadis itu sendiri
Bertentangan dengan nas Al-Quran, hadis mutawatir, dan ijma
Terlalu melebih-lebihkan salah satu sahabat

BAB IX

BIOGRAFI ULAMA HADIS


A. SAHABAT YANG BERGELAR AL-MUKTSIRUNA FI AL-HADIS
1. Abu Hurairah (19 SH 59 H)
Beliau bernama Abdurrahman ibn Sakhr al-Dausi al-Yamani. Hadis yang
dihafalnya sebanyak 5.374 hadis yang bersumber langsung dari
Rasulallah saw. Para sahabat yang meriwayatkan hadisnya antara lain;
Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar, Jabir ibn Abdillah, Anas bin
Malik. Para tabiin yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Said ibn
Al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha, Mujahid, dan Al-Syabi.
2. Abdullah ibn Umar ibn Khaththab (10 SH 73 H)
Beliau bernama Abdullah ibnu Umar ibn al-Khaththab ibn Nufail alQuraisyi al-Adawi Abu Abdurrahman al-Makki. Hadis yang
dihafalkannya sebanyak 2.630 hadis. Selain dari Rasulallah saw beliau
menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn
Khaththab, Usman ibn Affan, Abu Dzar, Muadz ibn Jabal, Aisyah, Zaid,
dan Hafsah binti Umar. Para sahabat dan tabiin yang meriwayatkan
hadisnya antara lain; Bilal, Jabir ibn Abdillah, Abdullah ibn Abbas, Nafi,
Said ibn Al-Musayyab, Alqamah ibn Waqqash, Abdullah ibn Dinar,
Urwah ibn Zubair, Atha, Mujahid, dan Muhammad ibn Sirin.
3. Anas bin Malik (10 SH 93 H)
Beliau bernama Anas ibn Malik ibn Al-Nadhr ibn Dhamdham al-Anshari
al-Khazraji al-Najjari. Hadis yang dihafalnya sebanyak 2.286 hadis.
Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Abu
Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Abdullah ib
Masud, Abdullah ibn Rawahah, Fathimah al-Zahra, dan Abdurrahman
ibn Auf. Para tabiin yang meriwayatkan hadisnya antara lain; AlHasan, Abu Qalabah, Abu Majaz, Muhammad ibn Sirin, dan Ibnu Syihab
al-Zuhri.
4. Aisyah Ummul Mukminin (9 SH 58 H)
Beliau bernama Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq. Hadis yang
dihafalnya sebanyak 2.210 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau
menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn
Khaththab, Saad ibn Abi Waqqash, dan Usaid ibn Khudhair. Para
sahabat yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abu Hurairah, Abu
Musa Al-Asyari, Zaid ibn Khalid al-Juhni, dan Shafiah binti Syaibah.
Para tabiin yang meriwayatkan hadis antara lain; Said ibn alMusayyab, Alqamah ibn Qais, Masruq ibn al-Ajda, Aisyah binti
Thalhah, Amrah binti Abdurrahman, dan Hafsah binti Sirin.
5. Abdullah ibn Abbas (3 SH 68 H)
Beliau bernama Abu al-Abbas Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib
ibn Hasyim ibn Abdil Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi. Hadis yang
dihafalnya sebanyak 1.660 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau
menerima hadis antara lain dari; ayahnya Abbas ibn Abdul Muthalib,
ibunya Ummu al-Fadhal. Istri Nabi saw Maimunah binti Al-Haris, Abu
Bakar, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib,

Abdurrahman ibn Auf, Muadz bin Jabal, Abu Dzar al-Ghifari, Ubay ibn
Kaab, Tamim al-Dari, Khalid ibn al-Walid, Usamah ibn Zaid, Abu Said
al-Khudri, Abu Hurairah, dan Muawiyah ibn Abu Syufyan. Para sahabat
yang meriwayatkanhadisnya antara lain; Abdullah ibn Amr ibn
Tsalabah ibn al-Hakam al-Laitsi, Al-Mansur ibn Makhramah, dan Abu alThufail. Para Tabiin antara lain; Said ibn al-Musayyab, Abdullah ibn alHarits ibn Naufal, Abu Salamah ibn Abdurrahman, Al-Qasim ibn
Muhammad, Ikrimah, Atha, Thawus, Kuraib, Said ibn Jubair, Mujahid,
dan Amr ibn Dinar.

6. Jabir ibn Abdullah (16 SH 78 H)


Beliau bernama Jabir ibn Abdillah ibn Amr ibn Haram ibn Tsalabah alKhazraji al-Salami al-Anshari Abu Abdillah. Hadis yang dihafalnya
sebanyak 1.540 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima
hadis antara lain dari; Abu Bakar, Umar ibn Khaththab, Ali ibn Abi
Thalib, Abu Ubaidah, Thalhah, Muadz ibn Jabal, Ammar ibn Yasir,
Khalid ibn Walid, Abu Hurairah, Abu Said, dan Abdullah ibn Unais. Para
sahabat dan tabiin yang meriwayatkanhadisnya antara lain;
Abdurrahman ibn Jabir, Uqail ibn Jabir, Muhammad ibn Jabir, Said ibn
Al-Musayyab, Mahmud ibn Lubaid, Amr ibn Dinar, dan Abu Jafar alBaqir.
7. Abu Said Al-Khudri (12 SH 74 H)
Beliau bernama Saad ibn Malik ibn Sinan al-Khudri al-Khazraji alAnshari. Hadis yang dihafalnya sebanyak 1.170 hadis. Selain dari
Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Malik ibn
Sinan, Qatadah ibn Numan, Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab,
Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit, Abu Qatadah alAnshari, Abdullah ibn Salam, Ibnu Abbas, Abu Musa al-Asyari,
Muawiyah ibn Abi Syufyan, dan Jabir ibn Abdillah. Para sahabat dan
tabiin yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abdurrahman ibn
Said, Zainab binti Kaab ibn Ajrah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir bin
Abdullah, Zaid bin Tsabit, Abu Umamah ibn Sahal, Ibnu Musayyab, dan
Tharib ibn Syihab.
B. PELOPOR PENGKODIFIKASIAN HADIS DAN ILMU HADIS
1. Umar bin Abdul Aziz (61 101 H)
Beliau bernama Umar ibn Abdul Aziz ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi
al-Ash ibn Umayyah ibn Abdi al-Syams al-Quraisyi al-Umawi Abu
Hafsh al-Madani al-Dimasyqi, Amiril Mukminin. Beliau menerima hadis
antara lain dari; Anas, Al-Saib ibn Yazid, Abdullah ibn Jafar, Yusuf ibn
Abdillah ibn Salam, dan Khaulah binti Hakim. Para perawi yang
meriwayatkan hadisnya antara lain; Abu Salamah ibn Abdirrahman,
Abdullah ibn Umar ibn Abdul Aziz, Abdul Aziz ibn Umar ibn Abdul Aziz,

Zuban ibn Abdil Aziz, Maslamah ibn Abdil Malik ibn Marwan, Abu Bakar
Muhammad ibn Amr ibn Hazm, ibnu Syihab al-Zuhri, dan Anbasah ibn
Said ibn al-Ash.
2. Abu Bakar ibn Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)
Beliau bernama Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm alAnshari al-Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Beliau menerima
hadis antara lain dari; Abdullah ibn Zaid ibn Abd Rabbah al-Anshari,
Amrah binti Abdurrahman, Abu Hayyah al-Badari, Khaldiah binti Anas,
Ubadah ibn Tamim, Salman Al-Agari, Abdullah ibn Qais ibn Mahramah,
Abdullah ibn Umar ibn Usman, Amr ibn Salim al-Zarqa, Umar ibn Abdul
Aziz, dan Abu Salamah ibn Abdurrahman. Para muridnya antara lain;
Abdullah ibn Abu Bakar ibn Hazm, Muhammad ibn Ammarah ibn
Muhammad ibn Hazm, Amr ibn Dinar, Ibnu Syihab al-Zuhri, Yahya ibn
Al-Hadi, Abdullah ibn Abdurrahman, Abdurrahman ibn Abdillah alMasudi, Aflah ibn Humaid, Ubaiy ibn Abbas, Abu Hisain, dan Said ibn
Abu Hilal.
3. Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50 124 H)
Beliau bernama Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn Ubaidillah ibn
Syihab ibn Abdillah ibn al-Harits ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah alQuraisyi al-Zuhri al-Madani. Beliau dikenal ulama yang tangkas, setia,
berpendirian kuat, dan sangat kuat hafalannya, beliau mampu
menghafal Al-Quran dalam tempo 80 hari saja. Beliau adalah pendiri
Ilmu Hadis Riwayah dan merupakan tokoh kunci kodifikasi hadis. Beliau
menerima hadis antara lain dari; Anas bin Malik, Abdullah ibn Umar,
Jabir ibn Abdullah, Sahal ibn Saad, Abu Thufail, Al-Mansur ibn
Makhramah, Abu Idris al-Khaulani, Abdullah ibn al-Haris ibn Naufal, AlHasan ibn Muhammad ibn al-Hanafiyah, Abdullah ibn Muhammad ibn
al-Hanafiyah, Harmalah mawla Usamah ibn Zaid, Abdullah Ubaidillah
Salim (ibn Umar ibn Abdul Aziz), Abdul Aziz ibn Marwan, Kharijah ibn
Zaid ibn Tsabit, dan Said ibn al-Musayyab.

4. Al-Ramahurmuzi (265 360 H)


Beliau bernama Abu Muhammad al-Hasan ibn Abdurrahman ibn
Khallad al-Ramahurmuzi. Beliau adalah pendiri Ilmu Hadis Dirayah.
Para gurunya antara lain; Abdurrahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi,
Abu Hushain Muhammad ibn al-Husain al-Wadiiy, Abu Jafar
Muhammad ibn Abdullah al-Hadhramy, Abu Jafar Muhammad ibn alHusain al-Khatsami, dan Abu Jafar Umar ibn Ayyub al-Saqthi. Para
muridnya antara lain; Abu al-Husain Muhammad ibn Ahmad alShaidawi, Al-Hasan ibn al-Laits al-Syirazi, Abu Bakar Muhammad ibn
Musa ibn Mardawaih, dan Abdullah ibn Ahmad ibn Ali al-Baghdadi.
5. Imam Malik bin Anas (93 179 H)
Beliau bernama Imam Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu
Amir ibn Amir ibn al-Harits. Beliau seorang faqih dan pendiri mazhab

Maliki. Karya monumentalnya adalah Al-Muwaththa Para gurunya


antara lain; Nafi ibn Nuaim, dan Ibnu Syihab al-Zuhri. Para muridnya
antara lain; Al-Auzaiy, Syufyan al-Tsauri, Syufyan ibn Uyainah, Ibnu alMubarak, dan Imam As-Syafiiy.
6. Imam Syafiiy (150 204 H)
Beliau bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Abbas ibn Usman
ibn Syafiiy ibn Saib al-Hasyimy al-Muthaliby al-Quraisyi. Beliau
seorang pendiri mazhab Syafiiy yang banyak diikuti oleh umat Islam di
dunia. Karya monumental beliau adalah Al-Umm dan al-Risalah.
Kumpulan fatwa beliau ketika berada di Baghdad disebut Qaul
Qadim, sementara kumpulan fatwa ketika beliau berada di Mesir
disebut Qaul Jadid. Beliau berguru di bidang Hadis antara lain pada;
Imam Malik ibn Anas, Muslim Khalid, Ibnu Uyainah, dan Ibrahim ibn
Sad. Para ulama yang pernah berguru pada beliau antara lain; Imam
Ahmad ibn Hanbal (pendiri mazhab Hambali), Al-Humaidi, Abu al-Tahir
ibn Al-Buwaithy, dan Muhammad ibn Abdul Hakam.
7. Imam Ahmad ibn Hanbal (164 241 H)
Beliau bernama Abu Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal al-Marwazy.
Beliau seorang pendiri mazhab Hambali. Karya monumentalnya adalah
Musnad Ahmad ibn Hanbal yang memuat 40.000 hadis, dan
merupakan kitab musnad yang terbaik dan terbesar dari kitab-kitab
musnad yang pernah ada. Diantara para gurunya adalah; Imam
Syafiiy, Syufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Saad, dan Yahya ibn
Qaththan. Para ulama yang pernah berguru padanya antara lain; AlBukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Abdi Dunya, dan Ahmad ibn Abi AlHawarimy.
8. Imam Al-Bukhari (194 256 H)
Beliau bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn AlMughirah ibn Bardizbah al-Jufi al-Bukhari. Beliau mempelajari hadis
berikut perawinya sejak sebelum usia 10 tahun. Karya monumentalnya
adalah Al-Jami al-Shahih li al-Bukhari yang disusun selama 16 tahun
yang beliau dengar dari lebih 70.000 orang perawi hadis, dan berisikan
kurang lebih 7.397 hadis. Beliau hafal 100.000 hadis shahih dan
200.000 hadis tidak shahih. Beliau berguru hadis antara lain kepada;
Ubaidillah ibn Musa, Muhammad ibn Abdillah AL-Anshari, Affan, Abi
Ashim al-Nabil, Makki ibn Ibrahim, Ali Al-Madini, dan Imam Ahmad ibn
Hanbal.
9. Imam Muslim (204 261 H)
Beliau bernama Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj al-Qusyairi alNaisaburi. Karya monumental beliau adalah Shahih Muslim yang
disusunnya selama 12 tahun yang berisi kurang lebih 4.000 hadis. Para
gurunya antara lain; Yahya ibn Yahya, Ishaq ibn Rahawaih, Muhammad
ibn Mahran, Ahmad ibn Hanbal, Abdullah ibn Maslamah, Qatadah ibn
Said, Muhammad ibn Al-Mutsanna, dan Imam Muslim. Para muridnya
antara lain; Abu Hatim, Musa ibn Haran, Abu Isa al-Tirmizi, Yahya ibn
Said, Ibnu Khuzaimah, Awwanah, dan Ahmad ibn Al-Mubarak.

10. Imam Abu Dawud (202 275 H)


Beliau bernama Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asyats ibn Ishaq alSijistani. Para gurunya antara lain; Abdullah ibn Maslamah Al-Qanabi,
Abu al-Walid al-Thayalisi, Abu Amar Al-Hawdhi, Ibrahim ibn Musa alFarra, Abu Bakar ibn Abu Syaibah, dan Ahmad ibn Hanbal. Para
muridnya antara lain; al-Tirmizi, al-Nasaiy, Abu Awanah, Yaqub ibn
Ishaq al-Isfirayini, dan Ahmad ibn Muhammad ibn Harun. Karya
monumentalnya adalah Sunan Abi Dawud yang berisi kurang lebih
4.800 hadis.
11. Imam At-Tirmizi (200 279 H)
Beliau bernama Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn
Dhahak al-Sulami al-Bughi al-Tirmizi. Para gurunya antara lain;
Qutaibah ibn Said, Ishaq ibn Musa, Al-Bukhari, dan Muslim. Diantara
para muridnya Muhammad ibn Ahmad ibn Mahbub. Karya
monumentalnya adalah Jami al-Tirmizi atau dikenal dengan nama
Sunan al-Tirmizi.
12. Imam An-Nasaiy (215 303 H)
Beliau bernama Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syuaib ibn Ali ibn Sinan
ibn Bahr al-Khurasani al-Nasaiy. Para gurunya antara lain; Qutaibah ibn
Said, Ishaq ibn Ibrahim, dan Abu Dawud. Para muridnya antara lain;
Abu Nasher al-Dhalaby, Abdul Qasim al-Thabari dan Abdul Karim alNasaiy. Karya monumentalnya adalah Sunan al-Kubra yang dikenal
dengan nama Sunan al-Nasaiy.
13. Imam Ibnu Majah (207 273 H)
Beliau bernama Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini. Lahir di
Qazwin salah satu kota di Iran, belajar hadis di beberapa kota antara
lain; Irak, Hijaz, Mesir dan Syam. Karya monumentalnya adalah Sunan
Ibnu Majah yang berisikan kurang lebih 4.341 hadis.
14. Imam At-Thabrani
Beliau bernama Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Syami. Lahir di
Thabariyah sebuah kota di Palestina. Karya terbesarnya adalah AlMujam al-kabir yang berjumlah 12 jilid.
15. Imam Ad-Daruquthni
Beliau bernama Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad al-Daruquthni alBaghdadi. Lahir di Daruquthni sebuah kota di Baghdad. Karya besarnya
adalah As-Sunan yang dikenal dengan nama Sunan al-Daruquthni.
16. Imam Ibnu Khuzaimah
Beliau bernama Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah AsSalam An-Naisaburi. Lahir di Naisabur. Karya terbesarnya adalah
Shahih Ibn Khuzaimah
17. Imam Ibnu Hibban

Beliau bernama Abu Hatim Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad AtTamimi Al-Busti. Lahir di Busti daerah di Sijistan. Karya terbesarnya
adalah Shahih ibnu Hibban.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
A.
B.
C.
D.
E.
2.
A.
B.
C.
D.
E.

Abdurrahman ibn Sakhr al-Dausi al-Yamani adalah salah seorang


sahabat Nabi saw yang dikenal dengan nama ..
Ibnu Umar
Ibnu Abbas
Ibnu Amr
Abu Hurairah
Ibnu Musayyab
Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Syami adalah seorang perawi
hadis yang dikenal dengan nama ..
Imam Al-Daruquthni
Imam Ibnu Hibban
Imam ibnu Khuzaimah
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah

3. Tokoh pendiri Ilmu Hadis Riwayah adalah


A.
B.
C.
D.
E.

Imam Bukhari
Imam Muslim
Al-Ramahurmuzi
Ibnu Syihab al-Zuhri
Khalifah Umar bin Abdul Aziz

4. Tokoh pendiri Ilmu Hadis Dirayah adalah


A.
B.
C.
D.
E.
5.

Imam Bukhari
Imam Muslim
Al-Ramahurmuzi
Ibnu Syihab al-Zuhri
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Abu Hatim Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad At-Tamimi Al-Busti
adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama
..

A.
B.
C.
D.
E.
6.

A.
B.
C.
D.
E.
7.

A.
B.
C.
D.
E.

Imam Al-Daruquthni
Imam Ibnu Hibban
Imam ibnu Khuzaimah
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah
Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah As-Salam AnNaisaburi adalah seorang perawi hadis yang lebih dikenal dengan
nama ..
Imam Al-Daruquthni
Imam Ibnu Hibban
Imam ibnu Khuzaimah
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah
Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad al-Daruquthni al-Baghdadi
adalah
perawi
hadis
yang
dikenal
dengan
nama

Imam Al-Daruquthni
Imam Ibnu Hibban
Imam ibnu Khuzaimah
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah

8. Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini adalah seorang ulama


hadis yang dikenal dengan nama ..
A.
B.
C.
D.
E.
9.

A.
B.
C.
D.
E.

Imam Al-Daruquthni
Imam Ibnu Hibban
Imam ibnu Khuzaimah
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah
Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syuaib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr alKhurasani adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama

Imam Al-Daruquthni
Imam Ibnu Hibban
Imam Al-Nasaiy
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah

10. Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulami
al-Bughi adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama
..
A.
B.
C.
D.
E.

Imam Al-Tirmizi
Imam Ibnu Hibban
Imam Al-Nasaiy
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah

11. Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asyats ibn Ishaq al-Sijistani, lebih dikenal
dengan nama ..
A.
B.
C.
D.
E.

Imam Al-Tirmizi
Imam Abu Dawud
Imam Al-Nasaiy
Imam Al-Thabrani
Imam Ibnu majah

12. Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, lebih dikanal
dengan nama
A.
B.
C.
D.
E.

Imam Bukhari
Imam Muslim
Al-Ramahurmuzi
Ibnu Syihab al-Zuhri
Khalifah Umar bin Abdul Aziz

13. Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn
Bardizbah al-Jufi, lebih dikenal dengan nama .
A.
B.
C.
D.
E.

Imam Bukhari
Imam Muslim
Al-Ramahurmuzi
Ibnu Syihab al-Zuhri
Khalifah Umar bin Abdul Aziz

14. Abu Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal al-Marwazy, lebih dikenal
dengan nama .
A.
B.
C.
D.
E.

Imam Bukhari
Imam Muslim
Al-Ramahurmuzi
Ibnu Syihab al-Zuhri
Ahmad ibn Hanbal

15. Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Abbas ibn Usman ibn Syafiiy ibn
Saib al-Hasyimy al-Muthaliby al-Quraisyi adalah seorang ulama fuqaha
dan hadis yang lebih dikenal dengan nama .

A.
B.
C.
D.
E.

Imam Bukhari
Imam Muslim
Imam Syafiiy
Ibnu Syihab al-Zuhri
Ahmad ibn Hanbal

Anda mungkin juga menyukai