Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1. latar Belakang
Penguasaan bahasa asing sangat dibutuhkan sebagai alat perantara dalam
menjalin hubungan dengan berbagai negara. Penguasaan bahasa asing selain bahasa
inggris, dalam hal ini bahasa Jerman merupakan hal yang juga diperlukan. Banyak
informasi ilmu pengetahuan baik di bidang teknik, ekonomi, psikologi, seni maupun
ilmu-ilmu lain yang bersumber dari buku-buku berbahasa Jerman. Selain itu bahasa
Jerman juga merupakan sarana komunikasi dalam pengembangan dunia pariwisata
dan bisnis.
Pembelajaran bahasa Jerman bertujuan agar para peserta didik memiliki
kemampuan dasar dalam keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis untuk berkomunikasi secara sederhana. Dengan demikian mata pelajaran
bahasa Jerman diperlukan untuk pengembangan diri peserta didik agar mereka dapat
tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil,
berkepribadian indonesia, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya.
Kegiatan membaca sangat diperlukan agar dapat memperoleh informasi,
wawasan baru, ilmu, bahkan hiburan, karena belajar bahasa tidak hanya mempelajari
kosakata atau struktur bahasa namun secara tidak langsung juga mempelajari budaya
asing tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:62) bahwa membaca
adalah memahami arti tulisan. Selain itu pengertian membaca juga diungkapkan oleh
beberapa ahli, di antaranya menurut Tampubolon (1990:5), membaca adalah salah
satu keterampilan berbahasa yang merupakan satu bagian dari komunikasi tulisan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca adalah
bahan bacaan. Bahan bacaan atau teks bacaan sangat menentukan berhasil atau
tidaknya seorang pembaca dalam memahami bacaan. Bahan bacaan yang beragam
atau bervariasi dapat meningkatkan pengetahuan awal siswa. Dengan semakin
luasnya pengetahuan awal yang dimiliki, maka akan semakin mempermudah
pembaca dalam memahami isi bacaan.
Dalam hal ini penggunaan bahan bacaan yang beragam atau multiteks dapat
dijadikan sebagai sebuah alternatif dalam kegiatan membaca. Hal ini dikarenakan
semakin siswa banyak membaca lebih dari satu bacaan maka pengetahuan atau
informasi yang diperoleh akan semakin banyak sehingga dapat membuat siswa
menjadi lebih memahami isi bacaan atau topik pelajaran yang sedang dipelajari.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
1. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dimaksudkan
memaparkan suatu hal secara objektif. Suryabrata (2008:75) mengungkapkan bahwa
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pencitraan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu. Data-data yang terkumpul digambarkan dengan kata-kata dan
kalimat yang dipisahkan sesuai kategori untuk memperoleh kesimpulan. Sumber data
pada penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Kepanjen tahun
ajaran 2011/2012 yang mendapatkan mata pelajaran Bahasa Jerman.
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan
data tentang penggunaan multiteks pada kemampuan membaca kritis siswa melalui
3 instrumen penelitian , yaitu tes, observasi dan angket. Pada penelitian ini penel
memberikan tes berupa latihan soal yang harus dikerjakan siswa untuk mengukur
pemahaman mereka terhadap kegiatan membaca multiteks. Latihan soal yang
diberikan oleh peneliti berupa menjawab pertanyaan bacaan dan latihan soal
richtig/falsch (menjawab benar/salah). Selain itu peneliti juga melakukan observasi
langsung dengan memberikan lembar observasi yang akan diisi oleh para observer
saat proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari lembar observasi ini adalah
untuk mengetahui penilaian atau respon siswa dari kegiatan pembelajaran mulai
awal sampai akhir. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
terbuka yang berupa pertanyaan uraian.
Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik analisis
kualitatif dengan memaparkan sejumlah data yang sudah diperoleh secara deskriptif.
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti akan memberi gambaran tentang
keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis dan penafsiran
data, sampai pada penulisan laporan. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh
peneliti mengikuti cara Bogdan (dalam Moleong 2010:126) yang terdiri dari 3
tahapan, yaitu (1) pralapangan, (2) kegiatan lapangan, dan (3) analisis intensif.

2. Hasil Penelitian

Pada proses pembelajaran selama dua kali pertemuan, ada dua hal yang
diamati oleh peneliti, yaitu keaktifan siswa dan kemampuan siswa dalam memahami
teks bahasa Jerman. Keaktifan siswa dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi untuk
memahami isi teks. Mereka menjadi aktif karena ada lebih dari satu teks yang
memuat lebih banyak informasi sehingga membuat mereka mempunyai banyak
kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Namun mereka kurang disiplin
dalam menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru, mereka sering
menjawab tanpa mengacungkan tangan terlebih dahulu sehingga suasana kelas
menjadi kurang kondusif.
Penelitian dengan menggunakan multiteks dilakukan dua kali di kelas XI IPA
5 SMA Negeri 1 Kepanjen. Secara umum penelitian pada keterampilan membaca
dengan menggunakan multiteks berjalan lancar sesuai dengan RPP. Berdasarkan
lembar observasi proses pembelajaran berjalan cukup baik dan mendapat respon yang
cukup baik pula dari siswa. Para observer menyatakan bahwa ketika proses
pembelajaran menggunakan multiteks terlihat siswa cukup aktif dalam mengikuti
pelajaran. Selain itu siswa juga memperhatikan dengan baik terhadap penjelasan yang
diberikan oleh guru. Pertemuan pertama yang dihadiri oleh tiga observer
menunjukkan bahwa kegiatan awal pembelajaran berjalan cukup baik. Situasi kelas
cukup nyaman dan kondusif dan siswa cukup bersemangat mengikuti apersepsi.
Selain itu siswa juga cukup baik dalam memperhatikan guru atau peneliti dalam
menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran. Pada pertengahan pembelajaran
atau kegiatan inti, hasil observasi menunjukkan bahwa siswa cukup aktif dalam
menjawab pertanyaan guru dan mengungkapkan pendapat. Pembelajaran
keterampilan membaca dengan menggunakan multiteks berjalan cukup lancar sesuai
dengan yang direncanakan. Pada kegiatan penutup siswa cukup mampu dan aktif
dalam menyimpulkan hasil belajar.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan diketahui bahwa siswa mampu


memahami isi teks dalam kegiatan membaca dengan menggunakan multiteks. Hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai siswa dalam mengerjakan latihan soal yang menunjukkan
keberhasilan. Pada pertemuan pertama dapat diketahui dari 32 siswa terdapat 28
siswa memperoleh nilai lebih dari 75. Hal ini berarti siswa tersebut dinyatakan tuntas
SKM (Standar Ketuntasan Minimal). Sedangkan siswanya 4 orang mendapat nilai
kurang dari 75. Sedangkan pada pertemuan kedua terdapat 30 siswa mendapat nilai
lebih dari SKM. Hal ini menunjukkan bahwa 28 siswa tersebut memahami isi
multiteks dengan prosentase 87,5%, sedangkan yang tidak mampu memahami isi
multiteks sebanyak 4 orang dengan prosentase 12,5%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa mampu memahami isi multiteks pada tema kehidupan
sehari-hari dengan sub tema Wohnung. Pada pertemuan kedua diketahui bahwa 30
siswa yang mengerjakan latihan soal mendapat predikat tuntas SKM, sehingga dapat
disimpulkan bahwa mereka memahami isi multiteks dengan sub tema Kleidung
dengan prosentase 100%. Dua siswa yang tidak hadir dianggap tidak ada sehingga
jumlah siswa menjadi 30 orang. Hal ini menunjukkan bahwa semua siswa dianggap
mampu memahami isi multiteks. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu
memahami isi bacaan dengan menggunakan multiteks.
Berdasarkan data angket yang diisi oleh siswa menunjukkan bahwa
penggunaan multiteks dalam kegiatan membaca mendapat respon yang cukup baik.
Siswa berpendapat bahwa dengan multiteks mereka dapat berlatih dalam memahami
isi teks serta dapat mempermudah dalam memahami topik materi pelajaran yang
sedang dipelajari. Selain itu siswa menyatakan bahwa multiteks cukup efektif karena
terdapat berbagai macam teks yang variatif sehingga menarik untuk digunakan dalam
kegiatan membaca. Namun dalam hal ini masih diperlukan peran besar dari seorang
guru dalam mencari dan memilah teks yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembahasan Penelitian
Proses pembelajaran keterampilan membaca dengan menggunakan
multiteks dapat membuat siswa lebih aktif ketika melakukan diskusi untuk membahas
isi teks. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya teks yang berisi informasi yang
bervariasi sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan
pendapat secara bebas atau melakukan tanya jawab. Lembar pedoman observasi
menunjukkan bahwa siswa juga cukup aktif dalam menyimpulkan hasil belajar pada
saat itu. Hal ini tidak terlepas dari peran peneliti yang berusaha merangsang keaktifan
siswa dengan cara meminta siswa untuk berani berpendapat atau dengan
memberikan reward ketika pembelajaran selesai dilakukan. Seperti yang
diungkapkan oleh Gary Flewelling dan William Higginson (dalam Suyono,
2011:188-189) bahwa peran seorang guru adalah berinteraksi dengan siswa untuk
mendorong keberanian, membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias dan minat
dalam belajar serta sebagai penyedia tugas-tugas pembelajaran yang sudah dirancang
dengan baik. Merujuk dari pendapat di atas bahwa peran seorang guru tidak hanya
mengajar di dalam kelas tetapi juga berusaha membangkitkan minat dan keberanian
siswa dalam berpendapat atau menjawab pertanyaan ketika berdiskusi.
Selain itu dengan membaca menggunakan multiteks diperoleh hasil yang
cukup baik terhadap kemampuan membaca siswa. Hal ini dibuktikan melalui
instrumen penelitian berupa Kleintest atau latihan soal yang telah dikerjakan oleh
siswa. Kleintest ini digunakan sebagai suatu tes atau latihan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dalam membaca multiteks. Seperti yang diungkapkan oleh
Nurgiantoro (2001:247) bahwa tes kemampuan membaca adalah tes yang
dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa untuk memahami
wacana tertulis. Kleintest pada pertemuan pertama dan kedua menunjukkan bahwa
hampir semua nilai siswa mendapat predikat tuntas SKM (Standar Ketuntasan
Minimal), meskipun pada pertemuan pertama terdapat 4 siswa dari 32 jumlah siswa
secara keseluruhan yang nilainya belum tuntas SKM. Melalui dua kali pertemuan
tersebut dapat diketahui bahwa siswa mampu memahami isi multiteks tersebut. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Rahim (2007:8) bahwa
bertransaksi dengan berbagai jenis materi akan dapat meningkatkan pemahaman
siswa. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan multiteks dapat
memudahkan siswa dalam memahami isi teks.
Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa menurut pendapat siswa multiteks
efektif digunakan untuk kegiatan membaca karena lebih variatif sehingga menarik
ketika dibaca. Selain itu dengan multiteks dapat digunakan sebagai latihan dalam
memahami bacaan bahasa Jerman karena terdapat lebih dari teks sehingga akan
menambah pembendaharaan kosakata para siswa. Semakin banyak kosakata yang
diperoleh oleh siswa, maka akan semakin mudah memahami topik atau tema
pelajaran yang sedang dipelajari.
Pemilihan materi dalam multiteks juga sudah disesuaikan dengan tema yang
sedang dipelajari oleh siswa yang dijadikan subjek penelitian. Dari penelitian ini
siswa mampu memahami isi multiteks karena materi yang dipilih untuk penelitian
ini sudah disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hal ini didukung oleh
pendapat Bimmel (2003:29) bahwa materi pembelajaran dapat disebut sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi pencapaian tujuan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemilihan materi pelajaran yang tepat dan
sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Kelebihan Jurnal
Kelebihan-kelebihan yang terdapat pada Jurnal PENGGUNAAN MULTITEKS
PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN
MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN
a. Penjelasan dalam hasil penelitian mengenai penggunaan Multi teks dijelaskan
sangat rinci, sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti.
b. Metode penelitian pelaksanaan dalam jurnal ini terlihat sangat teliti.
c. Dalam Jurnal ini tidak dijelaskan pengertian dan apa manfaat Multi teks,
sehingga membuat pembaca untuk lebih memahami isi teks dalam jurnal
tersebut.

3. Kekurangan Jurnal
Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam Jurnal PENGGUNAAN
MULTITES PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK
KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI NEGERI 1 KAPANJEN
a. Terdapat kesalahan dalam mengetik sesuai, yakni di tulis sesui dalam jurnal
tersebut, tetapi dalam kesalahan tersebut masih dapat dimaklumi.
b. Terlalu betele-tele, sehingga membuat sedikit bingung dalam menyimpulkan
inti pembahasan jurnal tersebut.
c. BAB IV
d. PENUTUP
a. Kesimpulan
e. dari pembahasan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa jurnal PENGGUNAAN MULTITEKS PADA
PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN
MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN ini bisa dikatakan bagus
dalam menjelaskan hasil penelitiannya karena dalam melaporkan hasil penelitian
disertai rumusan-rumasan dalam menghitung kemampuan keterampilan membaca
peserta didik dan kemudian Metode penelitian dalam jurnal ini terlihat sangat teliti,
menurut penulis terdapatnya satu trik yang mana tidak menjelaskan apa itu rujukan
Multiteks sehingga membuat lebih penasaran untuk membaca dan memahami isi
jurnal ini.
b. Saran
f. dari penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam jurnal PENGGUNAAN
MULTITEKS PADA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK
KETERAMPILAN MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN ini
penulis ingin menyarankan yakni
1. dalam menyampaikan isi jurnal ada baiknya untuk hal-hal yang kurang penting
dalam jurnal ini agar di hapus saja, supaya dalam membaca jurnal ini tidak
membosankan.
2. Untuk pembaca makalah ini Setelah membaca review journal ini, penulis
menyarakan apabila ingin membuat penelitian-penelitian agar meyertakan hal-
hal yang kurang dalam jurnal PENGGUNAAN MULTITEKS PADA
PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK KETERAMPILAN
MEMBACA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEPANJEN supaya hasil
penelitian yang telah pembaca lakukan akan lebih kongkrit lagi.
g. DAFTAR PUSTAKA
h. Bimmel, Peter. 2003. Deutsch Unterricht Plannen. Mnchen:
Langenscheidt.
i. Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja
j. Rosdakarya.
k. Nurgiantoro, B. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPEE- Yogyakarta.
l. Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
m. Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
n. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja
o. Rosdakarya.
p. Tampubolon. 1990. Kemampuan Membaca (Teknik Membaca Efektif dan
Efisien).
q. Bandung: PT. Angkasa.
r. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
s.
t.

Anda mungkin juga menyukai