Anda di halaman 1dari 17

JURNAL 3

STRATEGI BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PENGEMBANGAN


KETERAMPILAN BERBICARA

Citra Kusumaningsih Baharuddin JH, Finny Anita


Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 9, No. 2, Desember 2020

1. Strategi Belajar
Strategi-strategi belajar merupakan cara terpenting untuk memperoleh informasi
maupun pengetahuan baru dalam proses belajar yang bisa digunakan oleh mahasiswa
sebagai pembelajar untuk membantu mereka mencapai pencapaian yang maksimal
karena mampu memahami pengetahuan baru dengan lebih mudah, serta membantu
mereka memecahkan permasalahan bahasa baru dengan lebih menyenangkan.
Pengelompokan strategi belajar dibagi menjadi 4 jenis: kognitif, meta-kognitif, efektif,
dan sosial (O’Malley dan Chamot, 1990; Cohen, 1990; Oxford, 1990):
1) Strategi kognitif berhubungan dengan daya pikir pembelajar dalam mengolah
bahan belajar mengajar.
2) Strategi meta-kognitif berhubungan dengan taktik atau cara pembelajar untuk
menghadapi dan mengelola bahan belajar mengajar.
3) Strategi efektif berhubungan dengan sikap dan perasaan pembelajar dalam
menghadapi proses belajar pembelajar.
4) Strategi sosial berhubungan dengan kerjasama pembelajar dengan sejawatnya
dalam mencapai tujuan belajar.
Oxford (1990) menambahkan dengan membagi strategi belajar menjadi dua bagian
besar: langsung dan tidak langsung :
A. Strategi langsung kemudian dirinci lebih lanjut menjadi tiga jenis; memori,
kognitif, dan kompensasi:
1. Strategi Memori Strategi belajar memori digunakan oleh pembelajar
dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman belajar
sebelumnya. Strategi belajar ini banyak melibatkan ingatan dan proses
pembelajaran yang menggunakan daya ingat.
2. Strategi kognitif adalah segala perilaku pembelajar dalam proses
belajar mengajar yang behubungan dengan penggunaan daya pikir
pembelajar.
3. Strategi belajar kompensasi digunakan oleh pembelajar yang telah
memiliki keterampilan-keterampilan yang cukup tinggi. Strategi belajar
ini biasanya dimanfaatkan untuk menanggulangi beberapa keterbatasan
dalam berbahasa. Pembelajar yang mengalami kesulitan dalam
menerangkan sesuatu dalam bahasa yang dipelajari,
B. Strategi tidak langsung dibagi menjadi tiga: meta-kognitif, efektif, dan sosial.
1. Strategi meta-kognitif adalah segala perilaku pembelajar yang
berhubungan dengan teknik atau cara pembelajar untuk menghadapi
dan mengelola bahan belajar mengajar.
2. Strategi afektif adalah segala perilaku pembelajar yang berhubungan
dengan sikap dan perasaan pembelajar dalam menghadapi proses
belajar. Strategi ini lebih lanjut dibagi menjadi dua: afektif positif dan
afektif negatif. Strategi afektif positif adalah prilaku pembelajar yang
menunjukkan bahwa pembelajar menerima dan menghargai proses
belajar mengajar. Strategi afektif negatif adalah prilaku pembelajar
yang menunjukkan bahwa pembelajar menolak dan tidak menghargai
proses belajar mengajar.
3. Strategi sosial adalah segala perilaku pembelajar yang berhubungan
dengan kerja sama pembelajar dengan sejawatnya dalam mencapai
tujuan belajar. Strategi ini diwujudkan dalam enam kegiatan: berbicara
dengan teman sebangku mengenai pelajaran, membantu teman sesuai
dengan kegiatan belajar mengajar, minta bantuan kepada teman,
memberikan pujian kepada teman, dan mengganggu teman.
2. Tujuan Penelitian
Peneliti tertarik melakukan penelitian pada mahasiswa program studi pendidikan
bahasa inggris, IKIP PGRI Pontianak pada pengembangan aspek keterampilan
berbicara (speaking skills), penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi strategi
pembelajaran speaking skills apa saja yang digunakan oleh mahasiswa pada masa
pandemi saat ini, mengetahui strategi yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa,
dan strategi apa saja yang digunakan oleh mahasiswa yang mencapai nilai tinggi
maupun yang rendah pada keterampialan berbicara bahasa inggris.
3. Metode
Subjek penelitian ini yakni, mahasiswa semester III program studi pendidikan bahasa
Inggris yang memiliki kualifikasi memperoleh nilai keterampilan speaking tertinggi
dan terendah, maka peneliti memutuskan untuk melakukan observasi awal. Data
kuantitatif diperoleh melalui angket dan nilai dari hasil angket tersebut, sedangkan
data kualitatif dikumpulkan dari wawancara. Beberapa kriteria dari subjek yang
dipilih. Subjek penelitian adalah mereka yang:
1. Mahasiswa yang memperoleh nilai keterampilan speaking tertinggi dan
terendah, yang ditunjukkan dengan skor
2. Direkomendasikan oleh dosen-dosen pengampu mata kuliah.
3. Direkomendasikan oleh teman-teman mereka yang sangat mengenal mereka
Data kuantitatif diperoleh melalui angket dan nilai dari hasil angket tersebut,
sedangkan data kualitatif dikumpulkan dari wawancara.

4. Hasil Pembahasan
Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Peneliti memberikan kuesioner
kepada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris semester tiga. Kuesioner
terdiri dari pertanyaan tertutup. Selanjutnya kuisioner memberikan tiga puluh
pernyataan. Kuesioner dibagi menjadi enam bagian,
1. pertama adalah strategi belajar pada keterampilan berbicara dalam hal
mengingat lebih efektif (memori strategi).
2. Bagian kedua adalah pembelajaran bahasa mahasiswa strategi berbicara dalam
menggunakan proses mental (kognitif strategi).
3. Bagian ketiga adalah pembelajaran bahasa mahasiswa strategi berbicara dalam
mengkompensasi pengetahuan yang hilang(strategi kompensasi).
4. Bagian keempat adalah mahasiswa strategi berbicara pembelajaran bahasa
dalam pengorganisasian dan mengevaluasi pembelajaran (strategi
metakognitif).
5. Bagian kelima adalah strategi berbicara dalam pembelajaran bahasa siswa
dalam mengelola emosi (strategi afektif).
6. Bagian keenam adalah mahasiswa belajar bahasa strategi berbicara dalam
belajar dengan orang lain (strategi sosial).
Mahasiswa cenderung menggunakan strategi metacognitif dan strategi afektif
diantara strategi lainnya. Strategi-strategi ini mencakup aktivitas merencanakan,
mengatur, mengelola, dan mengevaluasi. Temuan ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya lainnya (Ketabi & Mohammadi, 2012; Simsek & Balaban, 2008; Lee dan
Heinz, 2016; Sheorey, 1999; Liu, 2004; Lee dan Heinz, 2016). Di sisi lain, kognitif
strategi yang mencakup kegiatan berlatih dalam mengulang, berlatih, dan meniru
bahasa adalah juga strategi yang paling banyak yang sering digunakan oleh yang
mahasiswa.
Berdasarkan data yang dianalisis, ditemukan beberapa perbedaan dalam kategori
strategi dan ragam strategi yang digunakan oleh mahasiswa yang memperoleh nilai
tinggi dan mahasiswa yang memperoleh nilai rendah. menggunakan strategi belajar
dan lebih bervariasi ketika menggunakan strategi untuk belajar, diantaranya dengan
menghafal kosakata bahasa inggris, lebih sering berlatih kemampuan berbahasa
inggris, dan sangat berhati-hati ketika berbicara agar tidak terjadi kesalahan.
mahasiswa yang memiliki nilai rendah, kurang memanfaatkan strategi belajar untuk
mengembangkan kemampuan keterampilan berbahasa inggris mereka.
Dari hasil, metakognitif, yang mana menjadi strategi yang paling banyak digunakan
oleh mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi dari keterampilan berbicarnya,
mahasiswa yang berhasil memiliki nilai tinggi merencanakan tujuan yang jelas,
kontrol, tinjauan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka daripada mahasiswa yang
nilainya rendah yang lebih fokus dalam cara mereka berpikir, menghafal, merangkum,
dan ulangi pembelajaran.
Namun data dari hasil interview menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki
nilai tinggi lebih menggunakan strategi metakognitif dan mahasiswa yang memiliki
nilai rendah mengacu pada penggunaan strategi kognitif, Salah satu faktor yang
membuat mereka berbeda adalah pemikiran mental pembelajar diri. Ada karakteristik
tertentu dari mahasiswa dapat ditemukan dari hasil penelitian mahasiswa yang
memperoleh nilai tinggi menggunakan keenamnya dan mengkategorikan strategi
dengan sangat sering daripada mahasiswa yang memperoleh nilai rendah, Hasil
temuan peneliti menunjukkan bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai
rendahcenderung menggunakan strategi kognitif yang difokuskan dengan mengulangi,
melatih, dan meniru bahasa.
Jurnal 1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Endang Nuryasana & Noviana Desiningrum


Jurnal Inovasi Penelitan, Vol. 1, No. 5, Oktober 2020

Bahan Ajar

Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak
tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen (2001)
mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
(Andi,2011:16). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan
ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan
menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi”
dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan
rinciannya (Ruhimat, 2011:152). Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran
seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan
keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat
juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang
berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengerjakan materi kepada
siswa dan tercapai semua kompetensi yang telat ditentukan sebelumnya. Unsur-Unsur bahan
ajar terdiri dari:

1. Petunjuk Belajar, komponen ini meliputi petunjuk bagi pendidik maupun peserta didik.
Didalamnya dijelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi
kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik sebaiknya mempelajari materi
yang ada dalam bahan ajar tersebut.
2. Kompetensi yang akan dicapai, dalam bahan ajar seharusnya dicantumkan standar
kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian hasil belajar yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Dengan demikian, jelaslah tujuan yang harus dicapai oleh
peserta didik.
3. Informasi Pendukung, merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat
melengkapi suatu bahan ajar. Diharapkan peserta didikakan semakin mudah
menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh. Salin itu, pengetahuan yang
diperoleh peserta didik akan semakin komprehensif.
4. Latihan-latihan, merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik
untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar. Dengan demikian,
kemampuan yang mereka pelajari akan semakin terasah dan terkuasai secara matang.
5. Petunjuk kerja atau lembar kerja, merupakan lembaran yang berisi sejumlah langkah
prosedural cara pelaksanaan kegiatan tertentu yang dilakukan oleh peserta didik yang
berkaitan dengan praktik ataupun yang lainnya.
6. Evaluasi, merupakan salah satu bagian dari proses penilaian. Sebab, dalam komponen
evaluasi terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik untuk
mengukur seberapa jauh penguasaan

Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Di dalam lingkungan belajar mengajar, seorang guru harus memiliki cara untuk
menyampaikan materi kepada siswa. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung
jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan
kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan
mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem
lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal. Menurut Kemp (1995) Pengertian strategi belajar mengajar adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Menurut Sanjaya, Wina (2007) Strategi belajar mengajar
merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
belajar-mengajar. Sehingga strategi menunjuk kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan
guru- peserta didik di dalam peristiwa belajar-mengajar.
Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan
Pengertian Strategi Belajar Mengajar dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar
dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan
belajar dengan sungguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut
Hamzah B. Uno (2011: 23) “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya
hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita
masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan objek bahan ajar teknologi
pembelajaran dan subjek mahasiswa PGSD kelas B semester 4 tahun ajaran 2019/2020
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menciptakan sebuah
proses pembelajaran yang efektif, efesien dan memiliki daya tarik diperlukan sumber-sumber
belajar yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran yang lebih
berkualitas.

Metode Penelitian

Populasi dalam peneliti ini adalah mahasiswa semester 4 tahun akademik 2019/2020
dengan jumlah 14 mahasiswa. Karena semua anggota populasi juga merupakan anggota
sampel, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah disebut teknik pegambilan:
sampel purposive atau sampel survey atau sampel jenuh. Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah maka faktor yang di selidiki
peneliti adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas Dosen
Untuk memperoleh data tentang kemampuan dosen dalam memgelolah proses
pembelajaran peneliti memelakukan pengamatan kemampuan dosen mengelola
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar Strategi Belajar Mengajar.
2. Aktivitas Mahasiswa
Untuk memperoleh data tentang aktivitas mahasiswa digunakan suatu instrumen.
Instrumen tersebut adalah data hasil observasi aktivitas atau kemampuan mahasiswa yang
diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap mahasiswa pada setiap kegiatan
pembelajaran oleh peneliti atau teman sejawat.

3. Respon Dan Motivasi Mahasiswa


Untuk mengetahui respon atau motivasi mahasiswa sebaiknya kita membuat angket
respon motivasi mahasiswa terhadap kegiatan pemelajaran yang diperoleh dengan cara
mahasiswa mengisi angket setelah pelaksanaan program pengajaran.

4. Hasil Belajar
Data yang diambil dari instrument ini adalah data dari hasil pretest dan posttest
sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil validitas isi terhadap bahan ajar dinyatakan valid oleh para pakar. Validasi yang
dilaksanakan peneliti dilakukan sebelum uji coba, hal ini merupakan saran yang diberikan
oleh pakar yang memvalidasi isi materi matakuliah strategi belajar mengajar. Pengukuran
aktifitas dosen dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar strategi
belajar mengajar yang dilakukan oleh 3 orang dosen teman sejawat, memberikan rerata skor
sebesar 4,03. Skor ini menunjukkan bahwa kemampuan dosen mengelola pembelajaran
dengan menggunakan bahan ajar strategi belajar mengajar mengindikasikan aktifitas
mahasiswa yang positif. Apabila kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran kurang
baik akibatnya aktifitas belajar mahasiswa juga kurang baik. Berarti ada korelasi positif
antara kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran dengan aktifitas belajar
mahasiswa. Adapun hasil penelitian nya bisa diuraikain sebagai berikut :

1. Aktivitas dosen dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar


memiliki kategori sangat baik dengan skor rerata sebesar 4,03. Skor ini menunjukkan
bahwa kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan bahan
ajar dalam kategori sangat baik.
2. Aktifitas belajar mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar
memiliki kategori positif dengan skor rerata sebesar 3,801. Skor ini menunjukkan
bahwa mahasiswa sangat antusias dalam pembelajaran, dikarenakan bahan ajar yang
digunakan terkonsep dan mudah dipahami oleh mahasiswa.
3. Ketuntasan belajar klasikal sebesar 94,07% dengan kriteria ketuntasan sebesar 75,
artinya sebesar 94,07% kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran di atas skor 75
4. Respon belajar sebesar 89,62% sehingga mahasiswa sangat termotivasi dan antusias
dalam perkuliahan
5. Hasil analisis data dengan rancangan pretest dan posttest desain, diperoleh bahwa
parameter rerata hasil belajar pretest sebesar 63,81 lebih kecil daripada rerata hasil
belajar posttest sebesar 88,74 dengan probabilitas 0,008. Hal ini menunjukkan bahwa
bahan ajar yang diberikan berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa.
JURNAL 5

STRATEGI SELF REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI


AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK

Putri Saraswati
Jurnal Psikologi Ilmiah, INTUISI 9 (3) (2017)1 November 2017

1. Strategi Belajar
Zimmerman and Schunk (1989) mendefinisikan self-regulated learning sebagai
diri/pribadi yang menghasilkan pikiran, perasaan dan perilaku yang secara sistematis
berorientasi pada pencapaian prestasi pada pelajar (Boekaerts, 1999).
Zimmerman menekankan bahwa individu yang memiliki self regulasi harus
memiliki strategi selama belajar untuk mencapai tujuan akademiknya (Cahyadi, 2016).
Strategi self regulated learning meliputi aktivitas-aktivitas yang berfokus pada tujuan
belajar yakni secara langsung dapat dilakukan, dapat dimodifikasi dan dapat
dimaintain/dijaga segala aktivitas belajarnya (cahyadi, 2016).
Strategi self-regulated learning sendiri terdiri dari beberapa komponen
(Zimmerman & Martinez-Pons, 1986) yakni self-evaluating, organizing and
transforming, goal setting and planning, seeking information, keeping records and
monitoring, environment structuring, self-consequating, rehaering and memorizing,
seeking social assistanca, reviewing and records (Zimmerman, 1989). Dengan
beberapa strategi self-regulated learning ini, diharapkan dapat meningkatkan
keyakinan diri (self-efficacy), kontrol diri, motivasi, dukungan sosial, keahlian dan
gaya penyelesaian masalah yang merupakan faktor- faktor penyebab prokrastinasi.
Strategi regulasi diri dalam belajar tinggi diharapkan dapat menurunkan tingkat
prokrastinasi akademik dan prestasi akademik yang tinggi pula.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui hubungan strategi self regulated learning, prokrastinasi dan
prestasi akademik;
2) Mengetahui besarnya pengaruh/sumbangan strategi self regulated learning,
terhadap prestasi akademik;
3) Mengetahui besarnya pengaruh/sumbangan strategi self regulated learning,
terhadap prestasi akademik;
4) Mengetahui besarnya pengaruh/sumbangan prokrastinasi terhadap prestasi
akademik. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara
strategi self regulated learning, prokrastinasi dan prestasi akademik.

Beberapa manfaat dalam penelitian ini adalah:


1) Memperkaya temuan ilmiah dalam ilmu Psikologi Pendidikan;
2) Memberikan alternatif solusi bagi masalah prokrastinasi akademik;
3) Memperkaya dalam melakukan identifikasi penyebab masalah prokrastinasi
akademik.

3. Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah metode untuk menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antar variabel (Noor, J, 2011). Dengan teknik
pemilihan sampel berupa stratified random sampling. Subjek pada penelitian ini
sebanyak 222 orang terdiri dari 66 laki-laki dan 156 perempuan. Data penelitian ini,
dianalisa dengan menggunakan teknik statistik regresi.

Variabel Bebas (X1) dalam penelitian ini adalah strategi self regulated learning,
variabel terikat (Y1) dan variabel bebas (X2) adalah Prokrastinasi dan variabel terikat
(Y2) adalah prestasi akademik. Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara
stratified random sampling yakni sampel yang diambil dengan cara acak berdasarkan
tingkatannya. Skala Self-Regulated Learning menggunakan skala MSLQ memiliki
dengan reliabilitas sebesar 0.992 (Elpidia, 2014).

4. Hasil dan Pembahasan


Perempuan memiliki kontribusi lebih baik dalam performa akademik
dibandingkan laki-laki (Jelas, Rahman, Baki, Ahmad, 2005). Selian itu, performa
akademik yang ditunjukkan oleh IP pada penelitian ini memiliki hubungan negatif
yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2016) yakni hubungan
negatif prokratinasi akademik dan prestasi akademik.
Individu dengan prokrastinasi akademik yang rendah, berarti memiliki kemampuan
yang baik dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditentukan dan tidak melakukan penundaan atas tugas tersebut. Dengan
prokrastinasi akademik yang rendah individu memiliki kesempatan untuk melakukan
evaluasi terhadap tugas yang dikerjakan. Individu akan memiliki waktu untuk menilai
pekerjaannya dan melakukan koreksi atas hasil pekerjaannya. Selain itu, individu
tersebut mampu mengumpulkan tugas-tugas akademik tepat waktu. Sehingga hal ini
dapat membuatnya tetap mendapatkan nilai untuk tugas-tugas akademiknya yang
berdampak pada prestasi akademik yang dimilikinya. Begitu juga sebaliknya,
inidividu yang memiliki prokastinasi yang tinggi akan melakukan penundaan terhadap
penyelesaian tugas-tugas akademiknya, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan
evaluasi dan perbaikan atas tugas yang dikerjakan dan akan berdampak pada kualitas
hasil pekerjaannya.

Menurut Pintrich dalam Fasikhah & Fatimah, 2013; Wolters, Pintrich & Karabenick,
2003; dalam Ulfa, 2014) strategi self regulated learning sebagai berikut:
1. Strategi Kognitif
A. Rehearsal kognitif, usaha untuk menghafalkan materi secara berulang
B. Elaboration strategy, menggali materi lebih dalam serta merangkum
dengan menggunakan bahasa sendiri Organizing strategy,
menggunakan berbagai cara untuk mencatat
2. Strategi Motivasional
A. Metacognitive regulation, merencanakan, memonitor dan meregulasi
strategi untuk belajar
B. Mastery self talk, mengatur motivasi dengan menekankan alasan
tertentu, konsisten dalam mencapai tujuan, memuaskan rasa ingin tahu,
meningkatkan perasaan otonom
C. Extrinsic self talk, meyakinkan diri sendiri untuk berusaha lebih keras
Relative ability self talk, melakukan usaha lebih baik dari orang lain
D. Relevance enhancement, meningkatkan keterkaitan tugas dengan
kepentingan mereka Situasional interest enhancement, meningkatkan
motivasi instrinsik dalam mengerjakan tugas mellui salah satu situasi
atau minat pribadi
E. Self-consequating, menyediakan konsekuensi intrinsik agar konsisten
dalam belajar
3. Strategi Behavioral
A. Tempat belajar Effort regulation
B. Environmental structuring, mengurangi gangguan di sekitar
C. Time/study environment, mengatur waktu dan lingkungan belajar guna
mempermudah proses belajar
D. Help-seeking, upaya memperoleh bantuan dalam belajar
JURNAL 2
STRATEGI PEMBELAJARAN

M. Faqih Seknum, Dosen IAIN Ambon


Jurnal Biology Science & Education, Vol.2, No. 2, Juli 2013

1. Strategi Belajar
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bertujuan untuk
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar (Sanjaya,
2008).
Strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau
prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Artinya, metode atau prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari
strategi pembelajaran (Pribadi, 2009).
Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan
sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran,
pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang selanjutnya
diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses
pembelajaran berlangsung (Mulyasa, 2008).
Strategi Pembelajaran Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Pupuh dan Sorby, 2009).

2. Hasil Pembahasan
Suatu model pembelajaran yang baik menurut Chauchan (1979) memeiliki
beberapa karakteristik, yaitu: “memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar yang spesifik,
kejelasan lingkungan belajar, criteria hasil belajar, dan proses pembelajaran yang
jelas”. Suatu model pembelajaran dapat memberikan beberapa manfaat.
Dalam kriteria pemilihan strategi pembelajaran, Mager menyampaikan beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk memilih strategi pembelajaran, yaitu:
a. Berorientasi pada tujuan pembelajaran, tipe perilaku yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik. Misalnya menyusun bagian analisis pembelajaran.
b. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan diharapkan dapat
dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
c. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan
rangsangan pada indra peserta didik.
Kemudian ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
antara lain (Mager):
1. Strategi Pemecahan Masalah Solso,
2. Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz,
3. Strategi pembelajaran kreatif produktif,
4. Strategi pembelajaran kuantum (Quantum teaching, Srategi
pembelajaran siklus (Learning cycle),
5. Strategi pembelajaran kooperatif,
6. Strategi pembelajaran afektif,
7. Strategi pembelajaran berbasis computer,
8. Pembelajaran berbasis elektronik (E- Learning).
Menurut Djamarah (2002) ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar
yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarn
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya
akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga
penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada
proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang
dapat diukur keberhasilannya.

Anda mungkin juga menyukai