Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS WACANA (DISTRIBUSIONAL DAN PRAGMALINGUISTIK)

Untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Wacana

Dosen Pengampu : Asdarina Subadra M.pd.

Di susun oleh :

Kelompok 10

Oktaviani Rimba Rinjani 030200056

Yuyun Yunengsih 030200032

Tiara Syafira 030200018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUTIARA BANTEN TAHUN 2022

Jalan Stadion Badak No. 02 Kuranten Pandeglang Banten


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Analisis Wacana (Distribusional dan
Pragmalinguistik)" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Analisis Wacana. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang metode
distribusional dan pragmalingustik dalam analisis wacana bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Asdarina selaku Dosen Mata


Kuliah Analisis Wacana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pandeglang, Desember 2022

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………...………………………………….…1

A. Latar Belakang……………………………………………………………...….…1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………...1
C. Tujuan…………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….…3

A. Metode Analisis Wacana………………………………………………………....3


B. Metode Distribusional…………………………………………………………….4
C. Metode Pragmalingustik………………………………………………………….6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….8

Kesimpulan…………………………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..9
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’
‘berucap’ (Douglas, 1976: 266). Bila dilihat dari jenisnya , kata wac daam lingkup
morfologi bahasa sansekerta, termasuk kata kerja golongan III Parasmaepada(m) Yang
bersifat aktif , yaitu melakukan tindakan ujar . kata tersebut kemudian mengalami
perubahan menjadi wacana, bentuk ana yang diblakang adalah sufiks (akhiran), yamg
bermakna membedakan  (nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai
perkataan atau tuturan.

Saat ini istilah wacana banyak bermnculan dan diunakan dalam berbagai aspek .
didunia pewayangan misalnya, dikenal istilah wacana-pati (dewa yang bertugas sebagai
juru bicara), anta wacana (karakter/pola ucapan wayang) . didunia pendidikan formal ,
istilah wacana digunakan sebagai mana badan sekolah , misalnya Budaya wacana,satya
wacana,Widya wacana. Dan sebagainya . pemakaian kata wacana dibelakang istilah-
istilah terkandung makna ‘motto’, ‘janji’, atau perkataan yang dapat dipercaya , dengna
berbagai uraian diatas istilah wacana dapat dipakai sebagai ucapan, pekataan , bacaan
yang bersifat kontekstual.

Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling
lengkap, satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem ,kata, frasa, klausa,
paragraf hingga karangan utuh. Namun , wacana pada dasarnya juga merupakan unsur
bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam
komunikasi memerlukan berbagai alat (Piranti) yang cukup banyak , olehkarena itu
kajian wacana terjadi wajib ada dalam prosese pembelajaran bahasa . Tujuannya ,
tidaklain untuk membekali pemakai bahasa agar dapat memahami dan memakai bahasa
dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan analisis wacana?
2. Apa yang dmaksud dengan metode distribusional?
3. Apa yang dimaksud dengan metode pragmalinguistik?
1

C. Tujuan
Untuk menambah pengetahuan mengenai metode distribusional dan metode
pragmalinguistik dalam analisis wacana.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Analisis Wacana


Secara historis, tercatat sampai awal tahun 50-an, kajian tata bahasa masih
berkutat disepanjang kalimat. Baru pada tahun 1952 seorang linguis bernama zellig S.
Harris mengatakan ketidak puasannya terhadap tata bahasa kalimat tersebut menurutnya
masih banyak persoaalan kebahasaan yang tidak tersentuh oleh pisau bedah yang
bernama ‘gramatika kalimat’ ia lalu menulis dan mempublkasikan artikel yang
berjudul “Discourse Analysis”.karangan itu dimuat dimajalah Language Nomor 28:1-3
dan 474 -494. Sementara itu di Amerika muncul pendekatan sosiolinguistik yan
dipelopori oleh Del Hymes, yang antara lain mengkaji mengenai percakapan
komunikasi , dan bentuk sapaan , yang nantinya akan berkembang menjadi kajian wacana
yang lebih luas.

Chaer (2012:267) berpendapat bahwa wacana ialah satuan dari bahasa yang
tersusun dengan lengkap. Hal tersebut mengakibatkan wacana menjadi satuan gramatikal
yang paling tinggi atau paling besar di dalam hierarki gramatikal. Di dalam wacana tentu
terdapat sebuah proses analisisnya. Dan di dalam analisis wacana tersebut pasti terdapat
metode-metode yang dapat mendukung terlaksananya proses analisis wacana dengan
baik.

Untuk melakukan analisis wacana , diperlukan tekhnik analisis yang bersifat


internal dan eksternal. Unit-unit analisis internal meliputi teks dan konteks, tema, topik,
judul, aspek keutujan wacana leksikal , gramatikal dan semantik. Sedangkan unit-unit
analisis eksternal meliputi, antara lain inferensi , presuposisi, implikatur dan pemahaman
yang lebih dalam tentang konteks tutur yang menjadi latar belakang terjadinya suatu
tuturan (wacana).

Terdapat empat metode yang sering digunakan untuk menganalisis sebuah


wacana. Keempat metode tersebut yaitu metode distribusional, metode pragmalinguistik,
metode konten analisis, serta metode deskriptif. Tetapi dalam makalah ini, kami akan
membahas tentang metode distribusional dan metode pragmalinguistik.
3

B. Metode Distribusional
Metode distribusional adalah metode yang digunakan untuk tujuan-tujuan analisis
struktur wacana secara internal. Metode distribusional berangkat dari anggapan bahwa
suatu satuan lingual dibangun oleh seperangkat aspek gramatika yang perlu diuraikan
proses pembentukan, perubahan, dan akibat-akibatnya bila susunan dan struktur
gramatika itu mengalami mobilisasi dan perubahan.
Metode distribusional ialah metode yang fokus utamanya terletak pada tujuan dari
analisis struktur wacana yang bersifat internal. Aspek eksternal wacana atau konteks
biasa diabaikan dalam metode analisis ini. Di dalam metode ini terdapat dua teknik yang
tujuannya untuk menganalisis pola keruntutan suatu wacana yaitu teknik permutasi
(balik) dan teknik substitusi (ganti).
1. Teknis Permutasi
Teknik permutasi (balik) ialah teknik yang digunakan untuk menguji:
a .kesejajaran atau kelancaran makna dalam rangkaian kalimat,
b.menguji ketegasan letak suatu unsur dalam susunan beruntun
menurut(Sudaryanto, 1985:44 dalam Mulyana, 2005:75).Cara pembaliknya
ialah dengan memindahkan wujud satuan lingualsebagai satu keseluruhan.

Contoh:

4. Bu guru yang jadi juara itu berasal dari Yogyakarta. Tinggal didesa
Caturharjo, Sleman.

Bila susunan kalimat itu dibalik, maka akan menjadi:

4.a. Tinggal di desa Caturharjo, Sleman.

4.b. Bu Guru yang jadi juara itu berasal dari Yogyakarta.

Susunan kalimat hasil pembalikan di atas tidak jelas makna dan informasinya.
Melalui analisis permutasi, dapat diruntut adanya bagian kalimat yang hilang pada
bagian (4a), terutama subjeknya. Bagian atau subjek kalimat itu adalah,
Bu Guru yang jadi juara itu yang tertulis pada bagian (4b). Semestinya, tautan
kalimatnya adalah sebagai berikut. 4c.Bu Guru yang jadi juara itu berasal dari
Yogyakarta. Bu guru yang jadi juara itu tinggal di desa Caturharjo, Sleman

Wacana hasil penerapan teknik permutasi itu memperlihatkan dengan jelas hubungan


antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dalam satustruktur. Karena bahasa
menganut pola efisiensi, terkesan adanya pengulangan yang membosanan. Namun
sekali lagi, teknik itu telahmembantu menemukan sifat koherensi antar-kalimat.Hasil
permutasi tidak selalu menunjukkan pola gramatikal. Artinya,kadang-kadang hasil
permutasi justru merusak susunan (gramatika).Permutasi dapat digunakan untuk
mengetahui kadar repetitif dari dua kalimatyang saling berhubungan (Mulyana,
1991:70). Apabila hasil permutasimenunjukkan bentuk atau susunan yang benar
(gramatika), maka rangkaiankalimat itu berarti memiliki kadar kerepetitifan yang
tinggi. Sebaliknya, bilahasil permutasi tidak lazim, itu berarti kadar repetitifnya
rendah.
4
2. Teknik Substitusi
Teknik substitusi atau teknik ganti adalah teknik analisis kalimat atau
rangkaian kalimat dengan cara mengganti bagian atau unsur kalimat tertentu
dengan unsur lain di luar kalimat yang bersangkutan menurut
(Sudaryanto,1985:27 dalam Mulyana, 2005:76). Teknik ini diterapkan untuk
mengetahuidan menguji keserasian tautan makna dari suatu unsur wacana
dengan konteks internalnya. Perhatikan kutipan wacana dari suatu majalah
berikut.

6. Majalah Djaka Lodang menerima sumbangan tulisan dan gambar dari


para pembaca. Redaksi berhak mengubah tulisan yang akan dimuat tanpa
mengubah isi tulisan tesebut. Kata tersebut  pada bagian terakhir kalimat
kedua merupakan unsur referensianaforis. Kata itu menunjuk pada tulisan
yang telah disebut
sebelumnya, pada kalimat pertama. Tidak hanya kata tersebut  terdapat kata
yang sejenis seperti  tadi, di sana, demikian itu, demikian tadi, itu, dan
sebagainya. Bentuk-bentuk itu tidak semuanya dapat saling menggantikan.
Perhatikan hasil penerapan teknik ganti berikut ini,

6.a. Majalah Kartini menerima sumbangan tulisan dari para pembaca.


Redaksi berhak mengubah tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah isi
tulisan.

→(tersebut,*demikian, tadi, *demikian itu,itu).

Bentuk yang bertanda * berarti tidak menggantikan unsur


sebelumnya.Artinya, penggantian justru mengakibatkan susunan kalimat itu
menjadi tidak koheren dengan kalimat sebelumnya. Sehingga penerapan kata
ganti telah membuktikan bahwa bentuk-bentuk tertentu tidak begitu saja
didapat menggantikan bentuk lainnya. Teknik ganti adalah teknik
pembuktiangramatikal atas struktur kalimat. Perhatikan kalimat berikut.

6.b.*Redaksi berhak mengubah tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah isi
tulisan demikian.

Bentuk yang tidak bertanda * menunjukkan bahwa kata tersebut itu,dan tadi
memiliki ketepan tautan makna dengan konteks atau susunankalimat secara
keseluruhan. Sebagai misal,

6.c. Redaksi berhak mengubah tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah isi
tulisan tadi.
5
C. Metode Pragmalinguistik
Metode yang terdiri dari gabungan antara analisis pragmatik dengan analisis
linguistik disebut dengan metode pragmalinguistik. Di dalamnya, wacana dipandang
berdasarkan statusnya sebagai satuan lingual atau struktur dari kebahasaan. Dalam
penggunaan metode ini, aspek-aspek dari pragmatik atau pemakaian bahasa yang bersifat
langsung lebih dikedepankan. Terdapat empat kancah pragmatik yang dibahas pada
metode ini yaitu deiksis, tindak tutur, praanggapan, dan implikatur.

1. Deiksis
Kridaklasana (dalam Mulyana, 2005: 79) deiksis diartikan sebagai hal atau
fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa. Kata-kata yang bermakna
persona (saya), tempat (sini), dan waktu(sekarang), misalnya adalah kata-kata
yang bersifat deiksis. Kata-kata seperti itu tidak memiliki referensi yang tetap.
Referensi kata saya,kami, kita, sini, sana, sekarang, besok baru dapat
diketahui jika dikatakan pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan
kata-kata itu diucapkan. Berikut beberapa jenis deiksis diantaranya ada,
deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu dan deksis wacana.
a. Deiksis Persona
Jenis deiksis yang pertama adalah deiksis persona dikenal juga deiksis
orang. Yaitu deiksis yang kata ganti merujuk pada penunjukan orang.
Dimana deiksis yang menunjukan orang ini memiliki tiga fungsi sebagai
berikut: 
- Menunjuk kepada orang yang sedang dibicarakan, misal memakai
kata ia dan dia. 
- Menunjuk kepada gabungan orang pertama dengan orang kedua,
misalnya menggunakan kata kita. 
- Menunjuk kepada orang ketiga yang sifatnya jamak (banyak orang),
misalnya menggunakan kata kalian, mereka, dan sejenisnya.
b. Deiksis Tempat
Jenis deiksis yang kedua adalah deiksis tempat dimana sebuah kata
digunakan untuk menunjukan suatu tempat. Misalnya kata dekat, jauh,
kanan, kiri, depan, belakang, dan sejenisnya. Contohnya pada kalimat
berikut: 
- Dulu, aku tinggal jauh dari kota ini. 
- Toko Pak Bahrun ada di belakang rumah Ibu RT. 
c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu adalah jenis selanjutnya yang sesuai dengan namanya,
deiksis ini adalah kata dalam suatu kalimat yang digunakan untuk
menunjukan waktu. Sehingga segala bentuk kata yang berkaitan dengan
waktu termasuk ke dalam jenis deiksis ini. Misalnya pada contoh berikut: 
- Besok aku naik kereta ke Semarang. 
- Rapat kemarin, siapa saja yang hadir? 
6
d. Deiksis Wacana
Berikutnya adalah deiksis wacana yang dalam kalimat ada sebuah kata
yang menunjukan suatu efek, dampak, atau akibat dari suatu proses yang
dijelaskan sebelumnya. Jenis deiksis ini kemudian terbagi menjadi dua,
yaitu anafora yakni penggunaan kata yang menunjuk pada suatu hal yang
telah disebutkan. Kedua, adalah katafora yang menggunakan kata yang
menunjuk suatu hal yang akan disebutkan. Contohnya: 
- Contoh Anafora: Ani sangat rajin membaca, karena itu dia
mempunyai banyak wawasan yang luas.
Kata “itu” merujuk pada suatu hal yang sudah disebutkan sebelumnya
yaitu rajin membaca.
- Contoh Katafora: halaman berikut membahas tentang fungsi organ-
organ tubuh manusia.
Kata “berikut” merujuk pada hal yang disebutkan di akhir kalimat atau
wacana yaitu pembahasan halaman berikutnya.

2. Tindak tutur
Tindak tutur (speech acts) adalah gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsunganya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur mencakup situasi psikologis
(misalnya, berterima kasih, memohon maaf) dan tindak sosial itu seperti
mempengaruhi perilaku orang lain (misalnya, mengingatkan, memerintah)
atau membuat kontrak (misalnya, berjanji, menamai) (Ibrahim, 1993).

3. Pranggapan
Praanggapan adalah asumsi sebelum bertutur, sehingga pengetahuan tentang
apa yang akan dituturkan telah lebih dahulu diasumsikan oleh pengguna
bahasa. Sama halnya dengan praanggapan ada sebuah kajian pragmatik yang
juga memperhatikan konteks pada saat ingin memaknai sebuah tuturan yaitu
implikatur.

4. Implikatur
Implikatur merupakan bagian dari pragmatik yang membahas subbab
mengenai kesimpulan dari pada tuturan yang diungkapkan oleh penutur.
Impikatur menurut Griffiths (2006:134) kesimpulan percakapan yang
tergantung dengan norma-norma untuk penggunaan bahasa.
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk melakukan analisis wacana , diperlukan tekhnik analisis yang bersifat


internal dan eksternal. Unit-unit analisis internal meliputi teks dan konteks, tema, topik,
judul, aspek keutujan wacana leksikal , gramatikal dan semantik. Sedangkan unit-unit
analisis eksternal meliputi, antara lain inferensi , presuposisi, implikatur dan pemahaman
yang lebih dalam tentang konteks tutur yang menjadi latar belakang terjadinya suatu
tuturan (wacana).
8
DAFTAR PUSTAKA

http://riyanprogres.blogspot.com/2015/04/analisis-wacana.html

https://www.scribd.com/doc/210182811/Metode-distribusional

https://pdfslide.tips/documents/metode-distribusional.html
9

Anda mungkin juga menyukai