Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH IMUNISASI

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ibu Suyami, S. Kep, Ns, M. Kep, Sp.An

Di susun Oleh :
Iswantara
Lisyaroh Nurul A’ini
Susminingsih
Tri Windarti

PROGRAM STUDI PROGSUS KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi Di Indonesia
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian KesehatanRepublik
Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima
imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada
sasaran.Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan
pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi
sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin
dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas,Posyandu,
Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintahmisalnya
pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi AnakSekolah, pekan
Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan darirumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

B. Dasar HukumPenyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang
PedomanPenyelenggaraan Imunisasi.
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang
PedomanPemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska
Imunisasi(KIPI).

C. Tujuan Imunisasi Di Indonesia


1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.
2. Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata padabayi di
100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insidendi
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) padatahun 2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit
MeningitisMeningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang
diberikanpada calon jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan
perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga
dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, yaitu kebal atau resisten. Bayi di imunisasikan
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Hidayat, 2008).
Imunisasi berasl dari kata imun,kebal atau resisiten.Anak di iminisasi berarti di berikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.Anak kebal atau resisiten terhadap suatu
penyakit,tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
(Notoadinojo,1997:37)
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan mencegah penyakit seperti Hepatitis
B, Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio dan Campak (Lia Dewi, 2010)
Imunisasi adalah Pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
(Mahdiana, 2010).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.(depkes,
2014).
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit infeksi tertentu.(depkes,2014)

B. Tujuan imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi (Hidayat, 2008) antara lain :
1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu didunia.
2. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi
bayi dan anak.
3. Anak menjadi kebal dan terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
4. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi
suatu penyakit.
5. Menurunkan angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bias menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan,
hepatitis B, gondongan, cacar air dan TBC.
6. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

C. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi menurut Marimbi (2010), yaitu :
1. Bagi anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan kecacatan
atau kematian.
2. Bagi keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
3. Bagi Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan keluarga.

D. Jenis- jenis Imunisasi


Imunisasi terbagi dalam dua bagian yaitu pasif dan aktif. Aktif adalah bila tubuh anak
ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak
tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja (Notoadmodjo,
2003).
1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksiusn pada
seorang individu untuk merangsang system imun untuk merangsang antibody yang
akan mencegah infeksi. Imunisasi aktif terhadap penyakit infeksi dihasilkan dengan
cara inokulasi antigen bakteri, virus, dan parasit, baik dalam bentuk kuman hidup
yang dilemahkan atau produk dari organisme tersebut. Vaksin diberikan dengan cara
disuntikan atau peroral/ melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka
tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan, kadar zat-zat dapat
diukur dengan pemeriksaan darah. Pemberian vaksin dengan cara menyuntikan
kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh
karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan.
Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk antibody.
Dalam Imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap
vaksinnya,yaitu:
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagi zat atau mikroba
guna Terjadinya semacam infeksi buatan.
b.Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindar tumbuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

Ada lima (5) jenis imunisasi pada anak dibawah 5 (lima) tahun yang harus
dilakukan, yaitu :
a. BCG (Bacillus Calmette Geurin)
b. DPT (difteri, pertusis, tetanus)
c. Polio
d. Campak
e. Hepatitis B

2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah perpindahan antibody yang telah dibentuk yang
dihasilkan host lain. Antibody ini dapat timbul secara alami atau sengaja
diberikan. Imunisasi pasif diberikan dalam bentuk Gama globulin intravena
(IVIG) atau serum binatang, menghasilkan proteksi untuk sementara waktu
terhadap infeksi atau penyakit. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Imunisasi pasif bawaan
Imunisasi bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari
ibunya selama dalam kandungan, yaitu berupa zat antibody yang melalui jalan
darah menebus plasenta. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/
lenyap dari tubuh bayi. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan bayi dapat
terhindar dari beberapa oenyakit infeksi, seperti campak, difteri dan lain-lain.
b. Imunisasi pasif didapat
Imunisasi didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari
luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti.
Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3
minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak,
misalnya pemberian serum anti tetanus terhadap penyakit tetanus (Anik maryuni,
2010).

E. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya


Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan
olehHemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar
untukmempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri
atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia
sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
campak, tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS) yangdiintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri
atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk
melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang
belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.Situasi
tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis
meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan
poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh HumanPapillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.

5 Macam Imunisasi dasar :


a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan.Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapatdilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan
atas.Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-
pelan.Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan
dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10
mm, ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh
sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif danadanya penyakit kulit
berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri
terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan(toksoid),
biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam
bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk
vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal,
kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis.Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah
dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapatdilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri ditempat
suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara sepertilemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan.Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebihberat, seperti demam tinggi atau kejang,
yangbiasanya disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderitapenyakit
kejang demam kompleks, anak yangdiduga menderita batuk rejan,
anak yang menderitapenyakit gangguan kekebalan.Batuk, pilek,
demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotraindikasi yang
mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masingmengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yangmengandung virus polio
yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikandengan cara injeksi, (2) vaksin
yang mengandung virus polio yanghidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentukpil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai
di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhananggota
gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.Kemasan untuk
program imunisasi dasar berbentuk kemasan keringtunggal.Namun ada
vaksin dengan kemasan kering kombinasi denganvaksin gondong/ mumps
dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan,beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihatpada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin
terjadidemam ringan dan sedikit bercak merah pada pipidi bawah
telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada
tempatpenyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka
kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan,kurang
gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu
hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarakwaktu
satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2dan 3. Namun
cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbedatergantung pabrik pembuat
vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikanpada ibu hamil dengan aman dan
tidak membahayakan janin, bahkanakan membekali janin dengan kekebalan
sampai berumur beberapabulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkindisertai rasa
panas atau pembengkakan. Akanmenghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efeksamping yang
berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yangdimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yangmerupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni danbersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas,
demam,pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.Kadang terjadi
gejala berat seperti demam tinggi,iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam
setelahimunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan danbiasanya hilang
dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir ataugejala
serius keabnormalan pada saraf yang merupakankontraindikasi pertusis,
hipersensitif terhadapkomponen vaksin, penderia infeksi berat yang
disertaikejang
F. Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi<24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan BidanPraktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikansebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan,dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlumelakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwaldan interval sebagaimana Tabel 1, maka
dinyatakanmempunyai status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib
danCampak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar danmendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakanmempunyai status
Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasardan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkanImunisasi DT
dan Td dinyatakan mempunyai statusImunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status ImunisasiT
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayananantenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila statusT
sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan bukuKesehatan
Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.

G. KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)


1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada
seseorang yang terjadi setelah pemberian imunisasi.Kejadian ini dapat
merupakan reaksi vaksin ataupun bukan.Kejadian yang bukan reaksi vaksin
dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa yang kebetulan terjadi)
bersamaan atau setelah imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5
kategori : Pilihlah salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari
lebih jauh tentang klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang
terkandung di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan
dalam produk vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin
yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh produsen
vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio saat proses
pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi (IPV)Vaksin polio
inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda
dengn vaksin polio oral (OPV) , vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) ,
IPV harus diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon imun.
(inactivated polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat
menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan kepada
orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan
cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini sangat mudah untuk
dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang
terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk
ke dalam vial sewaktu mengambil vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncopeSinkope
yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya mata berkunang-
kunang , badan terasa lemah sampai pingsan. Sering terjadi pada anak
dewasa muda pada saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian
imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan
sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian
imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporalAsosiasi
temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan.
Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan
kejadian berikutnya..Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika. seperti di daerah sub
sahara, penderita malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria
yang ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga
sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi,
maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada masalah kesehatan
masyarakat diwilayah tersebut yang perlu dianalisis lebih jauh.
BAB III
PEMBAHASAN IMUNISASI
A. Keamanan Imunisasi
Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat
ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan
ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik)
bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya.
Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih
berbahaya daripada beberapa obat lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik,
bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya,
hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di
dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak
ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi
massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika
imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus
kelainan sistem imun dan persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma,
autisme, diabetes anak-anak, sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid
artritis, multipel sklerosis, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar
jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan
profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut dilakukannya
lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau
menahun dari imunisasi.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
1. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat
suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian
menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan
luka parut yang kecil.
2. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar
merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya
dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak
timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan
Imunisasi tidak perlu diulang.
3. POLIO : Jarang timbuk efek samping.
4. CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari
sesudah penyuntikan.
5. HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak
diimunisasi.
B. Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan
menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengapa kadangkala
orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut? Bukankah lebih baik mencegah
daripada mengobati?
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan
Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan kepada
anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah
untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti :
1. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju
faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang
memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-
obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
2. Hepatitis B yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen)
dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis
B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita seperti
orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B, bahkan
sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala kuning
pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak
sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudah menular. Bahkan,
penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan
diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan
merusak organ tubuh secara tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan. Pada serangan
tahap awal masih bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang
lebih berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai
kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.
3. Penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang
yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio
sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih mutakhir πολιομυελίτιδα, dari πολιός
"abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili
Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single
stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30 persen dari virion dan
sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). Polio adalah
penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui
kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.
Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3
hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde)
strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang
paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering
ditemukan di Sukabumi.
Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio
non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis menyebabkan
demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung,
otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang
saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada
batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita
dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan
terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler
darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol gerak
fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem
saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus
dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya
tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki
menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).
Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang tubuh
dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar Polio
jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang.
Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang
mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal
dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf
auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga
sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan
mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf
kranial yang bertugas mengirim ''perintah bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat
''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru
besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan
mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian
udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dan tenggorokan)
atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapat menular melalui oro-fecal
(makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus ini akan
berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah bening,
masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari
tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke mulut). Virus Polio
dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-
kilometer dari sumber penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang
telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. Virus Polio sangat tahan
terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang
tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa
hidupnya.
4. Penyakit campak (tampek)
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah
ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah
menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak
munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi
melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne
disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang
yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan -
nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot -
mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.
Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam
kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di
bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke
batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik
dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari.
5. Difteri, pertusis dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak. Penyakit ini
mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang
sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang
berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit
difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini.
Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul
terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan
pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang
sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf
(www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang
belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan 3.000
orang diantaranya meninggal karena penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.
Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat di tanah, kotoran
hewan, debu, dan sebagainya. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang
tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin
(racun) yang menyerang saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak) menyebutkan
dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan
bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika
alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan
tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan (www.unicef.org). Angka
kematian yang diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan
yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial. Infeksi ini menimbulkan iritasi pada
saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat
mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur kurang
dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1
tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah. Pada tahun
2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang
diakibatkan oleh pertusis.
C. Alasan Pentingnya Imunisasi
Bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum terbentuk sistem
kekebalan yang kuat. Dengan melakukan imunisasi pada bayi, berarti Anda melindungi bayi
Anda dari berbagai penyakit.
Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak Anda akan membantu sistem kekebalan tubuh
anak untuk membentuk antibodi, yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang
masuk ke tubuhnya. Ini dapat mencegah anak terkena berbagai macam penyakit yang
berbahaya. Lebih jauh dari itu, imunisasi dapat menyelamatkan hidup anak Anda.
Pada zaman dahulu, banyak anak menderita sakit seperti polio, dan penyakit tersebut
menyebabkan banyak anak meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, vaksin
diciptakan untuk memberantas penyakit tersebut. Hasilnya, sekarang anak-anak tak lagi
banyak menderita penyakit berbahaya.
Memang ada dampak yang ditimbulkan usai diberikan imunisasi, yakni anak Anda menderita
demam atau kemerahan di tempat ia disuntik, anak tidak ingin makan dan dampak lainnya.
Namun, hal ini normal terjadi dan tidak akan berlangsung lama
Ini merupakan respon tubuh terhadap zat baru yang masuk ke dalam tubuh. Rasa sakit yang
ditimbulkan ini jauh lebih baik ketimbang rasa sakit yang dirasakan anak jika tidak diberi
imunisasi. Anak bisa menderita penyakit yang lebih berbahaya, bahkan dapat menyebabkan
kematian, jika ia tidak mendapatkan imunisasi.
D. Pemberian Vaksin pada Anak Sakit
Pemberian vaksin pada anak masih boleh diberikan jika sakit yang dialami tidak terlalu
parah. Apalgi kalau anak tidak menunjukkan tanda-tanda menurunnya kondisi tubuh.
Misalnya, meski sakit anak tidak mengalami penurunan nafsu makan, tidak sering menangis
dan masih tidur dengan teratur. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh anak masih baik-baik saja
untuk menerima vaksin.
Sebenarnya memberi vaksin pada anak yang tengah sakit hampir tidak akan memberikan efek
apapun yang dapat membahayakan tubuh. Hanya saja pemberian vaksin mungkin tak akan
bisa optimal dan obat tidak bekerja dengan baik dalam meningkatkan kekebalan tubuh anak.
Memberi vaksin pada anak yang sedang sakit sebenarnya tidak akan membuat sakitnya
menjadi lebih parah. Hanya saja jika anak sakit sebaiknya pemberian vaksin memang tidak
dipaksakan pada anak. Selain tak dapat diserap tubuh dengan baik, memberi suntikan saat
anak sakit mungkin hanya akan menambah rasa sakit dan nyeri pada seluruh bagian badan Si
Kecil.
Hal itu bisa membuat anak menjadi lebih rewel, dan tak menutup kemungkinan tubuhnya
akan mengeluarkan respon yang berlebihan sebagai sugesti dari rasa sakit. Akhirnya anak
mungkin akan memuntahkan makanan, dan terus menangis. Alih-alih membuat anak sehat,
kondisi ini malah bisa membuatnya menjadi lebih sakit dan memperlambat proses pemulihan.
imunisasi sebaiknya ditunda untuk anak yang sakit berat, misalnya sedang demam tinggi.
Selain itu juga pada anak yang sedang mengonsumsi obat prednison. Kemudian, untuk
imunisasi tertentu, seperti cacar air, anak yang baru mendapat transfusi darah juga sebaiknya
menunda imunisasi. Hal ini dilakukan agar imunisasi pada anak efektif.
Bagi orang tua supaya tidak lupa menginformasikan adanya riwayat alergi kepada dokter
yang mengimunisasi. Sebab, ada beberapa vaksin seperti influenza dan demam kuning yang
kontra indikasi pemberiannya adalah anak dengan riwayat anafilaktik (alergi berat) terhadap
telur.
E. Waktu Imunisasi yang tidak diperbolehkan pada bayi
Pertama, saat bayi menderita penurunan daya tahan tubuh. Misalnya, sedang menderita
penyakit kanker, mendapat pengobatan anti-TB (tuberkolosis), atau mendapat obat yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh (kortikosetroid) jangka panjang.
Imunisasi dapat diberikan setelah daya tahan tubuh anak normal kembali atau saat obat-
obatan tersebut telah dihentikan pemberiannya. Bagaimana dengan antibiotik? Boleh tetap
diberi imunisasi, Moms. Karena antibiotik tidak mengganggu potensi vaksin imunisasi.

Kondisi kedua adalah saat bayi menderita demam tinggi (suhu tubuhnya mencapai 38,5
derajat Celsius atau lebih). Dalam kondisi ini, sebaiknya imunisasi ditunda sementara
waktu. Imunisasi yang ditunda tersebut dapat diberikan setelah anak tidak lagi demam
tinggi.
Ketiga, bila bayi pernah menderita kejang demam. Bayi yang pernah mengalami kondisi
ini sebaiknya tidak diberikan beberapa imunisasi yang dapat menimbulkan demam.
Misalnya, imunisasi DPT. Tetapi, bayi bisa diberikan imunisasi pengganti. Imunisasi DT
atau DPaT misalnya. Sebab, komponen P pada DPT lah yang dapat menyebabkan demam.
Jika terjadi demikian maka imunisasi dapat ditunda 1 - 2 minggu kemudian atau setelah
demam anak turun dan tubuhnya kembali sehat dan bugar.
F. Fatwa MUI Tentang Imunisasi
Berikut ini isi fatwa Nomor 4 Tahun 2016 tentang imunisasi yang dilansir website MUI:

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:

1. Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap
penyakit tertentu dengan cara memasukkan vaksin.

2. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup tetapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lain, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

3. al-Dlarurat adalah kondisi keterpaksaan yang apabila tidak diimunisasi dapat


mengancam jiwa manusia.

4. al-Hajat adalah kondisi keterdesakan yang apabila tidak diimunisasi maka akan dapat
menyebabkan penyakit berat atau kecacatan pada seseorang.

Ketentuan hukum fatwa ini:

1. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.

2. Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan


suci.

3. Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis


hukumnya haram.

4. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali:

a. digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat;

b. belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan

c. adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin
yang halal.

5. Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit
berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli
yang kompeten
dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.
6. Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli
yang kompeten dan dipercaya, menimbulkan dampak yang
membahayakan (dlarar).

Rekomendasi MUI:

1. Pemerintah wajib menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat, baik melalui


pendekatan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

2. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan vaksin halal untuk kepentingan imunisasi bagi
masyarakat.

3. Pemerintah wajib segera mengimplementasikan keharusan


sertifikasi halal seluruh vaksin, termasuk meminta produsen untuk segera mengajukan
sertifikasi produk vaksin.

4. Produsen vaksin wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal.

5. Produsen vaksin wajib mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

6. Pemerintah bersama tokoh agama dan masyarakat wajib melakukan sosialisasi


pelaksanaan imunisasi.

7. Orang tua dan masyarakat wajib berpartisipasi menjaga kesehatan, termasuk dengan
memberikan dukungan pelaksanaan imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2007.Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Suririnah.Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA
Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi.http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Peny
elenggaraan_Imunisasi_.pdf . Diunduh pada 17 November 2017.
WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-
training.org/adverse-events-classification.html .Diakses pada 16 November 2017.
https://www.rappler.com/indonesia/berita/177799-data-fakta-perlunya-diberikan-imunisasi
https://www.halodoc.com/sedang-sakit-bolehkah-anak-divaksin-
Radian Nyi Sukmasari/AN Uyung Pramudiarja) https://health.detik.com/anak-
dan-remaja/d-2928265/anak-diimunisasi-saat-sedang-batuk-atau-pilek-boleh-atau-
tidak

https://news.detik.com/berita/d-3681012/ini-aturan-fatwa-mui-tentang-imunisasi

Anda mungkin juga menyukai