Oleh :
FIRSYAL QURONI
NIM : 201714401011
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) pada Akademi Keperawatan Bahrul Ulum Jombang
Oleh :
FIRSYAL QURONI
NIM : 201714401011
SURAT PERNYATAAN
FIRSYAL QURONI
NPM 2017.1440.1011
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal Tugas Akhir
pada April 2020
Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji sidang proposal tugas akhir pada :
Hari/ tanggal : April 2020
Tempat : Akademi Keperawatan Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang
TIM PENGUJI :
Penguji I : Asri Kusyani, S.Kep, Ns., M. Kep (………………………...)
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayahnya sehingga
peneliti mampu menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada klien yang mengalami Osteoporosis dengan Diagnosa
Keperawatan Priorotas Nyeri Kronis di UPT Tresna Werdha Jombang.“
Penyusunan proposal tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan Bahrul Ulum
jombang. Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan proposal tugas akhir. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal
tugas akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan kali ini peneliti menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya pada yang terhormat :
1. KH. Amanulloh AR (Alm) Selaku pendiri AKPER Bahrul Ulum Tambak
beras Jombang
2. H.M Sholachul ‘am Notobueono S.E Selaku Ketua Yayasan PP. An- Najiyah
Bahrul Ulum Tambak beras Jombang
3. DR. H. Joko Prasetyo S.Kep., M.Kes Selaku Direktur AKPER Bahrul ulum
tambak beras Jombang
4. Ns Erna Tsalatsatul F,. M.Kep Selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan fikiran dalam memberikan bimbingan selama penelitian
ini
5. Ns. Aditya Nuraminudin., M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu dan memberikan arahan serta motivasi dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
6. dr. H Triyanto Saudin Selaku Direktur Rumah Sakit Umum Punten Batu yang
telah memberikan ijin penelitian tugas akhir dan juga dukungan meteril.
7. Bapak/ Ibu dosen beserta staff akper bahrul ulum yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti
8. Keluarga yang telah memberi dukungan setulus hati, kepada peneliti untuk
menyelesaikan studi
vi
vii
FIRSYAL QURONI
NPM 201714401011
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
SURAT PERNYATAAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR SINGKATAN xiii
DAFTAR LAMBANG xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan masalah 4
1.3 Rumusan masalah 5
1.4 Tujuan 5
1.4.1 Tujuan umum 5
1.4.2 Tujuan khusus 5
1.5 Manfaat Penelitian 6
1.5.1 Manfaat teoritis 6
1.5.2 Manfaat praktis 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Konsep Dasar Osteoporosis 8
2.1.1 Definiso Osteoporosis 8
2.1.2 Klasifikasi Osteoporosis 8
2.1.3 Etiologi Osteoporosis 10
ix
1
2
2, klien 1, pada hari ketiga mengatakan jika anaknya BAB 1x sehari disertai
ampas, nafsu makan meningkat 1 porsi makanan habis dan suara peristaltic
usus 20x/menit (tympani). Klien 2, pada hari ketiga, ibu klien mengatakan
jika anaknya BAB ± 1 kali/hari tanpa disertai lender, sedikit ampas dan tanpa
darah (seperti susu), tidak mual dan muntah, nafsu makan hanya ± 3 sendok
makan/porsi dan suara paristaltik usus 15x/menit (tympani). Hasil
laboratorium menunjukan leukosit klien lebih tinggi yaitu 11.100 10³/µl
sedangkan klien 1 menunjukan hasil leukosit dalam rentang normal yaitu
8.900 10³/µl.
Penyebab utama diare adalah virus (adenovirus anteritik dan robavirus)
serta parasit (blardia lambiachristopodium), beberapa mikroorganisme
pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enteroksin atau
cytotoksin, penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada diare akut. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat tiksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Pada kasus diare, pasien akan mengalami peningkatan frekuansi buang air
besar yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan sehingga
mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan (Nurarif, AH &
Kusuma, H. 2016).
Peran perawat terhadap kasus kekurangan volume cairan adalah dengan
melakukan fluid management dan hipovolemia management. Tindakan yang
dapat di berikan adalah dengan pertahankan intake dan output yang akurat,
monitor vital sign, kolaborasi pemberian cairan IV, monitor status nutrisi.
Dalam menangani kurangnya kebutuhan cairan juga dapat dilakukan
tindakan dari orang tua sendiri dengan cara memberi dorongan pada anak
agar mau minum banyak cairan. Tujuannya adalah untuk mencegah
dehidrasi, karena cairan yang hilang akibat muntah atau diare harus diganti.
Anak juga harus melanjutkan diet makan dan minum seperti biasa dan juga
3
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan kekurangan volume cairan pada
pasien gastroenteritis acut
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
5. Melakukan evaluasi pada anak yang mengalami gastroenteritis.
4
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Klien
Menambah informasi dan wawasan bagi klien dan keluarga dalam
menangani masalah klien Yang Mengalami gastroenteritis secara
mandiri setelah pulang dari rumah sakit.
1.5.2 Bagi Perawat
Sebagai acuan dan referensi perawat dalam asuhan keperawatan
dan menambah pengalaman kerja serta pengetahuan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan di masa mendatang.
1.5.3 Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumberin formasi bagi institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.
1.5.4 Bagi Rumah Sakit
mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
demi membantu petugas rumah sakit dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai ilmu dan keterampilan yang terus diperbarui
sertadijadikan bahan masukan yang dapat menunjang mutu dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada klien
Yang Mengalami gastroenteritis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
disebabkan oleh infeksi bakteri dan biasanya terjadi pada bayi atau
anak.
2.1.2 Etiologi
Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah 2014 adalah :
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enternal ialah infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enteral sebagai berikut :
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella. Yersinia.
Aeromonas, dan sebagainya
(2) Infeksi virus : Rotafirus, Astrovirus, Enterovirus (virus
ECHO), dan lain lain.
(3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris)
protozoa (Entaoeba histolytica, Giardia Lamblia)
Jamur (Candida albicans)
(4) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti: otitis media akut (Oma), tonsilitis atau
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, galaktosa)
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein.
3) Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat
terjadi pada anak yang lebih besar).
7
Makanan Psikologi
Infeksi
Isi usus
Penyerapan makanan
diusus menurun Tekanan osmotic
elektrolit ke usus
Diare
Dehidrasi
Nafsu makan menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Kekurangan volume Resiko syok kebutuhan tubuh
cairan (hipovolemi)
2.1.4 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah, 2014) menyebutkan beberapa prinsip
penatalaksanaan gastroenteritis adalah sebagai berikut :
1) Pengobatan cairan
a) Cairan rehidrasi oral (CRO)
Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:
(1) Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap
mengandung NaCl, KCI, NaHCO3 dan glukosa
penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit.
(2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat
komponen diatas, misalnya larutan gula garam (LGG) ,
larutan tepung beras garam air tajin, air kelapa, dan lain-
10
2.1.5 Komplikasi
Menurut (Ngastiyah, 2014) kebanyakan penderita Gastroenteritis
sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami
komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang
diberikan. Komplikasi yang paling penting (walaupun jarang) yaitu:
1) Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun
(khususnya bayi berumur < 6 bulan). Biasanya terjadi pada
gasstroenteritis yang disertai muntah dan intake cairan)/makanan
kurang atau cairan yang diminum mengandung terlalu banyak
natrium. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah Gastroenteritis
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
2) Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita yang minum cairan yang sedikit
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
3) Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan
rotarovirus. Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab
gastroenteritis mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul
akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup.
4) Edema atau overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan yang terlalu banyak.
Tanda atau gejala yaitu edema kelopak mata. Kejang-kejang jika
terjadi, edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita
dehidrasi berat yang diberi larutan garam faal.
5) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau
hilangnya cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi
alkalosis respitorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam
12
2.2.2 Etiologi
Beberapa yang dapat menyebabkan kondisi kekurangan volume
cairan yaitu kehilangan cairan aktif dan kegagalan mekanisme regulasi.
Kehilangan cairan aktif seperti demam dan laju peningkatan metabolik,
drainase tidak normal, luka bakar, menstruasi berlebih, diare,
peritonitis ( Kamitsuru, 2015).
2.2.4 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan intraseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara
umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan kelokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan eksraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah
dari lokal intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan (Faqih, M.U. 2011).
2.2.6 Penatalaksanaan
1) Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam-basa dan elektrolit
2) Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik
3) Rehidrasi oral pada diare pediatrik
4) Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan
intravena
5) Tindakan terhadap penyebab dasar
1500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
6) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar
kalsium dalam darah, yang ditandai dengan adanya nyeri pada
tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar
kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/lt. Dapat dijumpai pada
pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D yang berlebihan.
7) Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada
kaki tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulsi. Kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,5 mEq/lt.
8) Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kadar magnesium yang berlebihan
dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan
pernapasan dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/lt.
4) Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan
jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
22
2.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D ada 3 jenis yaitu:
1) Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan
elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis
dehidrasi ini biasanya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah
ke ICF.
2) Dehidrasi Hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dario ECF
melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi
pekat. Tekanan osmotik ECF menurunmengakibatkan cairan
bergerak dari ICF ke ECF. Volume vaskuler juga menurun serta
terjadi pembengkakan sel.
3) Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi
pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun,
mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.
2.4.3 Etiologi
Macam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe/jenis dehidrasi:
1) Dehidrasi
a) Perdarahan
b) Muntah
23
c) Diare
d) Hipersalivasi
e) Fistula
f) Ileustomy
g) Diaporesis
h) Luka bakar
i) Puasa
j) Terapi hipotonik
2) Dehidrasi Hipotonik
a) Penyakit DM
b) Rehidrasi cairan berlebih
c) Mal nutrisi berat dan kronis
3) Dehidrasi Hipertonik
a) Hiperventilasi
b) Diare air
c) Disfagia
d) Gangguan rasa haus
e) Gangguan kesadaran
f) Infeksi sistemik
Sumber : (Maurice)
26
28
11) Kehilangan berat badan seketika d. Monitor terhadap adanya tanda ketidakadekuatan
(kecuali pada third spacing) perfusi oksigen ke jaringan
e. Monitor hasil laboratorium terutama nilai Hgb dan
Hct
Faktor-faktor yang berhubungan: f. Catat adanya memar, ptekie dan kondisi membran
1) Kehilangan volume cairan secara mukosa
aktif g. Berikan cairan melalui IV dan atau oral sesuai
2) Kegagalan mekanisme pengaturan kebutuhan
h. Anjurkan kepada pasien dan keluarga mengenai
faktor pemicu syok
i. Anjurkan kepada pasien dan keluarga mengenai
tanda/gejala syok yang mengancam jiwa
j. Anjurkan kepada pasien dan keluarga mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap
timbulnya syok
2 Diare 1) Feses berbentuk, BAB sehari sekali 3 1) Evaluasi efek samping obat terhadap gastrointestinal
Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak hari 2) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare
berbentuk 2) Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi 3) Intrusikan pasien/keluarga mencatat warna, jumlah,
3) Tidak mengalami diare frekuensi dan konsistensi dari feses
Batasan karakteristik 4) Menjelaskan penyebab diare dan 4) Evaluasi intake makanan yang masuk
1) Nyeri abdomen sedikitnya tiga kali rasional tindakan 5) Identifikasi faktor penyebab dari diare
defekasii per hari 5) Mempertahankan turgoe kulit 6) Monitor tanda dan gejala diare
2) Kram 7) Observasi turgor kulit secara rutin
3) Bising usus hiperaktif 8) Ukur diare/keluaran BAB
4) Ada dorongan 9) Hubungi dokter jika ada kenaikkan bising usus
10) Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi
Faktor dorongan kalori jika memungkinkan
1) Psikologis 11) Intruksikan untuk menghindari laksatif
a) Ansietas 12) Ajarkan teknik menurunkan setres
b) Tingkat stress tinggi 13) Monitor persiapan makanan yang aman
2) Situasional
a) Efek samping obat
b) Penyalah gunaan alkohol
c) Kontaminan
29
d) Penyalah gunaan laksatif
e) Radiasi, toksin
f) Melakukan perjalanan
g) Slang makan
3) Fisiologis
a) Proses infeksi dan parasit
b) Malabsobsi
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Status nutrisi 1. Manajemen gangguan makan
kebutuhan tubuh a. Asupan gizi sangat menyimpang a. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk dari rentang normal menjadi disukai bersama ahli gizi
keperluan metabolisme tubuh. sedikit menyimpang dari rentang b. Monitor asupan dan asupan cairan yang tepat
normal c. Monitor asupan kalori harian
b. Asupan makanan sangat d. Timbang berat badan klien secara rutin
Batasan karakteristik : menyimpang dari rentang normal e. Monitor perilaku klien yang berkaitan denganpola
1) Berat badan 20 % atau lebih di bawah menjadi sedikit menyimpang dari makan, penambahan dan kehilangan berat badan
ideal rentang normal f. Observasi klien selama dan setelah pemberian
2) Dilaporkan adanya intake makanan c. Asupan cairan sangat menyimpang makanan
yang kurang dari RDA (Recomended dari rentang normal menjadi 2. Manajemen nutrisi
Daily Allowance) sedikit menyimpang dari rentang a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
3) Membran mukosa dan konjungtiva normal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pucat d. Rasio berat badan/tinggi badan b. Identifikasi adanya alergi makanan
4) Kelemahan otot yang digunakan sangat menyimpang dari rentang c. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
untuk menelan/mengunyah normal menjadi sedikit d. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
5) Luka, inflamasi pada rongga mulut menyimpang dari rentang normal dibutuhkan
6) Mudah merasa kenyang, sesaat e. Hidrasi sangat menyimpang dari e. Atur diet yang diperlukan
setelah mengunyah makanan rentang normal menjadi sedikit f. Pastikan makanan yang disajikan menarik
7) Dilaporkan atau fakta adanya menyimpang dari rentang normal g. Anjurkan pasien mengenai mmodifikasi diet yang
kekurangan makanan diperlukan
8) Dilaporkan adanya perubahan sensasi
rasa
9) Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
10)Miskonsepsi
11)Kehilangan BB dengan makanan
30
cukup
12)Keengganan untuk makan
13)Kram pada abdomen
14)Tonus otot jelek
15)Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi
16)Kurang berminat terhadap makanan
17)Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
18)Diare dan atau steatorrhea
19)Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
20)Suara usus hiperaktif
21)Kurangnya informasi, misinformasi
31
14) Ajarkan keluraga dan pasien tanda dan gejala
datangnya syok
15) Ajarkan keluarga dan pasien langkah untuk mengatasi
Hidrasi Indikator gelaja syok
1) Mata cekung tidak ditemukan Syok management
2) Demam tidak ditemukan
3) Tekanan darah dalam batas normal 1) Monitor fungsi neorologis
4) Hematokrit dalam batas normal 2) Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr Lavel)
3) Monitor tekanan nadi
4) Monitor status cairan input dan output
5) Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan
6) Monitor EKG sesuai
7) Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi pembacaan tekanan darah
sesuai
8) Menggambar gas darah arteri dan monitor jaringan
oksigenasi
9) Memantau tren dalam parameter hemodinamik
(misalnya : CVP, MAP, tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
10) Memantau faktor penentu pengiriman jaringan
oksigen (misalnya PaO2 kadar hemoglobin, SaO2,
CO), jika tersedi
11) Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan
atau tenometri lambung, sesuai
12) Memonitor gejala gagal nafas (misalnya rendah PaO2
peningkatan PaCO2, kelelahan otot pernafasan)
13) Monitor nilai laboratorium (misalnya CBC dengan
deferensial) koagulasi profil, ABC, tingkat laktat,
budaya dan profil kimia)
14) Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan akses
IV
32
33
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
35
36
3.3 Partisipan
Partisipan menurut penelitian kualitatif adalah diarahkan
tidak pada jumlah subyek yang besar, namun pada kasus yang sesuai
dengan kekhususan masalah penelitian (Candra, 2008). Subyek yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah 2 klien post op ca mamae
dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama yaitu
klien post op ca mamae dengan masalah nyeri akut.
3.6.1 Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode yang
dipergunakan untuk data dimana penilitian mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face) (notoatmodjo,
2010). Wawancara yang akan di lakukan dari pengkajian
terhadap klien post op ca mamae dengan masalah nyeri akut,
yang berisi tentang identitas lanjut usia, keluhan utama saat
di lakukan pengkajian riwayat penyakit sekarang, dahulu,
keluarga dan lain-lain sumbaer data di peroleh dari klien dan
perawat.
3.6.2 Observasi
Observasi dan pemeriksaan fisik dimana dengan suatu
prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat,
mendengar, mencatat sejumlah dan taraf dari kegiatan
aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya
dengan masalah yang sedang diteliti (Notoatmojo,2010).
Observasi yang akan dilakukan pada lanjut usia
menggunakan pendekatan teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi pada sistem tubuh klien.
3.6.3 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku mengenai pendapat yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan (Arikunto 2010). Angket
adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum (orang banyak) (Notoatmojo,2010). Studi
dokumentasi sesuai dengan pemriksaan diagnostik dan data
relevan terhadap studi kasus pada klien post op ca mamae
dengan masalah nyeri akut
38
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
42
43
Wong. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare. Jurnal Beast
Milk, Diarhea, Dehidrasioan, 118-136. http://.google.com./scholar?
h|
=en&as=asuhan+keperawatan+diare+pada+anak+zuraida+sukma&
btnG=d#d=gs_qabs&u+=%23pDHIDZAOdO9UJ. {03-04-2020}