Anda di halaman 1dari 55

i

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI


GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
DEFISIT VOLUME CAIRAN

Oleh :
FIRSYAL QURONI
NIM : 201714401011

AKADEMI KEPERAWATAN BAHRUL ULUM


TAMBAK BERAS JOMBANG
2020
ii

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI


GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
DEFISIT VOLUME CAIRAN

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) pada Akademi Keperawatan Bahrul Ulum Jombang

Oleh :
FIRSYAL QURONI
NIM : 201714401011

AKADEMI KEPERAWATAN BAHRUL ULUM


TAMBAK BERAS JOMBANG
2020
iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Firsyal Quroni
NIM : 2017.1440.1011
Tempat, tanggal lahir : Probolinggo, 09 September 1999
Institusi :Akademi Keperawatan Bahrul ‘Ulum
Tambakberas Jombang

Menyatakan bahwa Propasal Tugas Akhir berjudul “ASUHAN


KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI
GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
DEFISIT VOLUME CAIRAN” adalah bukan Proposal Tugas Akhir orang lain
baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia mendapatkan sanksi
akademis.

Jombang, April 2020


Yang menyatakan,

FIRSYAL QURONI
NPM 2017.1440.1011
iv

LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG


MENGALAMI GASTROENTERITIS AKUT DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFISIT VOLUME
CAIRAN.
NAMA : FIRSYAL QURONI
NIM : 2017. 1440. 1011

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal Tugas Akhir
pada April 2020
Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep. Ika Puspita Sari, S.Kep. Ns,. M. Kep


NIP. 196911082005011001 NIK.013218284

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

DR. H. Joko Prsetyo. S.Kp., M.Kes.


NIK. T.32.83.

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI


v

PROPOSAL TUGAS AKHIR

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG


MENGALAMI GASTROENTERITIS AKUT DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFISIT VOLUME
CAIRAN.
NAMA : FIRSYAL QURONI
NIM : 2017. 1440. 1011

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji sidang proposal tugas akhir pada :
Hari/ tanggal : April 2020
Tempat : Akademi Keperawatan Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang

TIM PENGUJI :
Penguji I : Asri Kusyani, S.Kep, Ns., M. Kep (………………………...)

Penguji II : Ns. Erna Tsalatsatul F, M.Kep (……....………………...)

Penguji III : Arif Wijaya, S.Kp,.M.Kep (.......................................)

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

DR. H. Joko Prasetyo. S.Kp., M.Kes.


NIK. T.32.83.0
vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayahnya sehingga
peneliti mampu menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada klien yang mengalami Osteoporosis dengan Diagnosa
Keperawatan Priorotas Nyeri Kronis di UPT Tresna Werdha Jombang.“
Penyusunan proposal tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan Bahrul Ulum
jombang. Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan proposal tugas akhir. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal
tugas akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan kali ini peneliti menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya pada yang terhormat :
1. KH. Amanulloh AR (Alm) Selaku pendiri AKPER Bahrul Ulum Tambak
beras Jombang
2. H.M Sholachul ‘am Notobueono S.E Selaku Ketua Yayasan PP. An- Najiyah
Bahrul Ulum Tambak beras Jombang
3. DR. H. Joko Prasetyo S.Kep., M.Kes Selaku Direktur AKPER Bahrul ulum
tambak beras Jombang
4. Ns Erna Tsalatsatul F,. M.Kep Selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan fikiran dalam memberikan bimbingan selama penelitian
ini
5. Ns. Aditya Nuraminudin., M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu dan memberikan arahan serta motivasi dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
6. dr. H Triyanto Saudin Selaku Direktur Rumah Sakit Umum Punten Batu yang
telah memberikan ijin penelitian tugas akhir dan juga dukungan meteril.
7. Bapak/ Ibu dosen beserta staff akper bahrul ulum yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti
8. Keluarga yang telah memberi dukungan setulus hati, kepada peneliti untuk
menyelesaikan studi

vi
vii

9. Teman-teman seperjuangan Akper Bahrul Ulum angkatan 2017 yang


memberikan dukungan dalam penyelesaian tugas akhir ini
10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas
dukungan yang di berikan sehingga terselesaikannya proposal tugas akhir ini.
Dengan segala Kerendahan hati saya menyadari bahwa proposal tugas akhir
ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya
mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
hasil proposal tugas akhir ini .

Jombang, April 2020


Peneliti,

FIRSYAL QURONI
NPM 201714401011
viii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
SURAT PERNYATAAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR SINGKATAN xiii
DAFTAR LAMBANG xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan masalah 4
1.3 Rumusan masalah 5
1.4 Tujuan 5
1.4.1 Tujuan umum 5
1.4.2 Tujuan khusus 5
1.5 Manfaat Penelitian 6
1.5.1 Manfaat teoritis 6
1.5.2 Manfaat praktis 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Konsep Dasar Osteoporosis 8
2.1.1 Definiso Osteoporosis 8
2.1.2 Klasifikasi Osteoporosis 8
2.1.3 Etiologi Osteoporosis 10
ix

2.1.4 Manifestasi Klinis Osteoporosis 12


2.1.5 Patofisiologi 14
2.1.5 Pathway 17
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang 18
2.1.7 Penatalaksanaan 23
2.1.8 Komplikasi 32
2.2 Konsep Dasar Nyeri 32
2.2.1 Definisi nyeri 32
2.2.2 Batasan Karakteristik nyeri 33
2.2.4 Faktor yang berhubungan 34
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi nyeri 34
2.2.6 Klasifikasi nyeri 35
2.2.7 Stimulus nyeri 36
2.2.8 Pengkasijan nyeri 36
2.3.9 Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi 37
2.3.10 Pengalaman nyeri 38
2.3.11 Penilaian actor intensitas nyeri 39
2.3.12 Karakteristik nyeri 41
2.4 Konsep Lansia 43
2.4.1 Definisi lansia 43
2.4.2 Batasan umur lanjut usia 44
2.4.4 Perubahan yang terjadi pada lansia 44
2.4.5 Tipe lansia 48
2.4.6 Proses Penuaan 49
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Osteoporosis 53
2.5.1 Pengkajian 53
2.5.2 Diagnosa Keperawatan 57
2.5.3 Intervensi Keperawatan 59
2.5.4 Implementasi 62
2.5.5 Evaluasi 62
2.5.6 Picot 63
BAB 3 METODE PENELITIAN 65
x

3.1 Desain penelitian 65


3.2 Batasan istilah 65
3.3 Partisipan 66
3.4 Lokasi dan waktu penelitian 66
3.4.1 tempat penelitian 66
3.4.2 waktu penelitian 66
3.5 Pengumpulan data 67
3.5.1 wawancara 67
3.5.2 Observasi 67
3.6 Studi dokumentasi 67
3.7 Uji keabsahan data 68
3.8 Analisa data 68
3.9 Etik penelitian 70
Daftar Pustaka 72
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di
bawah lima tahun, yang didefinisikan sebagai peningkatan secara tiba-tiba
frekuensi dan perubahan konsistensi feses. Perubahan tersebut sering kali di
sebabkan oleh agen infeksius pada saluran pencernaan. Diare akut biasanya
berlangsung tidak lebih dari 14 hari dan membaik tanpa penanganan spesifik
jika tidak di sertai dengan dehidrasi (Hockendberry & Wilson,2009). Diare
akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Penyebab
terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah
rotavirus, escherichia, coli enterotoksigenik, shigella, dan cryptosporidium
(Depkes RI, 2010).
Menurut WHO menunjukkan bahwa angka kematian anak akibat diare
sebesar 7% (WHO, 2018). Data riset kesehatan dasar tahun 2018
menyebutkan bahwa prevelensi diare di Indonesia sebesar 8,0%. Daerah
jawa timur sama dengan prevelensi nasional yaitu 8% (Kemenkes RI, 2018).
Pada tahun 2017 diperkirakan jumlah penderita diare sebanyak 33.833 orang,
jumlah penderita diare yang ditangani di kabupaten jombang tahun 2017
adalah 28.869 sehingga cakupan kasus diare yang di temukan dan ditangani
sebesar 85,3% (Kemenkes RI, 2018).
Dari hasil study penelitian yang di lakukan oleh Difta Rifa’atus Thalia.
Penelitian ini dilakukan di rumah sakit islam sakinah mojokerto dalam
rentang waktu bulan mei tanggal 19-22 2018. Mengatakan subjek penelitian
yang di gunakan adalah 2 klien yang mengalami masalah medis
gastroenteritis akut dan masalah keperawatan kekurangan volume cairan.
Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik serta dokumentasi. Analisis data dilakukan secara komulatif, diawali dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan simpulan. Hasil penelitian
terdapat perbedaan hasil keperawatan antara 2 klien yang di berikan asuhan
keperawatan sama. Terjadi perbedaan antara klien 1 dan klien

1
2

2, klien 1, pada hari ketiga mengatakan jika anaknya BAB 1x sehari disertai
ampas, nafsu makan meningkat 1 porsi makanan habis dan suara peristaltic
usus 20x/menit (tympani). Klien 2, pada hari ketiga, ibu klien mengatakan
jika anaknya BAB ± 1 kali/hari tanpa disertai lender, sedikit ampas dan tanpa
darah (seperti susu), tidak mual dan muntah, nafsu makan hanya ± 3 sendok
makan/porsi dan suara paristaltik usus 15x/menit (tympani). Hasil
laboratorium menunjukan leukosit klien lebih tinggi yaitu 11.100 10³/µl
sedangkan klien 1 menunjukan hasil leukosit dalam rentang normal yaitu
8.900 10³/µl.
Penyebab utama diare adalah virus (adenovirus anteritik dan robavirus)
serta parasit (blardia lambiachristopodium), beberapa mikroorganisme
pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enteroksin atau
cytotoksin, penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada diare akut. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat tiksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Pada kasus diare, pasien akan mengalami peningkatan frekuansi buang air
besar yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan sehingga
mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan (Nurarif, AH &
Kusuma, H. 2016).
Peran perawat terhadap kasus kekurangan volume cairan adalah dengan
melakukan fluid management dan hipovolemia management. Tindakan yang
dapat di berikan adalah dengan pertahankan intake dan output yang akurat,
monitor vital sign, kolaborasi pemberian cairan IV, monitor status nutrisi.
Dalam menangani kurangnya kebutuhan cairan juga dapat dilakukan
tindakan dari orang tua sendiri dengan cara memberi dorongan pada anak
agar mau minum banyak cairan. Tujuannya adalah untuk mencegah
dehidrasi, karena cairan yang hilang akibat muntah atau diare harus diganti.
Anak juga harus melanjutkan diet makan dan minum seperti biasa dan juga
3

dibutuhkan tindakan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.


(Nurarif, AH & Kusuma, H. 2016). Maka dari itu penulis tertarik untuk
membuat Proposal dengan mengangkat judul “Asuhan Keperawatan anak
yang mengalami Gastroenteritis Acut dengan Kekurangan Volume Cairan”

1.2 Batasan Masalah


Masalah Pada Studi Kasus Ini Dibatasi Pada Asuhan Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan Pada Pasien Gastroenteritis Acut

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Pada
Pasien Gastroenteritis Acut

1.4 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan kekurangan volume cairan pada
pasien gastroenteritis acut
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
gastroenteritis.
5. Melakukan evaluasi pada anak yang mengalami gastroenteritis.
4

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Klien
Menambah informasi dan wawasan bagi klien dan keluarga dalam
menangani masalah klien Yang Mengalami gastroenteritis secara
mandiri setelah pulang dari rumah sakit.
1.5.2 Bagi Perawat
Sebagai acuan dan referensi perawat dalam asuhan keperawatan
dan menambah pengalaman kerja serta pengetahuan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan di masa mendatang.
1.5.3 Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumberin formasi bagi institusi dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.
1.5.4 Bagi Rumah Sakit
mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
demi membantu petugas rumah sakit dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai ilmu dan keterampilan yang terus diperbarui
sertadijadikan bahan masukan yang dapat menunjang mutu dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada klien
Yang Mengalami gastroenteritis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gastroentritis Akut


2.1.1 Definisi Gastroentritis Akut
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil
dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dan saluran
gastroentestinal dengan manifestasi diare, disertai atau tanpa
disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.
Diare yang dimaksut disini adalah buang air besar berkali kali
(lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan dapat disertai dengan
darah atau lendir (Suratun dan Lusiana, 2010).
Gastroenteritis akut adalah diare yang awalnya mendadak
dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7atau 14 hari
(Arif Mansjoer, dkk. 2000). Gastroenteristis akut merupakan
perwujudan infeksi campylobacter yang paling lazim, biasanya
disebabkan oleh C.jejuni , C.coli dan C.laridis, masa inkubasi
adalah 1-7 hari, diare terjadi dari cairan tinja encer atau tinja
berdarah dan mengandung lendir.
Menurut Sazawal dalam Wong (2010) Diare akut
merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaa, penyerapan, dan sekresi. Diare di sebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diare
adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer dapat
bewarna hijau atau dapat pula bercapur lendir dan darah atau lendir
saja (potter dan Perry, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan
bahwa gastroenteristis akut adalah suatu peradangan pada mukosa
lambung yang ditandai dengan muntah-muntah yang berakibat
dengan kehilangan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi yang

5
6

disebabkan oleh infeksi bakteri dan biasanya terjadi pada bayi atau
anak.

2.1.2 Etiologi
Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah 2014 adalah :
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enternal ialah infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enteral sebagai berikut :
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella. Yersinia.
Aeromonas, dan sebagainya
(2) Infeksi virus : Rotafirus, Astrovirus, Enterovirus (virus
ECHO), dan lain lain.
(3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris)
protozoa (Entaoeba histolytica, Giardia Lamblia)
Jamur (Candida albicans)
(4) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti: otitis media akut (Oma), tonsilitis atau
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, galaktosa)
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein.
3) Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat
terjadi pada anak yang lebih besar).
7

2.1.1 Patofisiologi Diare


Menurut (Kamitsuru, 2015) patofisiologi diare yaitu masuknya
virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, mekanisme dasar yang
menyebabkan diare yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Diare memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan
cairan dan elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan
cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan intrasial yang
menyebabkan tugor kulit maka hal ini timbul masalah yaitu kekurangan
volume cairan. Kekurangan air dan elektrolit dalam tubuh tidak segera
di atasi maka sel sel dalam tubuh akan mati. Selain itu kekurangan air
dan elektrolit dapat menyebabkan kesimbangan asam basa yang
mengarah pada terjadinya metabolik asidosis akibat kehilangan natrium
dan kalium hal ini tercermin dengan pernafasan pasien yang cepat.
8

2.1.2 Pathway Gastroentritis

Makanan Psikologi
Infeksi

Berkembang diusus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air & elektrolit


hiperperistaltik Malabsorbsi KH,
lemak, protein

Isi usus
Penyerapan makanan
diusus menurun Tekanan osmotic

Pergeseran air dan

elektrolit ke usus

Diare

Hilang cairan & elektrolit


Frekuensi BAB meningkat
berlebihan Mual muntah

Gangguan keseimbangan cairan &


elektrolit Distensi abdomen

Dehidrasi
Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Kekurangan volume Resiko syok kebutuhan tubuh
cairan (hipovolemi)

Bagan 2.1 Pathofisiologi Gastroenteritis


9

2.1.3 Manifestasi klinis


Mula-mula klien cengeng, gelisah, suhu badan biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair, disertai lendir atau darah. Warna tinja semakin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
kesembangan asam basa dan elektrolit . Bila klien telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi makin nampak yaitu
berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi
cekung (pada bayi), selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma
dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik (Ngastiyah,
2014).

2.1.4 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah, 2014) menyebutkan beberapa prinsip
penatalaksanaan gastroenteritis adalah sebagai berikut :
1) Pengobatan cairan
a) Cairan rehidrasi oral (CRO)
Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:
(1) Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap
mengandung NaCl, KCI, NaHCO3 dan glukosa
penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit.
(2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat
komponen diatas, misalnya larutan gula garam (LGG) ,
larutan tepung beras garam air tajin, air kelapa, dan lain-
10

lain cairan yang tersedia di rumah disebut CRO tidak


lengkap.
b) Cairan rehidrasi parenteral (CRP)
Anak di hospitalisasi untuk mendapatkan terapi intra vena
(IV) demi mengatasi dehidrasinnya. Jumlah dehidrasi di hitung
dan cairan diganti dalam 24 jam bersamaan dengan pemberian
cairan rumatan. Jika ada syok, segera lakukan resusitasi cairan
(20ml/kg larutan salin normal atau larutan RL; ulangi jika
perlu) 24jam pertama:
(1) Dehidrasi ringan : 180ml/kg per hari
(2) Dehidrasi sedang : 220 ml per kg
(3) Dehidrasi berat : 260 mi per kg per hari
Hari-hari berikutnya:
Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg,
ditambah dengan penggantian pengeluaran cairan, yang
dihitung secara kasar lewat buang air besar atau lewat
muntahnya. Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara
diatas harus dicatat dan dijumlahkan setiap hari.
c) Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
Obat anti sekresi Asetosal dosis 25 mg/ tahun dengan dosis
minimum 30mg per hari. Antiematika dan antispasmodik
biasanya dianjurkan. Antibiotika juga tidak diindikasikan pada
kebanyakan kasus, kaena Gastroenteritis bakterial maupun
viral dapat sembuh dengan sendirinya. Terapi antibiotik
digunakan untuk mengobati penyakit yang disebkan organisme
Shigella, E coli, organisme Salmonella, (dengan sepsis atau
infeksi setempat), dan G.Lambia
11

2.1.5 Komplikasi
Menurut (Ngastiyah, 2014) kebanyakan penderita Gastroenteritis
sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami
komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang
diberikan. Komplikasi yang paling penting (walaupun jarang) yaitu:
1) Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun
(khususnya bayi berumur < 6 bulan). Biasanya terjadi pada
gasstroenteritis yang disertai muntah dan intake cairan)/makanan
kurang atau cairan yang diminum mengandung terlalu banyak
natrium. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah Gastroenteritis
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
2) Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita yang minum cairan yang sedikit
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
3) Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan
rotarovirus. Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab
gastroenteritis mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul
akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup.
4) Edema atau overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan yang terlalu banyak.
Tanda atau gejala yaitu edema kelopak mata. Kejang-kejang jika
terjadi, edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita
dehidrasi berat yang diberi larutan garam faal.
5) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau
hilangnya cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi
alkalosis respitorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam
12

dan cepat (Kusmaul). Pemberian oralit yang cukup mengandung


bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis.
6) Kejang
a) Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderitadalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberikan
IV dengan dosis 2,5 mg/kg BB karena dengan pemberian
glukosa intravena kesadaran akan cepat pulih kembali.
b) Kejang demam
c) Hipernatremia dan hiponatremia
d) Penyakit pada susunan saraf pusat yang tidak ada
hubungannya dengan Gastroenteritis seperti meningitis,
ensefalitis atau epilepsi.
7) Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau
gastritis karena infeksi, ileus yang menyebabkan gangguan fungsi
usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah
dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral yang terlalu
cepat.
8) Gagal ginjal akut (GGA)
Mungkin terjadi pada penderita Gastroenteritis dengan
dehidrasi berat dan syok. Di diagnosis sebagai GGA bila
pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi
cukup.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosis (kausal) yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat
yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan:
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis.
b) Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
c) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik.
13

d) pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance.


2) Pemeriksaan darah
a) Darah lengkap
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit
(terutama Na, Ca K dan P serum pada diare yang disertai kejang),
anemia (hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi
karena mal nutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang.
b) Pemeriksaan elektrolit tubuh
Terutama kadar natrium, kalium kalsium, bikarbonat
terutama pada penderita diare yang mengalami muntah-muntah,
pernafasan cepat dan dalm kelemahan otot, ilius paralitik.
14

2.2 Konsep Kekurangan Volume Cairan


2.2.1 Definisi kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan
intavaskuler, interstisial, atau intrasel. Diagnosis ini merujuk pada
dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan
kadar natrium ( Kamitsuru, 2015).
Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis ( Headrman, 2015).

2.2.2 Etiologi
Beberapa yang dapat menyebabkan kondisi kekurangan volume
cairan yaitu kehilangan cairan aktif dan kegagalan mekanisme regulasi.
Kehilangan cairan aktif seperti demam dan laju peningkatan metabolik,
drainase tidak normal, luka bakar, menstruasi berlebih, diare,
peritonitis ( Kamitsuru, 2015).

2.2.3 Manifestasi klinis


Faktor pencetus dari kekurangan volume cairan dapat disebabkan
oleh :
1) Kehilangan cairan dari sistem gastrointestinal seperti muntah, diare,
dan drainase
2) Kehingan plasma atau darah utuh seperti luka bakar dan perdarahan
3) Keringat berlebih
4) Demam
5) Penurunan asupan cairan peroral
6) Penggunaan obat-obat diuretic
7) Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan. Aktivitas menyebabkan peningkatan metabolisme dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan keluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang disadari (insensible
15

water los) juga mengalami peningkatan laju pernafasan dan aktivasi


kelenjar keringat (Potter&Perry, 2010).

2.2.4 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan intraseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara
umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan kelokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan eksraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah
dari lokal intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan (Faqih, M.U. 2011).

2.2.5 Tanda dan gejala


Beberapa tanda dan gejala pada kekurangan volume cairan menurut
(Ngastiyah, 2014):
1) Perubahan pada status mental
2) Penurunan tekanan darah
3) Penurunan tekanan nadi
4) Penurunan volume nadi
5) Penurunan turgor kulit
6) Penuruunan turgor lidah
7) Penurunan haluan urine
8) Penurunan pengisian vena
16

9) Membrane mukosa kering


10) Kulit kering
11) Peningkatan hematokrit
12) Peningkatan suhu tubuh
13) Peningkatan frekuensi nadi
14) Peningkatan konsentrasi urin
15) Penurunan BB tiba-tiba
16) Haus
17) Kelemahan

2.2.6 Penatalaksanaan
1) Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam-basa dan elektrolit
2) Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik
3) Rehidrasi oral pada diare pediatrik
4) Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan
intravena
5) Tindakan terhadap penyebab dasar

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Kadar elektrolit serum untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit
yang sering diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat.
Hitung darah lengkap khususnya hematokit untuk melihat respon
dehidrasi. Kreatinin untuk mengukur fungsi ginjal. Pemeriksaan berat
jenis urin mengukur derajat konsentrasi urin.
17

2.3 Konsep Dasar Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


2.3.1 Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk
berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto &
Wartonah, 2015). Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Elektrolit terdapat pada seluruh
cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa
metabolisme, seperti karbondioksida, yang semuanya disebut dengan
ion (Hidayat, A.A. 2014).

2.3.2 Fungsi Cairan


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), fungsi cairan bagi tubuh
adalah sebagai berikut :
1) Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2) Transpor nutrien ke sel
3) Transpor hasil sisa metabolisme
4) Transpor hormon
5) Pelumas antar-organ
6) Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.

2.3.3 Keseimbangan Cairan


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake (masukan) cairan dan
output (pengeluaran) cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-
18

1500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

2.3.4 Masalah Keseimbangan Cairan


Menurut Hidayat (2014), masalah keseimbangan cairan terdiri dari
dua bagian yaitu:
1) Hipovolemik
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume
cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan
cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada
hipovolemik adalah peningkatan rangsang saraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, kontraksi jantung, tekanan
vaskuler) rasa haus, pelepasan hormon ADH dan aldosteron.
Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut.
2) Hipervolemik
Hipervolemik adalah penambahan/kelebihan volume CES,
dapat terjadi pada saat stimulasi kronis ginjal untuk menahan
natrium dan air, fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi
natrium dan air, kelebihan pemberian cairan, dan perpindahan
cairan dari interstisial ke plasma. Gejala yang mungkin terjadi
adalah sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah,
nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena
leher, dan irama gallop.

2.3.5 Masalah Kebutuhan Elektrolit


Menurut Hidayat (2014), masalah kebutuhan elektrolit terdiri dari :
1) Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
natrium dalam plasma darah ditandai dengan adanya rasa kehausan
yang berlebihan, rasa cemas, takut dan bingung, kejang perut,
19

denyut nadi cepat dan lembab, hipotensi, konvulsi, membran


mukosa kering, kadar natrium dalam plasma kurang dari 135
mEq/lt. Dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat diuretik
dalam jangka waktu yang lama tanpa terkontrol, diare jangka
panjang.
2) Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan kadar natrium dalam
plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, rasa
haus, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma
lebih dari 148 mEq/lt. Dapat terjadi pasien dehidrasi, diare,
pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam sedikit.
3) Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
kalium dalam darah ditandai dengan denyut nadi lemah, tekanan
darah menurun, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut
kembung, otot lemah dan lunak, denyut jantung tidak beraturan
(aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun
kurang dari 3,5 mEq/lt.
4) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
kadar kalium dalam darah tinggi yang ditandai dengan adanya
mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, jumlah urine
sedikit sekali, diare, kecemasan, irritable, kadar kalium dalam
plasama lebih dari 5,5 mEq/lt.
5) Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kram otot dan kram
perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari
4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok,
kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
20

6) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar
kalsium dalam darah, yang ditandai dengan adanya nyeri pada
tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar
kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/lt. Dapat dijumpai pada
pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D yang berlebihan.
7) Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada
kaki tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulsi. Kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,5 mEq/lt.
8) Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kadar magnesium yang berlebihan
dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan
pernapasan dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/lt.

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah sebagai
berikut:
1) Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,
metabolisme yang diperlukan, dan berat badan.
2) Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang
dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari
interstisial ke intraseluler.
21

4) Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan
jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
22

2.4 Konsep Dehidrasi


2.4.1 Definisi
Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan
yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk
(Hardinsyah, 2012).
Dehidrasi adalah keadaan dimana individu yang tidak menjalani
puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler,
interstitial atau intravaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2012).

2.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D ada 3 jenis yaitu:
1) Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan
elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis
dehidrasi ini biasanya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah
ke ICF.
2) Dehidrasi Hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dario ECF
melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi
pekat. Tekanan osmotik ECF menurunmengakibatkan cairan
bergerak dari ICF ke ECF. Volume vaskuler juga menurun serta
terjadi pembengkakan sel.
3) Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi
pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun,
mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.

2.4.3 Etiologi
Macam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe/jenis dehidrasi:
1) Dehidrasi
a) Perdarahan
b) Muntah
23

c) Diare
d) Hipersalivasi
e) Fistula
f) Ileustomy
g) Diaporesis
h) Luka bakar
i) Puasa
j) Terapi hipotonik
2) Dehidrasi Hipotonik
a) Penyakit DM
b) Rehidrasi cairan berlebih
c) Mal nutrisi berat dan kronis
3) Dehidrasi Hipertonik
a) Hiperventilasi
b) Diare air
c) Disfagia
d) Gangguan rasa haus
e) Gangguan kesadaran
f) Infeksi sistemik

2.4.4 Manifestasi Klinik


Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya
(Nelson, 2014):
1) Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
a) Haus, gelisah
b) Denyut nadi 90-110x/menit, nafas normal
c) Turgor kulit normal
d) Pengeluaran urine (1300ml/hari)
e) Kesadaran baik
f) Denyut jantung meningkat
2) Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)
a) Haus meningkat
24

b) Nadi cepat dan lemah


c) Turgor kulit kering, membran mukosa kering
d) Pengeluaran urine berkurang
e) Suhu tubuh meningkat
3) Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
a) Penurunan kesadaran
b) Lemah, lesu
c) Takikardi
d) Mata cekung
e) Pengeluaran urine tidak ada
f) Hipotensi
g) Nadi cepat dan halus
h) Ekstermitas dingin

Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi


Penilaian Ringan Sedang Berat
Keadaan umum baik, sadar gelisah, rewel lesu, lunglai atau tidak
sadar
Mata Normal Cekung sangat cekung
Air mata ada tidak ada Kering
Mulut, lidah Basah Kering tidak ada, sangat kering
Rasa haus minum biasa, tidak haus, ingin minum malas/tidak oci minum
haus banyak
Turgor kulit Kembali kembali lambat kembali sangat lambat
Hasil tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan, Bila ada satu tanda
pemeriksaan sedang, bila ada tanda ditambah satu atau lebih
ditambah satu atau tanda lain.
lebih tanda lain.

Sumber : Mansjoer, (2003)

Tabel 2.2 Skor Dehidrasi


Tingkat Ringan 5% Sedang 8% Berat >10%
Score 1 2 3
Keadaan Umum Sehat Gelisah, apatis Ngigau, koma,
syok
Turgor Normal Turun Sangat turun
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Nafas 20-30 30-40 40-60
Mulut Normal Kering Kering biru
Nadi Kuat >120 120-140 14
Total 6 7-13 >13
25

Sumber : (Maurice)
26

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan


2.5.1 Pengkajian
Pengkajian adalah kumpulan data pengkajian dilakukan dengan
cara mengumpulkan riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan dan
pemantauan secara bersinambungan agar tetap waspada terhadap
kebutuhan klien dan keefektifan dari rencana keperawatan yang
diterima klien (Brunner dan Suddart,2010).
Sedangkan data pengkajian pada klien gastroenteritis adalah
sebagai berikut :
1) Data Subjektif
a) Kaji Batasan Karakteristik
(1) Asupan cairan (jumlah, jenis)
(2) Kulit (kering, turgor)
(3) Penurunan berat badan (jumlah, lamanya)
(4) Haluaran Urine (berkurang, meningkat)
b) Kaji faktor – faktor yang berhubungan
(1) Riwayat faktor – faktor penyebab dan penunjang
Diabetes Melitus (diagnosa, riwayat keluarga)/Diabetes
Insipidus, Penyakit jantung, Penyakit ginjal, Gangguan atau
bedah gastrointestinal, Penggunaan alkohol, Pengobatan,
Alergi (makanan, susu), Panas tinggi/kelembaban.
(2) Terapi antihipertensi atau diuretik
Jenis, dosis, frekuensi (kapan terakhir menggunakanya)
2) Data Objektif
(a)Kaji batasan karakteristik
(1) Berat badan sekarang (berat badan biasanya)
(2) Asupan (1 – 2 hari terakhir)
(3) Haluaran (1 – 2 hari terakhir)
(4) Tanda – tanda dehidrasi
1. Kulit : Mukosa (bibir, gusi) kering, Lidah (berkerut /
kering), Turgor (kurang), Warna (pucat/memerah),
27

Kelembaban (kering atau diaforesis), Fontanel bayi


(cekung), Bola mata (cekung).
2. Haluaran urine : Jumlah (bervariasi : sangat banyak atau
sedikit), Warna (kuning tua atau kuning jernih), Berat
jenis (naik atau turun).
(b)Kaji faktor yang berhubungan
(1) Kehilangan cairan yang tidak normal atau berlebih
(a) Feses cair
(b) Muntah atau pengisapan lambung
(c) Diuresis atau poliuria
(d) Diaforesis
(e) Drainase abnormal
(f) Demam
(2) Berkurangnya asupan cairan yang berhubungan dengan
(a) Keletihan
(b) Menurunnya tingkat kesadaran
(c) Mual/anoreksia
(d) Depresi/disorientasi
(3) Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting
artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
(a) Laboratorium :
1. Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2. Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
3. AGD : asidosis metabolic (Ph menurun, pO2
meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun)
4. Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
5. Pemeriksaan tinja
a. Makroskkopis dan mikroskopis
28

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas


lakmus dan tablet dinistest, bila di duga terdapat
intolerasi gula
c. Bila di perlukan, lakukan pemeriksaan birakan
dan uji resistensi
6. Pemeriksaan darah
a. pH dan cadangan alkali untuk menemukan
keseimbangan asam dan basa
b. Darah perifer lengkap
c. Analisi gas darah dan elektrolit ( terutama Na, K,
Ca, pserum pada diare yang di sertai kejang )
d. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal
e. Duodenal intubation
Untuk mengatehui jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
di lakukan pada penderita diare kronik.

2.5.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul menurut T.H Heardman
(2015) adalah :
1) Diare berhubungan dengan penyerapan makanan diusus menurun
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilanggnya cairan
yang berlebihan
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
4) Resiko Syok (Hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan
cairan dan elektrolit
2.5.3 Intervensi keperawatan
Intervensi merupakan rencana asuhan keperawatan yang dapat terwujud dari kerja sama antara perawat dan dokter untuk
melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang menyeluruh dan kolaboratif m, dan tujuan intervensi setelah di lakukan asuhan
kepertawatan 3x24 jam di harapkan pasien akan mengkonsumsi secara tepat kebutuhan kalori atau nutrrisi yang di programkan
dengan kritweria hasil berupa adanya peningkatan berat badan dan intake adekuat (Nurarif, AH & Kusuma,2016).
Tabel 2.1 intervensi keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1 Kekurangan volume cairan 1. Keseimbangan cairan 1. Manajemen hipovolemi
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, a. Tekanan darah cukup terganggu a. Monitor adanya hipotensi ortostatik
interstisial, dan/atau intrasellular. Ini menjadi tidak terganggu b. Monitor asupan dan pengeluaran
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan b. Berat badan stabil cukup terganggu c. Monitor status hemodinamik
dengan pengeluaran sodium menjadi tidak terganggu d. Monitor bukti laboratorium dari adanya
c. Turgor kulit cukup terganggu hemokonsentrasi
menjadi tidak terganggu e. Monitor bukti laboratorium terkait dengan
Batasan Karakteristik : d. Hipotensi ortostatik sedang menjadi kehilangan darah
1) Kelemahan ringan f. Dukung asupan cairan oral
2) Haus 2. Hidrasi g. Berikan cairan IV isotonik yang diresepkan
3) Penurunan turgor kulit/lidah a. Membran mukosa lembab berat h. Tingkatkan integritas kulit
4) Membran mukosa/kulit kering menjadi ringan i. Monitor rongga mulut dari kekeringan atau membran
5) Peningkatan denyut nadi, penurunan b. Intake cairan sangat terganggu mukosa yang pecah
tekanan darah, penurunan menjadi tidak terganggu j. Instruksikan pasien dan keluarga untuk tindakan-
volume/tekanan nadi c. Output cairan sangat terganggu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
6) Pengisian vena menurun menjadi tidak terganggu hipovolemi
7) Perubahan status mental d. Peningkatan suhu tubuh cukup berat 2. Pencegahan syok
8) Konsentrasi urine meningkat menjadi ringan a. Monitor adanya respon kompensasi awal syok
9) Temperatur tubuh meningkat b. Monitor kemungkinan penyebab kehilangan cairan
10) Hematokrit meninggi c. Monitor status sirkulasi

28
11) Kehilangan berat badan seketika d. Monitor terhadap adanya tanda ketidakadekuatan
(kecuali pada third spacing) perfusi oksigen ke jaringan
e. Monitor hasil laboratorium terutama nilai Hgb dan
Hct
Faktor-faktor yang berhubungan: f. Catat adanya memar, ptekie dan kondisi membran
1) Kehilangan volume cairan secara mukosa
aktif g. Berikan cairan melalui IV dan atau oral sesuai
2) Kegagalan mekanisme pengaturan kebutuhan
h. Anjurkan kepada pasien dan keluarga mengenai
faktor pemicu syok
i. Anjurkan kepada pasien dan keluarga mengenai
tanda/gejala syok yang mengancam jiwa
j. Anjurkan kepada pasien dan keluarga mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap
timbulnya syok
2 Diare 1) Feses berbentuk, BAB sehari sekali 3 1) Evaluasi efek samping obat terhadap gastrointestinal
Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak hari 2) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare
berbentuk 2) Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi 3) Intrusikan pasien/keluarga mencatat warna, jumlah,
3) Tidak mengalami diare frekuensi dan konsistensi dari feses
Batasan karakteristik 4) Menjelaskan penyebab diare dan 4) Evaluasi intake makanan yang masuk
1) Nyeri abdomen sedikitnya tiga kali rasional tindakan 5) Identifikasi faktor penyebab dari diare
defekasii per hari 5) Mempertahankan turgoe kulit 6) Monitor tanda dan gejala diare
2) Kram 7) Observasi turgor kulit secara rutin
3) Bising usus hiperaktif 8) Ukur diare/keluaran BAB
4) Ada dorongan 9) Hubungi dokter jika ada kenaikkan bising usus
10) Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi
Faktor dorongan kalori jika memungkinkan
1) Psikologis 11) Intruksikan untuk menghindari laksatif
a) Ansietas 12) Ajarkan teknik menurunkan setres
b) Tingkat stress tinggi 13) Monitor persiapan makanan yang aman
2) Situasional
a) Efek samping obat
b) Penyalah gunaan alkohol
c) Kontaminan

29
d) Penyalah gunaan laksatif
e) Radiasi, toksin
f) Melakukan perjalanan
g) Slang makan
3) Fisiologis
a) Proses infeksi dan parasit
b) Malabsobsi
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Status nutrisi 1. Manajemen gangguan makan
kebutuhan tubuh a. Asupan gizi sangat menyimpang a. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk dari rentang normal menjadi disukai bersama ahli gizi
keperluan metabolisme tubuh. sedikit menyimpang dari rentang b. Monitor asupan dan asupan cairan yang tepat
normal c. Monitor asupan kalori harian
b. Asupan makanan sangat d. Timbang berat badan klien secara rutin
Batasan karakteristik : menyimpang dari rentang normal e. Monitor perilaku klien yang berkaitan denganpola
1) Berat badan 20 % atau lebih di bawah menjadi sedikit menyimpang dari makan, penambahan dan kehilangan berat badan
ideal rentang normal f. Observasi klien selama dan setelah pemberian
2) Dilaporkan adanya intake makanan c. Asupan cairan sangat menyimpang makanan
yang kurang dari RDA (Recomended dari rentang normal menjadi 2. Manajemen nutrisi
Daily Allowance) sedikit menyimpang dari rentang a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
3) Membran mukosa dan konjungtiva normal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pucat d. Rasio berat badan/tinggi badan b. Identifikasi adanya alergi makanan
4) Kelemahan otot yang digunakan sangat menyimpang dari rentang c. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
untuk menelan/mengunyah normal menjadi sedikit d. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
5) Luka, inflamasi pada rongga mulut menyimpang dari rentang normal dibutuhkan
6) Mudah merasa kenyang, sesaat e. Hidrasi sangat menyimpang dari e. Atur diet yang diperlukan
setelah mengunyah makanan rentang normal menjadi sedikit f. Pastikan makanan yang disajikan menarik
7) Dilaporkan atau fakta adanya menyimpang dari rentang normal g. Anjurkan pasien mengenai mmodifikasi diet yang
kekurangan makanan diperlukan
8) Dilaporkan adanya perubahan sensasi
rasa
9) Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
10)Miskonsepsi
11)Kehilangan BB dengan makanan

30
cukup
12)Keengganan untuk makan
13)Kram pada abdomen
14)Tonus otot jelek
15)Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi
16)Kurang berminat terhadap makanan
17)Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
18)Diare dan atau steatorrhea
19)Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)
20)Suara usus hiperaktif
21)Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
4 Resiko syok hipovelemik 1) Nadi dalam batas yang diharapkan 1) Monitor sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
Definisi : beresiko terhadap ketidak 2) Irama jantung dalam batas yang jantung, HR, dan ritme nadi perifer dan kapiler refiil
cukupan aliran darah kejaringan tubuh, diharapkan 2) Monitor inadekuat oksigenasi jaringan
yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler 3) Frekuensi nafas dalam batas yang 3) Monitor suhu dan pernafasan
yang mengancam jiwa diharapkan 4) Monitor input dan out put
4) Irama pernafasan dalam batas yang 5) Pantau nilai laborat:
diharapkan 6) HB, HT, AGD dan elektrolit
Faktor resiko : 5) Natrium serum dalam batas normal 7) Monitor hemadinamik invasi yang sesuai
1) Hipotensi 6) Kaliun serum dalam batas normal 8) Monitor tanda dan gejala asites
2) Hipovolemia 7) Klorida serum dalam batas normal 9) Monitor tanda awal syok
3) Hipoksemia 8) Kalsium dalam batas normal 10) Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi
4) Hipoksia 9) Magnesium dalam batas normal untuk peningkatan preload dengan tepat
5) Infeksi 10) pH darah serum dalam batas normal 11) Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
6) Sepsis 12) Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat
7) Sindrom respons inflamsi sistemik 13) Berikan vasodilator yang tepat

31
14) Ajarkan keluraga dan pasien tanda dan gejala
datangnya syok
15) Ajarkan keluarga dan pasien langkah untuk mengatasi
Hidrasi Indikator gelaja syok
1) Mata cekung tidak ditemukan Syok management
2) Demam tidak ditemukan
3) Tekanan darah dalam batas normal 1) Monitor fungsi neorologis
4) Hematokrit dalam batas normal 2) Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr Lavel)
3) Monitor tekanan nadi
4) Monitor status cairan input dan output
5) Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan
6) Monitor EKG sesuai
7) Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi pembacaan tekanan darah
sesuai
8) Menggambar gas darah arteri dan monitor jaringan
oksigenasi
9) Memantau tren dalam parameter hemodinamik
(misalnya : CVP, MAP, tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
10) Memantau faktor penentu pengiriman jaringan
oksigen (misalnya PaO2 kadar hemoglobin, SaO2,
CO), jika tersedi
11) Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan
atau tenometri lambung, sesuai
12) Memonitor gejala gagal nafas (misalnya rendah PaO2
peningkatan PaCO2, kelelahan otot pernafasan)
13) Monitor nilai laboratorium (misalnya CBC dengan
deferensial) koagulasi profil, ABC, tingkat laktat,
budaya dan profil kimia)
14) Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan akses
IV

32
33

2.5.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan
intervensi atau aktivitas yang telah di lakukan (Doenges, 2012)

2.5.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut Rohaman dan walid (2012), evaluasi adalah penilaian
dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasi yang di
amati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan. Evaluasi merupakan tahap akhirdari proses keperawatan,
pada tahap ini akan di nilai keberhasilan dari tindakan yang di
lakukan.
2.6 picot

Populasi Intervensi Comparation Outcome Time Jurnal


147 klien yang menderita Pemberian oralit demgan Berdasarkan hasil penelitian Penelitian ini di JOM FK Vol. 4 No 1 Feb
diare akut di puskesmas sediaan pulvis dan zinc anak laki-laki memiliki laksanakan selama 2017. Gambaran
simpang pekan baru angka kejadian diare 55% periode 1 januari sampai Farmakoterapi Diare Akut
lebih tinggi di banding anak 31 desember 2015 Pada Anak. Lia Pertiwi dkk
perempuan
282 klien dengan gea di Pemberian antibiotik dan Efektivitas kritikal pathway Dilaksanakan pada bulan Medical Profession
RS permata bekasi clinical pathway pada dapat meningkatkan januari 2018 (Medpro) Vol. 3 No 3
pasien anak dengan gea penggunaan antibiotic Desember 2019. Efektivitas
53,2% Implementasi Clinical
Pathway Pada Paisen Anak
GEA. Nuzul Gyanata
Adiwisastra dkk
51 pasien anak dengan Pemberian cairan dehidrasi Penggunaan obat dire akut Januari sampai oktober Journal Of Pharmacy Sience
diare akut di RS dan antibiotic tunggal per paling banyak adalah cairan 2017 And Practice Vol 4. No 2.
bayangkara Surabaya iv rehidrasi per entral invus Oktober 2017. Profile
KDN -1 sebanyak 41 pasien Terapi Diare Akut Pada
(80) dengan dosis 500cc per Anak. Pipit Sandra dkk
4 jam sampai 1000cc per 24
jam

34
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan studi
kasus yaitu suatu rancangan penelitian mengenai sebuah unit
terpisah yang tunggal. Dalam studi kasus ini peneliti mencoba
menggambarkan subyek penelitian di dalam keseluruhan tingkah
laku, yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang
melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dan riwayat timbulnya
tingkah laku, demikian pula lain-lain hal yang berkaitan dengan
tingkah laku tersebut (Arikunto, 2010).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
studi kasus, yaitu studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien gastroenteritis akut dengan masalah
keperawatan devisit volume cairan.

3.2 Batasan istilah


Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-
istilah kunci yang menjadi fokus studi kasus. Batasan istilah dalam
studi kasus ini yaitu: Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis
akut dengan masalah keperawatan devisit volume cairan , dimana
nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan (internasional Association For
the study of pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat. Dengan
intensial dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang
tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diperediksi dan berlangsung
lebih dari tiga (>3) bulan.

35
36

3.3 Partisipan
Partisipan menurut penelitian kualitatif adalah diarahkan
tidak pada jumlah subyek yang besar, namun pada kasus yang sesuai
dengan kekhususan masalah penelitian (Candra, 2008). Subyek yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah 2 klien post op ca mamae
dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama yaitu
klien post op ca mamae dengan masalah nyeri akut.

3.4 Tempat Penelitian


Studi kasus lanjut usia ini berlokasi di RSUD Jombang.

3.5 Waktu penelitian


Lama waktu penelitian adalah Tiga hari berturut turut.

3.6 Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah kegiatan dari suatu hasil perbuatan
jiwa secara aktif dan penuh perhatian dalam menyadari adanya
rangsangan. Mula mula rangsangan yang muncul dari luar mengenai
indra, dan kemudian terjadilah pengindraan, kemudian apabila
ragsangan tersebut menarik akan dilanjutkan dengan adanya
penelitian atau pengamatan (Notoatmodjo,2010). Langkah awal
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mendapatkan
rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan ijin
mengenai tempat penelitian. Kemudian bila partisipan bersedia
menjadi subyek, partisipan diminta menandatangani surat pernyataan
menjadi subyek penelitian. Setelah memperoleh partisipan untuk
studi kasus, maka selanjutnya melakukan asuhan keperawatan yang
meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi selama kurang lebih 2 minggu dalam asuhan keperawatan
klien post op ca mamae dengan masalah nyeri akut
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :
37

3.6.1 Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode yang
dipergunakan untuk data dimana penilitian mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face) (notoatmodjo,
2010). Wawancara yang akan di lakukan dari pengkajian
terhadap klien post op ca mamae dengan masalah nyeri akut,
yang berisi tentang identitas lanjut usia, keluhan utama saat
di lakukan pengkajian riwayat penyakit sekarang, dahulu,
keluarga dan lain-lain sumbaer data di peroleh dari klien dan
perawat.
3.6.2 Observasi
Observasi dan pemeriksaan fisik dimana dengan suatu
prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat,
mendengar, mencatat sejumlah dan taraf dari kegiatan
aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya
dengan masalah yang sedang diteliti (Notoatmojo,2010).
Observasi yang akan dilakukan pada lanjut usia
menggunakan pendekatan teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi pada sistem tubuh klien.
3.6.3 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku mengenai pendapat yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan (Arikunto 2010). Angket
adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum (orang banyak) (Notoatmojo,2010). Studi
dokumentasi sesuai dengan pemriksaan diagnostik dan data
relevan terhadap studi kasus pada klien post op ca mamae
dengan masalah nyeri akut
38

3.7 Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data
atau informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga
menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan data
dilakukan dengan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data
utama yaitu pasien, perawat dan keluarga pasien post op ca mamae
(Sugiyono, 2011).

3.8 Analisa data


Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dalam satu uraian dasar,
sehingga dapat ditemukan tema tertentu (Moleong, Lexy, 2007).
Urutan dalam analisis adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan data
Seperti yang dijelaskan pada sub bab 3.5 pengumpulan
data kegiatan dari suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan
penuh perhatian dalam menyadari adanya rangsangan.
Mulamula rangsangan yang muncul dari luar mengenai indra,
dan kemudian terjadilah pengindraan, kemudian apabila
ragsangan tersebut menarik akan dilanjutkan dengan adanya
penelitian atau pengamatan (Notoatmodjo, 2010). Data
dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan
dokumen), hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan,
kemudian disalin dalam bentuk transkrip atau catatan yang
terstruktur.
2) Mereduksi Data
Data yang didapatkan dari hasil wawncara yang
terkumpul dalambentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkrip dandikelompokkan menjadi data subyektif
dan obyektif kemudian dianalisis berdasarkan hasil
39

karakteristik diagnosa keperawatan sehingga bisa diteliti ke


depanya.
3) Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel, gambar bagan maupun
teks naratif, kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari diri klien lanjutusia.
4) Kesimpulan Data
Dari data yang disajikan oleh peneliti mengenai studi
kasus asuhan keperawatan klien post op ca mamae dengan
masalah nyeri akut ,kemudian data tersebut dibahas dan
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan
secara teoritis dengan perilaku kesehatan.Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode
induksi.Data yang terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan dan evaluasi (Notoadmojo, 2010).

3.9 Etika Penelitian


Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian
keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka
segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai
hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2007).
3.9.1 Informed Consent (persetujua menjadi klien)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
partisipan, dengan memberikan lembar persetujuan (informed
consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilaksanakan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan informed
consent adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan
peneliti, mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan,
40

serta bersedia untuk direkam dan jika partisipan tidak


bersedia maka peneliti harus menghormati hak partisipan.
3.9.2 Anonymity (tanpa nama)
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan merupakan etika dalam penelitian untuk
menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, semua partisipan yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil
penelitian (Candra, 2008).
41
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.

Candra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2012. Rencana Asuhan & Dokumentasi


Keperawatan. Ed.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaa Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta,
EGC

Faqih, M.U. (2011). Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia,


http://www.scribd.com/doc/17059905/Cairan-Dalam-Tubuh-
Manusia. {03-04-2020}

Hidayat, A.A. (2007). Metode Peneliyian Keperawatan dan Teknik Analisa


Data. Penerbit Salemba medika

Hidayat, A.A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan Teknis Analisis


Data. Jakarta : Salemba Medika

Hardinsyah. (2012). Keynote Speach For Healty Breakfast Symposium.


Pergizi Pangan Indonesia.http://Pergizi.org. Diakses pada pada 13
februari 2013.

42
43

Heardman, T,H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi


Edisi 10. EGC. Jakarta

Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi


Edisi 10. EGC. Jakarta

Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda


Karya. Bandung

Nurarif, AH & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam
Berbagai Kasus. Jogjakarta : Mediaction

Ngastiyah. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak C Pasien Diare.


https//scholar.google.com/scholar?H|
=en&as_sdt=0%2C5&q=n+keperawatan+pada+anak+c+dengan+diar
e&btnG. {28-02-2020}

Nelson. (2014). Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta :


Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing : Consep, Proses and


Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : Egc

Rohman & Walid. (2012). Proses Keperawatan : Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : Gosyen Publising.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D.


Bandung : Alfabeta
44

Suratun, Lusiana, (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Gastroentestinal. Jakarta : Trans Info Media.

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi : 4. Jakarta

Wong. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare. Jurnal Beast
Milk, Diarhea, Dehidrasioan, 118-136. http://.google.com./scholar?
h|
=en&as=asuhan+keperawatan+diare+pada+anak+zuraida+sukma&
btnG=d#d=gs_qabs&u+=%23pDHIDZAOdO9UJ. {03-04-2020}

Anda mungkin juga menyukai