TINAJUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
tekanan darah sistoliknya mencapai nilai 120 mmHg atau lebih dan
2014).
2.1.2 Etiologi
8
9
1) Genetik
3) Diet
4) Berat badan
5) Gaya hidup
b. Hipertensi Sekunder
2 jenis :
2) Hipertensi sekunder
dari 140 mmHg dan tekanan sistolik sama atau lebih dari 90
mmHg.
dari 90 mmHg.
2008)
terdeteksi sebelumnya.
3) Epistaksis
darah.
atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan
1) Sakit kepala
a) Lingkungan (stres)
2014).
b) Obesitas
c) Rokok
2012).
16
a) Usia
b) Genetik
c) Ras
hipertensi.
Mariza, 2013).
(Guyton, 2012).
2.1.7 Pathway
Gangugguan Sirkulasi
Resistensi Suplai O2
Vasokontriksi Spasme
pembulu darah ke otak
pembulu darah Sistemik Koroner arteriole
ke otak
ginjal
Vasokontriksi
Iskemik
miocard Diploplia
Nyeri kepala Sinkop Blood flow
menurun
Afterload
meningkat Nyeri dada
Respom Resiko
Nyeri akut Gangguang cidera
perfusi RAA
jaringan
Kesulitan untuk Penurunan Fatigue
Rangsangan
memulai tidur curah
Aldosteron
jantung
Ansietas Intoleransi
Gangguang aktifitas
Retensi RA
pola tidur
Edema
Gambar 2.1 pathway Hipertensi(Nanda, 2018)
22
2.1.8 Komplikasi
1) Stroke
terbentuknya aneurisma.
2) Infark miokard
3) Gagal ginjal
paru, kaki dan jaringan lain ayn gsering disebut dengan edema.
2017).
pada pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita
2017).
5. Mengindari rokok
6. Menghindari stress
8. Aromaterapi (relaksasi)
1. Diuretik (Hidroklorotiazid)
juga lemas.
hipertensi menurut
a) Pemeriksaan laboratorium
perfusi/fungsi ginjal.
katup,pembesaran jantung.
29
b) Pemeriksaan fisik
2.2.1 Pengertian
instruksi.
2.2.3 Fisiologi
dahi, mata, otot-otot bibir, lidah, rahang, dada dan leher. Pada
anggota gerak bagian bawah jenis otot yang terlibat pada kontraksi
musculus stiloglosus. Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang
serabut otot.
dari dua membran yang berurutan satu sama lain hampir tidak
utas peptida yang satu sama lainnya saling melilit dalam satu
dan bagian kepala yang terretak pada ujung heliks kembar. Badan
otak bagian bawah dan bagian tengah dan berakhir pada serabut
ketegangan otot.
perabaan nadi akan didapatkan nadi teraba lebih pelan dan teratur
nyaman, dan rileks. Sayangnya hingga saat ini belum ada alat
berikut:
tenang.
rileks.
saja.
efek samping yang berbahaya tetapi beberapa hal berikut ini perlu
yaitu :
hindariposisi berdiri.
lainsifatnya mengikat.
37
b) Prosedur
relaksasiselama 10 detik.
bagianbelakang.
mengendur.
mengendalikan gerakanmata.
atas.
depan.
b. Punggung dilengkungkan
kemudian relaks.
kemudian dilepas.
lega.
tegang.
2.3.2 Etiologi
c) Perubahan kontraktilitas
d) Perubahan preload
e) Perubahan afterload
44
2.3.3 Manifestasi
a) Subjektif
Ortopnea, Batuk
b) Objektif
(EF) menurun
a) Subjektif
35)
46
2.2.3 Pengkajian
riwayat psikososial.
1) Anamnesa
a) Identitas klien
selanjutnya.
dkk, 2015, p. 6)
48
1. Keluhan Utama
2015, p. 41)
49
2015, p. 6)
h) Riwayat pengobatan
hipertensi :
p. 219)
50
i) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a. Kesadaran
b. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
2. Nadi
p. 108)
2) Body system
a. Sistem pernafasan
2013, p. 109)
b. Sistem kardiovaskuler
angkat
c. Sistem persarafan
109)
d. Sistem perkemihan
e. Sistem pencernaan
f. Sistem integument
g. Sistem musculoskeletal
h. Sistem endokrin
i. Sistem reproduksi
j. Sistem penginderaan
k. Sistem imun
2016, p. 103)
3) Pemeriksaan penunjang
aldosteronisme primer
terhadap hipertensi
hyperplasia (BPH)
p. 104)
Hipokoagubilitas, anemia.
encelopati
56
sebagai berikut :
penyakit.
kebutuhan oksigen.
6) Resiko cidera.
1. Penurunan Curah Jantung 1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, 1. Untuk mengetahui status kesehatan
adanya sianosis, status pernapasan, dan status dasar klien
Definisi : mental 2. Melihat ada tidaknya komplikasi yang
Ketidakadekuatan jantung memompa 2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema terjadi
darah untuk memenuhi kebutuhan dependen, kenaikan berat badan) 3. Untuk mengetahui adanya gangguan
metabolism tubuh. 3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan pada jantung yang lebuh spesifif
memerhatikan adanya awitan napas pendek, 4. Untuk kecukupan oksigen dalam tubuh
Batasan Karakteristik: nyeri, palpitasi, atau limbung 5. Mengetahi terhambat atau tidaknya
a. Tekanan Darah Meningkat 4. Evaluasi respon pasien terhadap terapi fungsi kognitif klien karena penyakit
b. Lelah oksigen 6. Untuk menurunkan TD
c. Nadi teraba lemah 5. Kaji kerusakan kognitif 7. Untuk mengobati kenaikan tekanan
6. Ajarkan teknik relaksasi otot progesif untuk darah yang lebih efektif
Tujuan : menurunkan tekanan darah
7. Kolaborisakan dengan dokter menyangkut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan parameter pemberian atau penghentian obat
3x24 jam diharapkan masalah tekanan darah
keperawatan dapat teratasi.
57
normal
4. Menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas fisik (mis. Tidak
mengalami dispnea, nyeri dada,
atau sinkopep
5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas,
dan batasan yang diperlukan (mis.
Untuk penyakit jantung)
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala
perburukan kondisi yang dapat
dilaporkan
2. Nyeri Akut 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien akan
memudahkan dalam intervensi
Definisi : 2. Lakukan pengkajian nyeri secara selanjutnya.
Pengalaman sensorik atau emosional komprehensif yang meliputi lokasi,
yang berkaitan dengan kerusakan karakteristik, onset/durasi, frekuensi, 2. Membantu dalam menentukan
jaringan actual atau fungsional, dengan kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri, dan kebutuhan manajemen nyeri dan
onset mendadak atau lambat dan faktor pencetus. keefektifan program.
berintensitas ringan hingga berat
berlangsung kurang dari 3 bulan. 3. Terjalin hubungan yang baik dan saling
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik percaya antara perawat dengan klien.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
keperawatan selama 3 x 24 jam di sampaikan penerimaan klien terhadap nyeri. 4. Membantu dalam menentukan
harapkan nyeri klien berkurang atau kebutuhan manajemen nyeri dan
tidak ada nyeri. keefektifan program.
4. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat
menurunkan/ memperberat nyeri. 5. Penggunaan teknik non farmakologi
NOC :Pain management (menejemen relaksasi dan distraksi dapat mengurangi
nyeri) nyeri.
a. Memperlihatkan tekhnik relaksasi 5. Ajarkan penggunaan teknik non
secara individual yang efektif. farmakologi. 6. Mengetahui perkembangan status
b. Melaporkan kesejahteraan fisik dan kesehatan klien dan mencegah
psikososial komplikasi lanjutan.
c. Melaporkan nyeri kepada 6. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
7. Memberikan edukasi untuk mengatasi
58
pelayanan kesehatan respirasi dengan tepat masalah nyeri yang dirasakan.
d. Mengenali faktor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk 8. Mengurangi rasa nyeri
memodifikasi faktor tersebut. 7. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien( tidur, nafsu
makan, perasaan klien)
3. Anisetas berhubungan dengan perubahan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien akan
besar ( takut terjadi fraktur) memudahkan dalam intervensi
ditandai dengan gelisah, ketakutan, 2. Monitor tanda-tanda vital selanjutnya
mengekspresikan kekhawatiran,
menyadari gejala fisiologis. . 2. Mengetahui perkembangan status
3. Monitor kemampuan perawatan diri secara kesehatan klien dan mencegah
Tujuan : Setelah dilakukan Tinadakan mandiri komplikasi lanjutan
Keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
cemas yang dirasakan klien dapat
betrkurang atau tidak terjadi kecemasan 4. Dengarkan dengan cermat apa yang 3. Sebagai tolak ukur bantuan yang akan
dikatakan klien tentang penyakit dan diberikan
NOC: tindakannya
a. Klien tidak menampakkan tanda- 4. Mendengar memungkinkan deteksi dan
tanda gelisah koreksi mengenai kesalah pahaman dan
b. Klien terlihat tenang 5. Berikan penjelasan tentang luka, proses kesalahan informasi.
penyembuhan luka dan tindak lanjut
perawatan 5. Pengetahuan tentang diagnosa dan
tindakan keperawatan meningkatkan
kepatuhan
6. Berikan kesempatan pada klien untuk
bertanya dan berdiskusi
6. Pertanyaan klien menandakan masalah
yang perlu diklarifikasi
59
Sumber : NANDA NIC NOC (2018)
60
61
2.4.3 Implementasi
(Setiadi, 2012).
2.4.4 Evaluasi
keperawatan.
objektif.
Tabel 2.4 Jurnal Penerapan Relaksasi Ototo Progesif untuk Hipertensi Esensial
Time / Lama
no. Pupulation Intervensi Comparation Outcome Jurnal
Penelitian
1. 22 responden. Relaksasi Otot Progesif Dan hasil analisis latihan 30 april – 08 Pengaruh Relaksasi Otot
Responden hari keempat relaksasi otot juli 2018 Progresif Terhadap Stres
dengan Hipertensi progresif didapatkan tekanan dan Tekanan Darah Pada
dipuskesmas darah sistolik sebelum dan Klien Hipertensi
langsa jawa timur sesudah latihan, 17
responden (77,27%)
memperoleh nilai positif,
dengan nilai mean rank test
9,00, hasil uji Z, dimana Z
hitung -3,695 < dari Z table
0,0002, dengan nilai (p value
=0,000), tekanan darah
diastolik sebelum dan
sesudah latihan didapatkan,
15 responden (68,18%)
memperoleh nilai positif,
dengan nilai mean rank test
8,00, hasil uji Z dimana Z
hitung -3,873 < dari Z table
0,0002, dengan
nilai (p value = 0,000).
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh
relaksasi otot progresif
terhadap stres dan tekanan
darah klien hipertensi di
63
Kota Langsa.
2. 2 pasien Di Relaksasi Otot Progesif diperoleh hasil bahwa 23-26 Penerapan Relaksasi
RSUD dr penerapan relaksasi otot Januari Otot Progresif untuk
Soedirman. progresif dapat 2019 Menurunkan Tekanan
memberikan pengaruh baik Darah pada Pasien
dalam menurunkan nilai Hipertensi di IGD
tekanan darah yaitu 20-30 RSUD Dr.Soedirman
mmHg pada tekanan Kebumen
sistolik dan 13-17 mmHg
pada tekanan diastolik.
3. sebanyak 37 Pemberian Relaksasi Otot tekanan darah sistolik dan 5 april 2018 Pengaruh Teknik
responden Progesif diastolik diperoleh nilai Relaksasi Otot Progresif
hipertensi di 0,000 (<0,05), yang berarti terhadap Tekanan Darah
Puskesmas ada pengaruh Teknik Lansia dengan
Bojong Soang Relaksasi Otot Progresif Hipertensi
terhadap Tekanan Darah
4. 30 pasien di Panti Progressive Muscle ansia yang mendapatkan 26 mei 2018 Pengaruh Progressive
Sosial Tresna Relaxation (PMR) intervensi kondisi Muscle Relaxation
Wherda sistolik menurun secara (PMR) terhadap
Palembang bermakna (p value < Penurunan Tekanan
0,05) dari 159,3 mmHg Darah pada Lansia
menjadi 130,6 mmHg Hipertensi di Panti
masuk dalam kategori Sosial Tresna Wherda
prehipertensi. Sedangkan Palembang
pada kelompok kontrol Provinsi Sumatera
tekanan darah sistolik Selatan Tahun 2018
tidak mengalami penurunan
yang signifikan (p
value > 0,05) dari 160,6
64
mmHg menjadi 155,3
dan masuk dalam hipertensi
derajat 1
5. sebanyak 30 Relaksasi Otot Progresif skor sistolik 134 mmHg, Juni sampai Relaksasi Otot Progresif
responden di nilai maximum 220 mmHg dari Juli Terhadap Tekanan
Puskesmas Pancur dan mean 157,77 mmHg, 2018 DarahPada Pasien
Batu Kabupaten serta skor sistolik Dari Hipertensi Dengan
Deli Serdang. pengukuran tekanan darah Waktu Yang Cepat
sistolik pada pre intervensi
dan post intervensi 1
menunjukkan penurunan
tekanan darah baik pada skor
minimum, skor maximum
dan juga pada skor
mean. Hasil penelitian
menunjukkan skor diastolik
post 1 memiliki skor
minimum 60 mmHg, skor
maximum 130 mmHg
dan skor mean 90,20 mmHg,
dari pengukuran tekanan
darah diastolik pada pre
intervensi dan post
intervensi 1 mengalami
penurunan tekanan darah
baik pada skor minimum,
skor maximum dan pada
mean.
65