Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian pada anak, terutama pada negara negara yang sedang berkembang
termasuk indonesia . Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang biasanya di dahului dengan infeksi saluran
pernafasan bangian atas dan sering di jumpai dengan gejala awal batuk,
dispnea, demam. Selain disebabkan oleh infeksi dari kuman atau bakteri juga
di dukung oleh kondisi lingkungan dan gizi pada anak. Peran perawat sangat
besar dalam upaya membantu menemukan dan mencegah angka kesakitan
atau angka kematian. Sering kali pasien Bronkopnemonia yang dirawat di
rumah sakit datang sudah dalam keadan lemas, tidak sadar, pernapasan
cuping hidung, sianosis, gelisah, (Dicky & Wulan, 2017). Pelayanan sesuai
standart dan komprehensif dapat diterapkan melalui asuhan keperawatan yang
optimal guna menghindari komplikasi lebih lanjut(Wijaya & Putri 2017,
n.d.).
Menurut Riskesdas tahun 2017, Bronkopnemonia adalah penyebab
kematian kedua balita di Indonesia. Data WHO 2005 memperkirakan terdapat
1,6-2,2 juta kematian akibat Bronkopnemonia atau sekitar 19% dari total 6
juta kematian pada anak. Pada 2016 jumlah kasus Bronkopenemonia pada
balita di Indonesia sebanyak 503.738 kasus sedangkan jumlah kematian balita
karena Bronkopnemonia kurang lebih sebanyak 551 jiwa. Di Jawa Timur
penderita Bronkopnemonia sebanyak 90.256 kasus, jumlah kematian balita
sebanyak 142 jiwa (Kemenkes, RI, 2017) .
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2015 Bronkopnemonia
merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak
922.000 balita di tahun 2015. Di Indonesia Bronkopenemonia tahun 2015
sebesar 0,16%, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014
sebesar 0,08% (Qadrijati, Nikmah, & Rahardjo, 2018).

1
Berdasarkan data dari ruang Seruni RSUD Jombang didapatkan dalam
lima bulan terakhir dari Desember 2018 – februari 2019 jumlah pasien
Bronkopnemonia dengan salah satunya masalah bersihan jalan napas tidak
efektif sebanyak 340 penderita (RSUD JOMBANG, 2019)
Adanya proses peradangan mengakibatkan proses pembersihan tidak
berjalan secara adekuat atau normal, akumulasi sekret pada bronkus sehingga
menyebabkan timbulnya masalah bersihan jalan napas tidak efektif (Nurari &
Kusuma, 2016). Adapun dampak dari penyakit Bronkopnemonia apabila
tidak ditangani dengan cepat dapat timbul komplikasi diantaranya yaitu,
Empiema, Otitis Media Akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat
seperti Atelektasis, Emfisema, atau komplikasi jauh seperti Meningitis (Dicky
& Wulan, 2017) .
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan bersihan jalan
napas tidak efektif adalah dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri
dan berkolaborasi dengan dokter untuk dapat menyelesaikan masalah. Asuhan
keperawatan mandiri dengan melakukan auskultasi suara napas, mencatat
adanya suara napas tambahan, memantau status oksigen pasien,
memposisikan pasien miring pada posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ventilasi, melakukan fisioterapi dada (clapping, vibrating, postural, drainase),
menggeluarkan sekret dengan nebulezer. Perawat sebagai pendidik atau
educator untuk pasien dan keluarga, mengajarkan cara melakukan fisioterapi
dada kepada keluarga. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibotik,
pemberian oksigen dan cairan intra vena (Dicky & Wulan, 2017)
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, mendorong peneliti untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Penatalaksanaan Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif pada Anak dengan Bronkopneumonia di Rumah Sakit Umum
Daerah Jombang” .

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penatalaksanaan bersihan jalan napas tidak efektif pada
anak Bronkopneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Jombang ?

2
1.3 Tujuan
Memberikan penatalaksanaan bersihan jalan napas pada anak
Bronkopneumoni di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Masyarakat :

Membudayakan pengelolahan pasien Bronkopneumonia dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif.

1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada anak

dengan Bronkopneumonia.

1.4.3 Penulis :

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

bersihan jalan napas tidak efektif pada anak dengan Bronkopneumonia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bronkopneumenia


2.1.1 Definisi
Bronkopneumenia Adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma
paru yang terjadi pada anak (Wijaya, 2013). Pneumonia adalah suatu proses
peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli
olehek sudat (Wijaya,2013).Bronkopneumonia adalahsuatu peradangan pada paru-
paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti virus, bakteri,
jamur, benda asing(Maidarti, 2013).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah
salah satu jenis penemonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam
satu atau lebih area terlokasi dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, jamur
dan beda asing (Riyadi, 2010)
2.1.2 Etiologi
Terjadinya bronkopeneumonia bermula dari adanya peradangan paru yang
terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Faktor penyebab utama adalah :
bakteri, virus, jamur dan benda asing (Maidarti, 2013)
1. Bakteri : Streptococcus, staphylococcus, klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumonia.

3. Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans.

4. Aspirasi makananm, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru.

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

4
2.1.3 Patofisiologi

Pada kuman penyebab bronkopneumonia, masuk ke dalam jaringan paru-paru

melalui seluru pernafasan atas ke bronkhiolus, kemudian kuman masuk ke dalam

alveolus ke alveolus lainya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada

dinding bronkhus atau bronkhiolus dan alveolus, proses radang ini selalu dimulai

pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluru lobus

(Riyadi, 2010) Adanya proses peradangan mengakibatkan akumulasi secret pada

bronkus sehingga menyebabkan timbulnya masalah ketidakefektifan bersihan jalan

napas (Maidarti, 2013) Adapun dampak dari penyakit bronkopneumonia apabila

tidak segera ditangani dengan cepat dapat timbul komplikasi diantaranya yaitu,

Empiema, Otitis Media Akut, Atelektasis, Emfisema, atau Meningitis (Maidarti,

2013)

5
2.1.4 Patways

6
2.1.5 Tanda Dan Gejala

Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh suatu infeksi di saluran

pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,

demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernapas

menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis terdengar adanya krekels di

atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi pengisian (rongga

udara oleh eksudat) (Maidarti, 2013)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Kaunang et al., 2016) untuk dapat menegakkan diagnosa

keperawatan dapat digunakan cara :

1) Pemeriksaan Laboratorium :

a) Pemeriksaan Darah

b) Pemeriksaan Sputum

c) Analisa gas darah

d) Kultur darah ( Sample darah, sputum dan urin)

2) Pemeriksaan Radiologi

a) Rontgen Thoraks

b) Laringoskopi / Bronkoskopi

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain:

1) Menjaga kelancaran pernafasan

2) Kebutuhan istirahat

7
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua

kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur

3) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Pasien Bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan

yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan

yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan

kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

4)Mengontrol suhu tubuh

5)Pengobatan

Pengobatan diberikan pada hari pertama mendapatkan perawatan

berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena hal itu perlu waktu

dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya O2 1lt/menit, diberikan

penisilin ditambah cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai

spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam

4-5 hari. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat

kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil

analisis gas darah (Maidarti, 2013)

2.1.8 Komplikasi

Adapun dampak dari penyakit Bronkopneumonia apabila tidak segera

ditangani dengan cepat dapat timbul komplikasi diantaranya yaitu, Empiema,

Otitis Media Akut, Atelektasis, Emfisema, atau Meningitis (Maidarti, 2013)

8
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumenia

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Wijaya, 2013)

a) Anamesa

1) Identitas Pasien

Bronkopneumonia lebih sering terjadi pada anak-anak, paling sering menyerang

anak usia Toddler.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya keluhan pada pasien Bronkopneumonia adalah adanya awitan

yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam > 37,6 0C, nyeri pleuritik,

batuk, sputum berwarna seperti karat, takipneu terutama setela adanya

konsolidasi paru.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pasien dengan Bronkopneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran

napas atas (infeksi pada hidung dan tenggorokan)

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Pada pasien dengan Bronkopneumonia dalam anggota keluarga ada yang pernah

menderita penyakit yang sama atau penyakit saluran pernapasan lain.

5) Riwayat Nutrisi

Adanya pengurangan nafsu makan klien berkurang (Maidarti, 2013)

Anda mungkin juga menyukai