PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data dari ruang Seruni RSUD Jombang didapatkan dalam
lima bulan terakhir dari Desember 2018 – februari 2019 jumlah pasien
Bronkopnemonia dengan salah satunya masalah bersihan jalan napas tidak
efektif sebanyak 340 penderita (RSUD JOMBANG, 2019)
Adanya proses peradangan mengakibatkan proses pembersihan tidak
berjalan secara adekuat atau normal, akumulasi sekret pada bronkus sehingga
menyebabkan timbulnya masalah bersihan jalan napas tidak efektif (Nurari &
Kusuma, 2016). Adapun dampak dari penyakit Bronkopnemonia apabila
tidak ditangani dengan cepat dapat timbul komplikasi diantaranya yaitu,
Empiema, Otitis Media Akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat
seperti Atelektasis, Emfisema, atau komplikasi jauh seperti Meningitis (Dicky
& Wulan, 2017) .
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan bersihan jalan
napas tidak efektif adalah dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri
dan berkolaborasi dengan dokter untuk dapat menyelesaikan masalah. Asuhan
keperawatan mandiri dengan melakukan auskultasi suara napas, mencatat
adanya suara napas tambahan, memantau status oksigen pasien,
memposisikan pasien miring pada posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ventilasi, melakukan fisioterapi dada (clapping, vibrating, postural, drainase),
menggeluarkan sekret dengan nebulezer. Perawat sebagai pendidik atau
educator untuk pasien dan keluarga, mengajarkan cara melakukan fisioterapi
dada kepada keluarga. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibotik,
pemberian oksigen dan cairan intra vena (Dicky & Wulan, 2017)
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, mendorong peneliti untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Penatalaksanaan Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif pada Anak dengan Bronkopneumonia di Rumah Sakit Umum
Daerah Jombang” .
2
1.3 Tujuan
Memberikan penatalaksanaan bersihan jalan napas pada anak
Bronkopneumoni di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
1.4.1 Masyarakat :
dengan Bronkopneumonia.
1.4.3 Penulis :
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.3 Patofisiologi
alveolus ke alveolus lainya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada
dinding bronkhus atau bronkhiolus dan alveolus, proses radang ini selalu dimulai
pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluru lobus
tidak segera ditangani dengan cepat dapat timbul komplikasi diantaranya yaitu,
2013)
5
2.1.4 Patways
6
2.1.5 Tanda Dan Gejala
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernapas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis terdengar adanya krekels di
atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi pengisian (rongga
1) Pemeriksaan Laboratorium :
a) Pemeriksaan Darah
b) Pemeriksaan Sputum
2) Pemeriksaan Radiologi
a) Rontgen Thoraks
b) Laringoskopi / Bronkoskopi
2.1.7 Penatalaksanaan
2) Kebutuhan istirahat
7
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
5)Pengobatan
berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena hal itu perlu waktu
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4-5 hari. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
2.1.8 Komplikasi
8
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumenia
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
a) Anamesa
1) Identitas Pasien
yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam > 37,6 0C, nyeri pleuritik,
konsolidasi paru.
Pada pasien dengan Bronkopneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran
Pada pasien dengan Bronkopneumonia dalam anggota keluarga ada yang pernah
5) Riwayat Nutrisi