Anda di halaman 1dari 45

LABORATORIUM PENGUKURAN LISTRIK DASAR

SEMESTER GENAP 2019/2020


OSILOSKOP

Di Buat Oleh :
Nama Praktikan : Isa Theresia Marweri
NIM : 32119008

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang dilakukannya praktikum ini yaitu memproyeksikan bentuk
sinyal baik sinyal analog maupun sinyal digital sehingga sinyal-sinyal tersebut
dapat dilihat,diukur, dihitung dan dianalisa sesuai denganbentuk keluaran sinyal
yang diharapkan. Osiloskop memegang peran yang sangat penting dalam bidang
perkembangan teknologi karena untuk menciptakan suatu perangkat elektronika
dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk menganalisis perangkat
yang akan dibuat sehingga perangkat tersebut dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan oleh pembuatnya.

Besaran listrik yang dapat diukur dengan menggunakan osiloskop antara lain
tegangan searah, tegangan bolak-balik, arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut
fasa, frekuensi, dan untuk bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti
waktu timbul dan waktu turun.

Mengingat besarnya peranan osiloskop diatas, maka perlu dilaksanakan


praktikum mengenai osiloskop. Dengan adanya praktikum osilioskop ini,
diharapkan praktikan mampu mamahami pengoperasian osiloskop secara baik dan
benar, mengetahui elemen-elemen penting dalam osiloskop dan kegunaannya
serta penerapan osiloskop dalam kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Melihat bentuk-bentuk gelombang listrik dalam layar osiloskop
2. Mengukur besar tegangan maksimum maupun puncak ke puncak dari
masing-masing gelombang listrik
3. Mengukur besar frekuensinya
4. Mengukur beda phasa dengan metode dua saluran dan metode x-y
5. Mengukur perbandingan frekuensi dari gelombang listrik

2
BAB II

TEORI DASAR

A. Pengertian Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan
sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan
memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu.
Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini
ditunjukkan bahwa pada sumbu vertikal (Y) merepresentasikan
tegangan V, pada sumbu horizontal (X) menunjukkan besaran
waktu t.
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan
panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi
hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat
sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis
melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk
kotak- kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu
waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel
kontrol berisi tombol- tombol yang bisa digunakan untuk
menyesuaikan tampilan di layar.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah
vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat
skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop
digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.
Osiloskop Dual Trace dapat memperagakan dua buah
sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya
digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang
berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.

3
Sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi seperti yang terlihat pada Gambar
2.1
Sumbu vertikal (Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horizontal
(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan
intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena
tidak dibutuhkan dalam pengukuran.

Gambar 2.1. Sinyal Osiloskop Dinyatakan Dalam Dimensi

Wujud dari osiloskop terlihat mirip sebuah pesawat televisi dengan


beberapa tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis (grid) pada layarnya.

Gambar 2.2. Osiloskop

Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan
untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk
melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

4
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada
layar monitor osiloskop, yaitu :
1. Gelombang sinusoidal
2. Gelombang blok
3. Gelombang gigi gergaji
4. Gelombang segitiga.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) di semua
perangkat yang menggunakan rangkaian VCO. Meskipun sudah
berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari
tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat tersebut. Untuk
menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat
fatal akibatnya..
B. Fungsi Osiloskop
a. Untuk menyelidiki gejala yang bersifat periodik.
b. Untuk melihat bentuk gelombang kotak dari tegangan
c. Untuk menganalisis gelombang dan fenomena lain dalam rangkaian
elektronika
d. Dapat melihat amplitudo tegangan, periode, frekuensi dari sinyal yang
tidak diketahui
e. Untuk melihat harga-harga momen tegangan dalam bentuk sinus maupun
bukan sinus
f. Digunakan untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah
terhadap waktu, yang ditampilkan pada layar
g. Mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran.
h. Mengukur keadaan perubahan aliran (phase) dari sinyal input
i. Mengukur Amlitudo Modulasi yang dihasilkan oleh pemancar radio dan
generator pembangkit sinyal
j. Mengukur tegangan AC/DC dan menghitung frekuensi

5
C. Fungsi Bagian Tombol Osiloskop
Tampak Depan

Gambar 2.3. Tombol Osiloskop Tampak Depan


Tombol/sakelar kontrol dan indikator Osiloskop berdasarkan gambar diatas
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Bagian dan Fungsin Osiloskop

NO BAGIAN BAGIAN FUNGSI

Tombol Power ON/OFF berfungsi

1 TOMBOL POWER ON/OFF untuk menghidupkan dan


mematikan Osiloskop

Lampu Indikator berfungsi sebagai


Indikasi Osiloskop dalam keadaan
2 LAMPU INDIKATOR
ON (lampu Hidup) atau OFF
(Lampu Mati)

Rotation pada Osiloskop berfungsi


untuk mengatur posisi tampilan
3 ROTATION garis pada layar agar tetap berada
pada posisi horizontal. Untuk
mengatur rotation ini, biasanya

6
harus menggunakan obeng untuk
memutarnya.

Intensity digunakan untuk


mengatur kecerahan tampilan
4 INTENSITY
bentuk gelombang agar mudah
dilihat.

Focus digunakan untuk mengatur

5 FOCUS penampilan bentuk gelombang


sehingga tidak kabur

CAL digunakan untuk Kalibrasi

6 CAL tegangan peak to peak (VP-P) atau


Tegangan puncak ke puncak.

Posistion digunakan untuk

POSITION mengatur posisi Vertikal (masing-


7
masing Saluran/Channel memiliki
pengatur POSITION).
Saat tombol INV ditekan, sinyal

8 INV (INVERT) Input yang bersangkutan akan


dibalikan.

Sakelar yang digunakan untuk


memilih besarnya tegangan per
sentimeter (Volt/Div) pada layar
Sakelar VOLT/DIV Osiloskop. Umumnya, Osiloskop
9
memiliki dua saluran (dual
channel) dengan dua Sakelar
VOLT/DIV. Biasanya tersedia
pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.

7
Fungsi Variable pada Osiloskop
adalah untuk mengatur kepekaan
(sensitivitas) arah vertikal pada
saluran atau Channel yang
10 VARIABLE bersangkutan. Putaran Maksimum
Variable adalah CAL yang
berfungsi untuk melakukan
kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat
pada 1cm di Layar Osiloskop.

Pilihan AC digunakan untuk


mengukur sinyal AC, sinyal input
yang mengandung DC akan
ditahan/diblokir oleh sebuah
Kapasitor. Sedangkan pada pilihan
11 AC – DC
posisi DC maka Input Terminal
akan terhubung langsung dengan
Penguat yang ada di dalam
Osiloskop dan seluruh sinyal input
akan ditampilkan pada layar
Osiloskop.
Jika tombol GND diaktifkan, maka
Terminal INPUT akan terbuka,
GND
12 Input yang bersumber dari
penguatan Internal Osiloskop akan
ditanahkan (Grounded).

VERTICAL INPUT CH-1 Sebagai VERTICAL INPUT untuk


13
Saluran 1 (Channel 1)
Sebagai VERTICAL INPUT untuk
14 VERTICAL INPUT CH-2
Saluran 2 (Channel 2)

8
Sakelar MODE pada umumnya
terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1,
CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk
gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk
gelombang Saluran 2 (Channel 2).
DUAL = Untuk menampilkan
15 Sakelar MODE
bentuk gelombang Saluran 1
(CH1) dan Saluran 2 (CH2) secara
bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan
kedua masukan saluran/saluran
secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu
gambar bentuk gelombang pada
layar.

Untuk pembesaran (Magnification)


16 x10 MAG
frekuensi hingga 10 kali lipat.

Untuk penyetelan tampilan kiri-


17 POSITION
kanan pada layar.

Pada fungsi XY ini digunakan,


Input Saluran 1 akan menjadi Axis
18 XY
X dan Input Saluran 2 akan
menjadi Axis Y.

Sakelar TIME/DIV digunakan


19 Sakelar TIME/DIV
untuk memilih skala besaran waktu

9
dari suatu periode atau per satu
kotak cm pada layar Osiloskop.

Ini berfungsi untuk kalibrasi


20 Tombol CAL (TIME/DIV)
TIME/DIV

Fungsi Variable pada bagian


21 VARIABLE
Horizontal adalah untuk mengatur
kepekaan (sensitivitas)
TIME/DIV.
GND merupakan Konektor yang
22 GND
dihubungkan ke Ground (Tanah).

CHOP adalah menggunakan


potongan dari saluran 1 dan
saluran 2.
23 Tombol CHOP dan ALT
ALT atau Alternate adalah
menggunakan saluran 1 dan
saluran 2 secara bergantian.

HOLD OFF HOLD OFF untuk mendiamkan


24
gambar pada layar osiloskop.
LEVEL atau TRIGGER LEVEL
digunakan untuk mengatur gambar
25 LEVEL
yang diperoleh menjadi diam atau
tidak bergerak.

NORM : Pemicuan dilakukan

TOMBOL NORM dan AUTO secara normal


26
AUTO : Pemicuan dilakukan
secara otomatis

Tombol LOCK Memperlambat gerakan pada layar


27
osiloskop

10
Menunjukan hubungan dengan

28 Sakelar COUPLING sinyal searah (DC) atau bolak


balik (AC).

29 SAKELAR SOURCE Penyesuai pemilihan sinyal.

(Alternate) menggunakan
30 TRIGGER ALT
bergantian Channel1 dan Channel
2
Normal digunakan yang +.

31 SLOPE Gunakan yang – untuk kebalikan


gelombang

EXT Trigger yang dikendalikan dari


32
rangkaian di luar Osiloskop.

Penampilan pada Layar (Display)


1. Layar Osiloskop
2. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang
mewakili sinyal
3. Garis Grid Horizontal
4. Garis Grid Vertical
5. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal
ii. Tampak Belakang

Gambar 2.4. Port Osiloskop Tampak Belakang

11
Port kontrol dan indikator Osiloskop berdasarkan gambar diatas sebagai
berikut :
1. Security loop yaitu keamanan (Non Teknis)
2. Carrying Handle yaitu alat bantu untuk memindahkan osiloskop
3. Power On/Off yaitu menyalakan atau mematikan DSO BK-2542B
4. AC Line Input yaitu terminal kabel power dari sumber AC/PLN
5. Pass/Fail Output yaitu mengeluarkan sinyal sisa pemfilteran
6. LAN Interface Port yaitu terminal untuk kabel jenis LAN
7. RS232 Serial interface Port yaitu terminal untuk kabel serial
8. USB Device Interface Port yaitu Terminal untuk komunikasi dengan port
USB PC
9. Rear Rubber Feet yaitu penyangga osiloskop (Non teknis)
10. Ventilation Fan yaitu pendingin utama DSO

D. Fungsi Osiloskop Secara Umum

Secara umum Osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-
ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang
diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan
dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan
dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan Osiloskop lainnya, yaitu:
 Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu
 Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi
 Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik
 Membedakan tegangan AC dengan tegangan DC
 Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai
tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji
ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang
membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis
vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan
untuk menyesuaikan tampilan di layar.
12
Pada umumnya Osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua
sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua
untuk melihat sinyal keluaran.
Untuk dapat menggunakan Osiloskop, ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan
diperlihatkan pada layar monitor Osiloskop, yaitu:
 Gelombang sinusoida
 Gelombang blok
 Gelombang gigi gergaji
 Gelombang segitiga.
Secara umum Osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg
menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan Osiloskop,
kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung
frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk
menggunakan Osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya.

E. Prinsip Kerja Osiloskop

Bagian utama dari sebuah CRO adalah tabung sinar katoda (CRT =
Cathode-Ray Tube), sehingga disebut sebagai osiloskop sinar katoda.
Komponen CRT adalah pistol elektron (Electron Gun), pelat pembelok, layar
pendar dan tabung kaca pembungkus (lihat gambar 2.5). Pistol Elektron akan
menembakkan berkas elektron ke arah layar pendar, sehingga nampak di
layar sebagai pendaran sinar ketika elektron menabrak layar. Pada pistol
elektron, berkas eletron ini berasal dari katoda yang dipanasi sehingga
elektron dapat melepaskan diri dari atomatom material katoda, selanjutnya
elektron akan bergerak dipercepat ke arah anoda akibat beda tegangan yang
diberikan antara katoda dan anoda, dari sinilah istilah sinar katoda berasal.

13
Gambar 2.5. Skema Kerja Osiloskop

Setelah lepas dari pistol elektron, berkas elektron bergerak menuju layar
pendar akibat energi kinetik yang dimilikinya. Sebelum mencapai layar
pendar, berkas elektron akan bertemu dengan dua pasang lempeng pembelok,
yaitu sepasang lempeng pembelok arah vertikal dan sepasang lempeng
pembelok arah horizontal. Lempeng pembelok ini berupa logam yang diberi
tegangan, sehingga elektron akan berbelok ketika melewati medan listrik
yang dibangkitkan oleh lempeng ini. Lempeng pembelok arah vertikal
dihubungkan dengan pengua vertikal yang tersambung dengan jalur masukan
sinyal, sehingga simpangan pada arah vertikal dari berkas elektron akan
mengikuti bentuk simpangan dari sinyal yang masuk ke CRO. Besarnya
penguatan dapat diatur oleh pengguna CRO melalui tombol VOLT/DIV.
Lempeng pembelok arah horizontal dihubungkan dengan penguat
horizontal yang tersambung dengan generator basis waktu (time base
generator) atau disebut juga generator ‘sapuan’ (sweep generator) milik CRO.
Generator sapuan ini membangkitkan sinyal berbentuk
gigi gergaji sehingga beda tegangan antar lempeng pembelok horizontal
mengalami kenaikan beda tegangan secara linear, kemudian jatuh ke nilai nol
dan kembali naik secara linear. Bentuk sinyal ini menyebabkan berkas
elektron akan ‘menyapu’ layar dari tepi kiri ke tepi kanan layar, kemudian
kembali
14
terulang secara terus menerus. Besarnya penguatan pada arah horizontal ini
dapat diatur dengan pengguna CRO melalui tombol TIME/DIV.
Apabila sinyal masukan bersifaf periodik, tampilan yang stabil di layar
CRT dapat dimunculkan dengan memulai sapuan horizontal pada titik yang
sama di layar. Untuk melakukan ini, sampel dari sinyal masukan diteruskan
ke rangkaian pemicu (trigger circuit) yang akan memicu pulsa yang
digunakan untuk menyalakan generator sapuan yang selanjutnya akan
memulai sapuan arah horizontal dari arah kiri layar.
1. Osiloskop Analog
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas
electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar Osiloskop langsung
ditampilkan bentuk gelombang tersebut.
Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik
dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda
(CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih
murah daripada Osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah
dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di
layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat
gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang
dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang
sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang
yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan Osiloskop analog tersebut dapat
diatasi oleh Osiloskop digital.

15
2. Osiloskop Digital
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan
ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi
besaran digital.
Dalam Osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disamping
(dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini
bersama-sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, Osiloskop
digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia
mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk
memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan)
gelombang yang akan diukur.
Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi
gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan
teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan
teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-
kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur.

F. Cara Penggunaan Osiloskop

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar
tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian.
Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal
masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position.
Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan
pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuanyaitu tegangan
persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan
menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada
layar. Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak
vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak
dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus
terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan
potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada
gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

16
 Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping untuk
kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
 Memastikan probe dalam keadaan baik.
 Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
 Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi
tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang
besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x
(peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
 Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
 Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
 Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
 Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

G. Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada
sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan
besaran waktu t.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah
horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan
untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.`

Gambar 1. Bentuk Tampilan Pada Layar Osiloskop


Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama.
Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam
suatu rangkaian elektronik.

17
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y)
merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t.
Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya
diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.

Gambar 2. Bentuk Fisik Osiloskop


Wujud/bangun dari osiloskop mirip-mirip sebuah pesawat televisi dengan beberapa tombol
pengatur. kecuali terdapat garis-garis(grid) pada layarnya.

Osiloskop adalah alat ukur listrik yang menunjukkan besaran yang sesungguhnya, berbeda
dengan alat ukur listrik yang lainnya yang hanya mengukur besaran efektifnya. Dari besaran
sesungguhnya terukur maka dapat diketahui besaran tegangan maksimum dan besaran tegangan
puncak ke puncak maupun besaran frekuensinya,

misalnya besaran terukur sinusoidal seperti gambar 4 berikut :

Vm : Tegangan maksimum (volt)

Vp-p : tegangan puncak kepuncak (volt)

T : Waktu periode (detik)

F : 1/T (Hertz) V

18
Gambar 3. Gelombang Sinusoidal
Untuk melihat bentuk gelombang listrik gambar 4 hanya diperlukan osiloskop satu saluran,
tetapi jika diperlukan melihat dua bentuk gelombang listrik atau lebih diperlukan osiloskop dua
saluran atau lebih. Pemakaian osiloskop dua saluran untuk mengukur beda phasa akan
menghasilkan gambar 5 seperti berikut :

Gambar 4. Beda Phasa


Ø = sudut beda phasa

Jika osiloskop diatur pada kedudukan X-Y, pada layar akan tampak diantaranya seperti pada
gambar 2.3 ( gambar Rissayous) berikut :

Besar beda phasa =


arcsin ( AB )
19
Gambar 5. Lissayous Beda Phasa
Juga dengan metode X-Y dapat ditentukan perbandingan besar frekuensi dua gelombang
listrik, yang salah satunya dapat dicontohkan seperti pada gambar berikut:

Perbandingannya adalah :

fx ny
=
fy nx

Dimana :

fx = frekuensi pada colok x

fy = frekuensi pada colok y

nx = jumlah lengkungan yang menyinggung garis horizontal

ny = jumlah lengkungan yang menyinggung garis vertic

Gambar 6. Lissayous Frekuensi

20
21
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN


Tabel 3.1 Alat dan Bahan
NO Alat dan Bahan Jumlah Jumlah

1 Resistor 33 KΩ 1 Buah

2 Kapasitor 10 µF 1 Buah

3 Transformator 220/3 Volt 1 Buah

AFG (Audio Frekuency


4 1 Buah
Generator)

6 Osiloskop 2 saluran 1 Buah

7 Kabel Secukupnya 16 Buah

8 Multimeter 1 Buah

9 Papan Percobaan 1 Buah

22
B. Gambar Rangkaian Percobaan
1. Kalibrasi Osiloskop

Gambar 7. Rangkaian Kalibrasi Osiloskop

2. Mengukur Beda Phasa

Gambar 8. Rangkaian Pengukuran Beda Phasa


3. Mengukur Frekuensi

23
AF CRO ≈
C C
G H1 H2
V 3
V

220

Ch2

Gambar 4.2. Pengukuran Frekuensi

A B C

Gambar 4.2 Lissajous beberapa frekuen

24
C. Prosedur Percobaan
1. Kalibrasi Osiloskop
 Nyalakan Osiloskop
 Sambungkan terminal CH1 sesuai pada gambar 8
 Lakukan hal yang sama pada terminal CH2
 Sesuaikan tegangan dan frekuensi pada Osiloskop menyesuaikan skala
VOLT/DIV dan TIME/DIV
 Pastikan VAR pada posisi CAL
 Maka, kalibrasi Osiloskop akan berjalan.

2. Pengukuran Tegangan dan Frekuensi


 Osiloskop pada percobaan a (kalibrasi), menggunakan salah satu
saluran yang akan digunakan. Mengukur tegangan dari AFG dengan
voltmeter sebesar 5 Volt, serta mangatur frekuensinya ± 1 kHz
 Mengukur keluaran AFG dengan osiloskop, mengukur skala
“volt/div”, maupun “time/div”. sehingga diperoleh gambar yang jelas.
 Menunjukkan bentuk bentuk gelombang lengkap dengan skala volt/div
dan time/div-nya.
 Menunjukkan berapa tegangan maksimum dan tegangan puncak
kepuncak yang terlihat pada layar masing-masing gelombang
 Menunjukkan besar frekuensi yang ditunjukkan pada layar osiloskop

3. Mengukur Beda Phasa


 Membuat rangkaian sesuai gambar 9
 Mengukur AFG pada skala sinusoidal 1 kHz dan tegangannya 2 volt,
atur pula osiloskop pada mode “dual” dan skala sweep time/div.
 Menunjukkan bentuk gelombang lengkap dengan skala volt/div dan
sweep time/div, menunjukkan besar beda phasanya.
 Mengubah skala sweep time/div pada posisi X-Y, dengan saklar
pemilih 10 dan 19 pada posisi ground, mengatur tombol posisi
sehingga diperoleh titik cahaya ditengah skala sumbu.

25
 Mengubah saklar pemilih 10 dan 19 keposisi AC. Menunjukkan hasil
pengukuran lengkap dengan skala volt/did an sweep time/div serta
menghitung besar beda phasanya.

4. Mengukur Frekuensi
 Membuat rangkaian seperti gambar 10
 Mengukur tegangan keluaran AFG sebesar 3 volt
 Mengatur frekuensi AFG sehingga didapat gambar pada layar
 Menghitung perbandingan frekuensi trafo dengan frekuensi AFG,
membandingkan dengan yang tertera dalam skala AFG
 Mematikan osiloskop dengan skala volt/div pada skala besar.
 Rapikan alat dan bahan dan kembalikan ke teknisi.

D. Analisis Perhitungan
Rumus Mencari Priode dapat menggunakan Rumus Sebagai
Berikut :

(1)
T
f
=
1
Rumus Mencari Frekuensi dapat menggunakan Rumus Sebagai
Berikut :

f (2)
T
=
Rumus Mencari Vp-p dapat menggunakan Rumus Sebagai Berikut :
1

Vp−𝑝 = 𝑉𝑝 . 2 (3)

Rumus Mencari Vp dapat menggunakan Rumus Sebagai Berikut :


𝑉𝑝−𝑝
𝑉𝑝 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 (4)
=2

26
Rumus Mencari Vrms dapat menggunakan Rumus Sebagai Berikut :

V (5)
V r mm
s = √2

Rumus Mencari beda fase dapat menggunakan Rumus sebagai berikut:

(6)
θ= ∆L x 360o
I

27
Rumus untuk metode Lissajous

Metode X-Y (Lissajous) dapat ditentukan perbandingan besar frekuensi


dua gelombang listrik, yang salah satunya dapat dicontohkan seperti pada
gambar berikut:

A B
X

Gambar 5.1 Lissayous Beda Phasa

Fx nx

Perbandingannya = (7)
adalah : fy ny

Dimana :

fx = frekuensi pada colok x


fy = frekuensi pada colok y
nx = jumlah lengkungan yang menyinggung garis horizontal
ny = jumlah lengkungan yang menyinggung garis verti

28
BAB IV

DATA DAN HASIL PERCOBAAN

1. Kalibrasi Osiloskop

Gambar 9. Keluaran Percobaan Kalibrasi


2. Pengukuran Tegangan dan Frekuensi

Gambar 10. Keluaran Pengukuran Tegangan dan Frekuensi

29
3. Mengukur Besa Phasa

Gambar 11. Gelombang Beda Phasa a

 A

Gambar 12. Gelombang Keluaran A


 B

30
Gambar 13. Gelombang Keluaran B
 C

Gambar 14. Gelombang Keluaran C

BAB V
31
PEMBAHASAN

A. Perhitungan Secara Teori


Dalam mengetahui perbandingan antara pengukuran dengan teori, maka dari itu
menentukan nilai secara teori sebagai berikut :
1. Kalibrasi Osiloskop
a. Tegangan
Diketahui 2 div dari puncak ke puncak dan 1 V/div
Vp-p = 2 div . 1 V / Div
=2V
Dalam hal ini sesuai dengan tegangan peak to peak yang tertulis pada
osiloskop
b. Frekuensi
Diketahui 2 div dalam satu gelombang dan 0,5 ms/div

T = 0,5 × 10-3 Sekon/Div × 2 Div


T = 10-3 Sekon
1 1
= =1000 Hz=1 kHz
F = T 0 ,001

Dalam hal ini sesuai dengan frekuensi yang tertulis pada osiloskop

2. Percobaan I
Dalam percobaan ini tegangan dari AFG sebesar 5 Volt serta frekuensi sebesar 1 kHz,

32
sehigga dalam percobaan dapat menentukan besar tegangan dan frekuensinya
sebagai berikut :
a. Tegangan
Diketahui Vrms =5V

Sehingga :

Vmax = Vrms x 1,4

= 5 x 1,4

=7V

Vp-p = 2 X 5

= 10
= 10 V

B. Frekuensi
Diketahui frekuensi1kHz Sehingga

1
f=
T
1
T= = = 1 ms
f 1000Hz

3. Percobaan II
Percobaan mengukur beda phasa, dalam percobaan ini tegangan dari AFG sebesar 2
33
Volt serta frekuensi sebesar 1 kHz, sehigga dalam percobaan dapat menentukan besar sudut
θ sebagai berikut :
Rangkaian RC :
𝑍𝑅 = 33000 Ω∠0°

𝑍𝐶 = 𝑋𝐶 =1 /𝜔𝑐

= 1 2𝜋𝑓𝑐

= 1 2𝜋×1000×10−8

= 1 2𝜋.10−5

= 105 2𝜋

= 15923 Ω

= 15,923 𝐾Ω∠−90°

𝑍𝑇 = 𝑍𝑅 + 𝑍𝐶

= 33000∠0°+ 15923∠ −90°

= 36640,71 ∠−25,75°

34
𝐼 =2 ∠ 0° 36640,71 ∠−25,75°

= 5,45 ×10−5∠ 25,75°

= 0,0545 𝑚𝐴 ∠ 25,75°

𝑉𝑅 = 𝐼 ×𝑍𝑅

= 0,0545 𝑚𝐴 ∠ 25,75° × 33000∠0°

= 1,79∠ 25,75°

𝑉𝑅(𝑡) = 1,79√2sin (𝜔𝑡+25,75)

𝑉 = 2 𝑉∠ 0°

𝑒(𝑡) = √2 𝑥 2 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡

= 2,82 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡

𝑉𝐶 = 𝐼 × 𝑍𝐶

= 0,0545 𝑚𝐴 ∠ 25,75° × 15923∠ −90°

= 0,86∠−64,25°

𝑉𝐶(𝑡) = 0,86√2sin (𝜔𝑡−64,25)

𝑏𝑒𝑑𝑎 𝜃= 64,25°

35
4. Percobaan III
Pengukuran frekuensi dengan metode Lissajous, dalam percobaan ini tegangan keluaran
pada AFG adalah 3 Volt. Sehingga osiloskop diatur untuk mendapatkan gambar seperti
Gambar 4.2. Untuk menghitung pengukuran frekuensi lissajous maka dapat menggunakan
rumus seperti dibawah ini dan langkah-langkah penyelesesaiannya : Untuk mengukur
Frekuensi dengan Volt/Div (5 V) dan Time/Div (0.5 ms) digunakan formula (1) dan (2),
adapun cara penyelesainnya sebagai berikut :

T1 = jumlah kotak horizontal x time/div

T1 = 2 x 0.5

T1 = 1 ms

T1 = 0.01 s

Maka :

1
F1 =
0.01

F1 = 100 Hz

Atau :

Untuk menghitung frekueensi berdasarkan sumbu y maka digunakan formula (2),


sebagaimna telah diketahui frekuensi sumbu X (50 Hz), maka hasilnya dicari dengan
cara :

Fx ny
=
Fy nx

nx
Fy = x Fy
ny

2
Fy = x 50
1

Fx = 100 Hz

Untuk mencari frekuensi pada gambar 2 dan gambar 3 maka digunakan rumus yang sama
seperti rumus di atas, sehinggan hasil perhitungannya dapat dilihat dibawah ini :

36
F2 = 50 Hz

F3 = 33.3 Hz

37
B. Perbandingan Teori dan Praktek

Dalam Mengetahui besarnya perbedaan antar praktek dan teori maka digunakan
sebuah rumus yang disebut Error (%), kemudian dengan mengambil contoh pada tabel
5.1
Perhitungan−Pengukuran
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%) = X 100 %
Perhitungan
2−2
= X 100%
2
=0%
Untuk menentukan error pada perbandingan percobaan yang lain dapat menggunakan
rumus yang sama dengan diatas dan hasil error dapat dilihat pada tabel 5.1, 5.2, 5.3 dan
5.4

Tabel 5.1 Perbandingan teori dan praktek pengkalibrasi osiloskop

Vp- Frekuensi
p
Teori Praktek Error Teori Praktek Error
(V) (V) (%) (Hz) (Hz) (%)
2 2 0% 1000 1000 0

Tabel 5.2 Perbandingan teori dan praktek perhitungan tegangan dan frekuensi

Vp-p (V) Vmax (V) Vrms (V) Frekuensi (Hz)


T P % T P % T P % T P %
15 10 20 7,5 7 6,6 5 4,94 1,2 1000 1000 0

Tabel 5.3 Perbandingan teori dan praktek pengukuran beda fasa rangkaian RC

Ɵ
Teori (°) Praktek (°) Error (%)
64,25° 75,78° -0,17

38
Tabel 5.4 Perbandingan teori dan praktek perhitungan frekuensi dengan lissajous

Fy Fy Fy
1 2 3
Teori Praktek Error Teori Praktek Erro Teori Praktek Error
(Hz) (Hz) (%) (Hz) (Hz) r (Hz) (Hz) (%)
(%)
100 100,3 -0,03 50 50,10 -0,2 33,3 33,24 0,18

A. Analisa Hasil Praktikum

Setelah melakukan percobaan dan perhitungan teori hasil analisa yang kami
peroleh yaitu:

1. Berdasarkan data yang ditunjukkan tabel 6.1, pada percobaan kalibrasi


kami memperoleh persentase kesalahan (error) yaitu 0% ini dikarenan
tingginya ketelitian oleh praktikan. Di mana pada osiloskop untuk
kalibrasi Vp-p 2 Volt dan frekuensi 1 kHz. Kalibrasi ini dilakukan untuk
agar pengukuran yang dilakukan dapat meningkatkan keakuratan nilai.
2. Berdasarkan data yang ditunjukan pada tabel 6.2 didapatkan hasil
perhitungan Vp-p, Vmax, dan Vrms,. Dari perbedaan tersebut kita dapat
menentukan persentase kesalahan (error) sebesar ±6%. Hal ini mungkin
disebabkan karena beberapa faktor seperti kurang teliti praktikan dalam
membaca alat ukur, sehingga gelombang yang dihasilkan pada osiloskop
tidak akurat. Untuk frekuensinya diperoleh data yang sama antara teori
dan praktek yaitu sebesar 1000 Hz. Berdasarkan data tersebut diperoleh
kesalahan sebesar 0% sehingga antara pengukuran dan perhitungan
manual didapatkan hasil yang sinkron.
3. Berdasarkan yang ditunjukka pada tabel 6.3. didapatkan hasil
perbandingan sudut phasa (θ), di mana perbedaan ini cukup jauh yang
selisihnya 4,32 sehingga besar persentase kesalahannya 6,7 %. Hal ini
mungkin disebabkan karena beberapa faktor seperti tidak rapatnya
kapasitor pada papan percobaan atau kurang telitinya praktikan dalam
membaca alat ukur dan penentuan besaran output dari AFG , sehingga
gelombang yang dihasilkan pada osiloskop tidak akurat.

39
4. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 6.4. terjadi
perbedaan antara teori dan praktek. Di mana hasil dari
teori dan praktek tidak jauh berbeda. Dalam percobaan ini
tiga bentuk yang diukur yang dari data tersebut kita dapat
mengetahui persentase kesalahannya sebesar ±0.2 %
Adanya perbedaan yang ada mungkin disebabkan oleh
kurang telitinya praktikan dalam menentukan dan
membaca alat ukur.

BAB VI

JAWABAN PERTANYAAN

Soal 1

1. Gambarkan proses terjadinya gambar lissajous pada percobaan 4 sehingga


didapatkan gambar seperti gambar berikut :

Gambar 6.1 Lissajous beberapa frekuensi

Solusi 1`

Proses terjadinya bentuk Lissajous dengan beberapa frekuensi yang


berbeda dapat dilihat gambarnya pada data percobaan pengukuran frekuensi
dengan Lissajous.

Soal 2

40
2. Berapa beda fasa antara AFG dengan trafo pada percobaan 4 ?
Solusi 2

Berdasarkan bentuk-bentuk Lissajous pada data percobaan pengukuran frekuensi


dengan Lissajous serta persamaan (2) dapat dihitung besar beda fasa untuk
bentuk gelombang Lissajous dengan f = 50 Hz, 100 Hz, dan 33 Hz sebagai
berikut :
f = 50 Hz
A
Besar beda fasa = arc sin
B
2,2÷¿
= arc sin ¿
2,2÷¿ ¿
= 900
Untuk f = 100 Hz dan 33 Hz caranya sama dengan yang di atas sehingga di
dapatkan besar beda fasanya yaitu 900.
Soal 3

3. Sebutkan keuntungan dan kerugian osiloskop sebagai pengukur tegangan !


Solusi 3

a. Kelebihan

Mampu menggambarkan nilai tegangan yang dihasilkan yang


selalu berubah tehadap waktu secara periodik, sehingga
memperlihatkan bentuk gelombang.

b. Kekurangan
Pengamatan sinyal – sinyal listrik dengan osiloskop
mempunyai keterbatasan dalam perbandingan frekuensi antara
sinyal – sinyal tersebut (perbandingan maksimum 10 : 1)
sehingga penggunaannya cukup terbatas.

41
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
1. Intensitas kecerahan bintik dapat diatur menggunakan
tombol intensity dan kefokusan bintik dapat diatur menggunakan tombol
focus. Hal yang perlu digarisbawahi adalah bintik yang terlalu tinggi
intensitas dan fokusnya dapat merusak layar pada display osiloskop.
2. Bintik dapat digerakkan secara vertikal dan horizontal.
Tombol vertical position digunakan untuk menggerakkan bintik secara
vertikal (atas-bawah) dan tombol horizontal position digunakan untuk
menggerakkan bintik secara horizontal (kanan-kiri).
3. Untuk mengetahui besarnya waktu sapuan bintik
digunakan saklar Time/Div. Semakin kecil skala Time/Div maka semakin
cepat waktu sapuan bintik dan sebaliknya, semakin besar skala Time/Div
maka semakin lambat waktu sapuan bintiknya.
4.   Osiloskop dapat digunakan untuk mengukur tegangan
DC (baterai) dengan menggunakan tombol Volt/Div.
5. Osiloskop juga dapat digunakan untuk periode dan
frekuensi tegangan dengan menganalisa gelombang yang terbentuk pada layar
osiloskop serta dapat digunakan untuk membedakan sumber tegangan AC
dari tegangan DC yan tidak murni
B. Saran
1. Dalam melakukan praktikum, hendaknya selalu berhati-hati karena alat dan
bahan yang digunakan mudah rusak, disamping itu alat dan bahan juga
sangat membahayakan bagi kesehatan atau kehidupan.
2. Saat melakukan praktikum praktikan harus selalu menggunnakan peralatan
K3 demi keselamatan dalam bekerja.

42
3. Selalu mengikuti arahan dan petunjuk dari guru pembimbing demi
tercapainya hasil praktikum yang maksimal.
4. Praktikan juga sangat mengharapkan adanya kritikan yang sifatnya
membangun pada laporan ini agar kedepannya praktikan dapat membuat
laporan yang lebih baik

43
DAFTAR PUSTAKA

- Boylestad, Robert L. 2003. Introductory Circuit Analysis, 10th Edition.


USA : Prentice Hall
- Hamdani. 2016. Jobsheet Laboratorium Pengukuran Dasar. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang
https://teknikelektronika.com/bagian-bagian-osiloskop-kontrol-dan-indikator-
osiloskop/
http://belajarelektronika.net/pengertian-osiloskop-kegunaan-dan-cara-kerjanya/

44
45

Anda mungkin juga menyukai