Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA AKSEPTOR BARU KB IMPLAN.

PADA NY.N

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Departemen Maternitas

DI SUSUN OLEH :
ALFONSA BOBA DUNGA
2019611024

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020
A. PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk
mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak di inginkan,
mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan,
menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan,alat yang digunakan untuk menunda kehamilan dan
menjarangkan jarak kelahiran.
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a) Mendapatkan objektif tertentu
b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d)  Mengatur interval diantara kelahiran
e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami 
istri
f)  Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasaldari kata


kontra berarti mencegah atau melawan.Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)yang mengakibatkan
kehamilan.Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebag
ai akibat pertemuan seltelur yang matang dengan sel sperma tersebut.

B. TUJUAN
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran,
mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita.Serta mencapai
keluarga yang sejahtera. Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana
(KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penuruna
n tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama sama dengan usaha pembangunan yan
g lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
C. STRATEGI PELAKSANAAN KB

Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:


1. Strategi dasar·
 Meneguhkan kembali program di daerah·
 Menjamin kesinambungan program2.
 
2. Strategi operasional·
 Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional·
 Peningkatan kualitas program dan program prioritas·
 Penggalangan dan pemantapan komitmen·
 Dukungan regulasi dan kebijakan·
 Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

D. JENIS-JENIS KB
Menurut Kusumaningrum (2009), terdapat beberapa jenis kontrasepsi,diantaranya:
1. Kontrasepsi PIL

Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik disebut


pil kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau
Pil Progestrin.

a) Cara Kerjaa.
1. Menekan ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan
terjadi ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi
kehamilan.
2. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
3. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan pros
es implantasi
4. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
b) Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas
praktisnya sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa
meminum pil secara teratur.
c) Keuntungan.
1. Mudah penggunaannya dan mudah didapat
2. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
3. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
dan Kista Ovarium
4. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
5. Pemulihan kesuburan hampir 100%

d) Baik untuk wanita yang:


1. Masih ingin punya anak
2. Punya jadwal harian yang rutin
e) Kontraindikasia.
1. Menyusui (khsusu pil kombinasi) 
2. Pernah sakit jantung
3. Tumor/keganasan
4. Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
5. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
6. Penyakit gondok
7. Gangguan fungsi hati & ginjal
8. Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
9. Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun

f) Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek sa
mping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang
-kunang) perubahan warna kulit dan efek samping inidapat timbul
berbulan-bulan.
2. Suntik 
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan/injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yang
terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis
suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan
Noristerat.Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan
Mesygna. KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk
sterilisasi.
a. Cara Kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2
bulan.Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
b. Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
c. Keuntungan
1. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
2. Dapat dipakai dalam waktu yang lama
3. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu
 
d. Baik untuk Wanita yang:
1. Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
2. Lebih suka disuntik dari pada makan pil
3. Menginginkan metode yang efektif dan bisa di kembalikan lagi
4. Mungkin tidak ingin punya anak lagi
5. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
e. Kontraindikasia.
1. Hamil atau disangka hamil 
2. Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
3. Tumor/keganasan
4. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,
varices
f. Efek Samping
Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah mual, BB
bertambah, sakit kepala, pusing dan kadang-kadang gejala tersebut hilang
setelah beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping
dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg
sering dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih
lama,terjadi bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa 
klien.
Prosedur Pemasangan Ada beberapa prosedur pemasangan kontrasepsi implan,
salah satunya menurut Affandi (2012), sebagai berikut :

1) Persiapan pemasangan
 Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan
implan, ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan
atau ramai seperti puskesmas.
 Peralatan dan bahan harus dalam kondisi baik (misalnya: trokar
dan skapel harus tajam). Pastikan semua alat dan bahan dalam
keadaan steril atau DTT.
 Kapsul implan-2 dikemas dalam wadah steril, tertutup baik dan
tetap steril selama tiga tahun sesuai dengan jaminan sterilitas
dan masa aktif dari produsennya
 Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah
sebagai berikut :
 Tempat tidur.
 Sabun untuk mencuci tangan.
 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril
(sudah terdapat skapel dan trokar 1 set dengan
pendorong).
 Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk betadine, 1
tempat air DTT/steril, kasa).
 Sepasang sarung tangan steril/DTT.
 Larutan antiseptik.
 Anestesi lokal (lidokain 5cc).
 Tabung suntik dan jarum suntik (5 atau 10 ml).
 Jika ingin menandai posisi kapsul dapat
digunakan bolpoin.
 Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa
steril dengan plester.
2) Persiapan pemasangan
 Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat
menurunkan efektivitas antiseptik tertentu.
 Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.
 Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,
ditempatkan di atas kain yang telah disiapkan, lengan atas
membentuk sudut 30° terhadap bahu dan sendi siku 90° untuk
memudahkan petugas melakukan pemasangan
 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di atas
lipat siku. Tandai posisi lengan yang dengan berbentuk V
 Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada di dalamnya

3) Tindakan sebelum pemasangan


 Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih.
 Pakai sarung tangan steril atau DTT.
 Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik (betadine)
menggunakan kasa. Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-
13 cm (3-5 inci) dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum
memulai tindakan.
 Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk
memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat juga
dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan
kain steril.
 Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi
(lidocaine 1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk
menghilangkan rasa sakit selama memasang dua kapsul implan.
 Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi,
kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk
ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat
intrakutan, kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke
subdermal. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan
lunak di bawahnya dan dorong jarum menelusuri bawah kulit
hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan
anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml)
membentuk huruf V

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah
alat yang di buat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang di tempatkan di 
dalam rahim. Pemasangan ini dapat dilepaskan  3-5 tahun  bila berkeinginan untuk me
mpunyai anak.
a. Cara Kerja
Alat kontrasepsi dalam rahim ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma
dengan sel telur. Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
b. Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1
tahun)
c. Keuntungana.
1. Tidak terganggu faktor lupa
2. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan mengguna
kan tembaga T 380 A)
3. Mengurangi kunjungan ke klinik
4. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
d. Baik untuk Wanita yang:a
1. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, dan jangka
panjang
2. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
3. Memberikan ASI
4. Berada dalam masa post partum dan tidak memberikan ASI
5. Berada dalam masa pasca aborsi
6. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
7. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
8. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya
9. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
e. Kontra indikasia.
1. Hamil atau diduga hamil
2. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
3. Pernah menderita radang rongga panggul
4. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
5. Riwayat kehamilan ektopik
6. Penderita kanker alat kelamin

f. Efek samping
1. Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Ka
dang-kadang ditemukan keputihan yg bertambah banyak. Disamping itu pada
saat berhubungan senggama terjadi expulsi (IUD) bergeser dari posisi
sebagian atau seluruhnya
2. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungka
n dengan resiko infeksi rahim.
g. Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknyadilakukan pada
saat:
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
4. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)apabila tidak
ada gejala infeksi
5. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi

h. Waktu Kontrol IUD Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUD yang
harus di perhatikan adalah:
1. bulan pasca pemasangan
2. 3 bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Bila terlambat haid 1 minggu
5. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK )


Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone levonorgestrel
yang di tanam di bawah kulit.
a. Cara Kerja AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan
hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah. Bekerja dengan cara:
 Lendir serviks menjadi kental 
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Menekan ovulasi
b. Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
c. Keuntungan
 Sekali pasang untuk 3 tahun
 Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Tidak mempengaruhi tekanan darah
 Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
 Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum
mantap untuk di tubektomi
d. Baik untuk wanita yang:
 Ingin metode yang praktis
 Mungkin tidak ingin punya anak lagi
 Tinggal di daerah terpencil
 Tak khawatir jika tak dapat haid
e. Kontra indikasi.
 Hamil atau disangka hamil 
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
 Tumor/keganasan
 Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis

f. Efek samping
g. Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan
haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang-kadang terjadi spotting atau
anemia karena perdarahan yg kronis.
h. Waktu Mulai Menggunakan Implant
 Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7 
 Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
 Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
 Pasca keguguran implant dapat segera di insersikan
 Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid
kembali, insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari
5. Kondom Pria
Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama
a. Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
b. Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap kali
berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika di bandingkan metode pil,
AKDR, suntikan KB.
c. Keuntungan
 Dapat dipaki sendiri 
 Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
 Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
 Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan
 Tidak ada efek samping sistemik
 Tersedia secara luas
 Tidak perlu resep atau penilaian medisi.
 Tidak mahal (jangka pendek)
d. Baik untuk pasangan yang:
 Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak 
 Jarang bersenggama
 Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
 Wanita yang kemungkinan sudah hamil
e. Kontra indikasi
f. Alergi.
6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi)atau kedua
saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam cara ant
ara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi,Posterior, Laparoskopi, dan Minilaparotomi.
Cara yang sering diapaki diIndonesia adalah Laparoskopi dan Mini laparotomi.
a. Cara KerjaHal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma
b. Efektivitas Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.
c. Keuntungan
 Paling efektif 
 Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian tidak
bisa dijamin).
 Tidak perlu perawatan khusus
d. Baik untuk pasangan yang:
 Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi
 Jika hamil akan membahayakan jiwanya
 Ingin metode yang tidak mengganggu
e. Kontraindikasi
Tidak ada.
f. Efek Samping
Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri,dan
infeksi luka operasi.Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi pada 1-2%
pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplik
asi karena anastesi dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningrum, Radita.2009. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontra
se

psi  yang  Digunakan  Pada  Pasangan Usia Subur. 

Imbarwati.2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IU  pada Pesert
a  KB  non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang . 

Wilkinson,Judith M.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan 
Kr iteria Hasil NOC.

Affandi, Bira dkk. Buku Panduan Praktis Pelassyanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012.

“Konferensi 1 hari KB Pasca Persalinan”, Situs Resmi KB Pasca Persalinan

Pilihanku, http://kbpascapersalinan.org/ (diakses tanggal 28 April 2018)

Mangkuji, Betty, dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC, 2012.

Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2013. Prawihardjo,


Sarwono. Ilmu Kebidanaan, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo, 2014.

Anda mungkin juga menyukai