Oleh :
181213251326
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Proses Pengolahan Air Limbah Menggunakan Biofilter Aerob dan
Anaerob di Rumah Sakit Umum Mitra Delima.
Nim : 181213251326
(NDP : 2012.240)
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kerja Lapangan di Rumah Sakit Umum
Mitra Delima. Judul laporan yang penulis buat adalah “ Proses Pengolahan Air
Limbah Menggunakan Biofilter Aerob dan Anaerob di Rumah Sakit Umum Mitra
Delima”. Yang dilaksanakan dari tanggal 15 juni sampai 10 juli 2021. Laporan ini
merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan oleh seluruh mahasiswa jurusan
kesehatan lingkungan STIKES Widyagama Husada. Tak lupa juga dalam proses
penyusunan dan pembuatan laporan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terimkasih kepada.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,penulis
mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga laporan ini
bermanfaat.
ii
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 Definisi Air Limbah...........................................................................................3
BAB III............................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................13
3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum MitraDelima......................................13
iii
3.2 Proses Pengolahan Air Limbah Sistem Biofilter Anaerob-Aerob di Rumah
Sakit Umum Mitra Delima.....................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................18
PEMBAHASAN.............................................................................................................18
4.2 Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit Umum Mitra Delima........................18
4.2 Hasil Pengujian Air Limbah Rumah Sakit Umum Mitra Delima.....................18
BAB V.............................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................23
5.2 Saran................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25
LAMPIRAN....................................................................................................................27
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
1 Standar Baku Mutu Air Limbah 9
2 Hasil Pengujian Air Limbah Rumah Sakit Umum 17
Mitra Delima
v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
1 IPAL Anaerob 15
2 IPAL Aerob 16
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran Halaman
1 Dokumen hasil pemeriksaan air 26
limbah (Inlet dan outlet IPAL)
2 Dokumentasi 27
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena
itu, potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat
sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya
sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku (Ningrum,2014).
Air limbah rumah sakit juga memiliki dampak negatif untuk
lingkungan maupun kesehatan masyarakat, dan didalam Kepmenkes
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yakni setiap
fasilitas pelayanan kesehatan yang menghasilkan air limbah rumah sakit
diwajibkan untuk memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Baku
Mutu untuk Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Sakit seharusnya sesuai
dengan standar baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(Buntaa,2019).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan air limbah menggunakan biofilter
aerob dan anaerob di Rumah Sakit Umum Mitra Delima
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Limbah cair domestik
Limbah cair domestik merupakan air limbah yang berasal dari
buangan aktifitas rumah sakit seperti mandi dan cuci.
2. Limbah cair kamar mandi
Limbah cair kamar mandi dikategorikan sebagai limbah cair rumah
tangga. Parameter dalam limbah cair kamar mandi adalah Total
Suspended Solids (TSS), Biological Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), nitrogen, fosfor, minyak dan
lemak, serta bakteriologis.
3. Limbah cair dapur
Limbah cair dapur pada umumnya hampir sama dengan limbah
cair rumah tangga, tetapi secara kuantitas jauh lebih besar. Limbah
cair yang berasal dari dapur mengandung BOD, COD, TSS,
minyak dan lemak, nitrogen, serta fosfat. Selain itu, limbah cair
dari dapur juga mengandung padatan berupa sisa makanan, sisa
potongan sayur dan lain-lain.
4. Limbah cair laundry
Limbah cair yang berasal dari laundry pada umumnya bersifat basa
dengan kandungan zat padat total berkisar anatara 800-1.200 mg/l
dan kandungan BOD berkisar antara 400-450 mg/l.
5. Limbah cair klinis
Limbah cair klinis merupakan limbah cair yang berasal dari
kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian
darah, dan lain-lain.
6. Limbah cair laboratorium
Limbah cair laboratorium berasal dari pencucian peralatan
laboratorium dan bahan buangan hasil pemeriksaan seperti darah,
urine, dan lain-lain.
5
2.3 Karakteristik Air Limbah
6
mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar
pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu
rendah.
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan
mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman air, dan
buangan. Warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan
zat tersuspensi. Meskipun warna pada air limbah tidak
menimbulkan racun, warna menimbulkan pemandangan
yang tidak nyaman.
2. Sifat kimia
a. Biological Oxygen demand (BOD)
BOD adalah banyaknya oxygen dalam ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan
benda organic oleh bakteri sehingga limbah tersebut
menjadi jernih kembali.BOD atau kebutuhan oxygen
biologis, adalah jumlah oxygen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organic yang ada didalam
air lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa penguraian
bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh
mikroorganisme didalam air lingkungan adalah proses
alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan
mengandung oxygen yang cukup.
Air limbah banyak mengandung senyawa organic yang
dapat diuraikan oleh beberapa organisme terutama
organisme yang terdapat di lingkungan.Organisme pengurai
aerobic, umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti
bakteri yang bekerja dalam air mengurai senyawa organik
menjadi karbondioksida dan air.Proses-proses ini
membutuhkan oksigen.Jika jumlah bahan organic dalam air
sangat sedikit, maka bakteri aerob mudah memecahkan
7
tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam
air.Semakin banyak zat organic yang terkandung dalam air
limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk
menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen
terlarut dalam air akan menurun bahkan mungkin akan
habis (B.Rahmat,2018).
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oxygen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Chemical Oxygen
Demand (COD) dapat digunakan untuk menentukan bahan
organic yang terdapat pada air limbah.COD secara umum
lebih tinggi dari BOD dikarenakan lebih banyak bahan-
bahan yang terkandung di air limbah bisa dioksidasi secara
kimiawi dibandingkan secara biologis (B.Rahmat,2018).
c. Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat organik dalam
kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh
lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berwarna
dan mudah terbakar. Suatu kolam limbah yang
menghasilkan gas metan akan sedikit sekali menghasilkan
lumpur karena lumpur telah habis terolah menjadi gas
metan, air, dan CO2.
d. Keasaman
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman
ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya ion hydrogen
dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau
rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya
membunuh mikroorganisme yang diperlukan untuk
keperluan biota tertentu. Air yang mempunyai pH rendah
membuat air korosif terhadap bahan-bahan konstruksi besi
dengan kontak air.
8
e. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalititas air ditentukan oleh adanya
senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium,
magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya kandungan
zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.
Semakin tinggi kesadahan suatu air, maka semakin sulit
berbuih. Untuk menurunkan kesadahan air maka dilakukan
pelunakan air
f. Lemak dan minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam
limbah bersumber dari instalasi yang mengolah bahan baku
mengandung minyak seperti instalasi gizi. Lemak dan
minyak merupakan bahan organik bersifat tetap dan sulit
diuraikan bakteri.
g. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan
BOD. Semakin tinggi BOD maka semakin rendah oksigen
terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air sebagai
indikator adanya kehidupan ikan dan biota dalam air.
Angka oksigen yang tinggi menunjukkan keadaan air
semakin baik.
h. Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Klorida
sebagai klor bebas berfungsi sebagai desinfektan tetapi
dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion.
i. Fosfat
Kandungan fosfat yang tinggi menyebabkan terjadinya
eutrofikasi yaitu pertumbuhan alga dan organisme lainnya
yang subur. Pengukuran kandungan fosfat dalam air limbah
berfungsi untuk mencegah terjadinya kadar fosfat yang
tinggi sehingga tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang
jenisnya dan tidak akan merangsang pertumbuhan tanaman
9
air. Kesuburan tanaman ini akan mengganggu kelancaran
arus air dan mengurangi oksigen terlarut.
3. Sifat biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi,
yakni hampir dalam semua bentuk limbah cair. Kebanyakan
merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan
mampu melakukan proses-proses kehidupan seperti tumbuh,
bermetabolisme, dan bereproduksi. Keberadaan bakteri dalam unit
pengolahan limbah cair merupakan kunci efisiensi proses biologi.
Bakteri juga berperan penting dalam mengevaluasi kualitas air
(Halym, 2013)
10
industri pada umumnya. Jenis limbah rumah sakit juga memiliki rentang
dari berbagai bahan organik, bahan berbahaya, radioaktif bahkan bakteri
atau mikroba patogenik. Salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat
limbah cair rumah sakit adalah infeksi nosocomial (BPPT,2014).
Limbah yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai
media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita
maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara,
pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran
tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang dapat
mempunyai dampak besar terhadap manusia (Fitriani,2014).
Limbah cair rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar
bagi lingkungan yang dapat memberi dampak negatif berupa gangguan
terhadap kesehatan, kehidupan biotik serta gangguan terhadap keindahan
sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan
(Mulyati, 2014).
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi
sarang vektor penyakit. Vektor penyakit tersebut dapat membawa
mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filarial,
penyakit cacing, dan tifoid. Penyakit yang ditimbulkan dari limbah
berbahaya dapat bersifat akut dan kronis (Sumantri, 2015).
11
tersebut, maka fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan menyediakan
instalasi pengolahan air limbah atau limbah cair (Ningrum, 2014).
Pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
merupakan upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung
dalam limbah cair sehingga dapat memenuhi standar Baku Mutu
(Wahyuni, 2014).
Pengelolaan limbah RS yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja,
dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan ke
masyarakat pengunjung Rumah Sakit. Limbah cair Rumah Sakit dapat
mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dengan
parameter BOD, COD, TSS, dan lainlain (Putri, 2011).
12
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air
limpasan dialirkan ke bak klorinasi yang selanjutnya dikontakkan dengan
senyawa klor Untuk membunuh mikroorganisme pathogen (Prayitno,
2011).
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
RSU Mitra Delima adalah rumah sakit tipe D milik PT. Graha
Mitra Delima yang berlokasi di Jalan Raya Bulupayung 1B Kecamatan
Bululawang Kabupaten Malang. RSU Mitra Delima berdiri sejak tahun
2010 dan menerima rujukan dari puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat
1 lainnya di wilayah sekitarnya,dengan jumlah tempat tidur 53 TT. RSU
Mitra Delima berada di lokasi yang strategis dengan tingkat transportasi
yang baik karena terletak di jalur utama arah Kabupaten Malang bagian
timur dan selatan ke Kota Malang. RSU Mitra Delima terletak di
Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang yang berbatasan dengan
Kecamatan Tajinan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Wajak, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Turen
dan Gondanglegi dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Pakisaji.
14
Tim Humas dan Marketing terdiri dari ketua, sekretaris dan 6
orang anggota yang mempunyai uraian tugas diantaranya untuk melakukan
manajemen keluhan pasien dan keluarga serta masyarakat sekitar terkait
pelayanan kesehatan di RSU Mitra Delima, memperkenalkan pelayanan
kesehatan RSU Mitra Delima kepada masyarakat sekitar, melakukan
komunikasi dan kerjasama dengan badan usaha serta fasilitas kesehatan
lain di sekitar RSU Mitra Delima, dan melakukan analisa keluhan serta
menyampaikan hasil investigasi dari komplain maupun konflik yang
terkait dengan pelayanan di RSU Mitra Delima.
15
4. Tujuan RSU Mitra Delima
16
Gambar 1. IPAL Anaerob
17
air limbah dilakukan setiap bulan sekali untuk pemeriksaan sampel
dilakukan oleh pihak ketiga.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Hasil Pengujian Air Limbah Rumah Sakit Umum Mitra Delima
19
Tabel 4.2 Hasil Pengujian air limbah Rumah Sakit Umum
Mitra Delima.
1) Temperatur
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air inlet mempunyai temperature 26.0 0C dan di
0
outlet 26.2 C.Sehingga berdasarkan syarat maksimum yang
diijinkan yaitu 30 0C sudah memenuhi persyaratan.
2) BOD
Berdasarkan hasil pengujiam di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air inlet 54.72 mg/L dan outlet 8.06 mg/L. Hal ini
berarti pada sampel air di inlet tidak memenuhi syarat maksimum
yang sudah diijinkan yaitu 30 mg/L sedangkan pada sampel air di
outlet sudah memenuhi syarat maksimum yang telah
diijinkan.Parameter BOD yang tinggi dapat disebabkan karena
banyaknya kandungan zat organik berupa sisa-sisa sayuran, buah-
buahan, minyak dan daun-daunan yang akan menimbulkan bau
busuk akibat dari proses dekomposisi yang ada dan akan
meningkatkan nilai BOD (Buntaa,2019).
3) COD
Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet 188.8 mg/L dan di outlet 21.80 mg/L.
20
Hal ini berarti pada sampel air di inlet tidak memenuhi syarat
maksimum yang sudah diijinkan yaitu 80 mg/L sedangkan pada
sampel air di outlet sudah memenuhi syarat maksimum yang telah
diijinkan. COD atau kebutuhan oksigen yang tinggi yakni jumlah
oksigen yang diperlukan pada bahan buangan yang ada didalam air
limbah yang dapat dioksidasi melalui reaksi kimia air limbah.
Parameter COD dapat diuraikan secara biologis. Oksigen yang
dikonsumsi sama dengan jumlah yang diperlukan dalam
mengoksidasi air sampel (Alamsyah dan Muliawati, 2013).
4) Phosphat Terlarut (PO4)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet mempunyai P04 2.160 mg/L dan di
outlet mempunyai TSS 0.2649 mg/L. Hal ini berarti pada sampel
air di inlet tidak memenuhi syarat maksimum yang sudah diijinkan
yaitu 2 mg/L sedangkan pada sampel air di outlet sudah memenuhi
syarat maksimum yang telah diijinkan.
5) pH
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air inlet mempunyai pH 7.04 dan di outlet
6.93.Sehingga berdasarkan syarat maksimum yang diijinkan yaitu
6-9 sudah memenuhi persyaratan.
6) Zat Padat Tersuspensi (TSS)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet mempunyai TSS 84.4 mg/L dan di outlet
mempunyai TSS 5.0 mg/L. Hal ini berarti pada sampel air di inlet
tidak memenuhi syarat maksimum yang sudah diijinkan yaitu 30
mg/L sedangkan pada sampel air di outlet sudah memenuhi syarat
maksimum yang telah diijinkan.
21
Sehingga berdasarkan syarat maksimum yang diijinkan yaitu 0.1
mg/L sudah memenuhi syarat maksimum yang telah diijinkan.
Proses pengolahan air limbah dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob
mempunyai beberapa keunggulan antara lain yakni :
1) Adanya air buangan yang mengalir melalui media kerikil yang
terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir
yang menyelimuti media atau yang disebut juga biological film.
Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan
mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan
mikroorganisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan
konsentrasi zat organik (BOD) makin besar. Selain menghilangkan
atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini juga dapat
mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids
(SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
2) Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang
melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung
suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efisiensi penyaringan akan sangat besar
karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan
partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak
terbawa aliran ke atas dan akan mengendap di dasar bak filter.
Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya
mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan
banyak energi. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air
limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
3) Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi
penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila
22
dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja.
Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik
yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat
hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan
digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di
dalam air limbah.. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa
phospor terlarut akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme dan
akan sintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan energi
yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD).
Dengan demikian kombinasi proses anaerob-aerob dapat
menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini
dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
organik yang cukup besar.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan
biofilter anaerob-aerob antara lain yakni :
a. Pengelolaannya sangat mudah.
b. Tidak perlu lahan yang luas.
c. Biaya operasinya rendah.
d. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur
yang dihasilkan relatif sedikit.
e. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat
menyebabkan euthropikasi.
f. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
g. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD
yang cukup besar.
h. Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan
baik.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pengolahan air limbah dengan mengunakan system Biofilter
Anaerob dan Aerob.
24
sudah lebih bersih akan mengalir melalui pipa dan masuk ke saluran
pembungan akhir yakni penyerapan ke dalam tanah.
5.2 Saran
1. Untuk pihak rumah sakit lebih memperhatikan lagi ketersediaan alat
pengolahan air limbah pada IPAL anaerob, salah satunya yaitu
penambahan mesin pompa air listrik yang lebih sehingga proses
pengolahan air limbah tidak dilakukan secara manual dengan diangkat
secara bergantian dari bak ke bak.
2. Perlu adanya pemberian tumbuhan air seperti eceng gondok (Eicchornia
crassipes) yang lebih banyak pada IPAL Aerob untuk menyerap hara
limbah selain itu dapat juga diberi tanaman lain yakni tanaman gantung
ataupun bunga pot pada sekitar IPAL yang dapat membuat kondisi IPAL
terlihat lebih baik.
3. Perlunya pemeliharaan dan perawatan terhadap sarana penunjang dalam
pengolahan limbah
4. Menambahkan anggaran pada bagian sanitasi untuk membiayai
operasional pemeliharaan dan perbaikan instalasi pengolahan limbah
5. Perlu adanya penambahan tenaga sanitarian
6. Untuk pratikan selanjutnya, sebelum melakukan praktiku agar lebih dulu
memahami dengan baik proses pengolahan air limbah rumah sakit
25
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. 2014. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit (Cetakan
ke-3). Jakarta: Rajawali Press.
Halym D.; Djohan A. J. 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Jakarta Penerbit
: Salemba Medika.
26
Mulayati,M & JM Sri,N.2014.Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit RK Charitas Palembang.Jurnal Ilmu Lingkungan.12 (2) : 66-71
Putri, N.W. 2011. Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Lubuk Basung Tahun 2011. Jurnal Teknik Sipil.
Universitas Andalas : Padang.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen hasil pemeriksaan air limbah Inlet dan Outlet IPAL
Lampiran 2. Dokumentasi
28
Gambar 1. IPAL Anaerob Gambar 2. IPAL Aerob
29
Ga Ga
mbar 5.Bak terakhir Anaerob mbar 6.Tong filter
30
Gambar 9.Pemberian bakteri Anaerob Gambar 10.Pemberian bakteri Aerob
31