Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN (PKL)

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH MENGGUNAKAN


BIOFILTER AEROB DAN ANAEROB DI RUMAH SAKIT
UMUM MITRA DELIMA

Oleh :

ANGGITA YOLANDA PURNAMA KALLI

181213251326

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Proses Pengolahan Air Limbah Menggunakan Biofilter Aerob dan
Anaerob di Rumah Sakit Umum Mitra Delima.

Nama : Anggita Yolanda Purnama Kalli

Nim : 181213251326

Telah disetujui oleh Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik


Program Praktek Kerja Lapangan Program Studi Kesehatan Lingkungan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Widyagama Husada Malang

Malang, Juni 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing lapangan

Misbahul Subhi, S.KM.,M.KL Dichi gunawan

(NDP : 2012.240)

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kerja Lapangan di Rumah Sakit Umum
Mitra Delima. Judul laporan yang penulis buat adalah “ Proses Pengolahan Air
Limbah Menggunakan Biofilter Aerob dan Anaerob di Rumah Sakit Umum Mitra
Delima”. Yang dilaksanakan dari tanggal 15 juni sampai 10 juli 2021. Laporan ini
merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan oleh seluruh mahasiswa jurusan
kesehatan lingkungan STIKES Widyagama Husada. Tak lupa juga dalam proses
penyusunan dan pembuatan laporan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terimkasih kepada.

1. Bapak Dr. Rudi Joegijantoro,M.,M.R.S selaku ketua STIKES Widyagama


Husada Malang
2. Ibu dr.Nofita Dwi Harjayanti, MMRS selaku direktur Rumah Sakit Umum
Mitra Delima
3. Ibu Irfani Rupiwardani,SE.,MMRS selaku ketua program studi S-1
Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada Malang
4. Bapak Misbahul Subhi, S.KM.,M.KL selaku pembimbing akademik
5. Mas Dichi Gunawan selaku pembimbing lapangan
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik meteri maupun motivasi
7. Teman-teman yang juga senantiasi memberikan dukungan

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,penulis
mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga laporan ini
bermanfaat.

Malang, Juni 2021

Anggita Yolanda Purnama Kalli

ii
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

1.4 Waktu dan Tempat Praktikum............................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 Definisi Air Limbah...........................................................................................3

2.2 Sumber Air Limbah............................................................................................3

2.3 Karakteristik Air Limbah...................................................................................5

2.4 Standar Baku Mutu Air Limbah.........................................................................9

2.5 Dampak Air Limbah...........................................................................................9

2.6 Pengolahan Air Limbah....................................................................................10

2.7 Sistem Biofilter Aerob dan Anaerob................................................................11

BAB III............................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................13
3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum MitraDelima......................................13

1. Profil Rumah Sakit Umum Mitra Delima.........................................................13


2. Visi dan Misi....................................................................................................14
3. Nilai dasar RSU Mitra Delima.........................................................................14
4. Tujuan RSU Mitra Delima...............................................................................15

iii
3.2 Proses Pengolahan Air Limbah Sistem Biofilter Anaerob-Aerob di Rumah
Sakit Umum Mitra Delima.....................................................................................15

BAB IV............................................................................................................................18
PEMBAHASAN.............................................................................................................18
4.2 Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit Umum Mitra Delima........................18

4.2 Hasil Pengujian Air Limbah Rumah Sakit Umum Mitra Delima.....................18

4.3 Keunggulan Sistem Biofilter Aerob dan Anaerob..........................................21

BAB V.............................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................23

5.2 Saran................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25
LAMPIRAN....................................................................................................................27

iv
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
1 Standar Baku Mutu Air Limbah 9
2 Hasil Pengujian Air Limbah Rumah Sakit Umum 17
Mitra Delima

v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
1 IPAL Anaerob 15
2 IPAL Aerob 16

vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran Halaman
1 Dokumen hasil pemeriksaan air 26
limbah (Inlet dan outlet IPAL)
2 Dokumentasi 27

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi
pencemaran lingkungan, karena kegiatan pembuangan limbah khususnya
air limbah akan memberikan konstribusi terhadap penurunan tingkat
kesehatan manusia (Ningrum,2014).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Rumah
sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang penyakit (Listiyono,2015). Rumah Sakit juga
merupakan salah satu sarana untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, sehingga rumah sakit harus memberikan pelayanan
kesehatan yang memuaskan agar pasien merasa senang untuk berobat di
rumah sakit. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan
maka pihak manajemen rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan
yang telah di tentukan, sehingga setiap pasien akan mendapatkan kualitas
pelayanan yang efesien dan efektif untuk peningkatan kesehatann
(Anfal,2020).
Rumah Sakit Umum Mitra Delima merupakan Instalasi pelayanan
kesehatan ke masyarakat yang mengutamakan kesehatan pasien yang
menampung semua yang memerlukan pemeriksaan baik Rawat Inap dan
Rawat Jalan di RSU Mitra Delima. Sebagai Instalasi pelayanan yang
langsung berhubungan area public sangat rentan menimbulkan masalah
terhadap tingkat kepuasan masyarakat pengunan layanan.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah cair
adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah

1
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena
itu, potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat
sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya
sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku (Ningrum,2014).
Air limbah rumah sakit juga memiliki dampak negatif untuk
lingkungan maupun kesehatan masyarakat, dan didalam Kepmenkes
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yakni setiap
fasilitas pelayanan kesehatan yang menghasilkan air limbah rumah sakit
diwajibkan untuk memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Baku
Mutu untuk Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Sakit seharusnya sesuai
dengan standar baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(Buntaa,2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pengolahan air limbah menggunakan biofilter
aerob dan anaerob di RSU Mitra Delima ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan air limbah menggunakan biofilter
aerob dan anaerob di Rumah Sakit Umum Mitra Delima

1.4 Waktu dan Tempat Praktikum


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada :
Hari : Senin s/d Sabtu
Tanggal : 15 juni 2021 s/d 10 Juli 2021
Waktu : 10.00-15.00
Tempat : Rumah Sakit Umum Mitra Delima

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air Limbah

Air limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair yang


mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya,
sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak
membahayakan kesehatan lingkungan, air limbah yaitu air dari suatu
daerah pemukiman, perkantoran dan industri yang telah dipergunakan
untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga
lingkungan hidup yang sehat dan baik. Air limbah sebelum dilepas ke
pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk
dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan
rencana pengelolaan yang baik, agar tidak mengakibatkan pencemaran air
permukaan, tidak menimbulkan kerusakan pada flora dan fauna yang
hidup di air, tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber
air minum dan tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
(Khalik,2015).

Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh


kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Mengingat dampak
yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik
meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan
tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh
kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.Air
limbah rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah
sakit yang kemungkinan mengandung bahan kimia beracun dan radioaktif
(B.Rahmat,2018).

2.2 Sumber Air Limbah

Secara umum, limbah cair rumah sakit dapat dibedakan sesuai


dengan kegiatan yang memproduksinya, yaitu sebagai berikut

4
1. Limbah cair domestik
Limbah cair domestik merupakan air limbah yang berasal dari
buangan aktifitas rumah sakit seperti mandi dan cuci.
2. Limbah cair kamar mandi
Limbah cair kamar mandi dikategorikan sebagai limbah cair rumah
tangga. Parameter dalam limbah cair kamar mandi adalah Total
Suspended Solids (TSS), Biological Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), nitrogen, fosfor, minyak dan
lemak, serta bakteriologis.
3. Limbah cair dapur
Limbah cair dapur pada umumnya hampir sama dengan limbah
cair rumah tangga, tetapi secara kuantitas jauh lebih besar. Limbah
cair yang berasal dari dapur mengandung BOD, COD, TSS,
minyak dan lemak, nitrogen, serta fosfat. Selain itu, limbah cair
dari dapur juga mengandung padatan berupa sisa makanan, sisa
potongan sayur dan lain-lain.
4. Limbah cair laundry
Limbah cair yang berasal dari laundry pada umumnya bersifat basa
dengan kandungan zat padat total berkisar anatara 800-1.200 mg/l
dan kandungan BOD berkisar antara 400-450 mg/l.
5. Limbah cair klinis
Limbah cair klinis merupakan limbah cair yang berasal dari
kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian
darah, dan lain-lain.
6. Limbah cair laboratorium
Limbah cair laboratorium berasal dari pencucian peralatan
laboratorium dan bahan buangan hasil pemeriksaan seperti darah,
urine, dan lain-lain.

5
2.3 Karakteristik Air Limbah

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat dan karakteristik


kimia, biologis dan fisika. Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu tentang
jenis limbah yang dihasilkan untuk menentukan karakteristik limbah
adalah sebagai berikut (Sitompul,2017).
1. Sifat fisik
a. Padatan
Padatan yang terdapat didalam limbah cair diklasifikasikan
menjadi padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis
padatan terlarut atau tersuspensi dapat bersifat organik dan
anorganik bergantung pada sumber limbah. Selain itu,
limbah juga mengandung padatan terendap karena
mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan
tenang pada beberapa waktu akan mengendap sendiri
karena beratnya.
b. Kekeruhan
Sifat keruh pada air dapat dilihat secara kasat mata secara
langsung karena terdapat partikel koloid yang terdiri atas
tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang
terdapat dalam limbah
c. Bau
Sifat bau pada limbah disebabkan karena zat-zat organik
yang telah terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas
seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman
tidak enak yang disebabkan adanya campuran dari nitrogen,
sulfur, dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein
yang dikandung limbah
d. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperature tinggi akan
mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Suhu berfungsi
memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu
tinggi, kemampuan pengentalan cairan akan berkurang dan

6
mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar
pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu
rendah.
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan
mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman air, dan
buangan. Warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan
zat tersuspensi. Meskipun warna pada air limbah tidak
menimbulkan racun, warna menimbulkan pemandangan
yang tidak nyaman.
2. Sifat kimia
a. Biological Oxygen demand (BOD)
BOD adalah banyaknya oxygen dalam ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan
benda organic oleh bakteri sehingga limbah tersebut
menjadi jernih kembali.BOD atau kebutuhan oxygen
biologis, adalah jumlah oxygen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organic yang ada didalam
air lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa penguraian
bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh
mikroorganisme didalam air lingkungan adalah proses
alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan
mengandung oxygen yang cukup.
Air limbah banyak mengandung senyawa organic yang
dapat diuraikan oleh beberapa organisme terutama
organisme yang terdapat di lingkungan.Organisme pengurai
aerobic, umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti
bakteri yang bekerja dalam air mengurai senyawa organik
menjadi karbondioksida dan air.Proses-proses ini
membutuhkan oksigen.Jika jumlah bahan organic dalam air
sangat sedikit, maka bakteri aerob mudah memecahkan

7
tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam
air.Semakin banyak zat organic yang terkandung dalam air
limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk
menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen
terlarut dalam air akan menurun bahkan mungkin akan
habis (B.Rahmat,2018).
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oxygen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Chemical Oxygen
Demand (COD) dapat digunakan untuk menentukan bahan
organic yang terdapat pada air limbah.COD secara umum
lebih tinggi dari BOD dikarenakan lebih banyak bahan-
bahan yang terkandung di air limbah bisa dioksidasi secara
kimiawi dibandingkan secara biologis (B.Rahmat,2018).
c. Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat organik dalam
kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh
lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berwarna
dan mudah terbakar. Suatu kolam limbah yang
menghasilkan gas metan akan sedikit sekali menghasilkan
lumpur karena lumpur telah habis terolah menjadi gas
metan, air, dan CO2.
d. Keasaman
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman
ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya ion hydrogen
dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau
rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya
membunuh mikroorganisme yang diperlukan untuk
keperluan biota tertentu. Air yang mempunyai pH rendah
membuat air korosif terhadap bahan-bahan konstruksi besi
dengan kontak air.

8
e. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalititas air ditentukan oleh adanya
senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium,
magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya kandungan
zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.
Semakin tinggi kesadahan suatu air, maka semakin sulit
berbuih. Untuk menurunkan kesadahan air maka dilakukan
pelunakan air
f. Lemak dan minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam
limbah bersumber dari instalasi yang mengolah bahan baku
mengandung minyak seperti instalasi gizi. Lemak dan
minyak merupakan bahan organik bersifat tetap dan sulit
diuraikan bakteri.
g. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan
BOD. Semakin tinggi BOD maka semakin rendah oksigen
terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air sebagai
indikator adanya kehidupan ikan dan biota dalam air.
Angka oksigen yang tinggi menunjukkan keadaan air
semakin baik.
h. Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Klorida
sebagai klor bebas berfungsi sebagai desinfektan tetapi
dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion.
i. Fosfat
Kandungan fosfat yang tinggi menyebabkan terjadinya
eutrofikasi yaitu pertumbuhan alga dan organisme lainnya
yang subur. Pengukuran kandungan fosfat dalam air limbah
berfungsi untuk mencegah terjadinya kadar fosfat yang
tinggi sehingga tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang
jenisnya dan tidak akan merangsang pertumbuhan tanaman

9
air. Kesuburan tanaman ini akan mengganggu kelancaran
arus air dan mengurangi oksigen terlarut.
3. Sifat biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi,
yakni hampir dalam semua bentuk limbah cair. Kebanyakan
merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan
mampu melakukan proses-proses kehidupan seperti tumbuh,
bermetabolisme, dan bereproduksi. Keberadaan bakteri dalam unit
pengolahan limbah cair merupakan kunci efisiensi proses biologi.
Bakteri juga berperan penting dalam mengevaluasi kualitas air
(Halym, 2013)

2.4 Standar Baku Mutu Air Limbah


Berdasarkan karakteristik yang dimiliki limbah cair rumah sakit
tersebut, maka dibutuhkan suatu pengelolaan khusus terhadap limbah cair
rumah sakit, sebab bila tidak dikelola dengan baik maka dapat
menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Tabel 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik


Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.

Konsentrasi Paling Tinggi


Nilai Satuan
Parameter
PH 6-9 -
BOD 50 Mg/L
COD 80 Mg/L
TSS 30 Mg/L
Total Coliform 5000 MPN/100 ml

2.5 Dampak Air Limbah


Limbah cair rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia
beracun yang dapat memengaruhi kesehatan manusia, serta memperburuk
kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Semakin
tinggi tipe rumah sakit maka semakin tinggi jumlah dan jenis limbah yang
dihasilkan, bahkan karena kompleksitasnya melebihi beberapa jenis

10
industri pada umumnya. Jenis limbah rumah sakit juga memiliki rentang
dari berbagai bahan organik, bahan berbahaya, radioaktif bahkan bakteri
atau mikroba patogenik. Salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat
limbah cair rumah sakit adalah infeksi nosocomial (BPPT,2014).
Limbah yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai
media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita
maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara,
pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran
tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang dapat
mempunyai dampak besar terhadap manusia (Fitriani,2014).
Limbah cair rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar
bagi lingkungan yang dapat memberi dampak negatif berupa gangguan
terhadap kesehatan, kehidupan biotik serta gangguan terhadap keindahan
sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan
(Mulyati, 2014).
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi
sarang vektor penyakit. Vektor penyakit tersebut dapat membawa
mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filarial,
penyakit cacing, dan tifoid. Penyakit yang ditimbulkan dari limbah
berbahaya dapat bersifat akut dan kronis (Sumantri, 2015).

2.6 Pengolahan Air Limbah


Pengolahann limbah rumah sakit merupakan bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah rumah sakit. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit dapat
dilaksanaan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa
peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan
peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit (Adisasmito,2014).
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan
berkelanjutan maka harus dilaksanakan upaya-upaya pengendalian
pencemaran lingkungan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan dasar

11
tersebut, maka fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan menyediakan
instalasi pengolahan air limbah atau limbah cair (Ningrum, 2014).
Pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
merupakan upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung
dalam limbah cair sehingga dapat memenuhi standar Baku Mutu
(Wahyuni, 2014).
Pengelolaan limbah RS yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja,
dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan ke
masyarakat pengunjung Rumah Sakit. Limbah cair Rumah Sakit dapat
mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dengan
parameter BOD, COD, TSS, dan lainlain (Putri, 2011).

2.7 Sistem Biofilter Aerob dan Anaerob


Pengolahan dengan biofilter anaerob dan aerob ini merupakan
pengembangan dari proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak.
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri atas
beberapa bagian yaitu bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic),
biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan
bak kontaktor klor. Air limbah yang mengandung padatan berukuran
besar dilakukan penyaringan, kemudian di alirkan kedalam bak
pengendap awal. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya
dialirkan ke bak biofilter anaerob dengan arah aliran dari atas-bawah-atas.
Bak anaerob berisi media kontak berupa bahan plastic/kerikil/batu sebagai
tempat pertumbuhan mikroorganisme. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerob atau fakultatif aerob.
Air limpasan dari bak anaerob di alirkan ke bak aerob yang berisi media
berupa kerikil, plastic, batu apung, atau bahan serat. Pada saat itu juga
dilakukan aerasi atau diembuskan dengan udara sehingga mikroorganisme
yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Air dari bak aerob
kemudian di alirkan ke bak pengendap akhir, dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa

12
kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air
limpasan dialirkan ke bak klorinasi yang selanjutnya dikontakkan dengan
senyawa klor Untuk membunuh mikroorganisme pathogen (Prayitno,
2011).

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum MitraDelima

1. Profil Rumah Sakit Umum Mitra Delima

RSU Mitra Delima adalah rumah sakit tipe D milik PT. Graha
Mitra Delima yang berlokasi di Jalan Raya Bulupayung 1B Kecamatan
Bululawang Kabupaten Malang. RSU Mitra Delima berdiri sejak tahun
2010 dan menerima rujukan dari puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat
1 lainnya di wilayah sekitarnya,dengan jumlah tempat tidur 53 TT. RSU
Mitra Delima berada di lokasi yang strategis dengan tingkat transportasi
yang baik karena terletak di jalur utama arah Kabupaten Malang bagian
timur dan selatan ke Kota Malang. RSU Mitra Delima terletak di
Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang yang berbatasan dengan
Kecamatan Tajinan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Wajak, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Turen
dan Gondanglegi dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Pakisaji.

Rumah sakit ini memberi pelayanan kesehatan yang cukup lengkap


dengan dokter umum 10 orang, 13 dokter spesialis dan 1 dokter
gigi.Indikator kinerja rumah sakit pada bulan Agustus 2016 yaitu jumlah
pasien rawat inap 461, Bed Occupancy Rate (BOR) 60%, Average Length
of Stay (ALOS) 3 hari, Bed Turn Over (BTO) 6 kali, dan Turn Over
Interval (TOI) 2 hari. Tim Humas dan Marketing dibentuk oleh Direktur
RSU Mitra Delima melalui SK Direktur nomor
232/V/SK/RSMD/1506/2015.

14
Tim Humas dan Marketing terdiri dari ketua, sekretaris dan 6
orang anggota yang mempunyai uraian tugas diantaranya untuk melakukan
manajemen keluhan pasien dan keluarga serta masyarakat sekitar terkait
pelayanan kesehatan di RSU Mitra Delima, memperkenalkan pelayanan
kesehatan RSU Mitra Delima kepada masyarakat sekitar, melakukan
komunikasi dan kerjasama dengan badan usaha serta fasilitas kesehatan
lain di sekitar RSU Mitra Delima, dan melakukan analisa keluhan serta
menyampaikan hasil investigasi dari komplain maupun konflik yang
terkait dengan pelayanan di RSU Mitra Delima.

2. Visi dan Misi

a) Visi RSU Mitra Delima

Menjadikan RSU Mitra Delima sebagai Rumah Sakit Pilihan


Pertama bagi Masyarakat Wilayah Kecamatan Bululawang dan
sekitarnya.
b) Misi RSU Mitra Delima
1) Mewujudkan Pelayanan dengan Mengutamakan Mutu dan
Keselamatan Pasien.
2) Mewujudkan Gedung Peralatan dan Penampilan Staf yang baik.
3) Mewujudkan Kinerja Karyawan yang Disiplin,Jujur,Loyal dan
Bertanggung Jawab.
4) Mewujudkan Pelayanana yang Cepat serta Penyampaian
Informasi yang Jelas dan Tegas.
5) Ketersediaan Dokter Spesialis yang Lengkap
6) Peningkatan Ilmu Pengetahuan yang Berkelanjutan bagi Staf.
7) Pelayanan dengan Sopan Santun dan Penuh Perhatian.

3. Nilai dasar RSU Mitra Delima


1) Jujur
2) Loyalitas
3) Disiplin
4) Tanggung Jawab

15
4. Tujuan RSU Mitra Delima

Memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan santun penuh


perhatian.

3.2 Proses Pengolahan Air Limbah Sistem Biofilter Anaerob-Aerob di


Rumah Sakit Umum Mitra Delima

Proses pengolahan air limbah dilakukan dengan mengunakan system


Biofilter Anaerob dan Aerob.

1. Proses pengolahan secara Anaerob

Proses pengolahan limbah secara anaerob dilakukan tanpa


menggunakan oksigen dan dilakukan oleh bakteri anaerob. Seluruh air
limbah yang berasal dari beberapa proses kegiatan rumah sakit yakni dari
IKO,IGD,kamar bersalin,ICU, laboratorium, linen, gizi, ruang rawat inap
dialirkan melalui saluran pembungan masuk ke bak pengumpul atau bak
ekualisasi pada bak pengumpul ini akan dilakukan pemberian kaporit yang
bertujuan untuk mengurangi bau air limbah dan juga dilakukan pemberian
bakteri jenis biobag khusus untuk anaerob,pemberian bakteri ini dilakukan
setiap bulan sebanyak 8 liter. Bakteri biobag berfungsi untuk menguraikan
bahan organik dalam air limbah dan menurunkan nilai COD,
BOD,Amonia (NH3) dan Fosfat (PO4).

Selanjutnya dari bak pengumpul (ekualisasi) air limbah dipompa


menggunakan pompa air listrik ke bak pengendap awal, yang bertujuan
untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak
pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, pengurai lumpur (sludge digestion) dan penampung lumpur.
Pada bak pengendap ini akan dilakukan pemberian tawas yang berfungsi
untuk mejernihkan air limbah. Lalu air limbah dari bak pengendap akan
difiltrasi menggunakan 3 tong filter pada masing-masing tong filter berisi
koral,pasir,karang,aktif,kain busa filter dan jerami filter.Setelah itu air
limbah yang sudah difiltrasi akan keluar dari tong filter ketiga dan
mengalir kedalam bak terakhir

16
Gambar 1. IPAL Anaerob

2. Proses Pengolahan secara Aerob


Proses pengolahan air limbah secara aerob adalah pengolahan yang
memerlukan oksigen bebas (O2) dan juga menggunakan mikroorganisme
yang hidup dalam kondisi aerob. Air limbah dari anaerob akan dialirkan ke
reaktor biofilter aerob. Di dalam bak aerob berisi media dari bahan plastik
tipe sarang tawon dan diberikan aerasi atau dihembus dengan udara
sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang
ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan
media.Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme
yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan
media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan amonia menjadi lebih besar.Pada sistem aerob pemberian
bakteri dilakukan setiap bulan sebanyak 10 liter, bakteri yang digunakan
adalah bakteri biobag khusus aerob yang berfungsi untuk meningkatkan
penguraian bahan organik pada air limbah dan menurunkan nilai
COD,BOD,Amonia (NH3), Nitrogen dioksida (NO2). Pada sistem aerob
pemberian udara dilakukan dengan menggunakan blower berukuran kecil
dan udara alami dengan menggunakan tumbuhan air.
Setelah dari bak aerasi air limbah akan dialirkan ke kolam aerob
yang berisi media krikil dan tumbuhan air,sampai pada bak terakhir air
yang sudah lebih bersih akan mengalir melalui pipa dan masuk ke saluran
pembungan akhir yakni penyerapan ke dalam tanah. Pengambilan sampel

17
air limbah dilakukan setiap bulan sekali untuk pemeriksaan sampel
dilakukan oleh pihak ketiga.

Gambar 2. IPAL Aerob

18
BAB IV

PEMBAHASAN

4.2 Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit Umum Mitra Delima

Pengolahan air limbah di Rumah Sakit Umum Mitra Delima


dilakukan dengan sistem Biofilter Anaerob-Aerob yang merupakan proses
pengolahan air limbah dengan cara menggabungkan proses biofilter aerob
dan proses biofilter anaerob. Dengan mengunakan proses biofilter anaerob,
polutan organik yang ada di dalam air limbah akan terurai menjadi gas
karbon dioksida dan methan tanpa menggunakan energi (blower udara),
tetapi amoniak dan gas hidrogen sulfida (H2S) tidak hilang. Oleh karena
itu jika hanya menggunakan proses biofilter anaerob saja hanya dapat
menurunkan polutan organik (BOD, COD) dan padatan tersuspensi (TSS).
Agar supaya hasil air olahan dapat memenuhi baku mutu maka air olahan
dari proses biofilter anaerob selanjutnya diproses menggunakan biofilter
aerob. Dengan proses biofilter aerob polutan organik yang masih tersisa
akan terurai menjadi gas karbon dioksida (CO2) dan air (H2O), amoniak
akan teroksidasi menjadi nitrit selanjutnya akan menjadi nitrat, sedangkan
gas H2S akan diubah menjadi sulfat. Dengan menggunakan proses
biofilter anaerob-aerob maka akan dapat dihasilkan air olahan dengan
kualitas yang baik dengan menggunakan konsumsi energi yang lebih
rendah.

4.2 Hasil Pengujian Air Limbah Rumah Sakit Umum Mitra Delima

Pengujian air limbah di Rumah Sakit Umum Mitra Delima


dilakukan oleh pihak ketiga yaitu Laboratorium Lingkungan Jl. Surabaya
2A Malang. Pengujian sampel air limbah ini dilakukan setiap bulan sekali.
Dibawah ini adalah hasil pengujian sampel air yang telah diperoleh untuk
bulan mei-juni.

19
Tabel 4.2 Hasil Pengujian air limbah Rumah Sakit Umum
Mitra Delima.

No Parameter Satuan Batas Hasil Hasil


Syarat/Kadar Analisis Analisis
maksimum di Inlet di Outlet
0
1 Temperatur C 30 26.0 26.2
2 BOD mg/L 30 54.72 8.06
3 COD mg/L 80 188.8 21.80
4 PO4 mg/L 2 2.160 0.2649
5 Total MPN/100m 10000 2200 220
Coliform L
6 Ph - 6-9 7.04 6.93
7 TSS mg/L 30 84.4 5.0
8 Amonia mg/L 0.1 0.0088 0.0009

1) Temperatur
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air inlet mempunyai temperature 26.0 0C dan di
0
outlet 26.2 C.Sehingga berdasarkan syarat maksimum yang
diijinkan yaitu 30 0C sudah memenuhi persyaratan.
2) BOD
Berdasarkan hasil pengujiam di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air inlet 54.72 mg/L dan outlet 8.06 mg/L. Hal ini
berarti pada sampel air di inlet tidak memenuhi syarat maksimum
yang sudah diijinkan yaitu 30 mg/L sedangkan pada sampel air di
outlet sudah memenuhi syarat maksimum yang telah
diijinkan.Parameter BOD yang tinggi dapat disebabkan karena
banyaknya kandungan zat organik berupa sisa-sisa sayuran, buah-
buahan, minyak dan daun-daunan yang akan menimbulkan bau
busuk akibat dari proses dekomposisi yang ada dan akan
meningkatkan nilai BOD (Buntaa,2019).

3) COD
Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet 188.8 mg/L dan di outlet 21.80 mg/L.

20
Hal ini berarti pada sampel air di inlet tidak memenuhi syarat
maksimum yang sudah diijinkan yaitu 80 mg/L sedangkan pada
sampel air di outlet sudah memenuhi syarat maksimum yang telah
diijinkan. COD atau kebutuhan oksigen yang tinggi yakni jumlah
oksigen yang diperlukan pada bahan buangan yang ada didalam air
limbah yang dapat dioksidasi melalui reaksi kimia air limbah.
Parameter COD dapat diuraikan secara biologis. Oksigen yang
dikonsumsi sama dengan jumlah yang diperlukan dalam
mengoksidasi air sampel (Alamsyah dan Muliawati, 2013).
4) Phosphat Terlarut (PO4)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet mempunyai P04 2.160 mg/L dan di
outlet mempunyai TSS 0.2649 mg/L. Hal ini berarti pada sampel
air di inlet tidak memenuhi syarat maksimum yang sudah diijinkan
yaitu 2 mg/L sedangkan pada sampel air di outlet sudah memenuhi
syarat maksimum yang telah diijinkan.
5) pH
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air inlet mempunyai pH 7.04 dan di outlet
6.93.Sehingga berdasarkan syarat maksimum yang diijinkan yaitu
6-9 sudah memenuhi persyaratan.
6) Zat Padat Tersuspensi (TSS)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet mempunyai TSS 84.4 mg/L dan di outlet
mempunyai TSS 5.0 mg/L. Hal ini berarti pada sampel air di inlet
tidak memenuhi syarat maksimum yang sudah diijinkan yaitu 30
mg/L sedangkan pada sampel air di outlet sudah memenuhi syarat
maksimum yang telah diijinkan.

7) Ammonia (NH3-N bebas)


Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil
bahwa sampel air di inlet 0.0088 mg/L dan di outlet 0.0009 mg/L.

21
Sehingga berdasarkan syarat maksimum yang diijinkan yaitu 0.1
mg/L sudah memenuhi syarat maksimum yang telah diijinkan.

4.3 Keunggulan Sistem Biofilter Aerob dan Anaerob

Proses pengolahan air limbah dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob
mempunyai beberapa keunggulan antara lain yakni :
1) Adanya air buangan yang mengalir melalui media kerikil yang
terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir
yang menyelimuti media atau yang disebut juga biological film.
Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan
mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter
tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan
mikroorganisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan
konsentrasi zat organik (BOD) makin besar. Selain menghilangkan
atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini juga dapat
mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids
(SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
2) Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang
melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung
suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan
berkurang konsentrasinya. Efisiensi penyaringan akan sangat besar
karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan
partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak
terbawa aliran ke atas dan akan mengendap di dasar bak filter.
Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya
mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan
banyak energi. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air
limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
3) Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi
penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila

22
dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja.
Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik
yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat
hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan
digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di
dalam air limbah.. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa
phospor terlarut akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme dan
akan sintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan energi
yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD).
Dengan demikian kombinasi proses anaerob-aerob dapat
menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini
dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
organik yang cukup besar.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan
biofilter anaerob-aerob antara lain yakni :
a. Pengelolaannya sangat mudah.
b. Tidak perlu lahan yang luas.
c. Biaya operasinya rendah.
d. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur
yang dihasilkan relatif sedikit.
e. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat
menyebabkan euthropikasi.
f. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
g. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD
yang cukup besar.
h. Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan
baik.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses pengolahan air limbah dengan mengunakan system Biofilter
Anaerob dan Aerob.

1. Proses pengolahan secara Anaerob


Proses pengolahan limbah secara anaerob dilakukan tanpa
menggunakan oksigen dan dilakukan oleh bakteri anaerob, Seluruh air
limbah yang berasal dari beberapa proses kegiatan rumah sakit yakni dari
IKO,IGD,kamar bersalin,ICU, laboratorium, linen, gizi, ruang rawat inap
dialirkan melalui saluran pembungan masuk ke bak pengumpul atau bak
ekualisasi pada bak pengumpul ini akan dilakukan pemberian kaporit yang
bertujuan untuk mengurangi bau air limbah dan juga dilakukan pemberian
bakteri jenis biobag khusus untuk anaerob. Selanjutnya dari bak
pengumpul (ekualisasi) air limbah dipompa menggunakan pompa air
listrik ke bak pengendap awal, yang bertujuan untuk mengendapkan
partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Lalu air limbah
dari bak pengendap akan difiltrasi menggunakan 3 tong filter.Setelah itu
air limbah yang sudah difiltrasi akan keluar dari tong filter ketiga dan
mengalir kedalam bak terakhir melalui pipa yang sudah di sambungkan,
yang nantinya dari bak terakhir akan dialirkan ke IPAL aerob.
2. Proses pengolahan secara Aerob
Proses pengolahan air limbah secara aerob adalah pengolahan yang
memerlukan oksigen bebas (O2) dan juga menggunakan mikroorganisme
yang hidup dalam kondisi aerob. Air limbah dari anaerob akan dialirkan ke
reaktor biofilter aerob. Di dalam bak aerob berisi media dari bahan plastik
tipe sarang tawon dan diberikan aerasi atau dihembus dengan udara
sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang
ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Setelah dari bak aerasi air limbah akan dialirkan ke kolam aerob yang
berisi media krikil dan tumbuhan air,sampai pada bak terakhir air yang

24
sudah lebih bersih akan mengalir melalui pipa dan masuk ke saluran
pembungan akhir yakni penyerapan ke dalam tanah.

5.2 Saran
1. Untuk pihak rumah sakit lebih memperhatikan lagi ketersediaan alat
pengolahan air limbah pada IPAL anaerob, salah satunya yaitu
penambahan mesin pompa air listrik yang lebih sehingga proses
pengolahan air limbah tidak dilakukan secara manual dengan diangkat
secara bergantian dari bak ke bak.
2. Perlu adanya pemberian tumbuhan air seperti eceng gondok (Eicchornia
crassipes) yang lebih banyak pada IPAL Aerob untuk menyerap hara
limbah selain itu dapat juga diberi tanaman lain yakni tanaman gantung
ataupun bunga pot pada sekitar IPAL yang dapat membuat kondisi IPAL
terlihat lebih baik.
3. Perlunya pemeliharaan dan perawatan terhadap sarana penunjang dalam
pengolahan limbah
4. Menambahkan anggaran pada bagian sanitasi untuk membiayai
operasional pemeliharaan dan perbaikan instalasi pengolahan limbah
5. Perlu adanya penambahan tenaga sanitarian
6. Untuk pratikan selanjutnya, sebelum melakukan praktiku agar lebih dulu
memahami dengan baik proses pengolahan air limbah rumah sakit

25
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. 2014. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit (Cetakan
ke-3). Jakarta: Rajawali Press.

Alamsyah, D dan Muliawati, R. 2013. Pilar Dasar Kesehatan Masyarakat.


Yogyakarta : Penerbit Nuha Mudika

Anfal,AL.2020.Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Rumah Sakit Terhadap


Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2018.Excellent Midwifery Journal. 3 (2) : 1-19

BPPT.2014. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Menuju Green Hospital. Badan


Pengkajian dan Penerapan Teknologi; 1(1) 25-26

B,Rahmat & Anwar,M.2018.Studi Karakteristik dan Kualitas BOD dan COD


Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG.Pasewang Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK). 1 : 1-19.

Buntaa,M.V.,dkk.2019. Analisis Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Bhayangkara


Tingkat Iii Kota Manado.Jurnal KESMAS.8 (4) : 1-6

Fitriani,A.2014. Pengawasan Pengendalian Limbah Cair Rumah Sakit di Kota


Pekanbaru (studi kasus Rumah Sakit Andini Rumbai Pekanbaru).Jom
FISIP. 1 (2) : 1-15

Halym D.; Djohan A. J. 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Jakarta Penerbit
: Salemba Medika.

Khalik,A.2015. Analisis Sistem Pengolahan Air Limbah Pada Kelurahan Kelayan


Luar Kawasan IPAL Pekapuran Raya PD PAL Kota Banjarmasin.Jurnal
Poros Teknik.7 (1) : 1-53

Listiyono,R.A.2015. Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di Rumah Sakit


Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi
Rumah Sakit Tipe B. 1 (1) : 1-7

26
Mulayati,M & JM Sri,N.2014.Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit RK Charitas Palembang.Jurnal Ilmu Lingkungan.12 (2) : 66-71

Ningrum,P.T dan Khalista,N.N.2014. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair Di


Rumah Sakit X Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA.10 (2) : 140-151

Prayitno, 2011. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Hospital


Wastewater Treatment Technology. Program Doktor Kajian Lingkungan
Dan Pembangunan Universitas Brawijaya. J-PAL. Vol 1. No 2. Hal 72-
139

Putri, N.W. 2011. Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Lubuk Basung Tahun 2011. Jurnal Teknik Sipil.
Universitas Andalas : Padang.

Sitompul,H.J.L.2017.Analisis Pengolahan Limbah Cair RSUD Dr.Hadrianus


Sinaga Pengururan Kabupaten Samosir.Skripsi.Sumatera Utara :
Universitas Sumatera Utara.

Sumantri, A. 2015. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Wahyuni,N.M.I.,dkk.2014.Efektivitas Sistem Biofilter Aerob Dalam Menurunkan


Kadar Amonia Pada Air Limbah.Eucotrophic.8 (1) : 79-8

27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen hasil pemeriksaan air limbah Inlet dan Outlet IPAL

Dokumen hasil pemeriksaan air Dokumen hasil pemeriksaan air


limbah (Inlet IPAL) limbah (Outlet IPAL)

Lampiran 2. Dokumentasi

28
Gambar 1. IPAL Anaerob Gambar 2. IPAL Aerob

Gambar 4. Bak pengendap anaerob


Gambar 3. Bak pengumpul
anaerob

29
Ga Ga
mbar 5.Bak terakhir Anaerob mbar 6.Tong filter

Gambar 7.Pompa Air Listrik Gambar.8 Meteran

30
Gambar 9.Pemberian bakteri Anaerob Gambar 10.Pemberian bakteri Aerob

31

Anda mungkin juga menyukai