Anda di halaman 1dari 10

Kajian Behavior Setting di Pasar Tugu Simpang Lima Gumul Kediri

(Anisah Nur Fajarwati)

KAJIAN BEHAVIOR SETTING


DI PASAR TUGU SIMPANG LIMA GUMUL KEDIRI

Anisah Nur Fajarwati


Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada
Jalan Grafika No. 2 Bulaksumur Yogyakarta 55281
anisah.fajar@gmail.com

ABSTRAK. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis behavior setting di Pasar
Tugu Simpang Lima Gumul (SLG) Kediri. Untuk mengkaji behavior setting, dilakukan behavioral
mapping atau pemetaan perilaku. Analisis yang digunakan dalam studi ini terdiri dari dua langkah.
Pertama, analisis dilakukan dengan tinjauan teori behavior setting Roger Barker. Kedua, untuk
menganalisis data yang ditemukan di lapangan, dilakukan behavioral mapping dengan metode person
centered map. Lokasi pengamatan yang ditentukan adalah di segmen barat Pasar Tugu. Behavior
setting yang terjadi di setiap tenda dagangan memiliki ciri tersendiri sesuai dengan barang yang
diperdagangkan. Peletakkan dan penataan tenda didasarkan pada jenis barang dagangan, setiap
tenda untuk satu penyewa. Hubungan antara aktivitas perilaku pengguna (standing patterns of
behavior) dan lay out ruang lingkungan pengguna (milieu) sangat sesuai dan terpenuhi dengan baik
(synomorphic).

Kata kunci: behavior setting, pemetaan perilaku

ABSTRACT. This study is aimed to identify and analyze behavior setting within Pasar Tugu Simpang
Lima Gumul (SLG), Kediri. To explore behavior setting, behavioral mapping had been conducted.
Analysis method that had been used in this research consisted two steps. Firstly, analysis was carried
out by using a theory review of behavior setting by Roger Baker. Secondly, to analyze data on the
field, behavioral mapping was carried out with person centered map method. The designated location
of this research was in the west segmen of Pasar Tugu. Behavior setting which had been happened in
every stand had its own character depend on the commercial’s goods. The placement and the layout
of the stands were based on the commercial’s goods of the every stands for every tenants. The
relation between behavior activity of the stand’s users and the users’ environment layout is well
organized and appropriated.

Keyword: behavior setting, behavioral mapping

PENDAHULUAN Di dalam Pasar Tugu terdapat sekitar 30-an


tenda yang menjual makanan khas Kediri,
Pasar Tugu (Setu – Minggu) adalah sejenis empat area bermain anak seperti wahana
pasar rakyat yang terletak di kawasan odong-odong dan mandi bola, penjual oleh-
Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) di oleh, penjual aksesoris dan baju, serta
Kabupaten Kediri (Gambar 1.). Pasar rakyat ini sejumlah PKL (Gambar 2.). Tenda-tenda
ada sejak tahun 2013. Pasar ini terletak di tersebut dikelola oleh Paguyuban Panji Galuh
sebelah utara Monumen SLG dan di sebelah Kediri dan disewakan kepada sejumlah penjual
barat dan timur taman bermain. Jam dengan harga yang sesuai bagi penjual.
operasional pasar ini adalah setiap hari Sabtu Penjual yang menyewa, bisa mengelola tenda
jam 17.00 – 22.00 WIB dan Minggu jam 06.00 sesuka hati. Penjual tidak harus selalu
– 10.00 WIB. Semenjak hadirnya Pasar Tugu, membuka tendanya untuk hari Sabtu dan
jumlah kunjungan ke Monumen SLG Minggu, namun bisa memilih di antara kedua
meningkat sekitar 46% [1] hal ini sejalan hari tersebut sesuai dengan jam operasional.
dengan program pemerintah setempat.

99
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 2 Juli 2016: 99-108

Gambar 1. Wilayah Simpang Lima Gumul

Gambar 2. Suasana Pasar Tugu SLG

Peningkatan jumlah kunjungan di Monumen Analisis ini dilakukan di segmen barat Pasar
SLG melibatkan peran penting keberadaan Tugu yang fokus pada pola aktivitas
Pasar Tugu (Setu – Minggu), pasar ini menjadi pengunjung dan arah pergerakan pengunjung.
moda perekonomian baru di Kabupaten Kediri
khususnya di wilayah Monumen SLG yang Objek studi ini adalah Pasar Tugu yang berada
merupakan cikal bakal perencanaan kota baru di dalam kawasan Monumen SLG. Lokus dari
di Kabupaten Kediri. Hal ini sejalan dengan studi adalah segmen ruas jalan di sebelah
program pemerintah yang digagas oleh barat dari keseluruhan wilayah Pasar Tugu
mantan Bupati Kediri Bapak Soetrisno, oleh (Gambar 3.). Segmen jalan tersebut dipilih
karena itu perlu adanya suatu kajian behavior karena adanya kompleksitas kegiatan dan
setting di Pasar Tugu dengan harapan bisa area ini adalah area perpindahan dari berbagai
diterapkan di wilayah lain di Kediri. objek di kawasan SLG, serta keterbatasan
waktu studi. Kompleksitas tersebut ditinjau dari
LINGKUP DAN BATASAN ragam barang yang diperjualkan (makanan
dan non makanan).
Dalam studi ini, dilakukan analisis behavior
setting data berdasarkan teori Roger Barker.

100
Kajian Behavior Setting di Pasar Tugu Simpang Lima Gumul Kediri
(Anisah Nur Fajarwati)

Gambar 3. Segmen barat, lokus studi

PEMBAHASAN Analisis yang digunakan dalam studi ini terdiri


dari dua langkah. Pertama, analisis dilakukan
Behavior setting atau tata perilaku berkaitan dengan tinjauan teori behavior setting Roger
erat dengan lingkungan fisik, begitu pula Barker. Kedua, untuk menganalisis data yang
sebaliknya. Setiawan menjelaskan behavior ditemukan di lapangan, dilakukan behavioral
setting sebagai interaksi antara suatu kegiatan mapping dengan metode person centered
dengan tempat yang spesifik yang meliputi map. Behavioral mapping, menunjukkan
sekelompok orang sebagai pelaku aktivitas, bagaimana suatu tempat digunakan untuk
perilaku atau aktivitas, tempat terjadinya beraktivitas dan person centered map
aktivitas, serta waktu spesifik saat aktivitas dilakukan untuk menunjukkan aktivitas
tersebut berlangsung [2]. Sejalan dengan sekelompok orang dalam periode waktu
Setiawan, Barker dalam Popov dan tertentu.
Chompalov (2012) menuturkan bahwa poin
utama dalam kajian behavior setting adalah Analisis Behavior Setting Berdasarkan
sekelompok orang, aktivitas, tempat dan waktu Teori Roger Barker
yang spesifik [3]. Lebih lanjut, Barker
menuturkan tentang behavior setting, sebagai Teori behavior setting dari Roger Barker
berikut: digunakan untuk menganalisis data studi ini.
“... a behavior setting consists of one or more Teori tersebut menjelaskan tentang tujuh poin
standing patterns of behavior; the setting utama dalam kajian behavior setting atau tata
includes milieu, which exists independently of perilaku yang mempermudah dan memperjelas
anyone's perception of the setting; this milieu pemahaman tentang kajian behavior setting
is circumjacent (surrounding, enclosing) to the yang diterapkan di segmen barat Pasar Tugu.
behavior; it is also synomorphic (similar in Kajian tersebut adalah sebagai berikut:
structure) with behavior; the behavior-milieu
parts are labeled synomorphs; the synomorphs a. A behavior setting consists of one or
have a specified degree of interdependence; more standing patterns of behavior.
and, the synomorphs have a greater degree of Suatu kemasan behavior setting (tata perilaku)
interdependence among themselves than with di dalam organisasi atau suatu entitas perilaku
parts of other behavioral settings.” [3] di titik tertentu dan dilakukan tidak hanya satu
individu. Standing patterns of behavior punya
101
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 2 Juli 2016: 99-108

karakter tersendiri, yaitu individu sebagai langsung menikmatinya di tempat, namun ada
pelaku aktivitas bisa digantikan sebagian pengunjung yang memilih untuk
keberadaannya. Individu pengganti akan menikmati makanan yang dibeli saat nanti tiba
melakukan kegiatan serupa dengan yang di rumah atau mencari tempat lain di luar pasar
digantikan begitu seterusnya yang terjadi di namun masih di dalam kawasan SLG. Pada
suatu organisasi tertentu. Hal ini serupa dasarnya, kegiatan utama yang terjadi yatu
dengan aktivitas yang terjadi di Pasar Tugu. jual beli sesuai dengan kondisi tempat yang
Pengunjung yang datang silih berganti namun difungsikan sebagai pasar pada hari Sabtu dan
dengan aktivitas yang sama. Aktivitas yang Minggu.
terjadi di dalam area Pasar Tugu, antara lain:
1.) Penjual. menegakkan tenda, menyiapkan Milieu bisa terbangun dari kombinasi antara
dagangan, menunggu pengunjung/pembeli, yang natural dan artificial. Di dalam studi ini,
mengobrol, duduk-duduk, melayani milieu-nya adalah segmen sebelah barat dari
pengunjung/pembeli, membereskan tenda Pasar Tugu. Milieu tersebut memanfaatkan
2.) Pengunjung/ pembeli. jalan-jalan, ruas jalan di sebelah utara Monumen SLG dan
mengobrol, duduk-duduk, fotografi, bermaterial aspal serta paving block. Tenda-
menunggu, mengantri, melihat-lihat barang tenda yang digunakan untuk berjualan adalah
dagangan, makan di lesehan, makan di bahan artificial siap pakai yang diperoleh
trotoar, anak kecil berlarian penjual dari menyewa. Suasana alam terbuka
serta didukung oleh panorama di sekitar milieu
Semua kegiatan tersebut dilakukan berurutan Pasar Tugu membuat pengunjung kerap kali
dan bersama secara teratur dan berulang tiap menjadikan keramaian pasar sebagai objek
minggu di Pasar Tugu. Penjual dan penjaga fotografi.
pasar adalah orang yang sama, namun
pengunjung yang datang akan berganti terus c. The milieu is circumjacent to the
menerus meskipun ada beberapa yang datang behavior pattern
berkali-kali. Pemilihan ruas jalan di sebelah utara
monumen sudah sesuai dengan kebutuhan
b. It consists of standing patterns of ruang untuk aktivitas Pasar Tugu. Aktivitas
behavior-and-milieu. yang ada terwadahi dengan baik oleh milieu
Behavior setting terdiri dari standing patterns yang disediakan, didukung dengan tenda-
of behavior dan milieu. Standing patterns of tenda artificial dan kondisi alam terbuka. Jika
behavior, satu tempat memiliki kondisi dan cuaca hujan, tenda yang cukup besar bisa
aktivitas yang berbeda dengan tempat lainnya digunakan untuk berteduh sementara bagi
kemudian menghasilkan perilaku tertentu. pengunjung sambil menikmati sajian. Ruas
Aktivitas utama yang terjadi di dalam Pasar jalan tersebut dianggap tepat karena bukan
Tugu adalah jual beli. Aktivitas jual beli yang merupakan jalan utama yang dilalui oleh
terjadi menghasilkan suatu perilaku tertentu beragam kendaraan. Jalan tersebut adalah
baik dari dari penjual maupun pembeli. Contoh jalan yang digunakan untuk parkir dan jogging
kegiatan tersebut adalah pengunjung datang pagi pengunjung ke monumen selain hari
kemudian membeli barang atau makanan dan Sabtu dan Minggu

Gambar 4. Suasana segmen barat Pasar Tugu pada Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIB

102
Kajian Behavior Setting di Pasar Tugu Simpang Lima Gumul Kediri
(Anisah Nur Fajarwati)

d. The milieu is synomorphic with the Synomorphic, antara individu (yang bisa
behavior pattern. sendiri atau jamak) dan lingkungannya
Di antara pola perilaku dan milieu dalam beraktivitas sesuatu pasti berkesinambungan,
sebuah behavior setting saling bersesuaian tidak bisa berdiri sendiri dari yang lainnya.
membentuk suatu hubungan yang disebut Kasus Pasar Tugu, antara milieu dan pelaku
dengan synomorphic. Kesesuaian yang terjadi aktivitasnya saling berkesinambungan. Apabila
di kasus adalah milieu Pasar Tugu dengan tidak ada pasar Tugu maka lokasi milieu itu
aktivitas yang terjadi. Aktivitas yang terjadi di hanyalah jalanan biasa. Milieu Pasar Tugu
dalam Pasar Tugu sama halnya dengan tanpa manusia di dalamnya maka akan seperti
kegiatan yang terjadi di dalam pasar pada pasar mati.
umumnya, antara lain: jual beli, makan,
menyiapkan dan menyajikan barang Analisis Behavior Setting dengan
dagangan. Kegiatan tambahan yang sering Behavioral Mapping
muncul di dalam Pasar Tugu yang tidak selalu
ada di pasar lainnya adalah kegiatan fotografi. Pengamatan di lapangan dilakukan sebanyak
Pasar Tugu menjadi salah satu objek menarik 16 kali, delapan kali hari sabtu dan delapan
untuk fotografi. Hampir di setiap minggu pada kali hari Minggu. Analisis akan dilakukan
saat jam operasional selalu ditemukan terhadap data dari hasil pengamatan hanya
komunitas fotografi atau pengunjung yang sebanyak delapan kali saja dengan pembagian
mengabadikan momen saat berkunjung ke hari masing-masng empat kali pengamatan
Pasar Tugu. dengan pembagian jam atau waktu yang
teratur sesuai jam operasional Pasar Tugu.
e. The behavior-milieu parts are called Waktu pengamatan sebagai berikut:
synomorphs.
Kesesuaian antara milieu dan behavior setting Jam operasional Pasar Tugu: Sabtu, 17.00 –
adalah synomorphic. Synomorphic dari Pasar 22.00 WIB dan Minggu, 06.00 – 22.00 WIB
Tugu ini terdiri dari manusia pelaku aktivitas
dan barang dagangan, tenda dan tentu saja a. Sabtu
milieu berupa ruas jalan yang telah di sediakan 1) 17.00-18.00 WIB
pengelola yang mendukung aktivitas serta 2) 18.00 – 20.00 WIB
saling bersesuaian . 3) 19.00 – 21.00 WIB
4) 20.00 – 22.00 WIB
f. The synomorphs have a specified b. Minggu
degree of interdependence. 1) 06.00 – 07.00 WIB
Ketergantungan antara milieu dan standing 2) 07.00 – 09.00 WIB
behavior dalam kasus ini bisa dilihat dari 3) 08.00 – 09.00 WIB
elemen-elemen yang melengkapi. Contoh 4) 08.00 – 10.00 WIB
elemen tersebut adalah tenda, jika tidak ada
tenda untuk berjualan maka tidak akan ada Untuk mengkaji behavior setting, dilakukan
batas teritori yang jelas antar pedagang, dan behavioral mapping atau pemetaan perilaku.
saat cuaca hujan atau terik maka tidak ada Di dalam studi ini metode yang digunakan
pernaungan yang melindungi. Barang untuk behavior mapping adalah person
dagangan juga merupakan elemen yang centered map. Person centered map, akan
sangat vital dan mengikat, jika tidak ada menunjukkan bagaimana perpindahan atau
barang dagangan maka tidak akan ada pergerakan orang (pelaku aktivitas) dan
aktivitas jual beli di dalam milieu tersebut. aktivitas yang sedang dikerjakan dalam kurun
Milieu tersebut bisa dikatakan sebagai suatu waktu tertentu. Pemetaan ini dilakukan
entitas Pasar Tugu dengan aktivitas utama jual sebanyak delapan kali terhadap kasus yang
beli. sama, yaitu Pasar Tugu dengan kurun waktu
yang relatif sama sekitar satu s/d dua jam
g. The synomorphs have a greater degree dengan dua pemisahan hari pengamatan
of interdependence among themselves sesuai jam operasional (Gambar 5.).
than with parts of other behavior
settings.

103
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 2 Juli 2016: 99-108

Gambar 5. Pemetaan pergerakan pelaku aktivitas

Analisis olahan data yang diperoleh dari hasil saat malam mulai larut sekitar pukul 22.00 WIB
pengamatan sebanyak delapan kali, adalah ke atas, masih ada beberapa tenda yang buka
sebagai berkut: dan sepeda motor mulai masuk ke milieu
a. Olahan data Sabtu sore – malam Pasar Tugu dan diparkir di depan tenda
Pada hari Sabtu jam operasional pukul 17.00 – (Gambar 6B).
22.00 WIB, puncak kepadatan pengunjung
terjadi sekitar pukul 19.00 – 21.30 WIB. Sebagian besar pengunjung datang secara
Batasan jam operasioanal tersebut tidak berkelompok, baik itu kelompok satu keluarga,
berlaku secara ketat, pengunjung bebas kelompok pertemanan atau pun komunitas
datang kapanpun baik sebelum maupun tertentu. Tenda yang paling ramai dikunjung di
sesudah jam operasional. Pukul 17.00 WIB segmen barat Pasar Tugu adalah tenda
banyak tenda yang masih belum berdiri, dan makanan berat yang menjajakan makanan
pemilik tenda masih menyiapkan barang khas Kediri (Gambar 7A). Kepadatan tersebut
dagangan (Gambar 6A). Hal ini karena pemilik membuat pengunjung yang tidak mendapatkan
melihat kecenderungan kedatangan tempat lesehan untuk makan harus
pengunjung yang datang sekitar pukul 18.00 membungkus makanannya dibawa pulang,
WIB atau setelah Maghrib, oleh karena itu namun beberapa pengunjung memilih untuk
pemilik lebih santai menyiapkan di saat sore memakan makanannya di trotoar kosong di
hari saat panas matahari mulai tidak terik. Di depan tenda tersebut.

Gambar 6. (A) Suasana segmen barat Pasar Tugu Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIB; (B) Sepeda motor yang di
parkir di depan dan di samping tenda

104
Kajian Behavior Setting di Pasar Tugu Simpang Lima Gumul Kediri
(Anisah Nur Fajarwati)

Tenda cap/ sablon nama untuk baju anak-anak Pergerakan pengunjung cukup kompleks saat
juga cukup ramai. Pengunjung datang untuk Sabtu malam. Pengunjung berkelompok
melihat aktivitas yang dilakukan penjual, mulai terlebih anak-anak yang berlarian kesana-
dari pembeli memilih kaos sampai proses cap kemari. Pergerakan yang cukup intens
atau sablon nama di kaos. Aksi penjual inilah dilakukan juga oleh para remaja usia sekolah
yang menarik perhatian para pengunjung, menengah yang gemar mengabadikan momen
karena tenda ini adalah satu-satunya bersama kelompoknya. Ditinjau dari pola
penyablon nama dan penjual kaos khas Kediri pergerakan dan kompleksitas aktivitas di
(Gambar 7B). Tenda aksesoris dan mukena segmen barat Pasar Tugu saat Sabtu malam
tidak ramai dikunjungi (Gambar 7C), barang hari, maka tenda yang kurang efektif adalah
atau aksesoris yang dijual merupakan barang keberadaan tenda aksesoris (Gambar 8.).
kerajinan yang umum dengan harga relatif Tenda tersebut relatif besar dengan barang
tinggi. Hal inilah yang menyebabkan dagangan minim dengan harga tinggi.
pengunjung hanya sekadar melihat-lihat saja Pergerakan yang terjadi di tenda ini hanyalah
tanpa membeli, meskipun ada beberapa yang pergerakan dari penjaga atau pemiliki tenda.
juga membeli. Pergerakan yang padat terjadi di dalam tenda
makanan berat dan sablon kaos.

Gambar 7. (A) Suasana tenda makanan di atas pukul 19.00 WIB; (B) Aksi tukang sablon nama yang mulai
dikerumuni oleh pengunjung; (C) Tenda aksesoris yang relatif sepi

Gambar 8. Pola aktivitas dan pergerakan di segmen barat Pasar Tugu Sabtu sore – malam
A & B titik kepadatan di tenda makanan; C. titik kepadatan di tenda sablon baju

105
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 2 Juli 2016: 99-108

b. Olahan data Minggu pagi baik jajanan pasar maupun makanan berat
Pada hari Minggu jam operasional pukul 06.00 seperti nasi pecel dan lain sebagainya. Tenda
– 22.00 WIB, puncak kepadatan pengunjung baju dan sablon tidak seramai saat malam
terjadi sekitar pukul 07.00 – 09.30 WIB. Jam hari, begitu juga dengan tenda aksesoris
operasional saat hari Minggu cenderung (Gambar 9B). Dilihat secara keseluruhan,
sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pemilik maka saat hari Minggu pagi pengunjung
tenda tidak perlu repot-repot lagi menegakkan cenderung memilih tenda makanan (Gambar
tenda karena sudah berdiri sejak Sabtu sore. 9B). Pemilihan karena setelah melakukan
Pasar pun selesai juga tepat waktu, kalaupun aktivitas pagi berolahraga, maka pilihan yang
molor biasanya hanya sampai jam 11.00 WIB. paling tepat adalah makan pagi. Hal buruk
Sekitar pukul 09.30 WIB, ada beberapa pemilik yang kurang sesuai adalah sepeda motor bisa
yang mulai mengemasi barang dagangan dan masuk dengan bebas di area ini sehingga
merapikan tenda dengan alasan barang mengganggu kenyamanan pengunjung untuk
dagangannya sudah habis terjual dan panas berjalan kaki (Gambar 9C).
siang hari mulai menerpa.
Kompleksitas kegiatan yang terjadi terlihat dari
Pengunjung yang datang ke pasar pada pergerakannya. Pergerakan pengunjung yang
Minggu pagi kebanyakan adalah mereka yang datang untuk melihat dan makan terjadi secara
telah melakukan aktivitas olah raga di sekitar bergantian, mereka berkunjung ke satu tenda
kawasan SLG (Gambar 9A), namun ada menuju tenda selanjutnya (Gambar 10).
beberapa yang sengaja datang untuk Fenomena yang terjadi adalah jumlah anak
mengunjungi Pasar Tugu. Sama halnya saat kecil yang bebas berlarian kesana kemari lebih
Sabtu malam, kebanyakan pengunjung datang banyak dibandingkan saat hari Sabtu dan juga
secara berkelompok. Kelompok remaja dan aktivitas beberapa pengunjung dengan
kelompok keluarga beserta anak-anak banyak kameranya. Tenda makanan baik ringan
dijumpai saat itu. Tenda yang paling ramai maupun berat menjadi tujuan utama yang
saat hari Minggu pagi adalah tenda makanan, paling ramai saat Minggu pagi.

Gambar 9. (A) Pengunjung yang datang setelah berolah raga; (B) Tenda makanan terlihat lebih ramai dikunjungi
daripda tenda aksesoris; (C) Pengendara bermotor di area Pasar Tugu

106
Kajian Behavior Setting di Pasar Tugu Simpang Lima Gumul Kediri
(Anisah Nur Fajarwati)

Gambar 10. Pola aktivitas dan pergerakan di segmen barat Pasar Tugu Minggu pagi
A titik kepadatan di tenda makanan berat; B. titik kepadatan di tenda makanan ringan

HASIL AMATAN banyak pengunjung kelompok keluarga


dengan anak-anak kecil yang berlarian
Hasil pengamatan tentang behavior setting di kesana-kemari, pengunjung yang datang
Pasar Tugu pada hari dan waktu tertentu kebanyakan adalah mereka yang telah
(Sabtu sekitar pukul 17.00 s/d 22.00 WIB dan melakukan aktivitas olah raga di sekitar
Minggu sekitar pukul 06.00 s/d 10.00 WIB) kawasan SLG.
adalah, sebagai berikut: c. Kompleksitas aktivitas pengunjung yang
a. Kepadatan pengunjung pada hari Sabtu terjadi baik saat hari Sabtu atau Minggu,
terjadi mulai pukul 18.00 WIB dan antara lain adalah:
puncaknya adalah pukul 19.00 – 21.30 WB, 1) pengunjung kelompok keluarga datang
sedangkan pada hari Minggu kepadatan hanya untuk melihat-lihat barang
dimulai sekitar pukul 07.00 – 09.30 WIB, dagangan, membeli barang, sesekali
tingkat kunjungan ke dalam tenda adalah memotret dengan kamera. Selanjutnya,
sebagai berikut: mereka singgah ke tenda makanan
1) tenda makanan lesehan baik Sabtu ringan atau berat untuk membeli dan
malam maupun Minggu pagi selalu menikmati makanan di lesehan
ramai dikunjungi; kemudian pergi. Pengunjung berjalan-
2) tenda makanan ringan ramai saat jalan melihat sekilas ke tenda-tenda
Minggu pagi; yang ada kemudian mendatangi tenda
3) tenda sablon nama kaos anak ramai yang menarik bagi mereka untuk melihat
dikunjungi pada hari Sabtu; dan barang dagangan kemudian transaksi
4) tenda aksesoris cenderung sepi saat jual beli atau hanya sekedar menawar
Sabtu malam dan sedikit kunjungan saat tetapi tidak membeli, dan ada juga yang
Minggu pagi. hanya melihat-lihat saja;
b. Fenomena yang terjadi adalah banyak 1.) pengunjung kelompok keluarga yang
pengunjung yang datang secara datang langsung menuju tenda
berkelompok, antara lain kelompok makanan untuk makan bersama di
keluarga, kelompok remaja dan kelompok lesehan kemudian pergi;
dewasa baik ada hubungan keluarga 2.) pengunjung kelompok remaja dan
maupun pertemanan. Pada hari Minggu dewasa datang untuk melihat-lihat
107
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 2 Juli 2016: 99-108

barang dagangan, membeli makanan barang dagangan) – melayani pembeli


ringan dan fotografi. Ada juga (mempromosikan dagangan, menyiapkan
pengunjung hanya melihat-lihat sambil makanan).
berjalan tanpa singgah ataupun membeli b. Peletakkan dan penataan tenda didasarkan
barang dagangan di tenda; pada jenis barang dagangan, setiap tenda
3.) pengunjung kelompok dewasa untuk satu penyewa. Tenda yang berada di
melakukan fotografi, melihat sekilas ke sebelah barat menjajakan barang non
tenda penjual aksesoris, makan makanan seperti baju, mukena dan barang
bersama kelompok di lesehan, keliling kerajinan, sedangkan tenda yang berada di
pasar kemudian pergi; dan sebelah timur menjajakan makanan baik
4.) beberapa pengunjung individu melihat ringan ataupun berat. Tidak ada perbedaan
barang dagangan dan membeli bentuk tenda atau tenda yang digunakan,
kemudian pergi meninggalkan lokasi penataan di dalam tenda sesuai dengan
Pasar Tugu. kebutuhan penyewa. Tenda makanan
cenderung memanfaatkan trotoar yang ada
KESIMPULAN di belakangnya sebagai tempat makan
lesehan serta menggunakan tambahan
Hasil pengamatan di segmen barat Pasar meja dan gerobak, sedangkan untuk tenda
Tugu pada hari dan waktu tertentu (Sabtu non makanan memakai meja etalase dan
sekitar pukul 17.00 s/d 22.00 WIB dan Minggu beberapa penggantung pakaian.
sekitar pukul 06.00 s/d 10.00 WIB) c. Hubungan antara aktivitas perilaku
menghasilkan beberapa kesimpulan bahwa pengguna (standing patterns of behavior)
behavior setting di segmen barat Pasar Tugu dan lay out ruang lingkungan pengguna
yang terjadi berdasarkan analisis data yang (milieu) sangat sesuai dan terpenuhi
telah dilakukan adalah sebagai berikut: dengan baik (synomorphic).
a. Behavior setting yang terjadi di setiap tenda
dagangan memiliki ciri tersendiri sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan barang yang diperdagangkan,
kegiatan memasak dan makan minum tidak [1] Pemkab Kediri. (2013).
terjadi di dalam tenda yang menjual
aksesoris. Kegiatan utama jual-beli tetap [2] Setiawan, Hariadi B. (2010). Arsitektur,
ada dan terjadi. Saat awal waktu pedagang Lingkungan dan Perilaku. Yogyakarta: UGM
mendirikan tenda – mengeluarkan dan Press.
menata barang dagangan yang dibawa dari
rumah – menunggu pembeli datang (duduk [3] Popov, Lubomir & Ivan Chompalov. (2012).
diam, duduk mengobrol dengan teman, Crossing Over: The Interdisciplinary Meaning
berkunjung ke tenda tetangga lalu melihat- of Behavior Setting Theory. International
lihat dan mengobrol, berjalan-jalan di dalam Journal of Humanities and Social Science.
tenda, menunggu sambil menyiapkan 2 : 19.

108

Anda mungkin juga menyukai