Anda di halaman 1dari 10

Nama :

1. Nurlaila Auliya Npm. 41155030150042


2. Shinta Merina Hardian Npm. 41155030150011

Judul :

ARSITEKTUR PERILAKU

PENGERTIAN ARSITEKTUR PERILAKU

Arsitektur Perilaku yaitu arsitektur yang penerapannya selalu menyertai pertimbangan-


pertimbangan perillaku dalam perancangan. Bila disadari bahwa manusia secara biologis adalah
serupa, dan bahwa dalam suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan-kesepakatan untuk
perilaku dan untuk bangunan, logislah untuk menyimpulkan bahwa perancangam arsitektur mungkin
semata-mata merupakan tugas mengidentifikasi pola-pola baku dari kebutuhan dan jenis-jenis baku
dari tempat untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan itu.

Pendekatan tipologis atau pola menganggap bahwa hubungan-hubungan lingkungannya


perilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan-satuan yang digabungkan oleh perancangan
untuk membuat sebuah bangunan atau suatu rona kata. Jadi pada dasarnya Arsitektur Perilaku
merupakan pola tindakan atau sifat klien akan mempengaruhi desain dan tiap pola melukiskan suatu
masalah yang terjadi berulang kali di dalam lingkungan itu dan kemudian menguraikan inti
pemecahan bagi masalah.

Selain itu, arsitektur perilaku juga sangat berkaitan erat dengan lingkungan. Setiap aspek
selalu berkaitan dengan lingkungan. Hal ini pun merupakan suatu indikasi bahwa manusia berkaitan
erat dengan lingkungan. Pola perilaku sedikit banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar.
Lingkungan memiliki peran penting untuk membentuk karakter manusia. Lingkungan juga dapat
menjadi sarana bagi manusia dalam memenuhi kebutuhannya, seperti: Tidur, bekerja, rekreasi,
ibadah dan berbagai aktivitas lainnya yang membutuhkan ruang atau lingkungan. Dalam pemenuhan
kebutuhab tersebut, terlihat adanya pola perilaku penggunanya.

Cara orang memenuhi kebutuhan yang sama sekali pun, misalnya dalam mengekspresikan
status, bisa berbeda satu sama lain. Ada yang dengan cara memamerkan mobilnya atau ternaknya.
Ada yang dengan cara memakai pakaian merek terkenal, atau dengan cara menjabat posisi tertentu,
atau melalui beraneka keanggotaan pada klub tertentu.

1
Dalam salah satu artikelnya mengenai tendensi rekreasi pada tingkat lingkungan perumahan,
Seymour Gold mengkaji mengapa banyak taman bermain dalam kompleks perumahan tidak
terpakai. Biasanya perancang memakai standar atau peraturan tata kota yang dalam menentukan
jumlah dan lokasi tempat bermain. Misalnya, untuk sebuah kawasan permukiman dengan luas 7-20
ha, diperlukan sebuah taman bermain anak-anak. Kemudian, ditempatkan sebuah taman bermain di
tengah kawasan yang dianggap terpusat dan dapat dijangkau dari jarak yang kurang lebih sama
jauhnya

ROGER BARKER dan HERBERT WRIGHT Menemukan konsep mengenai perilaku dan
lingkungan. Konsep tersebut yaitu Behavior Setting ( Tatar Perilaku ).

1. Unit Tatar Perilaku ( Behavior Setting )


Lingkungan fisik terjadi atas seperangkat permukaan dengan berbagai kualitas. Meskipun
terkadang lingkungan dirancang dengan tujuan estetika semata. Pada umumnya tujuan perancangan
suatu lingkungan adalah guna memenuhi aktivitas tertentu.

Perancangan suatu lingkungan adalah untuk memenuhi aktivitas tertentu. Salah catu cara
bagi perancang lingkungan untuk memenuhi tuntutan aktivitas tersebut adalah dengan mengacu
pada sistem aktivitas yang terdiri atas suatu sirkuit perilaku.

“apa yang dinyatakan oleh suatu sirkuit perilaku adalah ergonomic antropologic, yang
membawa perilaku orang menuju pemenuhan kebutuhannya sehari-hari pada berbagai skala:
ruangan, rumah, blok, lingkungan, kota untuk mempelajari sumber-sumber mana -manusia dan
lingkungan fisik- yang diperlukan untuk mendukung atau memenuhi kebutuhan.”

2. Definisi Behavior Setting


Menjelaskan tentang kombinasi perilaku. Adanya perencanaan aktivitas bersama orang lain
ketika terdapat sejumlah pola perilaku tertentu yang dikombinasikan dengan objek tertentu dalam
batasan ruang dan waktu.
Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas , tempat
dan kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku ( Standing Pattern
of Behavior ) dapat terdiri satu atau lebih pola perilaku ekstraindividual.
b. Tata lingkungan berkaitan dengan pola perilaku.
c. Membentuk suatu hubungan yang sama antara keduanya.
d. Dilakukan pada periode waktu tertentu.

2
Dengan ekstraindividual menunjukan fakta operasional bahwa sebuah setting tidak
bergantung hanya pada seorang manusia atau objek.

a. Pola Perilaku, Suatu pola perilaku yang biasa terdiri dari atas beberapa perilaku secara
bersamaan , antara lain sebagai berikut :
b. Perilaku emosional
c. Perilaku untuk menyelesaikan masalah
d. Aktivitas motoric
e. Interaksi interpersonal
f. Manipulasi objek.

Kombinasi dan perilaku tersebut diatas membentuk suatu pola perilaku, terjadi pada
lingkungan fisik. Suatu behavior setting mempunyai struktur internal sendiri. Setiap orang atau
kelompok berperilaku berbeda karena masing-masing mempunyai peran yang berbeda-beda.
Misalnya didalam sebuah kelas guru mempunyai peran sebagai pengajar, ia menempati posisi
tertentu di muka kelas misalnya berupa panggung untuk memungkinkan ia melihat seluruh kelas dan
mengendalikan pola perilaku yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa struktur behavior dibedakan
berdasarkan siapa yang memegang pengendali aktivitas.

Suatu behavior setting mempunyai struktur internal sendiri. Setiap orang atau kelompok
berperilaku berbeda karena masing-masing mempunyai peran yang berbeda-beda. Misalnya,
didalam sebuah kelas, guru mempunyai peran sebagai pengajar, ia menempati posisi tertentu di
muka kelas, misalnya berupa panggung untuk memungkinkan ia melihat seluruh kelas dan
mengendalikan pola perilaku yang terjadi. Dari contoh di atas, dapat kita katakan bahwa struktur
behavior setting dibedakan berdasarkan siapa yang memegang kendali aktivitas.

Barker menamakan daerah yang ditempati oleh pengendali atau pemegang control sebagai
performance zone. Namun, tidak semua tatanan mempunyai performance zone, atau tidak semua
performance zone dibedakan desainnya secara arsitektural. Misalnya, ruang diskusi atau ruang
rapat. Tatanan fisik bagi pimpinan rapat sama dengan peserta rapat lainnya.

Sumber:

http://istiqamahsyawal.blogspot.co.id/2012/04/pola-perilaku-dan-lingkungan-behavioral.html?m

3
Untuk mengetahui sejauh mana interdependensi antara dua entitas yang masing-masing
mempunyai atribut untuk menjadi behavior setting, dapat dilakukan pengujian yang ditinjau dari
berbagai dimensi, meliputi:

1. Aktivitas
2. Penghuni
3. Kepemimpinan, Dengan mengetahui posisi fungsional penghuni , dapat diketahui peran
sosial yang ada dalam komunitas tersebut. Di banyak setting, posisi pemimpin dapat
dipisahkan agar dapat dikenali kekuatan-kekuatan lain yang ada yang ikut mengambil
bagian dalam setting tersebut.
4. Populasi, Sebuah setting dapat mempunyai sedikit atau banyak partisipan. Komunitas
dianggap lebih baik apabila memiliki banyak setting.
5. Ruang, tempat terjadinya setting tentu sangat beragam, bisa di ruang terbuka atau
ruang tertutup
6. Waktu, Kelangsungan sebuah setting dapat terjadi secara rutin atau sewaktu-waktu
saja. Misalnya, apel pagi tentara yang dilakukan setiap pagi atau sebuah perayaan
upacara tujuh belas Agustus. Durasi pada setting yang sama dapat berlangsung sesaat
atau terus menerus sepanjang tahun, misalnya pertokoan.
7. Objek
8. Mekanisme perilaku

Barker menguraikan sebelas pola aksi dalam setting, yang dapat segera diamati atau dicatat,
ada ataupun tidak ada dalam setting tersebut, yaitu berkaitan dengan Estetika, Bisnis, Pendidikan,
Pemerintahan, Nutrisi, Aksi social, Penampilan personal, Kesehatan masyarakat, Professional,
Rekreasi ,Religious.

Setting juga dapat diamati dari sisi kuatnya tekanan pada orang yang berpartisipasi. Adakah
otonomi yang dimiliki setting terhadap pengaruh dari luar? Seberapa jauh setting ini mampu
melayani kebutuhan berbagai populasi sub group, atau biasa disebut sebagai kesejahteraan
anggotanya? Manfaat dari pengujian semacam ini adalah mempersatukan berbagai minat kedalam
suatu behavior setting yang terencana dengan baik sehingga respons penghuni dapat terantisipasi
dan terkendali dengan baik.

3. Behavior setting dalam desain


Dalam berbagai argumentasi dikatakan bahwa desain behavior setting yang baik adalah g
sesuai atau pas dengan struktur perilaku penggunanya. Desain arsitektur disebut suatu proses

4
argumentatif. Argumentasi dilontarkan dalam membuat desain yang dapat diadaptasikan, fleksibel,
atau terbuka (open ended). Edward Hall mengidentifikasi tiga tipe dasar pola ruang sebagai berikut:

a. Ruang Berbatas Tetap (fixed feature space),Ruang berbatas tetap dilingkupi oleh
pembatas yang relative tetap dan tidak mudah digeser, seperti dinding massif, jendela,
pintu, lantai.
b. Ruang Berbatas semitetap (semifixed feature space), Ruang yang pembatasnya bisa
berpindah. PAda rumah-rumah tradisional Jepang misalnya, dinding dapat digeser untuk
mendapatkan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan pada waktu yang
berbeda. Ruang-ruang pameran yang dibatasi oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika
dibutuhkan setting yang berbeda.
c. Ruang Informal, Ruang yang terbentuk hanya untuk waktu singkat., seperti ruang yang
terbentuk ketika dua atau lebih orang berkumpul. Ruang ini tidak tetap dan terjadi diluar
kesadaran orang yang bersangkutan.

Banyak ruang justru dibentuk seketika ia dibutuhkan untuk aktivitas tertentu. Suatu lay out
yang dapat diadaptasikan memungkinkan adanya berbagai pola perilaku pada waktu yang berbeda
tanpa perlu melakukan perubahan physical milieu. Misalnya, sebuah ruang serbaguna yang dapat
dipakai pada suatu saat untuk dipertandingkan badminton, tenis meja, dan karate. Pada saat lain,
bisa dipakai untuk kegiatan halal bi halal. Pada kesempatan lain bisa juga untuk tempat pertunjukan
sendra tari.

Robert Venturi mengatakan: “…ada justifikasi untuk bangunan serbaguna,….sebuah ruangan


dapat mempunyai sebuah fungsi pada saat yang sama atau pada waktu yang berbeda”

Konsep system aktivitas dan behavior setting member dasar yang lebih luas dalam
mempertimbangkan lingkungan daripada hanya semata-mata tata guna lahan, tipe bangunan, dan
tipe ruangan secara fisik. Dengan demikian, membebaskan arsitek dari bentuk-bentuk klise, bentuk-
bentuk prototype, atau memaksakan citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat
penggunanya. Sebaliknya, membawa arsitek berpikir pola perilaku dan milieu sebagai suatu entitas
atau suatu kesatuan.

Rapoport (1969) mengidentifikasi lima aspek budaya yang tercermin dalam desain sebuah
rumah, yaitu cara menjalankan aktivitas dasar, struktur keluarga, peran gender, sikap terhadap
privasi, dan proses social.

5
Dari uraian tersebut, jelas bahwa organisasi keluarga dan gaya hidup mempunyai peran
penting dalam desain suatu behavior setting.

4. Azas Nasional

Asas nasional menekankan pada fungsi arsitektur sebagai sebuah wadah aktivitas manusia
serta mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas.

Sebagai sebuah wadah maka ia menjadi penyesuaian perilaku manusia yang beraktivitas
didalamnya. Pengolahan ruang yang terjadi banyak dipengaruhi pemikiran bagaimana nantinya
ruangan itu digunakan dan bagaimana arsitek memenuhi khebutuhan ruang tersebut dengan efektif
dan efesien.

CONTOH ARSITEKTUR PERILAKU

A. Contoh Perancangan Arsitektur Perilaku

Masjid

Masjid merupakan contoh bangunan yang menggunakan asas rasional. Karena merupakan
wadah aktivitas manusia serta mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas manusia. Masjid tersebut
merupakan masji kul sharif. Yang merupakan tempat peradaban umat muslim dan pusat kajian
agama islam di rusia.

6
B. Interaksi berdasarkan perilaku

Sumber:

http://istiqamahsyawal.blogspot.co.id/2012/04/pola-perilaku-dan-lingkungan-behavioral.html

Gambar diatas merupakan salah satu contoh interaksi yang terjadi berdasarkan pola
perilaku. Dalam toko terdapat serangkaian kejadian yang berurutan , sebuah program yang meliputi
perilaku membeli dan menjual. Perilaku ini membentuk pola perilaku yang berulang-ulang, tidak
hanya bagi seorang pembeli, tetapi juga suatu program yang berlaku bagi setiap pembeli dan penjual
pada toko tersebut.

Hubungan kesetaraan (synomorphy) yang terjadi pada gambar diatas cukup rumit. Andil
pembeli terhadap pola perilaku yang terjadi di took meliputi mencari dan memilih barang. Lemari-
lemari panjang memamerkan sejumlah makanan untuk proses mencari dan memilih tersebut. Disisi
lain, pedagang yang menata dagangannya harus mempunyai akses langsung dengan barang
dagangannya. Akan tetapi, milieu yang ada juga harus memungkinkan terjadinya interaksi antara
pembeli dan pedagang, bukan didesain untuk kepentingan pembeli dan pedagang saja. Artinya
lemari panjang itu memungkinkan terjadinya interaksi antara pedagang dan pembeli.

Contoh diatas menggambarkan betapa kompleksnya perilaku manusia yang harus diwadahi
oleh suatu tatanan fisik dan terlihat bahwa setiap behavior setting terdiri atas beberapa sub perilaku
yang lebih sederhana.

7
C. Perumahan Puri Anjasmoro

Perumahan Puri Anjasmoro Blik O, Semarang. Terdapat yang memiliki mobil lebih dari 1,
padahal peruntukan lahan parker untuk setiap rumah hanya 1 mobil. Akibatnya banyak mobil yang
diparkir di bahu jalan sehingga memotong luas jalan sehingga banyak jalan yang menjadi 1 arah. Hal
ini tentu saja tidak dapat dibenarkan karena peruntukan jalan yang digunakan tidak sebagaimana
mestinya sehingga merugikan masyarakat umum yang melintasi jalan.

8
CATATAN PENUTUP

Arsitektur Perilaku yaitu arsitektur yang penerapannya selalu menyertai pertimbangan-


pertimbangan perillaku dalam perancangan. Bila disadari bahwa manusia secara biologis adalah
serupa, dan bahwa dalam suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan-kesepakatan untuk
perilaku dan untuk bangunan, logislah untuk menyimpulkan bahwa perancangam arsitektur mungkin
semata-mata merupakan tugas mengidentifikasi pola-pola baku dari kebutuhan dan jenis-jenis baku
dari tempat untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan itu.

9
DAFTAR PUSTAKA

 http://istiqamahsyawal.blogspot.co.id/2012/04/pola-perilaku-dan-lingkungan-
behavioral.html?m
 http://istiqamahsyawal.blogspot.co.id/2012/04/pola-perilaku-dan-lingkungan-
behavioral.html?m
 https://fityani.wordpress.com/2012/01/30/desain-arsitektur-dan-perilaku-manusia/

10

Anda mungkin juga menyukai