Anda di halaman 1dari 7

RESUME

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN


TUJUAN GLOBAL KESELAMATAN PASIEN
(SASARAN KESELAMATAN PASIEN)

DISUSUN OLEH:

DIMAS HERDIYANSYAH
P1337420716020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
TUJUAN GLOBAL KESELAMATAN PASIEN
(SASARAN KESELAMATAN PASIEN)

Sasaran keselamatan pasien (SKP) di Indonesia mengacu kepada Internatinal Patient


Safety Goals (IPSG). IPSG: 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (JCI)-IPSG atau
International Patient Safety Goal adalah sebuah standar yang diterbitkan oleh Joint Commission
International (JCI) sebagai bagian dari standar kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan
yang berfokus pada pasien. Salah satu standar tersebut adalah International Patient Safety Goals
(IPSG) yang terdiri dari 6 standar baku. Berikut adalah 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit (IPSG) yang dikutip dari laman JCI:

1. Identifikasi Pasien Secara Tepat (Identify Patients Correctly)


Mengidentifikasi pasien dengan benar merupakan sasaran keselamatan pasien
yang pertama yang harus dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan oleh
semua tenaga kesehatan, yang bertujuan mengidentifikasi pasien sebagai individu yang
mendapatkan pelayanan atau pengobatan dengan cara yang dapat dipercaya/ reliable,
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut, memastikan tidak
terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit,
mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi (salah
pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan
pemeriksaan diagnostik), dan mengurangi kejadian cidera pada pasien.
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat mengidentifikasi pasien dengan benar,
meliputi: pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien, pasien diidentifikasi sebelum pemberian
obat, darah, atau produk darah. pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan/ prosedur, serta kebijakan dan prosedur mengarahkan
pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif (Improve Effective Communication)
Komunikasi efektif merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi
pelayanan yang dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami
oleh penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan untuk
keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat dilakukan secara verbal/ lisan, tertulis dan
atau elektronik.
Prinsip komunikasi meliputi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan
e. Penerima pesan megklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi
Untuk meningkatkan komunikasi efektif di fasilitas pelayanan kesehatan digunakan
pendekatan komunikasi SBAR (situation-background-assessment-recommendation) dan
TBAK (tulis-baca-konfirmasi kembali).

3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat Yang Membutuhkan Perhatian


(Improve the safety of High-Alert Medications)
Obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama obat, rupa dan "ucapan mirip, NORUM
atau Look-Alike Sound-Alike, LASA, termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
Tujuan penerapan sasaran keselamatan pasien meningkatkan keamanan obat-
obatan yang perlu diwaspadai, adalah:
a. Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan
keselamatan pasien rumah sakit
b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
c. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome
d. Mencegah terjadinya kesalahan/ error dalam pelayanan obat yang perlu
diwaspadai kepada pasien
e. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain
harus melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independent, meliputi:
a. Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter
b. Ketepatan perhitungan dosis obat
c. Identitas pasien

4. Meningkatkan Benar Lokasi, Benar Pasien, Benar Prosedur Pembedahan (Ensure


Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery)
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian,
pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan nyawa (WHO, 2009).
Tujuan rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien adalah mencegah dan menurunkan angka kejadian
salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi. Fasilitas pelayanan kesehatan
menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan/pemberi tanda. Kegiatan yang
dilakukan fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional
b. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan,
c. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/ dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
Yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi adalah Dokter Bedah, Asisten
dokter, dan pihak yang diberi pendelegasian (perawat bedah). Hal yang harus
diperhatikan terkait penandaan lokasi operasi:
a. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada
tanda yang dapat dikenali
b. Tanda MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN 188 itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/ orang yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat,
c. Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level
(tulang belakang)
d. Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi
e. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas,
dengan menggunakan ceklist.

5. Mengurangi Risiko Infeksi (Reduce the risk of health care-Associated Infections)


Infeksi Nosokomial atau infeksi akibat perawatan kesehatan (Healthcare-
Associated Infections- HAIs), adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien
saat dilakukan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar
lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/ kurang baik, sehingga daya tahan
tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-
kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam
proses asuhan keperawatan dengan mudah.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti
prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar
penerapan yaitu:
a. Mencuci tangan
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptic
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
b. Menggunakan alat pelindung diri
c. Manajemen alat tajam secara benar dan tempat sampah khusus untuk alat tajam
d. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip
yang benar
e. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar

6. Mengurangi Risiko Pasien Cedera Karena Jatuh (Reduce the risk of patient harm
resulting from falls)
Kegiatan yang harus dilakukan untuk menurunkan angka pasien cidera karena
terjatuh, adalah setiap fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal
risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Langkah-langkah diterapkan untuk
mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
Assessment Resiko Jatuh, meliputi:
a. Memonitor pasien sejak masuk, memonitur dengan ketat pada pasien
b. Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi: memberikan
tanda/ alert (sesuai warna universal)
c. Melibatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh
d. Laporan pasien jatuh.
Penilaian Resiko Jatuh merupakan suatu penilaian terhadap factor-factor yang
dapat menyebabkan pasien jatuh. Ada tiga tipe skala resiko jatuh yang sering dipakai,
yaitu: Skala penilaian untuk geriatric, Morse Fall Scale (MFS) / Skala Jatuh dari morse
Untuk Dewasa, dan Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS) / Skala Jatuh Humpty Dumpty
Untuk Pediatrik
Sumber:
Joint Commission (2020). Joint Commission International Accreditation Standards for
Hospitals, 7th Edition Paperback.

Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). Analisis Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien Di
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 7,
48-55.

Setyani, M. D., Zuhrotunida, Z., & Syahridal, S. (2017). Implementasi Sasaran Keselamatan
Pasien Di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Jurnal JKFT, 1(2), 59-69.

Shaikh, Z., Al-Towyan, S. O. L. E. I. M. A. N., & Khan, G. A. Z. A. L. A. (2016). Critical


Analysis of International Patient Safety Goals Standards in JCI Accreditation and CBAHI
Standards for Hospitals. International Journal of Research In Business Management
(IMPACT: IJRBM), 4(3), 71-78.

Anda mungkin juga menyukai