Anda di halaman 1dari 14

UJIAN PRAKTIK

KEPERAWATAN JIWA KELUARGA DAN KOMUNITAS


ANAK DENGAN KDRT

Disususn Oleh :
Indra Risandy
P1337420716024

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
SOAL

1. Sebutkan pengertian, klasifikasi dan etiologi Anak dg Kekerasan dalam rumah

tangga/Domestic violence (bobot 20)

2. Sebutkan manifestasi klinis dan dampak Anak dg Kekerasan dalam rumah

tangga/Domestic violence (bobot 20)

3. Hal-hal yang perlu dikaji pada Anak dg Kekerasan dalam rumah tangga/Domestic

violence (bobot 20)

4. Sebutkan diagnose keperawatan pada Anak dg Kekerasan dalam rumah

tangga/Domestic violence (bobot 20)

5. Sebutkan & jelaskan penanganan Anak dg Kekerasan dalam rumah tangga/Domestic

violence (bobot 20)

JAWABAN

1. PENGERTIAN

a. Menurut James Vander Zanden dalam bukunya Human Development (1989)

menyebutkan definisi abuse (kekerasan/penyiksaan) sebagai serangan fisik (bias

menyebabkan luka) dan dilakukan dengan sengaja oleh orang yang seharusnya

jadi care taker.

b. Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak

yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang

tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang

berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian. Kekerasan anak lebih

bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka

pada tubuh sang anak.

c. Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang

yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun
fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum (Utami,

2018)

d. Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare

memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan

seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan

oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak,

sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam (Widiastuti & Sekartini,

2016)

KLASIFIKASI

Macam – macam Child Abuse dibagi menjadi empat yaitu

a. Emotional Abuse

b. Physical Abuse

c. Neglect

d. Sexual Abuse

ETIOLOGI

Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child

abuse, yaitu:

a. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak.

Orang tua yang memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang

lain, atau orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka

memiliki harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang tua

terisolasi dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumah yang

saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada orang lain yang dapat

memberikan support kepadanya


b. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain.Hal ini dapat

terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak

yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya

anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah (BBLR).

Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa

lama, padahal pada beberapa hari inilah normal bonding akan terjalin.

c. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu

berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering terjadi

misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya

tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang lebih besar bila

tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat

terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi

maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan(Widiastuti

& Sekartini, 2016).

2. MANIFESTASI KLINIS

Akibat pada fisik anak dijelaskan dalam (Sutrisminah, 2012) antara lain: Lecet,

hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari

adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya. Sekuel/cacat

sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan

pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya. Akibat pada tumbuh kembang anak.

Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada

umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:

a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang tidak

mendaapat perlakuan salah.

b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:


1) Kecerdasan

a) Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam

perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.

b) Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga

karena malnutrisi.

c) Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya

stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.

2) Emosi

a) Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif,

atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan

sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.

b) Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau

bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi

menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif,

perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur,

tempretantrum, dsb.

3) Konsep diri

Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai,

tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu

menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.

4) Agresif

Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap

teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua

mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai

hasil miskinnya konsep diri.


5) Hubungan social

Pada anak sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan

orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu

orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan2 kriminal

lainnya.

6) Akibat dari penganiayaan seksual

Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:

a) Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret

vagina, dan perdarahan anus.

b) Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,

enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.

c) Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan

umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan

vulva, himen, dan anus.

DAMPAK CHILD ABUSE

Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child

abuse), antara lain;

a. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya

akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam

kepada anak- anaknya.

b. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering

dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru

perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan

makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk),

kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.


c. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara

korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa

rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah

dewasa atau bahkan sudah menikah (Unicef, 2012)

d. Dampak penelantaran anak ; menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman,

gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah

penyesuaian diri pada masa yang akan datang

e. Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam

mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan

baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak

mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh

anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah

(Anggraeni, 2013)

3. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI

a. Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang lain

atau saudaranya untuk beberapa waktu.

b. Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau

masalah psikiatrik.

c. Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse

d. Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan ketergantungan

tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir rendah, intoleransi makanan,

ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, dan gangguan kurang perhatian)

e. Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa dengan

jenis kelamin anak yang dilahirkan.

f. Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan anak.
g. Kaji respon psikologis pada trauma

h. Kaji keadekuatan dan adanya support system

i. Situasi Keluarga.

Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan

berkaitan dengan child abuse, antara lain:

a. Psikososial

1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau

2) Gagal tumbuh dengan baik

3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial

4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa

b. Muskuloskeletal

1) FrakturDislokasi

2) Keseleo (sprain)

c. Genito Urinaria

1) Infeksi saluran kemih

2) Per vagina

3) Nyeri saat miksi

4) Laterasi pada organ genetalia eksternal, vagina dan anus.

d. Intergumen

1) Lesi sirkulasi

2) Luka pada kulit, memar dan abrasi

3) Tanda tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan

4) Bengkak
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dalam (“Nursing diagnoses: definitions and classification, 2015-2017,” 2015)

disebutkan bahwa diagnosa yang muncul adalah :

a. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan

lingkungan.

b. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,

ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

c. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan

perlakuan kekerasan

d. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)

e. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

f. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan

(Nanda, 2012)

5. PENANGANAN

a. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan

lingkungan.

Tujuan

setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi trauma pada

anak

NOC : Abuse Protection

Kriteria hasil :

1) Keselamatan tempat tinggal

2) Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah

3) Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah

4) Keselamatan diri sendiri


5) Keselamatan anak

NIC: EnviromentalMangemen: safety

Intervensi:

1) Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi

kognitif dan perilaku masa lalu

2) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko

3) Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan

4) Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman

5) Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan

6) kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan

b. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang

ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak dapat

berkurang / hilang

NOC : Kontrol cemas

Kriteria hasil :

1) Monitor intensitas kecemasan

2) Menyingkirkan tanda kecemasan

3) Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas

4) Mencari informasi untuk menurunkan cemas e. Menggunakan strategi

koping efektif

NIC :Penurunancemas

Intervensi:

1) Tenangkan klien
2) Berusaha memahami keadaan klien

3) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut

4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan

cemas

5) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat

6) kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan

c. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan

perlakuan kekerasan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi

NOC : Parenting

Kriteria hasil

1) Menyediakan kebutuhan fisik anak

2) Merangsang perkembangan kognitif

3) Merangsang perkembangan emosi

4) Merangsang perkembangan spiritual

5) Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat

6) Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak

NIC : Anticipatory guidance

Intervensi

1) Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional

selanjutnya dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan

keluarga.

2) Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat


3) Sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku

pasien

4) Tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah

5) Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah.

6) Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan

d. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera NOC :

Pengendalian resiko

Kriteria hasil:

1) Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan

2) Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko

3) Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko

4) Menghindari cidera fisik

5) Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

NIC :Manajemenlingkungan: keselamatan

Intervensi:

1) Monitor lingkungan untuk perubahan status

2) Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level

fisik

3) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko

4) Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit

5) Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan

e. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

Tujuan :
Pasien tidak merasa takut.

NOC : Kontrol ketakutan

Kriteria hasil:

1) Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan

2) Menghindari sumber ketakutan bila mungkin

3) Mengendalikan respon ketakutan

4) Mempertahan penampilan peran dan hubungan social

NIC 1 :PenguranganAnsietas

Intervensi:

1) Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang

dapat menurunkan / mengurangi takut

2) Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru

3) Gendong / ayun-ayun anak

4) Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu

menurunkan ketakutan pasien

NIC 2 :Peningkatankoping

Intervensi:

1) Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan

2) Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu

peristiwa

3) Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat

4) Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal

5) Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan

sebagai ancaman

f. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan


Tujuan :

Tidak terjadi keterlambatan perkembangan

NOC : Abusive behavior self-control

Kriteria hasil:

1) Hindari perilaku kekerasan fisik

2) Hindari perilaku kekerasan emosi

3) Hindari perilaku kekerasan seksual

4) Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress

5) Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

NIC : Family terapi

Intervensi:

1) Tentukan terapi dengan keluarga

2) Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi

3) Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran

4) Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga

5) Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga

(Bulechek & McCloskey, 1995) dalam (Saragih, 2017).

Anda mungkin juga menyukai