Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
Psikososial dalam Keperawatan guna menyelesaikan tugas mata kuliah
Psikososial.
Demikian tugas ini dibuat. Semoga bermanfaat bagi kita serta para
pembaca. Kami juga berharap kritik dan saran atas ketidaksempurnaannya
tentang Psikososial dalam Keperawatan, agar kami lebih baik lagi untuk proses
kedepannya.
Kiranya makalh ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam
menambah ilmu pengetahuan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka
serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa (Depkes, 2011).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Psikososial?
2. Apa yang dimaksud dengan status emosi?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
4. Apa itu Koping?
5. Apakah yang dimaksud dengan hubungan sosial?
6. Bagaimana asuhan keperawatan psikososial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Psikososial.
2. Untuk menjelaskan status emosi.
3. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.
4. Untuk membahas definisi Koping.
5. Untuk mengetahui hubungan sosial.
6. Untuk membahas asuhan keperawatan psikososial.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Psikososial
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal positif .
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis
dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas
Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-
faktor psikologis (Chaplin,2011).
1. Berduka
2. Keputusasaan
3. Ansietas
4. Ketidakberdayaan
5. Risiko penyimpangan perilakusehat
6. Gangguan citratubuh
7. Koping tidakefektif
6
8. Koping keluarga tidakefektif
9. Sindroma posttrauma
10. Penampilan peran tidakefektif
11. HDR situasional
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta,
kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966)
Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan
afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku
yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
7
perasaan, yang mengikuti keadaan-keadaan psikologis dan mental
yang muncul serta penyesuaian batiniah dan mengekspresikan dirinya
dalam tingkah laku yang nampak
C. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain.
Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya.
8
5) Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
9
c. Kriteria kepribadian yang sehat
1) Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.
2) Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
3) Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
4) Harga diri tinggi
Seseorang yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya
sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan
apa yang ia inginkan.
5) Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan
terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.
6) Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam
mencapai tujuan.
D. Definisi Koping
10
a. Koping Konstruktif
1) Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai
macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif
yang dianggap paling menguntungkan.
2) Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan
ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3) Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan
yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan
yang sedang dihadapi.
4) Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang
dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak
dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5) Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi
yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan
memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6) Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan
yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak
jelasan tersebut.
11
7) Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati
juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati
dan dirasakan oleh orang lain.
b. Koping Positif (Sehat)
1) Antisipasi
2) Afiliasi
3) Altruisme
12
5) Pengamatan diri (Self observation)
E. Hubungan Sosial
Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif
dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif,
artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas
kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat
negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau
solidaritas kelompok yang telah terbangun. Hubungan sosial asosiatif adalah proses
interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota
kelompok.
a. Kerja sama
Kerjasama dapat dilakukan paling sedikit oleh dua individu untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Di dalam mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak
yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing-masing dan
saling membantu sehingga terjalin sinergi. Kerja sama dapat terjalin semakin kuat
jika dalam melakukan kerja sama tersebut terdapat kekuatan dari luar yang
mengancam. Ancaman dari pihak luar ini akan menumbuhkan semangat yang lebih
besar karena selain para pelaku kerja sama akan berusaha mempertahankan
eksistensinya, mereka juga sekaligus berupaya mencapai tujuan bersama
13
b. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses.
Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi
antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan
nilai sosial yang berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.
c. Asimilasi
d. Akulturasi
a. Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya ancaman
atau kekerasan dari para pelaku.
b. Kontravensi
14
c. Pertentangan/Perselisihan
1. Pengkajian
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
15
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
16
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
Kriteria Hasil:
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
17
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
Intervensi: .
Kriteria Hasil:
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
18
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan
rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Hamid, Prof. Achir Yani. 2008.
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda dan Nic Noc.Jakarta: EGC.
Anna keliat, Budi dkk. Manajemen keperawatan psikososial dan kadar keperawatan jiwa.
2007. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.
Dalami,ermawati dkk. Asuhan keperawatan dengan masalah psikososial. 2009. Trans info
media: Jakarta
Tarwoto dan wartonah. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 4. 2010.
Salemba medika: Jakarta
21
22