Anda di halaman 1dari 22

PSIKOSOSIAL DALAM KEPERAWATAN

]Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikososial

Disusun oleh :

Ade Lestiani Limaretha Asfin Novia Ramadhani


Amar Ma’ruffi Bachtiar Asyfah
Andyas Anjastiya Harsando Ayu Christiani Febriana
Anggraeni Beti Dwi Lestari Bella Friska
Anisaul Chusnia Cahya Tri Utami
Anna Apiaini Davit Widianto
Annisa Hasna Yuanihsan Devi Novitasari
Annisa Tri Utami Devy Yolanda
Aprilia Aldila Enggardini Dewi Yulita Sari
Arif Budiman Diah Ayu Ratnasaro
Arina Ma’rufa Diani Novianti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
Psikososial dalam Keperawatan guna menyelesaikan tugas mata kuliah
Psikososial.
Demikian tugas ini dibuat. Semoga bermanfaat bagi kita serta para
pembaca. Kami juga berharap kritik dan saran atas ketidaksempurnaannya
tentang Psikososial dalam Keperawatan, agar kami lebih baik lagi untuk proses
kedepannya.
Kiranya makalh ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam
menambah ilmu pengetahuan.

Semarang, 30 Juli 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman depan ......................................................................................... i


Kata pengantar ......................................................................................... ii
Daftar isi .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA................................................................................. 4
A. Analisis Jurnal ........................................................................................ 4
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
A. Simpulan ................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka
serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa (Depkes, 2011).

Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan,


penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah
seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak
kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang
terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas
dan stres di tempat kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Psikososial?
2. Apa yang dimaksud dengan status emosi?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
4. Apa itu Koping?
5. Apakah yang dimaksud dengan hubungan sosial?
6. Bagaimana asuhan keperawatan psikososial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Psikososial.
2. Untuk menjelaskan status emosi.
3. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.
4. Untuk membahas definisi Koping.
5. Untuk mengetahui hubungan sosial.
6. Untuk membahas asuhan keperawatan psikososial.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Psikososial

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal positif .

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis
dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas
Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-
faktor psikologis (Chaplin,2011).

Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu :

1. Berduka
2. Keputusasaan
3. Ansietas
4. Ketidakberdayaan
5. Risiko penyimpangan perilakusehat
6. Gangguan citratubuh
7. Koping tidakefektif

6
8. Koping keluarga tidakefektif
9. Sindroma posttrauma
10. Penampilan peran tidakefektif
11. HDR situasional

B. Pengertian Status Emosi

Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta,
kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966)
Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan
afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku
yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.

Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai


suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahanperubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan
perilaku. Maramis (2009) dalam bukunya “Ilmu Kedokteran Jiwa”
mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks yang
berlangsung tidak lama yang mempunyai komponen pada badan dan
pada jiwa individu tersebut.

Emosi menurut Rakhmat (2001) menunjukkan perubahan


organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan
dan proses fisiologis. Kesadaran apabila seseorang mengetahui makna
situasi yang sedang terjadi. Jantung berdetak lebih cepat, kulit
memberikan respon dengan mengeluarkan keringat dan napas
terengah-engah termasuk dalam proses fisiologis dan terakhir apabila
orang tersebut melakukan suatu tindakan sebagai suatu akibat yang
terjadi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa status


emosi adalah pengalaman sadar, kompleks dan meliputi unsur

7
perasaan, yang mengikuti keadaan-keadaan psikologis dan mental
yang muncul serta penyesuaian batiniah dan mengekspresikan dirinya
dalam tingkah laku yang nampak

C. Konsep Diri

Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain.

Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya.

a. Komponen konsep diri


1) Citra diri
Citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
2) Ideal diri
Ideal diri adalah Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3) Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh
mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung
harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga diri
menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4) Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.

8
5) Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri


1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan
pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa
anak lebih dekat pada lingkungannya.
3) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap
konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping
individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari
masyarakat dan ekonomi yang kuat.
4) Pengamatan sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
5) Sensor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan
kekuatan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi,
menarik diri, dan kecemasan.
6) Usia, keadaaan sakit, dan trauma

Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

9
c. Kriteria kepribadian yang sehat
1) Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.
2) Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
3) Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
4) Harga diri tinggi
Seseorang yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya
sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan
apa yang ia inginkan.
5) Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan
terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.
6) Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam
mencapai tujuan.

D. Definisi Koping

Strategi coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress


yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan
kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.Coping
yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak
dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).

10
a. Koping Konstruktif
1) Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai
macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif
yang dianggap paling menguntungkan.
2) Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan
ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3) Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan
yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan
yang sedang dihadapi.
4) Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang
dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak
dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5) Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi
yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan
memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6) Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan
yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak
jelasan tersebut.

11
7) Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati
juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati
dan dirasakan oleh orang lain.
b. Koping Positif (Sehat)
1) Antisipasi

Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu


perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu
stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari
konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang
paling sesuai.

2) Afiliasi

Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu


dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada
saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber-
sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.

3) Altruisme

Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan


kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari
dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada
kebutuhan orang lain.

4) Penegasan diri (self assertion)

Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres


dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara
lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

12
5) Pengamatan diri (Self observation)

Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan


pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan
pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk
mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

E. Hubungan Sosial

Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif
dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif,
artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas
kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat
negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau
solidaritas kelompok yang telah terbangun. Hubungan sosial asosiatif adalah proses
interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota
kelompok.

1. Hubungan sosial asosiatif

Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini:

a. Kerja sama

Kerjasama dapat dilakukan paling  sedikit oleh dua individu untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Di dalam mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak
yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing-masing dan
saling membantu sehingga terjalin sinergi. Kerja sama dapat terjalin semakin kuat
jika dalam melakukan kerja sama tersebut terdapat kekuatan dari luar yang
mengancam. Ancaman dari pihak luar ini akan menumbuhkan semangat yang lebih
besar karena selain para pelaku kerja sama akan berusaha mempertahankan
eksistensinya, mereka juga sekaligus berupaya mencapai tujuan bersama

13
b. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses.
Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi
antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan
nilai sosial yang berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok


masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
interaktif dalam jangka waktu lama.

d. Akulturasi

Akulturasi adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke


dalam kebudayaan sendiri.

2. Hubungan sosial disosiatif

Hubungan sosial disosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini:

a. Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya ancaman
atau kekerasan dari para pelaku.

b. Kontravensi

Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di antara


persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental
yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain.

14
c. Pertentangan/Perselisihan

Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok


menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu
tujuan.

F. Asuhan Keperawatan pada masalah Psikososial

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto,


2003 adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:

a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?

15
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

16
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut:

a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.


b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
3. Intervensi

Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:

a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.

Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.

Kriteria Hasil:

1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.


2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi:

1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.

17
Tujuan: Gambaran diri klien positif.

Kriteria Hasil:

1) Klien menyukai anggota tubuhnya.


2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi: .

1) Binalah hubungan saling percaya.


2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.

Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.

Kriteria Hasil:

1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.


2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi:

1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

18
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan).


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.Daulima, Novi Helena dkk. 1995.

Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk


Pembuatan Rencana Perawatan. Edisi:3.Jakarta: EGC. Depkes. 2002.

 Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan 
rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika,  psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Hamid, Prof. Achir Yani. 2008.

Bunga  Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta: EGC. Hawari, D. 2000.

 Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zatadiktif) . Jakarta:


Balai Penerbit FKUI. Nanda.2012-2014.

 Aplikasi Asuhan Keperawatan.Yogyakarta: Media HardyStuart, G.W., and Sundeen, S.J.


1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.(terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Townsend, Marry. 1997.

 Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.Videbeck. Sheila L. 2008.

 Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGCWilkinson, Judith M. 2002.

 Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda dan Nic Noc.Jakarta: EGC. 

Anna keliat, Budi dkk. Manajemen keperawatan psikososial dan kadar keperawatan jiwa.
2007. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.

Dalami,ermawati dkk. Asuhan keperawatan dengan masalah psikososial. 2009. Trans info
media: Jakarta

Tarwoto dan wartonah. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 4. 2010.
Salemba medika: Jakarta

21
22

Anda mungkin juga menyukai