Anda di halaman 1dari 12

Standar Operasional Prosedur Postpartum

PERAWATAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PADA IBU MASA NIFAS / POSTPARTUM

Perawatan Masa Nifas


A.  Pengertian
Periode post partum ( puerperium ) atau juga sering disebut masa nifas adalah masa
sejak ibu  melahirkan bayi ( bayi lahir ) sampai 6 minggu ( 42 hari ) kemudian. Kadang juga
disebut masa trimester IV ( Piliteri, 1998 ). 
B.  Implikasi Keperawatan
Pada masa nifas terjadi perubahan dalam hal fisik dan psikologis ibu berkaitan dengan
perubahan kondisi dari hamil, melahirkan dan adanya bayi yang baru sebagai anggota
keluarga. Kondisi akan sangat kompleks bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan,
misalnya tindakan bantuan pertolongan persalinan dengan alat, operasi, kematian/kecacatan
bayi, kelahiran anak pertama, kelahiran yang tidak diinginkan dsb. Kondisi ini menuntut peran
perawat yang komprehensif untuk membantu dan menfasilitasi adaptasi ibu pada masa nifas,
proses pengembalian fungsi (involusi uterus dan vagina, serta organ reproduksi lain) secara
retrogresif sekaligus perawatan bayi secara menyeluruh. Jadi dalam masa nifas ada dua aspek
yang harus diperhatikan perawat yaitu ibu (keluarga) dan bayi.
C.  Perubahan Fisiologis
Selama masa nifas ibu akan mengalami beberapa perubahan dalam tubuhnya sebagai berikut ;
a)      Rahim :  secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil
b)      Luka-luka pada jalan lahir akan sembuh dalam 6-7 hari bila tidak disertai infeksi
c)      Rasa mules yang disebabkan oleh kontraksi rahim,biasanya berlangsung 2-3 hari setelah
persalinan
d)     Keluarnya cairan yang berasal dari jalan lahir: Pada 2 hari setelah persalinan akan keluar
cairan yang berupa darah segar yang berwarna merah dan sisa air ketuban (lochea rubra). Pada
hari ke 3-7 cairan akan berwarna merah kekuningan (lochea serosa) berisi darah dan lendir.
Pada hari ke 7-14 cairan akan berwarna kuning dan tidak ada darah lagi. Setelah 2 minggu
cairan berwarna bening. Apabila selama masa tersebut dijumpai cairan nanah berbau busuk
berarti terjadi infeksi.
e)      Ibu memulai tugas baru yaitu menyususi bayi
f)       Ibu mulai menstruasi kembali.
D.  Komplikasi Masa Nifas
a)      Perdarahan
b)      Infeksi
c)      Gangguan psikologis : depresi
d)     Gangguan involusi uterus
E.  Penatalaksanaan
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama
pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia
seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk
tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, antibiotik untuk mencegah
infeksi.
F.  Diagnosa Keperawatan
A.    Pada Ibu
a.       Nyeri berhubungan dengan trauma jalan lahir, episiotomy
b.      Resiko infeksi berhubungan dengan  episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan
c.       Cemas berhubungan dengan  peran baru, kesulitan menyusui
d.      PK: perdarahan
e.       Perubahan peran keluarga
f.       Perubahan pola seksualitas
g.      Kurang pengetahuan
B.     Pada Bayi
a.       Tidak efektifnya proses menyusu
b.      Resiko infeksi
c.       Resiko/actual bersihan jalan napas tidak efektif
d.      Resiko/actual hypotermi
e.       PK; distress pernapasan
G.  Tujuan Perawatan Masa Nifas
1)      Menjaga ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2)      Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3)      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4)      Memberikan pelayanan KB.
H.  Program Perencanaan dan Pelaksanaan
Kjg Waktu Tujuan
n
1 6-8         Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
jam         Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila
post perdarahan berlanjut.
partum         Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.
        Pemberian ASI awal
        Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
        Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

2 6 hari        Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus


post di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal,  tak ada bau.
partum         Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
        Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
        Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
        Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
minggu
post
partum
4 6         Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
minggu maupun pada bayinya.
post         Menberikan konseling untuk KB
partum

I.  Tindakan Pada Ibu Nifas Normal


TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
1. Kebersihan        Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang bagaimana
diri membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
        Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2
kali dalam sehari.
        Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air  sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
        Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat         Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan
        Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
        Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI, 
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, 
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya.
3.Latihan Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
        
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
        Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
        Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan  otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5
kali.
4. Gizi         Ibu menyusui harus:
        Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
        Diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
        Minum sedikitnya 3 liter / hari
        Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
        Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
5.Perawatan         Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara         Memakai BH yang benar-benar menyokong  buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
        Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
        Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
        Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
        Apabila payudara bengkak lakukan:
a.       Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira  5 menit
b.      Urut payudara ( seperti  Breast Care).
c.       Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
d.      Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali
e.       Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f.       Payudara dikeringkan.
6. Hubungan        Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke dalam
atau Rumah vagina tanpa  rasa nyeri.
Tangga         Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh  melakukan
hubungan seksual setelah 40  hari.
7. Keluarga         KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana tentang KB adalah sebagai berikut:
        Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
        Kelebihan dan keuntungan KB
        Efek samping
        Bagaimana memakai metode yang benar
        Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Nifas/Postpartum


Prosedur Pemeriksaan fisik pada ibu nifas
tetap No dokumen: No revisi: Halaman:

…………… ………….. …………..


Pengertian Pemeriksaan fisik pada ibu pasca persalinan.
Tujuan         Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
        Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di
bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal,  tak ada bau.
        Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
Indikasi Ibu pasca persalinan, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu.
Persiapan alata.       Tensi
b.      Stetoskop
c.       Sarung tangan (handscoon)
d.      Kom berisi kapas sublimat dan air DTT
e.       Bengkok
f.       Larutan chlorine 0,5%
Persiapan         Menyapa klien dengan ramah
pasien         Memposisikan pasien dengan baik
        Menutup ruangan/menjaga privasi klien.

Prosedur 1.      Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoon.


2.      Melakukan infrome consent
3.      Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
4.      Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva pucat/tidak,
sclera ikterus/tidak, muka udema/tidak.

5.      Melakukan pemeriksaan payudara:


        Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala, kemudian
palpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke ketiak, raba adanya
masa, benjolan yang membesar, pembengkakkan ata abses.
        Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara kanan hingga
ketiak.
6.      Melakukan pemeriksaan abdomen:
        Periksa bekas luka jika operasi baru.
        Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas pubis (involusi
uteri).
        Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan (konsistensi
uterus)
7.      Memeriksa kaki untuk:
        Varises vena.
        Kemerahan pada betis.
        Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka perhatikan
tingkat edema, pitting jika ada.
8.      Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda human
positif/tanda-tanda tromboflebitis).
9.      Mengenakan handscoon.
10.  Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan perineum
(dengan menggunakan handscoon dan memasang perlak):
        Memposisikan pasien litotomi.
        Melakukan vulva hygine.
        Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
        Perhatikan perineum (bekas jahitan).
11.  Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
12.  Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.
13.  Pasien dirapikan dan membereskan alat.
14.  Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk yang
bersih.
15.  Mendokumentasikan hasil tindakan.

PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI
No. Dokumen Halaman
  No. Revisi 1/2
  Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP Tanggal terbit .

  Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala


  nifas dini yaitu perdaralran lebilr dari 500 cc setelah plasenta
Pengertian lahir sampai 24 jam pertarna setelah persalinan.
   

Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala


nifas dini yaitu perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir
  sampai 24 jam pertama setelah persalinan.
   
Tujuan  

 
 
Kebijakan               Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. INDIKASI
1.1. Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500 cc sejak      plasenta lahir.
2. Petunjuk :
2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah menggumpal    atau meresap dalam kain)
2.2  Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung dalam formula Giesecke
3. Penatalaksanaan
3.1. Pemasangan infus ukuran besar apabila belum terpasang, bila    pendarahan banyak dan syok
berat sebaiknya dipasang lebih dari satu saluran infus.
3.2.   Pemberian cairan pengganti (RL/PZ) sesuai dengan formula Giesecke.
3.3.   Pemasangan kateter tetap den mengukur produksi urine secara berkala.
3.4.   Monitor tanda vital secara intensif selarna pertolongan diberikan.
  3.5.   Massage uterus atau kompresi bimanual.
   
Prosedur  
 
 
 
 
PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI

  Halaman
  No. Dokumen No. Revisi 2/2

 
PROSEDUR
TETAP Tanggal terbit

  3.6.    Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui drip, dengan 20 – 30 unit
oksitosis dalam 1000 cc cairan kristaloid dengan kecepatan 200 cc/jam Quilligan menganjurkan
pemberian oksitosin 10 – 20 unit RL 5000 cc/jam disertai massege bimanual kemudian intermitten
fundal massege selama 10 – 20 merit dilakukan selama beberapa jam sampai kontraksi uterus
cukup keras tanpa stimuli.
3.7.    Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc cairan tidak berhasil dapat diberikan
derifat ergot atau prostagladin.
3.8.    Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk menghentikan perdarahan karena atonia
yang gagal dengan obat-obatan: Pernasangan tampon harus secara hati-hati den secara padat.
Bahaya adalah memberi rasa aman yang semu sehingga menunda tindakan definitif yang perlu.
Tampon yang padat menyerap darah sampai 1000 cc. Untuk mencegah infeksi sebaiknya
diberikan antibiotika dan diangkat dalam 24 jam.
3.9.    Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat dipertimbangkan tindakan operatif yang ligasi
arteria hypogastrika pada wanita yang masih ingin anak atau histerektomi bila sudah tidak
menginginkan.
 

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


 
 
 
 
PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM
 
  No. Dokumen Halaman
    No. Revisi 1/2

  Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP Tanggal terbit  

 
   
  Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahir lapis demi lapis.
Pengertian  
   

Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik, yang terjadi


akibat luka episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat
  dijahit dengan benar.
   
Tujuan  

 
 
Kebijakan         Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1.    ETIOLOGI
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :
1.1.   Kepala janin terlalu cepat lahir
1.2.    Persalinan tidak dipimpim sebagaimana mestinya
1.3.    Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
1.4.    Pada persalinan dengan distoksia bahu
2.    JENIS/TINGKAT
       2.1.   Robelan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat  :
2.1.1.    Tingkat I  : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perineum sedikit.
2.1.2.    Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selanput lendir
vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sphinter ani.
2.1.3.    Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot
sphinfer ani.
 2.2. Teknik menjahit robekan perineum :
2.2.1    Tingkat I   : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan
  memakai catgut yang dijahit secara jelujur (continouse suture) atau dengan cara angka delapan
  (figure of eight).
Prosedur  

  PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM


No. Revisi Halaman
  No. Dokumen 1 2/2

 
PROSEDUR
TETAP Tanggal terbit

2.2.2.   Tingkat II  : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat lt maupun
tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang
bergerigi tersebut yang diratakan terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan
rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
2.2.3.    Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan
catgut secara terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak
robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
 
   

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


 
 
 
RUPTUR PERINEUM TOTAL
 
  Halaman
  No. Dokume No. Revisi 1/1

 
PROSEDUR Ditetapkan
TETAP Tanggal terbit Direktur

 
 
Pengertian Sejumlah tindakan untuk merawat ruptur perineum total.
   

 
 
Tujuan Perawatan Pasien dengan Ruptur perineum total.

 
 
Kebijakan        Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  PROSEDUR
   
Prosedur 1.    Menyiapkan dan memasang dauer catheter (selama 3 hari).
2.    Memberikan diet makanan lunak rendah serat (tanpa sayur).
3.    Memberikan obat sesuai dengan advis dokter (secara iv/im/oral)
3.1.   Antibiotik
3.2.   Analgesik
3.3.   Roborantia
3.4.   Laxantia
4.    Merawat luka perineum.
5.    Observasi penyuluhan tentang :
5.1. Mobilisasi bertahap
5.2. Diet makanan serat
5.3. Pentingnya menjaga kebersihan genetalila/diri dan   lingkungan.
 
 

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


 
 
 
 
 
POST PARTUM DINI
(DALAM 24 JAM POST PARTUM)
 
  No. Revisi Halaman
  No. Dokumen 1 1/2

 
PROSEDUR Ditetapkan
TETAP Tanggal terbit Direktur

 
 
Pengertian
  Suatu tindakan untuk merawat Pasien 2 jam pasca persalinan.

 
 
Tujuan Sebagai pedoman perawatan pasien post partum di ruangan bersalin

 
 
Kebijakan              Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1.    Memeriksa
1.1.   Tinggi fundus uteri.
1.2.   Kontraksi uterus.
1.3.   Perdarahan pervaginaan.
1.4.   Mengukur gejala kardinal tiap 4 jam.
1.5.   Memandikan pasien yang baru melahirkan.
1.6.   Merawat jahita.n perineum.
1.7.   Memeriksa dan mengawasi keluarnya ASI.
1.8.   Membantu ibu meneteki bayinya.
1.9.   Observasi keluhan sesudah melahirkan :
1.9.1.    Adanya kesulitan BAK.
1.9.2.    Adanya keluhan tentang laktasi.
1.9.3.    Adanya nyeri karena his postpartum.
1.9.4.    Adanya nyeri pada symphisis.
1.10. Memberikan penyuluhan tentang :
`       1.10.1. Gizi ibu nifas.
1.10.2. Perawatan payudara dan laktasi.
 
6.1.10.3. Kebersihan diri dan lingkungan.
6.1.10.4. KB yang cocok bagi ibu nifas.
  6.1.10.5. Perawatan bayi (tali pusat).
  6.1.10.6. Perawatan jahitan perineum.
Prosedur 1.11. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin maksimal 3 (tiga) hari.
 
  POST PARTUM DINI
  (DALAM 24 JAM POST PARTUM)
No. Dokumen Halaman
  No. Revisi 2/2

 
PROSEDUR
TETAP Tanggal terbit

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


  
 
 
 
MENYUSUI BAYI YANG BENAR
 
  Halaman
  No. Dokumen No. Revisi 1/2

Ditetapkan
Direktur
   
PROSEDUR  
TETAP Tanggal terbit  

 
   
  Suatu urutan tindakan untuk menyusui bayi yang benar.
Pengertian  
  .

 
  Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara benar.
Tujuan  

   
   
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1.    Ibu dalam posisi :


1.1.   Duduk
1.2.   Berbaring
1.3.   Berdiri
 
2.    Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
3.    Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
1. Cara memegang payudara dengan ibu jari berada dibagian payudara bagian atas, 4 jari bagian
payudara bawah.
2.   Memasukkan putting susu sampai areola mamae.
3.  Memperhatikan posisi putting susu dalam mulut bayi sehingga bayi kelihatan menghisap
dengan kuat.
4. Cara melepas putting susu dengan ujung jari kelingking
dimasukkan ke lidah satu sisi mulut bayi.
5.  Menyusui dengan memberikan kedua payudara.
  6.  Menyusui tidak terjadual.
  7.Menyendawakan bayi setelah menyusu dengan cara menggendong bayi tegak dengan kepala
Prosedur bersandar pada pundak ibu kemudian menepuk punggungnya perlahan-lahan.
 
  MENYUSUI BAYI YANG BENAR
No. Dokumen Halaman
    No. Revisi 2/2

 
PROSEDUR Tanggal terbit
TETAP  

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


  
 
   
PEMERIKSAAN VAGINAL
 
  Halaman
  No. Dokumen No. Revisi 1/2

Ditetapkan
  Direktur
PROSEDUR Tanggal terbit  
TETAP    

 
 
  Suatu tindakan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam
  vagina untuk pemeriksaan ginekologi.
Pengertian  
  .

  Sebagai pedoman untu.k pemeriksaan vaginal dibidang Ginekologi, agar


  pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.
Tujuan  

 
 
Kebijakan         Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1.   Konseling
1.1.   Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal  pada pasien.
2.   Persiapan Tindakan
2.1. Syarat :
2.1.1.    Dilakukan dengan halus dan hati-hati.
2.1.2.    Dilakukan dalam keadaan steril.
2.1.3.    Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau keluarga pasien.
2.2.   Indikasi
2.2.1. Pada perneriksaan kesehatan ginekologik berkala (check up).
2.2.2.               Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga
berasal dari organ genitalis.
2.3   Indikasi Kontra
2.3.1.    Masih virgin
2.3.2.    Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan rektal.
   
   
Prosedur  
 
 
  
  PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman
  No. Dokumen No. Revisi 2/2

 
PROSEDUR
TETAP Tanggal terbit .

2.4.         Persiapan Sebelum Tindakan


2.4.1. Pasien disiapkan pada tempat tidur atau meja yang
memungkinkan posisi litotomi dan kedua paha terbuka.
2.4.2. Peralatan: Kapas yang direndam cairan antiseptik,
spekulum, cunam, tampon, kasa tekan; kasa tampon.
3. Tindakan Pemeriksaan
3.1. Pasien diletakan dalam posisi litotomi.
3.2. Pemeriksaan memakai sarung tangan steril.
3.3.Vulva dan sekitarnya dibersihkan yang telah direndam
dengan cairan antiseptik.
3.4. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, vulva dibuka
sehingga introitus vagina tampak.
3.5.          Genetalia eksterna diperiksa dengan teliti untuk melihat adanya kelainan maupun
anatomik, misalnya tanda-tanda keradangan, besar klitoris, bentuk himen, pembesaran kelenjar
bartholin, adanya eksudat purulen dari arifisium uretra dengan melakukan stripping bagian distal
uretra.
3.6. Melakukan pemeriksaan inspekulo dengan memasukkan spekulum Graves steril yang telah
dibasahi atau diberi pelicin ke dalam vagina sehingga tampak serviks uteri.
3.7. Dilihat apakah pada serviks uteri terdapat perubahan seperti: polip, erosi, eversi, kista retensi,
tumor atau keganasan. Dicatat sifat, jumlah, dan sumber flour albus atau darah. Dilihat pula
perubahan-perubahan pada mukosa vagina.
3.8. Setelah pemeriksaan inspekulo selesai, spekulum dilepas selanjutnya dengan pemeriksaan
tusuk vagina. Satu atau lebih jari tangan yang telah dibasahi atau diberi pelicin dimasukkan
vagina. Pada saat jari tangan dimasukkan dirasakan derajat relaksasi vagina. Bila perlu pasien
disuruh mengejan untuk mengetahui derajat kistokel, rektokel, atau penurunan rahim.
3.9. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan palpasi serviks diraba tentang konsistensinya, besar
dan bentuknya, arahnya, nyeri goyang, dan apakah ada kelainan.
 
   
 
 
PEMERIKSAAN VAGINAL

Halaman Halaman
    No. Revisi 2/2

Ditetapkan
Direktur
   
PROSEDUR  
TETAP Tanggal terbit  

  3.10. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui keadaan rahim. Jika arah
uterus antefleksi, uterus dapat diraba diantara dua tangan, yang satu di dalam vagina pada forniks
anterior dan yang lain menekan uterus ke bawah dari dinding perut. Ditentukan konsistensi, besar,
kontur, mudah digerakkan atau tidak, apakah nyeri tekan, ada atau tidaknya tumor. Jika arah
uterus retrofleksi, tangan yang berada di vagina menekan forniks posterior untuk dapat meraba
uterus.
3.11. Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula keadaan ligarnen sakrouterium dan
rongga douglas menonjol.
3.12.     Pemeriksaan dilanjutkan dengan menekan adneksa parametrium kanan dan kiri. Tangan
yang berada di vagina menekan forniks.lateralis dan yang berada diluar menekan dinding perut.
Diraba ovarium: besarnya, nyeri tekan, tumor dan derajat kebebasannya.
3.13.     Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan rongga douglas, kadangkala
dilakukan pula pemeriksaan rektovaginal. Jari telunjuk dimasukkan vagina dan jari tengah
dimasukkan rectum.
4. Tindak Lanjut
4.1.      Menulis hasil pemeriksaan pada status pasien.
4.2.       Menetapkan diagnosa.
 
 

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai