Anda di halaman 1dari 24

KHOTBAH PERTAMA

ِ ‫اَ ْل َح ْم ُِدهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذبِاهللاِ ِم ْن ُشر ُْو ِر اَ ْنفُ ِسنَا ِو ِم ْن َسيِّئَا‬
‫ت‬
ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُّضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ َم ْن يَّ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬.‫أَ ْع َمالِنَا‬.
>ُ‫ْك لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
َ ‫اَ ْشهَ ُد اَ ْن آلَاِلهَ اِالَّهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬
‫صحـْبِ ِه اَجْ َم ِعي َْن‬َ ‫لى ُم َح َّمد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫صلِّى َع‬ َ ‫اَللّهُ َّم‬.
‫) أَ َّما بَ ْع ُد؛‬3:102( ‫ون إِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ َّ ُ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَتَ ُم ْوت‬َّ ‫إِتَّقُ ْوا هللاَ َح‬
Kaum muslimin rahimakumullah . Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita
bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah
Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah
SWT telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita
bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu
melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallaLlahu alayhi
wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti
di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Selanjutnya, izinkanlah
khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita
dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa.
Tidak ada pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali derajat
ketaqwaan… Inna akramakum indaLlahi atqakum… Dengan taqwa kepada Allah inilah kita
berupaya menjalani kehidupan sehari-hari kita.

Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia


Di bulan Rabi’ul Awwal ini, masyarakat kita terbiasa memperingati hari Maulid Nabi Muhammad
SAW. Berbagai acara diselenggarakan untuk memeriahkan hari tersebut. Bahkan istana Negara
sejak masa pemerintahan Bung Karno hingga hari ini telah rutin menyelenggarakan acara untuk
memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Berbagai ekspresi kecintaan diungkapkan.
Berbagai nasihat untuk meneladani kehidupan Rasulullah saw. juga telah sering disampaikan.
Namun, sudahkah berbagai kegiatan /ajakan tersebut telah menghantarkan ummat ini untuk
sungguh-sungguh meneladani Rasulullah SAW ? Atau akhirnya, ia hanya menjadi seremoni hampa
tanpa makna.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Rasulullah SAW tidak
pernah meminta ummatnya untuk merayakan hari lahirnya. Tidak pula para sahabat nabi, yang
jelas-jelas mereka adalah kaum yang mencintai Rasulullah SAW. Akan tetapi, upaya meneladani
kehidupan Rasulullah SAW. sebagaimana yang sering dinasihatkan dalam peringatan Maulid Nabi
adalah sesuatu yang sangat penting. Karena, sesungguhnya keimanan kita kepada Allah Ta’ala,
tidak akan sempurna sebelum kita menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
)21( ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل َ ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.
Al-Ahzab [33] : 21)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa mereka yang meneladani RasuluLlah SAW adalah
mereka yang lurus Tauhidnya kepada Allah. Mereka yang selalu mengharapkan keridhaan Allah
dan balasan terbaik di kampung akhirat. Mereka yang menghiasi hari-harinya dengan banyak
mengingat Allah SWT.
Bahkan dalam ayat Al-Qur’an lainnya, Allah Ta’ala menegaskan bahwa syarat mendapatkan cinta-
Nya adalah mengikuti jejak langkah (sunnah) Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam.
)31( ‫قُلْ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّونَ هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran [3] :
31)
Untuk itu mengikuti sunnah Rasulullah SAW adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim. Ini
merupakan konsekwensi dari syahadat kita yang kedua, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.
Mengikuti sunnah Rasulullah saw. juga merupakan jalan keselamatan dalam kehidupan akhir
zaman.

Jamaah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah. Rasulullah saw bersabda, sebagaimana
diriwayatkan oleh sahabat Irbadh ibn Sariyyah radhiyaLlahu ‘anhu,
‫اختِاَل فًا‬ ْ ‫ك َم ْن يَ ِعشْ ِم ْن ُك ْم فَ َسيَ َرى‬ ٌ ِ‫ارهَا اَل يَ ِزي ُغ َع ْنهَا بَ ْع ِدي إِاَّل هَال‬ َ ‫قَ ْد ت ََر ْكتُ ُك ْم َعلَى ْالبَي‬
ِ َ‫ْضا ِء لَ ْيلُهَا َكنَه‬
‫َكثِيرًا فَ َعلَ ْي ُك ْم بِ َما َع َر ْفتُ ْم ِم ْن ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِدينَ ْال َم ْه ِديِّينَ عَضُّ وا َعلَ ْيهَا بِالنَّ َوا ِج ِذ َو َعلَ ْي ُك ْم‬
‫ف َح ْيثُ َما قِي َد ا ْنقَا َد‬ ِ ِ‫بِالطَّا َع ِة َوإِ ْن َع ْبدًا َحبَ ِشًيّ>ًّا فَإِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِم ُن َك ْال َج َم ِل اأْل َن‬
“Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang
berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia
akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian
ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah
sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak
Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan
menurutinya.” (Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunannya nomor 43, dan Imam Ahmad
dalam Musnadnya nomor 16519)
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Sesungguhnya yang
dimaksud dengan sunnah Rasulullah SAW bukanlah hal-hal tertentu saja dalam kehidupan
Rasulullah SAW. Bukan terbatas dalam masalah ubudiyyah (shalat, zakat, shaum dan sejenisnya)
saja.
Akan tetapi seluruh kehidupan Rasulullah adalah sunnah yang harus diikuti. Karena tidak ada satu
pun ucapan dan perbuatan Rasulullah SAW yang keliru. Seluruh segi kehidupan Rasulullah SAW
telah terbimbing dengan wahyu.
َ ‫ق َع ِن ْالهَ َوى إِ ْن هُ َو إِاَّل َوحْ ٌي ي‬
َ‫ُوحى‬ ُ ‫َما يَ ْن ِط‬
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm [53] : 3-4)
Bahkan dahulu para sahabat Rasulullah saw sangat memperhatikan dan meneladani kehidupan
Rasulullah saw hingga sampai pada masalah-masalah yang kita anggap remeh dan sepele.

Untuk itu Ikhwatal Iman rahimakumullah, kita tidak boleh memilih-milih aspek tertentu saja dalam
meneladani Rasulullah saw. Tidak boleh kita parsial dalam memahami dan mengamalkan sunnah
Rasulullah saw ini. Karena sesungguhnya, mengamalkan sunnah Rasulullah saw secara utuh adalah
jalan agar kita meraih jannah yang dijanjikan Allah Ta’ala.
َ ُ‫ال ُكلُّ أُ َّمتِي يَ ْد ُخل‬
‫ون ْال َجنَّةَ إِاَّل َم ْن‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫َع ْن أَبِي هُ َري َْرةَ أَ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
‫صانِي فَقَ ْد أَبَى‬ َ ‫ُول هَّللا ِ َو َم ْن يَأْبَى قَا َل َم ْن أَطَا َعنِي َد َخ َل ْال َجنَّةَ َو َم ْن َع‬ َ ‫أَبَى قَالُوا يَا َرس‬
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku masuk
surga selain yang enggan, ” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?”
Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang
menyelisihi aku berarti ia enggan.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya
nomor 6737)
Maasyiral muslimin rahimakumullah… Karena itu, marilah kita meneladani seluruh aspek
kehidupan Rasulullah SW. Kita meneladani ibadah beliau SAW. Sebagai contoh misalnya,
bagaimana Rasulullah SAW sangat memperhatikan shalat lima waktu, dan berjamaah di masjid
dalam melaksanakannya. Hingga dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda :
‫صاَل ِة فَي َُؤ َّذ َن لَهَا ثُ َّم آ ُم َر‬
َّ ‫ب ثُ َّم آ ُم َر بِال‬
َ َ‫ب فَيُحْ ط‬ ٍ َ‫ت أَ ْن آ ُم َر بِ َحط‬ ُ ‫َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه لَقَ ْد هَ َم ْم‬
‫ق َعلَ ْي ِه ْم بُيُوتَهُم‬ َ ‫ال فَأ ُ َح ِّر‬ٍ ‫ف إِلَى ِر َج‬ َ ِ‫اس ثُ َّم أُ َخال‬
َ َّ‫َر ُجاًل فَيَ ُؤ َّم الن‬
Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya (Allah Ta’ala), sungguh aku sangat ingin untuk
memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan seseorang untuk
adzan, dan orang lain aku perintahkan untuk meng-imam-kan manusia (kaum muslimin). Kemudian
aku akan pergi ke rumah para lelaki yang tidak menghadiri shalat berjama’ah dan aku bakar rumah-
rumah mereka. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, no 608)
Demikian marahnya Rasulullah saw kepada para laki-laki yang terbiasa tidak hadir shalat
berjamaah di masjid, hingga Rasulullah berkeinginan untuk membakar rumah mereka. Karena itu
jika memang betul kita mencintai Rasulullah SAW, hendaknya kita berusahalah dengan sungguh-
sungguh untuk shalat berjama’ah di masjid. Jangan biarkan masjid-masjid kita kosong. Jika kita
tidak bisa hadir berjama’ah di masjid pada waktu siang dan sore, setidaknya hadirilah shalat
berjama’ah di waktu shubuh. Jangan sampai muncul benih-benih kemunafikan dalam jiwa kita
karena tidak biasa hadir shalat shubuh berjama’ah.

ِ ‫ت فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ إِنّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر‬


‫ّحيْم‬ ِ ‫أَقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا أَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬

KHUTBAH KEDUA
‫صلِّي َعلَى ُم َح ّم ٍد‬ َ ‫ اَلّلهُ ّم‬، َ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن ُم َح ّمدًا خَاتَ ُم األَ ْنبِيًا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين‬، َ‫ َوأَ ْشهً ُد أَ ْن الَ إِلهَ ِإالَّ هللاُ َولِ ِّي الصَّالِ ِح ْين‬، َ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل َربّ ْال َعالَ ِم ْين‬
‫ار ْكتَ عَلى آ ِل إِب َْرا ِه ْي َم فَِي ْال َعالَ ِم ْينَ إِنّكَ َح ِم ْي ٌد‬ َ َ‫ار ْك َعلَى ُم َح ّم ِد َو َعلَى آ ِل ُم َح ّم ٍد َك َما ب‬ ِ َ‫صلَيْتَ َعلَى آ ِل ِْإب َرا ِه ْي َم َوب‬ َ ‫َو َعلَى آ ِل ُم َح ّمد َك َما‬
‫ أَ ّما بَ ْع ُد‬،‫ َم ِج ْي ٌد‬:
ْ‫صاَل ةٌ أَ ْثقَ َل َعلَى ْال ُمنَافِقِينَ ِم ْن ْالفَجْ ِر َو ْال ِع َشا ِء َولَوْ يَ ْعلَ ُمونَ َما فِي ِه َما أَل َتَوْ هُ َما َولَو‬ َ ‫ْس‬ َ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَالَقَا َل النَّبِ ُّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَي‬
‫َح ْب ًوا‬
Dari Abu Hurairayrah radhiyaLlahu ‘anhu, beliau berkata, “Telah bersabda RasuluLlah SAW,
“Tidak lah ada shalat yang lebih memberatkan bagi orang-orang munafiq kecuali shalat Shubuh dan
Isya’. Kalau saja mereka mengetahui (keutamaan) yang ada pada kedua shalat itu, pastilah mereka
akan mendatangi keduanya (masjid) walaupun dengan merangkak. (Dikeluarkan oleh Imam
Bukhari dalam kitab shahihnya, no 617)
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Kita teladani pula ketegasan Rasulullah saw dalam perkara
aqidah. Beliau saw. menolak mengakui kebenaran agama lain dan menolak pula beribadah dengan
cara agama lain. Allah SWT berfirman : ‫ساَل م‬ ْ ِ ‫إِ َّن ال ِّدينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اإْل‬
Sesungguhnya diin di sisi Allah adalah Islam. (QS. Ali Imran [3] : 19)
Beliau SAW juga tidak mau ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya aqidah ummat ini.
Karena itu Rasulullah SAW pernah merobohkan masjid yang dibangun oleh orang-orang munafiqin
yang disebut sebagai masjid Dhirar. Rasulullah SAW juga memerintahkan sahabat-sahabatnya
untuk membunuh Nabi palsu yang hidup pada masa itu, Musailamah al-Kadzab. Jelas, tidak ada
kompromi untuk masalah aqidah ini.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Selain itu, mari kita
teladani pula ketegasan Rasulullah saw. urusan penegakan hukum syariat. Tidak ada seorang pun
yang istimewa di hadapan hukum. Tidak ada yang kebal dan boleh mempermainkan hukum.
Sampai-sampai Rasulullah saw bersabda,
‫يف قَطَعُوهُ لَ ْو‬
ُ ‫ض ِع‬ َّ ‫ق فِي ِه ْم ال‬ ُ ‫ق فِي ِه ْم ال َّش ِر‬
َ ‫يف تَ َر ُكوهُ َوإِ َذا َس َر‬ َ ‫ان إِ َذا َس َر‬ َ ِ‫إِ َّن بَنِي إِس َْرائ‬
َ ‫يل َك‬
ُ ‫ت فَا ِط َمةُ لَقَطَع‬
‫ْت يَ َدهَا‬ ْ َ‫َكان‬
Sesungguhnya kaum Bani Israil memiliki kebiasaan, jika mencuri salah seorang yang terhormat di
kalangan mereka, maka mereka akan membiarkannya (tidak menghukumnya). Sedangkan jika yang
mencuri adalah orang yang lemah maka mereka memotongnya (menghukumnya). Sungguh, jika
Fathimah (binti Muhammad, puteri Rasulullah saw) mencuri niscaya aku akan potong tangannya.
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya nomor 3526)
Rasulullah saw menerapkan hukum Islam secara paripurna. Dalam seluruh aspek kehidupan. Baik
itu politik pemerintahan, hukum jinayat (pidana) hingga hukum yang terkait dengan masalah
keluarga. Karena itu jika kita ingin meneladani Rasulullah saw berusahalah sekuat kemampuan agar
tegak pula hukum Allah secara sempurna dalam kehidupan kita. Keinginan kuat agar kita berhukum
dengan syariat Allah ini merupakan bukti keimanan kita.
Semoga dengan upaya kita yang sungguh-sungguh dalam meneladani seluruh sunnah Rasulullah
SAW, dan menjadikan sunnah tersebut sebagai manhajul hayah (cara hidup) kita, Allah SWT
memberikan kesuksesan dan keselamatan dalam kehidupan kita. Baik di dunia maupun di akhirat.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita berdoa, memohon kepada Allah Swt. :

 Ya Allah pelihara iman kami dan berikan kepada kami kesempatan merasakan manisnya iman
dalam kehidupan ini yaitu dalam meneladani seluruh sunnah Rasulullah saw. dengan sebaik-
baiknya, sebelum Engkau panggil kami untuk menghadap-MU.
 Ya Allah peliharakan hati dan pendengaran kami agar tidak terpedaya dari tipu daya syaithan
yang merusak amal ibadah yang telah dan akan kami lakukan.
 Ya Allah himpunkan kami kelak di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para
shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Engkau himpunkan kami di tempat yang mulia ini.
 َ‫ك َخ ْي ُر ْالغَافِ ِر ْين‬ َ َّ‫ك َخ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْينَ َوا ْغفِرْ لَنَا فَاِن‬ ِ َّ‫اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ نَا فَاِنَّكَ خَ ْي ُر الن‬
َ َّ‫اص ِر ْينَ َوا ْفتَحْ لَنَا فَاِن‬
َ‫َّازقِ ْينَ َوا ْه ِدنَا َونَ ِّجنَا ِمنَ ْالقَوْ ِم الظَّالِ ِم ْين‬
ِ ‫َّاح ِم ْينَ َوارْ ُز ْقنَا فَاِنَّكَ خَ ْي ُر الر‬ ِ ‫َوارْ َح ْمنَا فَاِنَّكَ خَ ْي ُر الر‬
َ‫َو ْال َكافِ ِر ْين‬
 Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan.
 Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan.
 Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampunan.
 Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.
 Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki.
 Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir
 ٌ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْب‬ ِ ‫ت اَألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا‬
َ َّ‫ت اِن‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِي َ>ْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬
ِ ‫ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َوا‬
‫ت‬
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih
hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan
Mengabulkan do’a.

َ ‫َربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى األَ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬
 Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di
akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kehilafan dan kekurangan.
Penutup khotbah kedua
‫بارك هللا لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من‬
‫اآليات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر هللا لي ولكم‬
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Khutbah Jum’at tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Langsung saja Anda simak ulasannya berikut ini. Contoh Khutbah Jum’at Maulid Nabi, Oleh
KH Abdurrahman Navis Lc, seperti dilansir dari sumber yang tercantum di akhir khutbah ini.

ْ‫ش َه ُد أن‬ْ َ‫ أ‬.‫س ُع ْو َد بِأ َ ْك َر ِم َم ْولُ ْو ٍد‬


ُّ ‫ َو َك َّم َل ال‬.‫ب ا ْل َمقَ ِام األ ْعلَى‬ ِ ‫صا ِح‬ َ ِ‫ف األَنَا َ َم ب‬ َ ِ‫ا ْل َح ْم ُد هلل‬
َ ‫ش َّر‬
‫ث بِا ْل ُح َّج ٍة الَبَالِ َغ ِة‬ُ ‫س ْولُهُ ا ْل َم ْب ُع ْو‬ ْ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوأ‬
ُ ‫ش َه ُد أنَّ ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َ‫الإلهَ إالّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬
‫ أ َّما‬.‫أج َم ِع ْي َن‬ْ ‫أص َحابِ ِه‬ْ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫سلِّ ْم َعلَى‬ َ ‫صلِّي َو‬ َ ‫ أللّ ُه َّم‬.‫ان‬ ِ َ‫س ِن ا ْلبَي‬
ْ ‫َو ُح‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوال‬ َّ ‫ اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬.‫از ا ْل ُمتَّقُ ْو َن‬ َ َ‫سي بِتَ ْق َوى هللاِ َوقَ ْد ف‬ ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف‬ِ ‫ فَيَا ِعبَا َد هللاِ أً ْو‬.ُ‫بَ ْعد‬
‫سلِ ُم ْو َن‬ ْ ‫تَ ُم ْوتُنَّ اِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم‬
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita tadzakkur dan tafakkur, mengingat segala apa yang
kita amalkan selama ini dan berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT. Dalam arti kita berusaha melaksanakan segala usaha yang diperintahkan Allah dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

Marilah kita tinggalkan sejenak tugas-tugas duniawiyah, pekerjaan di kantor, bisnis dan
perdagangan, untuk masuk masjid melaksanakan sholat Jumat,untuk dzikrullah, ingat kepada Allah
SWT.Semoga dengan demikian kita termasuk golongan orang-orang yang tidak lalai ingat kepada
Allah, walaupun kita disibukkan dengan aktivitas jual beli dan perdagangan. Semoga kita semua
dijadikan oleh Allah SWT sebagai hamba Allah yang muttaqin dan husnul khatimah. Amin.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi
Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal, biasanya kaum muslimin merayakan
peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai
taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian
umum dan ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan masal, dan bentuk amal-amal sholeh
yang lain.Yang menjadi pertanyaan, pernakah nabi Muhammad merayakan peringatan maulidnya?
Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan peringatan
mauled Nabi Muhammad SAW?

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Jika menelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah merayakan hari ulang
tahunnya dengan upacara dan acara. Rasulullah memperingati kelahirannya dengan berpusa. Suatu
ketika Nabi Muhammad ditanya: ”Wahai rasul, mengapa engkau berpuasa hari Senin?” Rasul
menjawab: “Pada hari Senin itu aku dilahirkan.” Dengan demikian Nabi Muhammad merayakannya
denga puasa yang kemudian di masyarakat kita dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran).

Namun sejarah tidak pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan mengundang orang lain
untuk bacaan shalawat, untu bacaan berberzanjian, dibaan dan pengajian umum.Nah, apakah kalau
Nabi Muhammad SAW sahabat tidak pernah mengadakan peringatan maulid ini berarti mengada-
ngada, dan apakah termasuk bid’ah?Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullahMari kita
mengkaji hukum peringatan mauled Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang berjudul Husnul Maqasid fil
Amal al-Mawalid. Beliau menjelaskan bahwa di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
memang belum diadakan peringatan dalam bentuk upacara, shalawatan dan pengajian tentang
maulid Nabi, sehingga ada sebagian kaum muslimin yang tidak mau memperingati kelahiran
dengan bentuk upacara itu.Jadi, kapan peringatan kelahiran Nabi ini mulai dilaksanakan?

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan romawi, Persia bahkan Eropa,
banyaklah orang non muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib dari Eropa. Baik karena
sukarela ataupun karena terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya mereka
membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang salib. Kaum kafir
membunuh orang islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya,
dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam. Yang ditampilkan oleh penjajah di hadapan kaum muslimin
adalah tokoh-tokoh kafir, tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah
kejayaan kaum muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak kenla kehebatan Islam.

Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak punya semangat
memperjuangkan agamanya, para ulama’ dan tokoh Islam mencari solusi bagaimana
membangkitkan keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri dari cengkraman tentara salib.Di
antaranya seorang raja yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama’
dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan semangat umat Islam,
membebaskan diri dari penjajah, serta menanamkan kecintaan anak muda dan muslimin kepada
Rasulullah, sehingga mau menteladani beliau.

Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan peringatan
peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,
yang kemudian dikampanyekan dengan besar-besaran, mengundang para penyair agar menulis syair
pujian kepada Nabi, serta para ulama dan mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi.Al-
Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak setuju,
dengan alasan kerena peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti itu
bid’ah.

Menanangapi ketidak setujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama’ yang hadir, bahwa dalam
penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat. Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar
menjelaskan bahwa ada bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah bid’ah
yang tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari syariat, sedangkan bid’ah
hasanah adala suatu amalan yang dasar perintahnya sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya
tidak diatur langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni yang telah
ditentukan tata caranya).

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama, ibadah mahdah muqayyadah
yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak boleh diubah, karena perintah dan teknis
pelaksanaannya contohkan langsung oleh Rasulullah, seperti shalat dan haji yang harus sesuai
dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul.Kedua, ibadah muthalaqah ghoiru muqayyadah, yaitu
ibadah mutlaq yang tata caranya tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannya
terserah masing-masing orang. Seperti berdzikir, perintahnya sudah ada namun teknisnya tidak
ditentukan sebagaiman firman Allah:

‫فَ ْاذ ُك ُرو ْا هّللا َ قِيَاما ً َوقُ ُعوداً َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم‬
Yang artinya: ”Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring.” (QS an-Nisa)

Dzikir merupakan perintahnya, sedangakan teknisnya terserah kita, duduk, berdiri, berbaring
dirumah, dimasjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan suara keras tidak ada
batasan-batasan, tergantung kepada situasi dan kondisi asal tidak melanggar ketentuan
syariat.Membaca shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
ً ‫سلِيما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُوا‬ َ ُّ‫صل‬
َ ُ‫إِنَّ هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
Yang Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan penghormatan kepadanya.” (QS
al-Ahzab56).

Perintah membaca shalawat ada sedangkan teknisnya terserah kita. Boleh sholawat yang panjang,
pendek, prosa, maupun syair, yang penting bershalawat kepada rasullullah. Hal ini termasuk juga
berdakwah, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

َ ‫يل َربِّكَ بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬


‫سنَ ِة‬ ِ ِ ‫سب‬
َ ‫ع إِلِى‬
ُ ‫ا ْد‬
Yang artinya: ”Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”
(QS an-Nahl 125)

Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah hasanah atau wejangan yang
baik. Perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannnya terserah kita, boleh dalam bentuk
pengajian umum, pengajian rutin di masjid, ataupun media TV, radio, koran, majalah,diskusi,
maupun seminar. Semuanya dipersilakan, yang penting momentum dan misinya adalah dakwah.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat kepada Rasul, pengajian umum,
ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial,
khitanan massal dan lain-lain itu merupakan ibadah mutlaqah ghairu muqayadah atau ibadah yang
mutlaq dan tidak terikat tata caranya dimana perintahnya ada sedangakan pelaksanaannya terserah
kita.

Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shlawat,
pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid’ah dlalalah, tapi tapi merupakan
amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan kalau kalau dilakukan secara ikhlas
karena Allah maka akan mendapatka pahala dari Allah SWT.

Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Sirah
Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah dlalalah, tapi sesuatu yang baik”.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullahAkhirnya para ulama yang hadir bersama Al-
Malik Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi
Muhammad itu boleh.

Kemudian Al-Malik Mudhafar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum
untuk mengadakan peringatan maulid Nabi muhammad SAW. Setiap daerah diundang penyair
untuk membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi muhammad. Kitab-kitab yang tersisa hingga
sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syeikh al-Barzanji dan Syeikh Addiba’i.Ternyata dengan
diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum
Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga seorang pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi
menggalang anak-anak muda, dilatih fisiknya, disadarkan cinta Rasul, diajak membebaskan diri dari
penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi, bisa
memenangkan perang salib pada tahun 580 H.

Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara muslim lainnya.Mudah-
mudahan dengan peringatan Maulid Nabi hati kita semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan
cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita
termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda beliau yang
artinya: “Orang-orang yang telah menghidupkan sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku, dan
orang-orang yang cinta padaku nanti akan bersamaku disurga.” Semoga kita dikumpulkan bersama
Rasulullah SAW kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.

َ َ‫ إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ا ْل َك ْوثَر ف‬.‫يم‬


‫ص ِّل لِ َربِّ َك‬ ِ ‫من ال َّر ِح‬ ْ ِ‫ ب‬.‫ش ْيطَ ِن ال َّر ِج ْي ِم‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْح‬ َّ ‫أَع ُْو ُذ ِباهللِ ِم َن ال‬
‫َوا ْن َح ْر إِنَّ شَانِئَكَ ه َُو اأْل َ ْبتَر‬
ْ ‫سائِ ِر ا ْل ُم‬
‫سلِ ِم ْي َن‬ ْ ‫أقُ ْو ُل قَ ْولِي َهذا َوأ‬
َ ِ‫ستَ ْغفِ ُروا هللاَ ا ْل َع ِظ ْي َم لَِ ْي َولَ ُك ْم َول‬

Khutbah Jumat, Hikmah Maulid Nabi

KHUTBAH PERTAMA

ِ ‫ ونعو ُذ به ِمن ُشر‬،ُ‫ ونستغف ُره‬،‫ ونستعينُه‬،‫ نَحْ َم ُده‬،‫الح ْم َد هلل‬


،‫ُور أنفُ ِسنَا‬ َ ‫إن‬ َّ
>‫ فَال هَا ِدي‬، ْ‫ ومن يُضْ لِل‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِده هللا فَال ُم‬،‫ت أ ْع َمالِنا‬ ِ ‫َو ِم ْن سيئا‬
ُ‫لَه‬.
َّ ‫ وأشه ُد‬،ُ‫ك لَه‬
‫أن ُم َح َّم ًدا ع ْب ُده‬ َ ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِري‬ ْ ‫أَ ْشهَ ُد‬
‫و َرسُولُه‬.
‫صلِّى َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َع هُ ًدى‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
َ ‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن إِال َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬ َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال َس ِدي ًدا‬َ ‫* يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز‬
‫فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita. Diantara karunia dan rahmat
besar yang dilimpahkan kepada kita sebagai umat akhir zaman adalah dilahirkannya Muhammad SAW yang
kemudian diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Rasulullah sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau
sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka beliau paparkan. Bahkan
Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat.
Itulah bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,


Lalu bagaimana sikap kita terhadap beliau yang demikian luar biasa kasih sayangnya kepada kita? Beliau
yang namanya kita sebut dalam syahadat, kita bersaksi bahwa beliau adalah Rasulullah lalu kita
membacanya setiap kali shalat.

Salah satu kewajiban kita terhadap beliau adalah meneladaninya. Menjadikannya sebagai teladan
sepanjang zaman.
‫سنَةٌ ِل َمنْ َكانَ يَ ْر ُجو هَّللا َ َوا ْليَ ْو َم اآْل َ ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِي ًرا‬ ْ ُ‫ول هَّللا ِ أ‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ِ ‫س‬ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم ِفي َر‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab:
21)

Ayat ini menjadi pedoman bagi kita bahwa manusia terbaik yang harus kita teladani adalah Rasulullah SAW.
Teladan yang seharusnya kita contoh perilakunya, kita contoh kata-katanya, kita contoh ibadah dan
akhlaknya.

Dalam ayat yang lain Allah SWT menegaskan bahwa kecintaan kepada Allah baru dikatakan benar jika
seseorang meneladani Rasulullah dan mengikuti sunnahnya.

‫ُّون هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر‬
َ ‫قُلْ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحب‬
‫َر ِحي ٌم‬
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,


Meneladani Rasulullah SAW itu artinya kita mengikuti sunnahnya dan tidak menyelisihinya. Kita
mentaatinya dan tidak menentang ajarannya.

Rasulullah SAW bersabda,

‫ك َم ْن‬ ٌ ِ‫ارهَا اَل يَ ِزي ُغ َع ْنهَا بَ ْع ِدي إِاَّل هَال‬ َ ‫قَ ْد تَ َر ْكتُ ُك ْم َعلَى ْالبَ ْي‬
ِ َ‫ضا ِء لَ ْيلُهَا َكنَه‬
‫اختِاَل فًا َكثِيرًا فَ َعلَ ْي ُك ْم بِ َما َع َر ْفتُ ْم ِم ْن ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة‬
ْ ‫يَ ِعشْ ِم ْن ُك ْم فَ َسيَ َرى‬
‫اج ِذ‬ ِ ‫ِّين َعضُّ وا َعلَ ْيهَا بِالنَّ َو‬ َ ‫ين ْال َم ْه ِدي‬ ِ ‫ْال ُخلَفَا ِء الر‬
َ ‫َّاش ِد‬
Sungguh aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang
berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan
melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari
sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu
dengan gigi geraham. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

Mereka yang bersegera untuk mengikuti petunjuk Nabi yang diketahui melalui hadits-haditsnya akan
dijanjikan surga. Sementara mereka yang enggan mengikuti sunnah Nabi, enggan mengikuti hadits
Rasulullah dan lebih suka menyelisihinya akan menyesal di akhirat nanti sebab ia menolak surga dan
terseret ke neraka.

Rasulullah SAW bersabda,

‫ون ْال َجنَّةَ إِاَّل َم ْن أَبَى قَالُوا يَا َرسُو َل هَّللا ِ َو َم ْن يَأْبَى قَا َل َم ْن‬
َ ُ‫ُكلُّ أُ َّمتِي يَ ْد ُخل‬
‫صانِي فَقَ ْد أَبَى‬
َ ‫أَطَا َعنِي َد َخ َل ْال َجنَّةَ َو َم ْن َع‬
“Setiap umatku masuk surga selain yang enggan,” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa
yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang
menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR. Bukhari)
Semoga kita tergolong umat Muhammad yang berusaha mempelajari sunnahnya, lalu mengikuti dan
mengamalkannya. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang menyelisihi dan hadits-hadits Nabi, baik

dalam hal aqidah, ibadah maupun akhlak dan muamalah   


  َ‫ار َح ْم َوأَ ْنتَ َخ ْي ُر ال َّرا ِح ِمين‬
ْ ‫َوقُ ْل َر ِّب ا ْغفِ ْر َو‬
 

                                                                    
                                                                          KHUTBAH KEDUA

ِ ‫ق لِيُ ْظ ِه َرهُ َعلَى الد‬


‫ِّين ُكلِّ ِ}ه‬ ِّ ‫ين ا ْل َح‬
ِ ‫سولَهُ بِا ْل ُه َدى َو ِد‬ ُ ‫س َل َر‬ َ ‫ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي أَ ْر‬
‫ون‬َ ‫ش ِر ُك‬ْ ‫َولَ ْو َك ِرهَ ا ْل ُم‬
‫ وأشه ُد أنَّ ُم َح َّم ًدا ع ْبدُه‬،ُ‫ش ِري َك لَه‬ َ ‫ش َه ُد أنْ ال إلَهَ إال هللاُ َو ْح َدهُ ال‬ ْ َ‫أ‬
‫سولُه‬ ُ ‫و َر‬.
‫ون‬َ ‫سلِ ُم‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُنَّ إِال َوأَ ْنتُ ْم ُم‬َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬ َ ‫يَاأَ ُّي َها الَّ ِذ‬
‫صلِ ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْ}م‬
ْ ُ‫س ِدي ًدا * ي‬ َ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال‬ َ ‫يَاأَ ُّي َها الَّ ِذ‬
‫سولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬ُ ‫َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َمنْ يُ ِط ِع هَّللا َ َو َر‬
‫سلّ ْمتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل‬ ‫صلَّ ْيتَ و َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما َ‬‫سلِّ ْم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫ص ِّل و َ‬ ‫اللَّ ُه َّم َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل‬ ‫إِ ْب َرا ِه ْي َم‪َ ،‬وبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫اش ِد ْي َن‪َ ،‬وعَنْ‬ ‫ض اللَّ ُه َّم عَنْ ُخلَفَائِ ِه ال َّر ِ‬‫ار َ‬ ‫إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِي ال َعالَ ِم ْي َن إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪َ ،‬و ْ‬
‫ص َحابَ ِة أَ ْج َم ِع ْي َن‪َ ،‬وعَنْ ال ُم ْؤ ِمنِ ْي َن َوال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت‬ ‫ت ال ُم ْؤ ِمنِ ْي َن‪َ ،‬وعَنْ َ‬
‫سائِ ِر ال َّ‬ ‫اج ِه أُ َّم َها ِ‬
‫أَ ْز َو ِ‬
‫‪.‬إِلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن‪َ ،‬و َعنَّا َم َع ُه ْم بِ َر ْح َمتِكَ يَا أَ ْر َح َم ال َّر ِ‬
‫اح ِم ْي َن‬

‫ص ْو ًما‪َ ،‬وال تَ َد ْع‬ ‫اج َع ْل َج ْم َعنَا َه َذا َج ْم ًعا َم ْر ُح ْو ًما‪َ ،‬و ْ‬


‫اج َع ْل تَفَ ُّرقَنَا ِمنْ بَ ْع ِد ِه تَفَ ُّرقًا َم ْع ُ‬ ‫اللَّ ُه َّم ْ‬
‫شقِيًّا َوال َم ْح ُر ْو ًما‬ ‫‪.‬فِ ْينَا َوال َم َعنَا َ‬
‫اف َوال ِغنَى‬ ‫سأَلُكَ ا ْل ُه َدى َوالتُّقَى َوال َعفَ َ‬ ‫‪.‬اللَّ ُه َّم إِنَّا نَ ْ‬
‫صفُ ْوفَ ُه ْم‪َ ،‬وأَ ْج ِم ْع َكلِ َمتَ ُه ْم َعلَى َ‬
‫الحقِّ‪،‬‬ ‫سلِ ِم ْي َن‪َ ،‬و َو ِّح ِد اللَّ ُه َّم ُ‬ ‫سالَ َم َوا ْل ُم ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم أَ ِع َّز ِ‬
‫اإل ْ‬
‫سالَ َم َواألَ ْم َن لِ ِعبا ِدكَ أَ ْج َم ِع َ‬
‫ين‬ ‫ب ال َّ‬ ‫ين‪َ ،‬وا ْكتُ ِ‬ ‫س ْر ش َْو َكةَ الظَّالِ ِم َ‬ ‫‪َ .‬وا ْك ِ‬

‫ب ال َعالَ ِم ْي َن‬ ‫ق يَا َر َّ‬ ‫ق َوأَيِّ ْد بِ ِه ا ْل َح َّ‬ ‫س ْلطَانَنَا َوأَيِّ ْدهُ ِبا ْل َح ِّ‬ ‫احفَ ْظ أَ ْوطَانَنَا َوأَ ِع َّز ُ‬ ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا ْ‬
‫الذا ِك ِر ْي َن لَ َك في اللَ ْي ِل َوالنَّ َها ِر‪،‬‬ ‫اج َع ْلنَا ِم َن َّ‬ ‫ضكَ ا ْل ِم ْد َرا ِر‪َ ،‬و ْ‬ ‫سقِنَا ِمنْ فَ ْي ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا ا ْ‬
‫س َحا ِر‬ ‫ش ِّي َواألَ ْ‬ ‫ستَ ْغفِ ِر ْي َن لَكَ بِا ْل َع ِ‬ ‫ا ْل ُم ْ‬
‫ض‪َ ،‬وبَا ِركْ لَنَا في‬ ‫ت األَ ْر ِ‬ ‫س َماء َوأَ ْخ ِر ْج لَنَا ِمنْ َخ ْي َرا ِ‬ ‫ت ال َّ‬ ‫اللَّ ُه َّم أَ ْن ِز ْل َعلَ ْينَا ِمنْ بَ َر َكا ِ‬
‫رزاقِنَا يَا َذا ا ْل َجالَ ِل َو ِ‬
‫اإل ْك َر ِام‬ ‫‪.‬ثِ َما ِرنَا َو ُز ُر ْو ِعنَا و ُك ِّل أَ َ‬
‫سنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّا ِر‬ ‫اآلخ َر ِة َح َ‬ ‫سنَةً َوفي ِ‬ ‫‪.‬ربَّنَا آتِنَا في ال ُّد ْنيَا َح َ‬ ‫َ‬
‫َّاب‬
‫الوه ُ‬ ‫‪.‬ربَّنَا ال تُ ِز ْغ قُلُ ْوبَنَا بَ ْع َد إِ ْذ َه َد ْيتَنَا‪َ ،‬و َه ْب لَنَا ِمنْ لَ ُد ْن َك َر ْح َمةً‪ ،‬إِنَّ َك أَ ْنتَ َ‬ ‫َ‬
‫اس ِر ْي َن‬
‫الخ ِ‬ ‫سنَا َوإِنْ لَ ْم تَ ْغفِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَنَّ ِم َن َ‬ ‫‪.‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَ ْنفُ َ‬ ‫َ‬
‫ت‪ ،‬األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫ت‪،‬‬ ‫سلِ َما ِ‬ ‫سلِ ِم ْي َن َوا ْل ُم ْ‬ ‫ت‪َ ،‬وا ْل ُم ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْي َن َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ب ال ُّد َعا ِء‬ ‫ب ُم ِج ْي ُ‬ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي ٌ‬
‫‪.‬إِنَّ َك َ‬

‫سا ِن َوإِ ْيتَا ِء ِذي القُ ْربَى َويَ ْن َهى َع ِن ا ْلفَ ْحشَا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر‬ ‫ِعبَا َد هللاِ ‪:‬إِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِا ْل َعد ِْل َو ِ‬
‫اإل ْح َ‬
‫َوا ْلبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‬
Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah!

Pada hari Jumat ini izinkanlah saya pertama-tama menyampaikan wasiat untuk diri saya
pribadi maupun kepada seluruh jamaah: marilah kita isi hidup yang fana ini dengan bertakwa
kepada Allah Swt. Sebab tidak ada bekal yang lebih baik, tidak ada persiapan yang lebih utama
pada saat kita kembali kepada-Nya, melainkan kita bertakwa kepada-Nya.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah!

Sebagai orang yang bertakwa kita patut bersyukur karena pada tanggal 12 Rabiul Awwal,
empat belas abad silam, Allah telah mengutus nabi yang mulia, seorang rasul yang sangat luhur;
Muhammad Saw. Sebelumnya Allah telah mengutus 124 ribu nabi kepada umat manusia. Namun
hanya 313 diantaranya yang Allah angkat sebagai rasul. Dari 313 rasul itu hanya 25 diantaranya
Allah cantumkan di dalam al-Qur’an. Kemudian dari 25 itu Allah memilih 5 diantaranya, yang
disebut ‘ulul ‘azmi. Mereka adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad Saw. Dan
dari kelima itu hanya satu yang paling diunggulkan oleh Allah; Muhammad Saw.

Pertanyaan sederhana; mengapa Allah memilih Nabi Muhammad?

Banyak orang mengkaji rahasia sukses Nabi Muhammad melalui berbagai perspektif. Salah
satunya melalui kepribadian beliau selama menjadi nabi dan rasul. Dari salah satu karakter yang
menjadikan beliau berhasil adalah sifat as-sidq (jujur).

Masyarakat Mekkah mengenal Nabi sebagai pribadi yang jujur. Semenjak masa kanak-
kanak, remaja, hingga dewasa kejujurannya tak pernah diragukan. Bahkan masyarakat
menggelarinya dengan sebutan al-amin (orang jujur dan dapat dipercaya). Berkat kejujurannya itu
para saudagar Mekkah menitipkan barang dagangan kepadanya untuk diperdagangkan di Bahrain,
Syiria, Yaman, Libanon dengan sistem konsinyasi. Berkat kejujuran itulah beliau diberkahi oleh
Allah dengan dipersunting untuk menjadi suami siti Khadijah, saudagar wanita terbesar di Mekkah.

Allah menyebutkan hal itu dalam al-Qur’an.

“Dan Dia dapati engkau dalam keadaan fakir, kemudian Allah memperkayanya.” (QS. adh-Dhuha [93]:
8)
Nabi Muhammad ketika lahir fakir, karena ayah beliau wafat. Tak lama kemudian ibunya.
Dengan kejujuran itulah akhirnya memperkaya Rasulullah. Ketika istri beliau, Khadijah, wafat, beliau
juga diperkaya dengan Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, sahabat-sahabat yang kaya.
Merekalah yang mencukupi keperluan Nabi dalam berdakawah. Pernah Usman memberikan seribu
ekor unta kepada Nabi untuk keperluan perang. 

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah!


Kalau kita boleh simpulkan: jujur dalam Islam artinya mujur. Keliru jika ada orang
mengartikan: jujur itu hancur. Seorang peneliti mengemukakan, pemimpin itu dikagumi tak lain
karena kejujurannya. Tingkat pertama dari kepemimpinan itu ada pada kejujuran. Oleh karena itu
pantas dan patut jika sikap Nabi kita teladani dan kita kembangsuburkan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Karena pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana diungkap
dalam al-Qur’an:

”Sungguh dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik.” (QS al-Ahzab [33]: 21)

Kedua, mengapa Rasul mampu membangun masyarakat Islam? Karena Rasul memiliki
kepribadian disiplin. Ketika beliau ditanya sahabat, “manakah amal yang paling utama, ya Rasul?”
Jawab Nabi: “Shalat di awal waktu.”

Nabi adalah pribadi yang disiplin. Nabi sangat menghargai waktu. Karena dalam Islam,
waktu adalah sesuatu yang sangat bernilai. Begitu pentingnya waktu, orang Barat menyebutnya:
waktu adalah uang (time is money). Namun jauh sebelum itu, Islam sudah mengatakan: ”Jangan
buang-buang waktu.” Dan kata Rasul, ketika ditanya Islam yang baik itu seperti apa. Jawab Rasul:
”mampu meninggalkan hal yang sia-sia.” Mampu memanfaatkan waktu dengan baik dan efektif.

Ketiga, mengapa Rasul menjadi begitu mulia. Karena Rasul menjaga konsistensi. Atau
dalam bahasa agamanya istiqamah. Pernah beliau ditanya: ”Katakan ya Rasul satu kalimat yang
mencerminkan esensi Islam. Saya tidak akan bertanya kepada orang lain kecuali hanya kepada
engkau.” Jawab Nabi: ”Katakan olehmu ’Saya beriman kepada Allah, dan aku istiqamah’.

Konsistensi Rasulullah terjaga hingga akhir hayat beliau. Nabi selalu menolak tawaran
pangkat, jabatan, harta, agar beliau berhenti berdakwah. Nabi dengan tegas mengatakan:
sekiranya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku
supaya aku menghentikan ajaran Islam, aku tidak akan melakukannya.”

Terakhir, mengapa Nabi sukses dalam membangun masyarakat yang sukses hanya dalam
tempo relatif singkat, sekitar 23 tahun. Jauh lebih singkat jika dibanding Nabi Musa, Ibrahim, serta
nabi-nabi lain. Dalam membangun masyarakat Islam, Nabi menekankan pentingnya sikap
attasamuh (toleransi) antara sesama muslim. Nabi mengatakan: ”Sesama Muslim adalah
saudara”. Karenanya, tidak boleh saling menzalimi antara muslim satu dengan muslim lainnya.
Tidak pantas seorang muslim membiarkan muslim lain terzalimi. Nabi pun mempersaudarakan
kaum Muhajirin dan Anshar. Akibatnya Islam menjadi begitu kompak dan solid. Nabi juga
membangun sikap toleransi antara orang Islam dengan non Muslim. Di dalam hadis disebutkan,
ketika Nabi sedang duduk bersama beberapa sahabat tiba-tiba Nabi berdiri karena ada usungan
jenazah. Ketika usungan jenazah itu berlalu sahabat memberitahu bahwa jenazah yang diusung itu
adalah jenazah ahli kitab. Tapi apa kata Nabi: ”Bukankah ada kewajiban untuk menghormati
sesama manusia.”
Dalam riwayat Nabi pernah hendak diracun oleh seorang Yahudi, namun Nabi
memaafkannya. Dikisahkan, seorang Yahudi, Zaenab namanya, mengundang Nabi untuk makan
malam. Zaenab menghidangkan daging kambing yang sudah dilumuri racun. Ketika hendak
menyantap daging tersebut, Allah memberitahu adanya racun dalam daging tersebut. Mengetahui
hendak diracun Nabi tidak marah sedikitpun.

“Hai Zaenab, mengapa engkau tega menghidangkan makanan beracun kepada saya?” Jawab
Zaenab, “Jika engkau manusia biasa, atau bahkan raja sekalipun, maka engkau akan makan
makanan itu. Tapi kalau kamu seorang rasul, pasti kamu tidak akan makan makanan itu. Dan
ternyata engkau benar-benar rasul.” Akhirnya Zaenab menyatakan diri masuk Islam.

Jamaah yang dimuliakan oleh Allah!

Sikap toleransi yang dikembangkan oleh Nabi patut kita teruskan. Marilah kita bangun
sikap ”siapapun orang Indonesia mereka adalah saudara kita. Saudara sebangsa, saudara sesama
muslim, saudara sesama umat manusia. Apapun aspirasi politik, warna kaos, dan haluan
organisasinya, bukanlah halangan untuk bisa bersatu membangun negara ini.” Karena itulah
persatuan dan kesatuan harus dibangun. Mudah-mudahan Allah melimpahkan taufik serta inayah-
Nya kepada kita agar ke depan kita mampu membangun masyarakat Indonesia yang diilhami dari
ajaran-ajaran luhur Nabi Muhammad Saw.
Khutbah Jumat tentang Manfaat Peringatan Maulid Nabi
saw

Kamis kemarin tepatnya tanggal 12 Rabiul awwal 1434 H bertepatan


dengan lahirnya baginda agung, nabi besar Muhammad saw, banyak ummat islam yang
merayakan hari bersejarah tersebut dengan membaca siroh beliau, berupa pujian,
perjuangan maupun akhlak beliau, yang terangkum dalam berbagai karya orang shalih,
seperti maulidud diba’iy, burdah, maulidu syaraful anam dan lain-lain

Secara historis, Para sejarahwan sepakat bahwa peringatan maulid Nabi pertama kali di
gelar oleh raja Irbil di Irak oleh Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi bin Zainuddin Ali bin
Buktikin ( w. 630 H / 1232 M).. Beliau adalah Raja yang cerdas, ahli strategi
pemerintahan, pemurah, alim dan bijaksana. Pada saat itu pemerintahannya kurang
stabil, rakyatnya banyak meninggalkan syariat agama, akhlaqnya mulai rusak, kerusuhan-
kerusuhan dan kemaksiatan- kemaksiatan mulai merajalela.

Raja Mudzaffar berinisiatif menyelenggarakan peringatan Maulid nabi setiap bulan Robi’ul
Awal bersama semua elemen masyarakat, tokoh-tokohnya sampai rakyat jelatanya.
Dalam acara tersebut disampaikan penjelasan tentang sejarah dan perjuangan, serta
keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir sampai wafatnya. Seorang ulama’ besar
Syekh Al Hafidz Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi yang diberi
nama At-Tanwir fi Maulidil Basyir An-Nadzir, diberi hadiah oleh Raja 1000 dinar.

Setelah diadakan peringatan Maulid Nabi SAW tersebut, pemerintahan kembali stabil,
semangat pengamalan agamanya makin baik, negaranya aman, tentram dan bertambah
makmur. Betapa besar manfaat yang didapat dalam peringatan Maulid Nabi saw tersebut.

mengadakan peringatan maulid Nabi seperti yang dilakukan oleh raja mudhoffar menurut
Imam Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi peringatan maulid nabi sebagai bentuk kecintaan
kita kepada beliau, Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :

َ ‫َمنْ أَ َح َّبنِى َك‬


‫ان َم ِعيْ فِي ْال َجنـ َّ ِة‬
“Barang siapa yang mencintaiku maka akan bersamaku di surga”.

Mencintai dalam makna yang luas, yakni mencintai keluarganya, akhlaknya dan turut
serta bergembira atas kelahirannya, sebab kehadiran Rasulullah adalah rahmat bagi
semua alam semesta, bahkan didalam sebuah hadits qudsi dikatakan, laulaka-laulaka
lakholaqtul aflak (andaikan tidak karenamu muhammad, andaikan tidak karenamu
muhamad, maka tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.)

Hadirn Rahimakumullah.....

Saking cintanya kepada Rasulullah sampai sahabat terdekatnya pernah berkatat Abu
Bakar Ash-Shidiq berkata :

‫ان َر ِف ْي ِقيْ فِى ْال َج َّن ِة‬ َ ِّ‫َمنْ أَ ْن َف َق ِدرْ َهما ً فِى َم ْو لِ ِد ال َّن ِبي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi
Saw : akan menjadi temanku masuk surga”.

Begitu juga Umar Bin Khoththob berkata :

َ َ ِّ‫َمنْ َع َّظ َم َم ْو لِ ِد ال َّن ِبي‬


ِ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َف َق ْد أحْ َيا ْا‬
‫إلسْ الَ َم‬
“Barang siapa yang memuliakan/memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah
menghidupkan Islam”.

Dan Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :

ِ ‫إل ْي َم‬
‫ان‬ َ ِّ‫َمنْ َع َّظ َم َم ْو لِ ِد ال َّن ِبي‬
ِ ْ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم الَ َي ْخ ُر ُج م َِن ال ُّد ْنيا َ ِاالَّ ِبا‬
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi
meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.

Hadirin Rahimakumullah....

Kebahagiaan atas kelahiran beliau juga pernah dirasakan oleh pamannya yang kafir dan
belum bertaubat hingga mati yaitu Abu Lahab.

Ada sebuah kisah yang ditulis oleh Syeikh Yusuf bin Ismalil an-Nabhani dalam kitabnya
“Anwarul Muhammadiyah“ yang mempunyai korelasi dan kaitan erat dengan maulid Nabi,
di sana diterangkan bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, seorang budak
wanita milik Abu Lahab yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira kelahiran
Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab mendapat berita
itu, spontan budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan dihadiahkan
kepada Siti Aminah : Ibunda Muhammad Saw untuk menyusui bayinya tersebut.
Setahun setelah Abu lahab meninggal, salah satu saudaraya yang juga merupakan paman
Rasulullah, Saidina Abbas bin Abdul Muthallib bermimpi bertemu dengannya dan
menanyakan bagaimana keadaan Abu Lahab, ia menjawab “bahwa tidak mendapat
kebaikan setelahnya tetapi ia mendapat minuman dari bawah ibu jarinya pada setiap hari
senin karena ia memerdekakan Suwaibah Aslamiyah ketika mendengar kabar gembira
kelahiran Nabi Muhammad”. Hadis ini tersebut dalam Shaheh Bukhary dengan nomor
4711. kisah ini juga disebutkan oleh Ibnu Kastir dalam kitab beliau Al Bidayah An Nihayah
jilid 2 hal 273.

Abu Lahab yang kekafirannya sudah profesional tingkat dunia saja mendapat manfaat dari
kegembiraan kelahiran Rasulullah saw apalagi kita orang yang beriman, tentu lebih
berhak mendapat kesempatan pahala lebih besar dari pada Abu Lahab itu.

Hadirin Rahimakumullah...

Peringatan mauliud Nabi saw, dimaksudkan sebagai implementasi syukur kepada Allah
atas kelahiran beliau, atas jasa beliau kita semua menjadi ummat pilihan Allah, tentunya
tidak cukup dengan peringatan maulid tetapi harus pula dengan meneladani akhlak mulia
rasul saw. Pendek kata, kehadiran Rasulullah adalah rahmat bagi alam semesta, yang
sudah semstinya kita semua bergembira Allah berfirman :

َ ِ‫قُ ْل ِب َفضْ ِل هَّللا ِ َو ِب َرحْ َم ِت ِه َف ِب َذل‬


َ ‫ك َف ْل َي ْف َرحُوا ه َُو َخ ْي ٌر ِممَّا َيجْ َمع‬
‫ُون‬
Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat Allah (kepada kalian), maka
bergembiralah kalian. Allah dan rahmatnya itu lebih baik (QS Yunus, 58)

Dan termasuk ramat yang besar bagi kehidupan ini adalah Terlahirnya Rasulillah saw,
diutus kepada ummatnya,

َ ‫َو َما أَرْ َس ْل َن‬


‫اك إاَّل َرحْ َم ًة ل ِْل َعا َل ِمي َْن‬
Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.
(QS. al-Anbiya',107)

Secara tersirat Nabi saw juga bergembira dan bersyukur atas kelahirannya dengan cara
berpuasa, berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Abu Qotadah Al Anshory r.a :

‫ (رواه مسلم‬. َّ‫ت َو ِف ْي ِه أ ُ ْن ِز َل َع َلي‬ ِ ‫إل ْث َني‬


ُ ‫ْن َف َقا َل ِف ْي ِه وُ ل ِْد‬ ِ ‫ص ْو ِم ْا‬ ِ ‫أَنَّ َرس ُْو َل‬
َ ْ‫هللا صلعم ُس ِئ َل َعن‬
“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka
beliau menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan
kepadaku”. ( HR. Muslim). Dari hadis ini Nabi sendiri juga memulyakan hari kelahirannya,
dengan berpuasa (amal yang baik).
‫‪Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada‬‬
‫‪Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan‬‬
‫‪keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa. baca juga‬‬
‫‪tentang khutbah dan khutbah jumat ideal‬‬

‫‪berikut ini adalah khutbah pertamanya‬‬

‫الحمد هلل الفتاح الرزاق‪ .‬الخالق االفالك ‪ .‬االحد الصمد ‪ .‬أشهد ان الاله إالهللا واحده الشريك له وأشهدانَّ محمدأعبده ورسوله كريم األخالق ‪ .‬اللهم‬
‫صل على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم المعاد ‪ .‬أما بعد‪ ,‬اعوذباهلل من الشيطان الرجيم قُ ْل ِب َفضْ ِل هَّللا ِ َو ِبرَ حْ َم ِت ِه َف ِب َذلِكَ‬
‫َف ْل َي ْفرَ حُوا ه َُو َخ ْي ٌر ِممَّا َيجْ َمعُون ‪ .‬فياأيهالناس إتقوهللا ماستطعتم‬
MAULID NABI g

‫ت أَعْ َمال َنا َمنْ َي ْه ِد ِه هللا َفالَ مُضِ َّل لَ ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل‬ ِ ‫شر ُْو ِر أَ ْن ُفسِ َنا َومِنْ َس ِّي َئا‬ ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ ‫إِنَّ ْال َح ْم َد هلِل ِ َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت َع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُرهُ َو َنع ُْو ُذ ِبا‬
‫ َواَل َتمُو ُتنَّ إِاَّل َوأَن ُتم‬ ‫ َح َّق ُت َقا ِتهِۦ‬ َ ‫ٱهَّلل‬ ‫ َءا َم ُنو ْا ٱ َّتقُو ْا‬ ‫ِين‬ ٓ
َ ‫ٱلَّذ‬ ‫{ ٰ َيأ َ ُّي َها‬ .ُ‫ َوأَ ْش َه ُد أَنْ اَل إِلَ َه إِاَّل هللاُ َوأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫َهاد‬
ۚ‫ث م ِۡن ُه َما ر َجااٗل َكث ِٗيرا َو ِن َس ٗٓاء‬ َّ ۡ َ
‫س َو ِحدَةٖ َو َخل َق مِن َها َز ۡو َج َها َو َب‬ ٰ ۡ َّ ُ َ َّ ُ ْ ُ َّ َّ َ ٓ ٰ َ ‫م ُّۡسلِم‬
ِ ٖ ‫ َخل َقكم مِّن نف‬ ‫ َر َّبك ُم ٱلذِي‬ ‫ٱتقوا‬  ُ‫ٱلناس‬ ‫ُون } { َيأ ُّي َها‬
ۡ‫لَ ُكم‬ ‫ُصل ِۡح‬ۡ ‫ ي‬٧٠ ‫ َوقُولُو ْا َق ۡواٗل َسد ِٗيدا‬ َ ‫ٱهَّلل‬ ‫ َءا َم ُنو ْا ٱ َّتقُو ْا‬ ‫ِين‬ َ ‫ٱلَّذ‬ ‫ان َعلَ ۡي ُكمۡ َرق ِٗيبا} { ٰ َٓيأ َ ُّي َها‬ َ ‫ َك‬ َ ‫إِنَّ ٱهَّلل‬ ‫ َوٱأۡل َ ۡر َحا ۚ َم‬ ‫ون ِبهِۦ‬ َ ُ‫ َت َسٓا َءل‬ ‫ٱلَّذِي‬ َ ‫ٱهَّلل‬ ‫َوٱ َّتقُو ْا‬
} ٧١ ‫از َف ۡو ًزا عَظِ يمًا‬ َ ‫ َف َق ۡد َف‬ ‫ َو َرسُولَهُۥ‬ َ ‫أَ ۡع ٰ َملَ ُكمۡ َو َي ۡغف ِۡر لَ ُكمۡ ُذ ُنو َب ُك ۡۗم َو َمن يُطِ ِع ٱهَّلل‬

‫ َو َشرَّ اأْل ُم ُْو ِر مُحْ دَ َثا ُت َها َو ُك َّل‬  – ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو َسلَّ َم‬ ُ ‫هللا َو َخي َْر ال َه ْديِ َه ْد‬
َ   – ‫ي م َُح َّم ٍد‬ ِ ‫ـ َفإِنَّ أَصْ َد َق ْال َح ِد ْي‬:‫أَمَّا َبعْ ُد‬
ِ ُ‫ث ِك َتاب‬
ِ ‫ضاَل لَ ٍة فِي ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ضاَل لَ ٌة َو ُك َّل‬ َ ‫مُحْ َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬.

Kaum muslimin yang semoga senantiasa dilimpahkan taufiq dari Allah c….

Kalimat yang paling pantas untuk kita lantunkan dari awal khutbah ini adalah syukur kepada Allah
c, atas semua limpahan kenikmatan yang tidak akan pernah kita bisa mengetahui jumlahnya
maupun nilainya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad g sang suri
tauladan dan panutan umat, sosok penyayang dan pemerhati umat.

Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh baginda nabi g di dalam setiap khutbah jumatnya, beliau
mengingatkan dengan ketaqwaan, oleh karena itu saya mengingatkan kepada diri saya pribadi dan
kaum muslimin semua dengan wasiat dari Allah dan RasulNya. Allah c berfirman:

َ ‫أُو ُتو ْا ۡٱل ِك ٰ َت‬ ‫ِين‬


َ ‫ٱهَّلل‬ ‫مِن َق ۡبلِ ُكمۡ َوإِيَّا ُكمۡ أَ ِن ٱ َّتقُو ْا‬ ‫ب‬ َ ‫َولَ َق ۡد َوص َّۡي َنا ٱلَّذ‬

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan
(juga) kepada kalian; bertakwalah kepada Allah.”{QS. An Nisa’: 131}

Rasulullah g juga bersabda:

َ ‫ال َّن‬ ‫ َتمْ ح ُْو َها َو َخال ِِق‬ ‫ ْال َح َس َن َة‬ ‫ال َّس ِّي َئ ِة‬ ‫ َوأَ ْت ِب ِع‬ ‫ت‬
‫ َح َس ٍن‬ ‫ ِب ُخلُ ٍق‬ ‫اس‬ ُ ‫ َحي‬ ‫هللا‬
َ ‫ َما ُك ْن‬ ‫ْث‬ َ  ‫ ِا َّت ِق‬.

“Bertaqwalah dimana saja kalian berada, dan tutupilah keburukan (yang telah lalu) dengan (amal-
amal) kebaikan niscaya akan menghapus (dosa yang telah lalu), dan bergaulah dengan manusia
dengan akhlaq yang baik.”[HR. At Tirmidzi, Ad Darimiy, Ahmad, Al Hakim]

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah c ….

Kita berada berada dibulan Rabi’ul Awal, bulan yang diperingati oleh sebagian kaum muslimin
sebagai bulan kelahiran Rasulullah g, dan kita saksikan tidak sedikit dari kaum muslimin yang
bergegap gempita memperingati hari kelahiran Rasulullah g, yaitu tanggal 12 Rabi’ul Awal. Akan
tetapi apakah benar bahwa Rasulullah g lahir 12 Rabi’ul Awal?

Kaum muslimin yang semoga dilimpahkan taufiq dari Allah c…

Jika kita menengok kedalam berbagai riwayat tentang kelahiran Rasulullah g, begitu juga
keterangan para ulama, maka akan kita dapatkan berbagai perbedaan dan kontradiksi yang sangat
mencolok.

Dari Syu’aib bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya: Rasulullah g lahir pada hari senin pada
malam 12 Ramadhan, hal ini juga didasarkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan di mana beliau
mendapatkan wahyu pertama kali dan diangkat sebagai nabi. Pendapat ini bertujuan untuk
menggenapkan hitungan 40 tahun usia beliau g ketika beliau diangkat sebagai nabi. Dalam riwayat
yang lain, lahir pada waktu fajar (yaitu shubuh). Dari Sa’id bin Musayib: Rasulullah g lahir pada
malam 12 Rabi’ul Awal. Dari Abu Ja’far Muhammad bin Aliy: Rasulullah g dilahirkan pada
sepuluh (pertama) bulan Rabi’ul Awal. Ad Dimyathiy berkata: yang benar adalah pendapat Abu
Ja’far; beliau g dilahirkan pada tanggal 20 bulan Naisan (istilah untuk bulan April). Ada pula yang
berpendapat bahwa beliau dilahirkan di bulan Shafar, ada pula yang berpendapat Rabi’ul Akhir, dan
ada yang berpendapat 10 Muharram (hari Asyura).

Sedangkan berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al Mansurfury dan ahli
astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan
tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan
atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571 M, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal
9 Rabi’ul Awal.

Kaum muslimin semuanya yang semoga dilimpahkan taufiq dari Allah c …

Ada sesuatu yang sangat perlu kita cermati dalam peringatan maulid/kelahiran Rasulullah g ini.

Pertama, sebagaimana keterangan ulama ahli sejarah bahwa semua riwayat tentang waktu kelahiran
Rasulullah g tidak ada yang bisa dijadikan pijakan, karena semua tidak lepas dari cacat ilmiah
dalam periwayatan, sebagai hal itu tersebut dikenal dalam ilmu riwayat.

Adapun riwayat yang shahih & kredibel menyebutkan kelahiran beliau g adalah hari Senin saja,
tanpa menyebutkan spesifik tanggal dan bulannya. Abu Qataadah Al-Anshaariy h meriwayatkan
bahwa ketika Nabi g ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab:

‫فِي ِه‬  َّ‫ َعلَي‬ ‫أ ُ ْن ِز َل‬ ‫أَ ْو‬ ‫ت‬


ُ ‫ ُبع ِْث‬ ‫ َو َي ْو ٌم‬ ،ِ‫فِيه‬ ‫ت‬ َ ‫َذ‬
ُ ‫وُ ل ِْد‬ ‫ َي ْو ٌم‬ ‫اك‬

“Pada hari itu aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkan kepadaku wahyu (untuk pertama
kalinya.”[HR. Muslim].

Selebihnya dari itu, yang menyebutkan spesifik tanggal dan bulan, maka hanyalah pendapat-
pendapat semata. Jika demikian, maka kita tidak bisa untuk menentukan secara benar dan pasti
tentang waktu kelahiran Rasulullah g, dan sia-sia menghabiskan tenaga, menyia-nyiakan waktu,
membuang  uang untuk memperingati (tanggal) kelahiran yang tidak pasti.

Kedua, Rasulullah g sendiri, dan generasi awal umat islam, yang mereka itu sangat memperhatikan
ibadah dan kebaikan, yaitu para sahabat Rasulullah, kemudian generasi sesudahnya yaitu para
tabi’in, dan juga sesudahnya lagi yaitu tabi’ut tabi’in, semuanya tidak ada yang melakukan
perayaan peringatan kelahiran nabi g, sedangkan mereka adalah kaum yang terkenal sangat cinta
kepada Nabi g dan sangat semangat dalam kebaikan. Jika mereka tidak melakukan apakah kita lebih
berhak untuk melakukan? Atau kah kita lebih alim/mengetahui dari mereka? Seandainya itu
kebaikan tentu mereka sudah mendahului kita dalam berbuat kebaikan.

Lalu kapan peringatan Maulid Nabi ini muncul?

Perayaan Maulid pertama kali dilakukan oleh kelompok penganut agama Syi’ah Batiniyah,
kelompok ini berkuasa di Mesir pada awal abad ke-4 H. Dan kelompok syiah batiniyah adalah
kelompok yang memiliki banyak peringatan maulid, diantaranya yaitu maulid Nabi g, maulid Ali
bin Abi Thalib h, maulid Fatimah i, maulid Hasan h, maulid Husain h dan maulid penguasa mereka.
Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa maulid muncul di zaman belakangan, setelah
berakhirnya massa tiga abad yang paling utama dalam umat ini (al quruun al mufadholah).

Peringatan maulid ini belum pernah ada di zaman Nabi g dan para sahabat, tabi’in dan para Tabi’ut
tabi’in. Allah c berfirman:

‫د ِٗين ۚا‬ ‫يت لَ ُك ُم ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ َم‬ ُ ‫أَ ۡك َم ۡل‬ ‫ۡٱل َي ۡو َم‬


ُ ‫ت لَ ُكمۡ دِي َن ُكمۡ َوأَ ۡت َم ۡم‬
ُ ِ‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ ن ِۡع َمتِي َو َرض‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada
kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian.”{QS. Al Maidah: 3}

Ayat yang menyatakan kesempurnaan islam ini turun kepada Rasulullah g, dan disaksikan oleh para
sahabatnya serta diajarkan kepada mereka. Dan islam pada hari itu telah sempurna, maka perhatikan
perkataan Al Imam Malik r, beliau berkata:

‫ َف َما لَ ْم َي ُكنْ َي ْو َم ِئ ٍذ ِد ْي ًنا اَل َي ُك ْونُ ْال َي ْو َم ِد ْي ًنا‬.

“Maka yang pada hari itu tidak dianggap sebagai bagian dari agama, hari ini pun bukan dari bagian
dari agama.”

Sehingga Rasulullah g jauh-jauh hari, semenjak 14 abad yang lalu telah mewanti-wanti,
mengingatkan kita dari perkara ibadah yang diada-adakan, yang tidak ada petunjuk dalilnya dari
beliau, dan amalan tersebut tertolak. Rasulullah g bersabda:

َ ‫ت اأْل ُم ُْو ِر َفإِنَّ ُك َّل مُحْ َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة َوإِنَّ ُك َّل َب ْد َع ٍة‬


‫ضاَل لَ ٌة‬ ِ ‫وإِيَّا ُك ْم َومُحْ َد َثا‬.َ
“Jauhilah oleh kalian dari setiap perkara yang baru (didalam agama) yang diada-adakan, karena
setiap perkara yang baru (didalam agama) yang diada-adakan adalah bi’dah, dan setiap bid’ah
adalah sesat.”[HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah. Dinyatakan shahih oleh Al Arnauth]

Beliau g juga bersabda:

َ ‫ث فِي أَ ْم ِر َنا َه َذا َما لَي‬


‫ْس ِم ْن ُه َفه َُو َر ٌّد‬ َ ‫َمنْ أَحْ َد‬

“barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan (agama) kami, yang tidak
(petunjuknya) darinya maka ia tertolak.”[Muttafaqun ‘Alaih.]

Dalam riwayat Al Imam Muslim r, Rasulullah g bersabda:

‫ْس َعلَ ْي ِه أَمْ ُر َنا َفه َُو َر ٌّد‬


َ ‫ َمنْ َع ِم َل َع َماًل لَي‬.

“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada (petunjuknya) dari kami maka ia
tertolak.”

Wahai kaum muslimin… ketahuilah… bahwa agama islam ini bukan hasil karya manusia, tapi ia
dari sisi Allah, diturunkan kepada Rasulullah Muhammad g, dan disampaikan kepada umat ini.
Agama islam bukan seni atau kreatifitas yang setiap orang bebas memiliki ide, selera, dan pendapat.
Al Imam Az Zuhri r berkata:

‫هللا الرِّ َسالَ ُة َو َعلَى الرَّ س ُْو ِل ْال َباَل ُغ َو َعلَ ْي َنا ال َّتسْ لِ ْي ُم‬
ِ ‫م َِن‬.

“Risalah (ajaran agama islam) ini datangnya dari Allah, dan kewajiban Rasulullah menyampaikan,
dan kewajiban kita adalah berserah diri patuh.”[Al Bukhari.]

Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah kepada Nabi kita Muhammad g sang suri
tauladan kita dan semoga Allah meridhai seluruh sahabat beliau yang mulia, para pendahulu kita
dalam iman, islam dan kebaikan.

َ ‫ أَقُ ْو ُل َك َما َتسْ َمع ُْو َن َوأَسْ َت ْغفِ ُر‬.‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
‫هللا لِي َولَ ُك ْم‬ ِّ ‫ت َو‬
ِ ‫آن ْال َعظِ ي ِْم َو َن َف َعن َِي هللاُ َوإِ َيا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن ْاآل َيا‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِيْ َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
َ ‫ار‬
َ ‫َب‬
ُ َ ْ َّ ْ َ َ
‫ب فاسْ تغفِر ُْوهُ إِن ُه ه َُوالغف ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬ ْ َ ُ ْ
ٍ ‫َولِ َسائ ِِر المُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ك ِّل ذن‬

Khutbah kedua:
 

‫ك َل ُه َتعْ ظِ يْما ً لِ َشأْ ِن ِه َوأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُحم ًَّدا‬ َ ‫ َوأَ ْش َه ُد َأنْ اَل إله إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬,ِ‫ َوال ُّش ْك ُر لَ ُه َعلَى َت ْوفِ ْيقِ ِه َوا ْم ِت َنا ِنه‬,ِ‫اَ ْل َحمْ ُد هلِل ِ َعلَى إِحْ َسا ِنه‬
َّ َ
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلى آلِ ِه َوأصْ َح ِاب ِه َو َسل َم َتسْ لِ ْيمًا َم ِزي ًْدا‬
َ َ ‫ع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه‬.
َ

Kaum muslimin yang semoga senantiasa dirahmati Allah c …

Setiap amalan ibadah yang dikerjakan tentu kita semua berharap bahwa amalan tersebut diterima
oleh Allah c dan bernilai pahala kebaikan. Namun perlu menjadi perhatian juga, bahwa tidak sedikit
orang yang menyangka telah berbuat baik ternyata ia jatuh dalam kesesatan. Bagaimana bisa
sedangkan hanya Allah yang menentukan dan mengetahui amal seorang hamba diterima atau tidak?
Jawabnya adalah; Allah yang memberitahu, yang menjawab dengan firmanNya:

١٠٤ ‫ون ص ُۡنعً ا‬ َ ‫ َوهُمۡ َي ۡح َسب‬ ‫ٱلد ُّۡن َيا‬ ‫ض َّل َس ۡع ُيهُمۡ فِي ۡٱل َح َي ٰو ِة‬
َ ‫ُون أَ َّنهُمۡ ي ُۡحسِ ُن‬ َ ‫ َه ۡل ُن َن ِّب ُئ ُكمـ ِبٱأۡل َ ۡخ َس ِر‬ ‫قُ ۡل‬
َ ‫ٱلَّذ‬ ١٠٣ ‫أَ ۡع ٰ َماًل‬ ‫ين‬
َ  ‫ِين‬

“Katakanlah: “Apakah  (kalian sudi sekiranya) akan Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatannya?. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”{QS.
Al Kahfi: 103 -104}

Karena yang ia sangka baik itu menurut logika dia, menurut pendapat ia, menurut selera dia,
sementera kenyataanya jauh dari petunjuk Allah c. Allah c telah menurunkan Al Quran dan As
Sunnah sebagai aturan hidup, yang mengatur dari masalah hati/keyakinan sampai dengan urusan
lahir/penampilan. Semua sudah ada aturan/pakemnya, tinggal kita pelajari dan kita amalkan. Bukan
dengan cara mengamalkan sesuai selera hawa nafsu kemudian mencari-cari dalil untuk
membenarkannya.

Semoga Allah menjaga keimanan dan keislaman kita hingga akhir hayat kita, dan kita dikokohkan
di atasnya, di atas islam yang murni dan bersih dari berbagai kotoran bid’ah dan hawa nafsu.

 
ٓ
َ ‫ ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬  ِّ‫ون َعلَى ٱل َّن ِب ۚي‬
‫ َءا َم ُنو ْا‬ ‫ِين‬ َ ‫ ُي‬ ‫ َو َم ٰلَ ِئ َك َتهُۥ‬ َ ‫ٱهَّلل‬  َّ‫إِن‬ { ‫فِي ِك َت ِاب ِه‬ ‫ك‬
َ ُّ‫صل‬ َ َ‫ ِب َذل‬ ُ‫هللا‬ ‫أَ َم َر ُك ُم‬ ‫ ْال ُه َدى َف َق ْد‬ ‫ َعلَى َرس ُْو ِل‬ ‫هللا‬ َ ‫ َو‬ َ‫أَال‬
ِ  ‫صلُّوا يا َ عِ َبا َد‬
} ٥٦ ‫صلُّو ْا َعلَ ۡي ِه َو َسلِّمُو ْا َت ۡسلِيمًا‬ َ

‫م َُح‬ ‫آل‬ ِ  ‫ َو َعلَى‬ ‫م َُح َّم ٍد‬ ‫ َعلَى‬  ْ‫ارك‬ َ ‫إِ َّن‬ ‫إِب َْرا ِه ْي َم‬ ‫آل‬
ِ ‫ َو َب‬ ، ‫ َم ِج ْي ٌد‬ ‫ َح ِم ْي ٌد‬ ‫ك‬ ِ  ‫ َو َعلَى‬ ‫إِب َْرا ِه ْي َم‬ ‫ َعلَى‬ ‫ْت‬
َ ‫صلَي‬ َ  ‫اَللَّ ُه َّم‬
ِ  ‫ َو َعلَى‬ ‫م َُح َّم ٍد‬ ‫ َعلَى‬ ‫ص ِّل‬
َ  ‫ َك َما‬ ‫م َُح َّم ٍد‬ ‫آل‬
َ ‫إِ َّن‬ ‫إِب َْرا ِه ْي َم‬ ‫آل‬
‫ َم ِج ْي ٌد‬ ‫ َح ِم ْي ٌد‬ ‫ك‬ ِ  ‫ َو َعلَى‬ ‫إِب َْرا ِه ْي َم‬ ‫ َعلَى‬ ‫ت‬ َ ‫ار ْك‬ َ ‫ َب‬ ‫ َك َما‬ ‫َّم ٍد‬

‫ َو َع‬ ،‫أَجْ َم ِعي َْن‬ ‫الص ََّحا َب ِة‬ ‫ َع ِن‬ ‫اللَّ ُه َّم‬ ‫ض‬ َ ْ‫ َوار‬ ،‫ َعلِي‬ ‫ َو‬ ، ‫ان‬ َ ‫ َوع ُْث َم‬ ، ‫ َو ُع َم َر‬ ، ‫ َب ْك ِر‬  ْ‫أَ ِبي‬ ‫ال َم ْهد ِِيي َـْن‬ ‫األَ ِئ َّم ِة‬ ‫الرَّ اشِ ِدي َْن‬ ‫ال ُخلَ َفا ِء‬ ‫ َع ِن‬ ‫اللَّ ُه َّم‬ ‫ض‬
َ ْ‫َوار‬
ْ َ ْ َ َ ِّ َّ َ َ َ
‫األك َر ِمي َْن‬ ‫أك َر َم‬ ‫ َيا‬ ‫ِك‬ َ ‫ َوإِحْ َسان‬ ‫ك‬
َ ‫ َوك َر ِم‬ ‫ك‬ ِ ‫ال ِّدي‬ ‫ َي ْو ِم‬ ‫إِلى‬ ‫ان‬
َ ‫ ِب َمن‬ ‫ َم َع ُه ْم‬ ‫ َو َعنا‬ ‫ـ‬،‫ْن‬ ٍ ‫ ِبإِحْ َس‬ ‫ت ِب َع ُه ْم‬  ْ‫ َو َمن‬ ‫الت ِاب ِعي َْن‬ ‫ ِن‬.

‫الدَّعْ َو ِة‬  ُ‫ ُم ِجيْب‬  ٌ‫ َق ِريْب‬ ‫ َس ِم ْي ٌع‬ ‫ك‬ ِ ‫ َواألَمْ َوا‬ ‫ ِم ْن ُه ْم‬ ‫األَحْ َيا ِء‬ ‫ت‬
َ ‫إِ َّن‬ ‫ت‬ ِ ‫المؤ ِم َنا‬
ْ ‫ َو‬ ‫المؤ ِم ِني َْن‬ ِ ‫ َوالمسْ لِ َما‬ ‫ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن‬  ْ‫اغفِر‬
ْ ‫ َو‬ ‫ت‬ ْ  ‫اللّ ُه َّم‬

ً ‫صالِحا‬ َ ُ‫ اللهم إَ َّنا َنسْ أَل‬.…‫ِص ًة َو َع ِز ْي َم ًة َراشِ َد ًة‬


َ ً‫ك َق ْلبًا َخاشِ عًا َول َِسا ًنا َذاكِرً ا َو َع َمال‬ َ ‫صا ِد َقا َو ِني ًَّة َخال‬ َ ُ‫اللهم إَ َّنا َنسْ أَل‬
َ ‫ك إِ ْي َما ًنا كا َ ِمالً َو َيقِ ْي ًنا‬
ً‫ ُم َت َق َّبال‬.
‫ْن َوأَنْ َت ْغف َِر َل َنا َو َترْ َح َم َنا َوإِ َذا أَ َر ْد َ‬
‫ت فِ ْت َن َة َق ْو ٍم َف َت َو َّف َنا َغي َْر َم ْف ُت ْو ِني ِ‬
‫ْن‪ .‬اللهم‬ ‫ت َوحُبَّ ْال َم َسا ِكي ِ‬
‫ك ْال ُم ْن َك َرا ِ‬ ‫اللهم إِ َّنا َنسْ أَلُ َ‬
‫ك فِعْ َل ْال َخي َْرا ِ‬
‫ت َو َترْ َ‬
‫ك َوحُبَّ َع َم ٍل ُي َقرِّ بُ إِلَى ُحب َ‬
‫ِّك‬ ‫ك َوحُبَّ َمنْ ُي ِح ُّب َ‬ ‫ك ُح َّب َ‬ ‫‪.‬إِ َّنا َنسْ أَلُ َ‬

‫ك َوال َّش ْو َق إِلَى لِ َقائ َ‬


‫ِك‬ ‫‪.‬اللهم إِ َّنا َنسْ أَلُ َ‬
‫ك لَ َّذ َة ال َّن َظ ِر إِلَى َوجْ ِه َ‬

‫َر َّب َنا‪ ‬آ ِت َنا‪ ‬فِي‪ ‬ال ُّد ْن َيا‪َ  ‬ح َس َن ًة‪َ  ‬وفِي‪ ‬اآْل خ َِر ِة‪َ  ‬ح َس َن ًة‪َ  ‬وقِ َنا‪َ  ‬ع َذ َ‬
‫اب‪ ‬ال َّن ِ‬
‫ار‬

‫ان‪ ‬إِلَى‪َ  ‬ي ْو ِم‪ ‬ال ّديْن‬ ‫صلَّى‪ ‬هللاُ‪َ  ‬علَى‪َ  ‬ن ِب ِّي َنا‪ ‬م َُح َّم ٍد‪َ  ‬و َعلَى‪ ‬آلِ ِه‪َ  ‬و َ‬
‫صحْ ِب ِه‪ ‬و َ‪َ  ‬منْ ‪َ  ‬ت ِب َع ُه ْم‪ِ  ‬بإِحْ َس ٍ‬ ‫‪َ .‬و َ‬

‫‪َ .‬وآ ِخ ُر‪ ‬دَعْ َوا َنا‪ ‬أَ ِن‪ْ  ‬ال َحمْ ُد‪ ‬هلل‪َ  ‬ربِّ ‪ْ  ‬ال َعالَ ِمي َْن‬

Anda mungkin juga menyukai