Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut,
biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal
maupun berkelompok. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-
hari pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) adalah
Stomatitis Aftosa Rekuren.
Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang
diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya,
prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi.
Sampai saat ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun
para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis
ini, diantaranya adalah Kebersihan mulut yang kurang, Letak susunan gigi/ kawat
gigi, makanan /minuman yang panas dan pedas
SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dan kondisi ini adalah
self limiting. Pada kasus ringan, dapat diberikan berupa obat salep yang berfugsi
sebagai topical coting agent yang melindungi lesi dari gesekkan dalam rongga
mulut saat berufngsi dan melindungi agar tidak berkokntak langsung dengan
makanan yang asam atau pedas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
4. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang di lakukan pada pasien
stomatitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis stomatitis baik farmakologi maupun
non farmakologi?
6. Apa saja komplikasi dan prognosis yang dapat terjadi pada pasien
stomatitis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stomatitis merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan
yang timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul
sehari-hari pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) adalah
Stomatitis Aftosa Rekuren. Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi
3
pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat
berupa bercak tunggal maupun berkelompok.
Stomatitis dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian
dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak
tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Ada pula yang
mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga
mulut.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang
diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya,
prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi
tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran
gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung
meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan
dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-
jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan
individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian. 2,3
2.3 ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun
para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis
ini, diantaranya adalah 2,3 :
4
3. Makanan /minuman yang panas dan pedas
4. Rokok
5. Pasta gigi yang tidak cocok
6. Lipstik
7. Infeksi jamur
8. Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)
9. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan. 2,3
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan
ini. Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik
abnormal pada rongga mulut. Dan imunologik sangat erat hubungannya dengan
psikologis (stress). Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan
timbulnya stomatitis (sariawan) di sebagian besar masyarakat. 2,3
2.4 PATOFISIOLOGI
Stomatitis dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut
yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti
melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan
daerah kemerahan. Bila teerjadi kontak dengan makanan, dengan rasa yang tajam
seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva
meningkat. 4,5
5
Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya kalkulus, gigi yang
rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat
prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi lokal dan sistemik.
Kolonisasi bakteri dan jamur dari kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal,
kerusakan operculum, gigi palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi
merupakan sebuah lahan yang subur buat organisme opportunistik dan
pathogenistik yang mungkin berkembang pada infeksi lokal dan sistemik.
Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi, membuat
lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami atropi, kemudian
menghasilkan ulserasi local (stomatitis). 4,5
6
Gambar 1 : Patofisiologi Stomatitis 4
7
Gambar 2 : Patogenesis Stomatitis 4
8
2. Herpes Simplek Stomatitis
Stomatitis yang disebabkan oleh virus. Bentuknya menyerupai vesikel.
3. Vincent’s Stomatitis
Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh
menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut. Bentuk
stomatitis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival.
4. Traumatik Ulcer
Stomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi lebih jelas, dan
nyeri tidak hebat.
b. Stomatitis Sekunder, merupakan stomatitis yang secara umum terjadi
akibat infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten baik lokal
maupun sistemik. 6,7
2. Ulser mayor
Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga
berbatas jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
9
Gambar 4. SAR tipe ulser mayor 6
3. Ulser herperiform
Ulser herperiform adalah yang palin jarang terjadi dan biasanya
merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil
dengan jumlah banyak. 5, 7
c. Stadium Ulserasi
10
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya,
batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari.
Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5
minggu. 7,8
2.7 DIAGNOSIS
Untuk penegakkan diagnosis stomatitis dilakukan dari awal anamnesis,
pemmeriksaan fisik, dan juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
1. Anamnesis : keluhan nyeri pada benjolan di mulut, nyeri dirasakan seperti
tertusuk, semkain hari semakin nyeri dan benjolan tampak meluas, setiap
tersentuh benda atau setiap makan dan minum nyeri diraskaan semakin tajam.
2. Pemeriksaan Fisik : terdapat benjolan di daerah mukosa mulut, berbentuk
bulat/oval, tampak lesi berwarna putih dan kemerahan (eritema) di sekitarnya,
ukuran dan jumlah lesi bervariasi, nyeri saat palpasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
11
2.8 TATALAKSANA
SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dan kondisi ini adalah
self limiting. Pada kasus ringan, dapat diberikan berupa obat salep yang berfugsi
sebagai topical coting agent yang melindungi lesi dari gesekkan dalam rongga
mulut saat berufngsi dan melindungi agar tidak berkokntak langsung dengan
makanan yang asam atau pedas. Selain itu, ada juga salep yang berisi anestesi
topikal untuk dapat diberikan pada bagian yang terkena. 5,6,8
Adapun bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam tatalaksana stomatitis:
12
dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum
vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral
atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan
sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada
perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan
dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan
sampai 4 tahun. 5,6,8
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada stomatitis 3,7:
a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak
teratur
b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. Pola hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
e. Mucositis
Mucositis didefinisikan sebagai suatu inflammatory toksik yang
mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus, yang dapat
dihasilkan akibat dari pennyorotan radiasi sampai agen kemoterapeutik
atau radiasi ionisasi. Tipikal mucositis termanifestasi sebagai suatu
eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to diffuse, dan lesi
ulseratif. Mucositis dapat tereksaserbasi dengan factor lokal. Stomatitis
merujuk pada suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada mukosa oral,
dengan atau tanpa ulserasi dan dapat berkembang oleh faktor lokal seperti
yang teridentifikasi pada etiologi/patofisiologi pada pembahasan ini.
Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari setelah pemaparan
kemoterapi, tapi secara umum berkisar 3-7 hari. Perkembangan menuju
mucositis ulseratif umumnya berlangsung 7 hari setelah kemoterapi. 3,7
2.10 PROGNOSIS
13
Prognosis didasarkan pada masalah yang menyebabkan adanya gangguan
ini. Infeki pada stomatitis biasanya dapat disebabkan karena pengobatan atau bila
masalahnya disebabkan oleh obat-obatan maka yang harus dilakukan adalah
dengan mengganti obat. Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat diatasi
dengan oral hygene yang bagus, memeriksakan gigi secara teratur, diet yang
bermutu, dan pengobatan. 3,7,8
Secara umum stomatitis merupakan penyakit self limiting disease atau
dapat sembuh sendiri, tanpa adanya pengobatan jika tidak terjadi rekurensi yang
terus menerus dalam waktu yang lama. Maka dapat disimpulkan bahwa prognosis
stomatitis baik quo ad vitam, functionam dan sanationam adalah dubia ad bonam
3,7,8
BAB III
14
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. NKS
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lebu Gede. Sidemen, Karangsem
Agama : Hindu
Tanggal Berobat : 7 Maret 2018
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri pada mulut dikarenakan sariawan sejak seminggu yang lalu.
15
Pasien menyangkal adanya keluhan yang sama pada anggota keluarga.
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), asma (-).
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan pedas, jarang
mengonsumsi buah-buahan, rajin menggosok gigi, kadang-kadang makan
makanan dengan konsistensi keras.
Riwayat Pengobatan
Pasien mnegatakan belum pernah mengkonsumsi obat-obatan selama
mengalami keluhan tersebut.
Riwayat Alergi
Alergi obat – obatan disangkal
Alergi makanan disangkal
Alergi cuaca disangkal.
16
Kepala : Normocephal
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
Hidung : Sekret -/-, septum deviasi (-)
Telinga : Normotia, otorhea -/-, sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir lembab, terlihat stomatitis pada
langit-langit mulut (palatum durum) di belakang gigi
incisivus, lesi berwarna putih bulat dengan ukuran
kira-kira 0.3 cm x 0.3 cm, di sekitar lesi tampak
eritematosa, terdapat nyeri saat palpasi.
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Paru
I : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga -/-, sikatriks -/-
P : Krepitasi -/-, masa -/- , fremitus lapang paru kiri = kanan
P : Sonor pada seluruh lapang paru
A : Vesikuler +/+, bunyi napas tambahan -
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba pada ICS V line midclavicularis sinistra, tidak kuat angkat
P: kanan atas: ICS II line parasternalis dextra,
kanan bawah: ICS IV linea parasternalis dextra,
kiri atas: ICS II linea parasternalis sinistra,
kiri bawah: ICS IV linea medioclavicularis sinistra.
A: BJ I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
Ekstremitas
17
Atas : CRT <2 detik, akral hangat, udem -/-, turgor kulit normal
Bawah : CRT <2 detik, akral hangat, udem -/-, turgor kulit normal
3.5 RESUME
Wanita, 26 tahun, keluhan nyeri pada mulut dikarenakan sariawan sejak
seminggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti menusuk, dirasakan secara terus
menerus, semakin sakit jika kontak dengan benda lain, setiap makan dan minum.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam kondis umum baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada status generalis ditemukan adanya
stomatitis pada langit-langit mulut (palatum durum) di belakang gigi incisivus,
lesi berwarna putih bulat dengan ukuran kira-kira 0.3 cm x 0.3 cm, di sekitar lesi
tampak eritematosa, terdapat nyeri saat palpasi.
3.8 PENATALAKSANAAN
Faramkoterapi
- Paracetamol 500 mg 3 x 1
- Tablet vitamin C 1 x 1
- Tablet Zinc 1 x 1
Non Faramkoterapi
- Menjaga kebersihan mulut dan gigi serta menggosok gigi secara pelan-pelan.
- Memperbanyak porsi sayuran dan konsumsi buah-buahan serta mengurangi
konsumsi makanan dengan konsistensi keras.
3.9 PROGNOSIS
18
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
19
PEMBAHASAN
20
Untuk terapi non farmakologi yang perlu diperhatikan, edukasi tentang menjaga
kebersihan mulut dan gigi serta menggosok gigi secara pelan-pelan.
Memperbanyak porsi sayuran dan konsumsi buah-buahan serta mengurangi
konsumsi makanan dengan konsistensi keras.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan pada pasien
sudah sesuai dengan teori yang tercantum pada tinjaun pustaka. Maka dapat
disimpulkan prognosis pasien pada kasus ini quo ad vitam (dubia bonam), quo ad
functionam (dubia ad bonam), quo ad sanationam (dubia ad vitam).
BAB V
PENUTUP
21
5.1 KESIMPULAN
Stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya
berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal
maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian
dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut.
Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu.
Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti : kebersihan
mulut yang kurang, letak susunan gigi/ kawat gigi, makanan /minuman yang
panas/ pedas, rokok, pasta gigi yang tidak cocok, lipstik, infeksi jamur,
overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan), dan luka pada bibir
akibat tergigit/benturan.
Bagian dari penyakit sistemik antara lain yaitu reaksi alergi : seriawan
timbul setelah makan jenis makanan tertentu, jenis makanan ini berbeda
untuk tiap-tiap penderita, hormonal imbalance, stres mental, kekurangan
vitamin B12 dan mineral, gangguan pencernaan dan radiasi
5.2 SARAN
Sekarang mulai hidup sehat dengan menjaga kebersihan mulut,
banyak konsumsi buah buahan, hindari stress, juga hindari rokok. Serta
hindari makanan dan obat obatan yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Dalimunte, S.H, Pengantar Stomatitis. Universitas Sumatera Utara
Ed-1, 2012. Medan
2. Mustari, Sujudi. Infeksi Odontogenik. 2012. Jakarta
3. Langlais RP, Miller Cs, Atlas Berwarna Kelainan Rongga mulut
yang Lazim. Hipokrates, 2011. Jakarta
4. Mumpuni Yekti. 45 Masalah dan Solusi Gigi dan Mulut. Rapha
Publishing. 2013. Rapha publishing. Jakarta
5. Omran M.D et al. In Vitro Antifungal Susceptibility of Candida
Species Isolated from Iranian Patient with Denture Stomatitis.
2018. Hindawi Biomed Research international. Iran
6. JulianaA.C et al. Salivary Alpha-Amylase Enzyme, Psychological
Disorders, and Life Quality in Patients with Recurrent Aphthous
Stomatitis. 2017. Hindawi International Journal of Dentistry. Brazil
7. Zuzanna Ślebioda et al. The Absence Of An Association Between
Interleukin 1β Gene Polymorphisms And Recurrent Aphthous
Stomatitis (RAS). 2017. Elsevier. Poland
8. S. Najafi et al. Association Study Of Interleukin-1 Family And
Interleukin-6 Gene Single Nucleotide Polymorphisms In Recurrent
Aphthous Stomatiti. 2015. International Journal of Immunogenetics.
Iran.
23