Anda di halaman 1dari 10

Nama : Puti Karima Aprila

Kelas : XII IPS 3


Judul : Ringkasan Kelompok Sosial

A. Hakikat Kelompok Sosial


Manusia sejatinya memiliki hasrat untuk hidup berkelompok dan hidup bersama dengan
orang lain. Pada hakikatnya, manusia memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai
makhluk pribadi, sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup
tanpa berkelompok. Abu Ahmadi (2009) mengemukakan bahwa kelompok sosial adalah faktor
utama yang akan memampukan manusia tumbuh dan berkembang sebagaimana wajarnya.
Sementara Emory S. Bogardus (2008) menyebut betapa tukar-menukar pengalaman (social
experiences) yang terjadi dalam kehidupan berkelompok memiliki pengaruh besar terhadap
pembentukan kepribadian manusia.
Lebih lanjut, kelompok-kelompok sosial terbentuk karena adanya hasrat dalam diri manusia
itu sendiri. Hasrat tersebut, antara lain, sebagai berikut :
1. Hasrat sosial, yaitu hasrat manusia untuk menghubungkan dirinya dengan individu atau
kelompok lain.
2. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang-orang maupun
kelompok lain.
3. Hasrat memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan perasaannya kepada orang
lain.
4. Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam maupun
terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan.
5. Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawan atau berjuang untuk
mempertahankan hidupnya.
6. Hasrat bersatu, yaitu hasrat manusia untuk bersatu dengan lainnya agar tercipta kekuatan
bersama, mengingat adanya kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.
Sejumlah ahli memberikan definisi tentang kelompok sosial, sebagai berikut :
1) Burhan Bungin
Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan yang
bersifat guyub atau pun formal.
2) D.W. Johnson dan F.P. Johnson
Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face
interaction), dimana masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing
menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari
kesalingtergantungan secara positif dalam mencapai suatu tujuan bersama.

3) J.P. Chaplin
Kelompok adalah sekelompok individu yang memiliki kesamaan dalam sejumlah
karakteristik tertentu atau memiliki tujuan yang sama. Antara orang-orang tersebut saling
berinteraksi, walaupun interaksi tidak perlu langsung dan tatap muka.
Sebagai tambahan, McDougall menyatakan sejumlah hal mengenai kelompok sosial:
a) Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada, walaupun anggotanya berganti-
ganti. Anggota kelompok dapat silih berganti datang dan pergi, namun nilai, norma, serta
pembagian tugas dalam kelompok akan bertahan sebagaimana adanya.
b) Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan. Setiap anggota biasanya memiliki
pengalaman berkesan dalam kehidupan berkelompok atau berhubungan dengan kelompok lain.
Pengalaman-pengalaman tersebut, disadari atau pun tidak, memiliki pengaruh terhadap
pembentukan dan perubahan kepribadian. George Simmel menambahkan bahwa, ketika dalam
kesendirian sekali pun, individu membawa kenangan dan imajinasi tentang orang-orang lain
yang mempengaruhi pikiran juga tindakannya.
c) Kelompok mampu merespons secara keseluruhan terhadap rangsang yang tertuju kepada salah
satu bagiannya. Ini menunjukkan adanya solidaritas atau kekompakan antar anggota kelompok.
d) Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan. Suatu kelompok dapat mendorong
anggota-anggotanya untuk berperilaku positif atau pun negatif.
e) Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi. Dalam suatu kelompok, para anggota mungkin
saja memiliki emosi (perasaan) berbeda terhadap suatu obyek yang sama. Meski demikian,
perbedaan emosi tersebut umumnya dapat diatasi jika terdapat kepentingan untuk mencapai
tujuan kelompok.
f) Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama). Ketika hendak
mengambil keputusan menyangkut kepentingan kelompok, lazimnya akan didahului oleh
perundingan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima sebagian besar anggota. Selain
itu, individu yang menjadi anggota dari suatu kelompok sosial pun biasanya selalu
mempertimbangkan kelompoknya sebelum bersikap atau berperilaku.

B. Pengertian Kelompok Sosial


Pengertian kelompok sosial menurut beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
Paul B. Horton : Berpendapat bahwa kelompok berarti setiap kumpulan manusia secara fisik
( misalnya : sekelompok orang yang sedang menunggu keretapi )
Mayor Polak : Kelompok sosial adalah sejumlah orang orang yang saling berhubungan dalam
sebuah struktur
Robert K. Merton : Kelompok sebagai sekumpulan orang orang yang saling berinteraksi
sesuai dengan pola yang telah mapan
Mac Iver dan Charles H. Page : Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan kesatuan
manusia yang hidup bersama
Kelompok sosial mempunyai beberapa syarat dan ciri ciri sebagai berikut :
1. Memiliki pola interaksi
7. Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok
8. Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota masyarakat
Menurut Merton, kelompok berbeda dengan perkumpulan. Perkumpulan adalah sejumlah
orang yang mempunyai solidaritas berdasarkan nilai bersama serta memiliki kewajiban moral untuk
menjalankan peran yang diharapkan. Di dalam perkumpulan tidak ada unsur interaksi yang menjadi
kriteria utama bagi kelompok. Kelompok juga berbeda dengan kategori sosial yang merupakan
suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama, seperti jenis kelamin atau usia. Di antara
himpunan orang orang yang berperan itu tidak ada interaksi.
Tipe tipe kelompok sosial menurut Klasifikasi Emile Durkheim ; Solidaritas organik dan
solidaritas mekanik. Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian
kerja. Solidaritas mekanik adalah bentuk solidaritas yang diutamakan adalah persamaan perilaku
dan sikap, seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu mencakup keseluruhan
kepercayaan dan perasaan kelompok, ada di luar warga dan bersifat memaksa.
Klasifikasi kelompok menurut Ferdinand Tonmies : Gemeinschaft dan Gesselschaft
Gemeinschaft merupakan kehidupan public sebagai kumpulan orang yang secara kebetulan hadir
bersama tapi masing masing tetap mandiri. Gesselschaft bersifat sementara dan semu. Di dalam
Gemeinschaft individu tetap bersatu meskipun tinggal secara terpisah, sebaliknya Gesselschaft,
individu pada dasarnya terpisah

Klasifikasi kelompok menurut Charles H. Cooley dan Ellsworth : kelompok primer dan
kelompok sekunder. Klasifikasi Soerdjono Soekanto membagi jenis kelompok berdasarkan enam
hal, yaitu : besar kecilnya jumlah anggota, kepentingan, wilayah, derajat interaksi sosial, kesadaran
terhadap jenis yang sama, serta hubungan sosial.

B. Karakteristik dan Manfaat Kelompok Sosial


Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan yang
bersifat guyub atau pun formal. Menurut Abu Ahmadi, suatu kumpulan individu hanya dapat
disebut sebagai kelompok sosial bila memiliki sejumlah karakteristik berikut:
1. Setiap individu harus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah anggota atau bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
9. Terdapat hubungan timbal balik di antara individu-individu yang tergabung dalam kelompok.
10. Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang tergabung
dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut, antara lain, nasib yang sama, kepentingan yang sama,
tujuan yang sama, dan sebagainya.
11. Berstruktur, berkaidah, serta mempunyai pola perilaku yang membedakannya dari kelompok
lain.
12. Bersistem dan berproses untuk mencapai suatu tujuan yang diketahui serta disepakati bersama.
Selain itu, M. Sherif dan C.W. Sherif juga menguraikan karakteristik kelompok sosial,
antara lain:
1. Adanya interaksi
Interaksi adalah saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu lainnya
(mutual influences). Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-verbal, emosional, dan
sebagainya, yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan kelompok.
13. Adanya tujuan
Orang-orang yang tergabung dalam kelompok lazimnya memiliki beberapa tujuan atau pun
alasan. Tujuan dapat bersifat intrinsik, misalnya tergabung dalam kelompok memberikan perasaan
nyaman dan bahagia. Pada sisi lain, bisa juga bersifat ekstrinsik, yakni demi mencapai suatu tujuan
yang tak mungkin dicapai secara individual, tapi dapat diraih jika bersama-sama. Ini disebut dengan
common goals (tujuan bersama), yang acap kali menjadi faktor pemersatu kelompok.
14. Terdapat struktur yang jelas
Kelompok biasanya mempunyai struktur (a stable pattern of relationships among members).
Ini berarti bahwa peran, norma, dan hubungan antar anggota diatur secara jelas. Peran dari masing-
masing anggota disesuaikan dengan kedudukan serta kemampuannya. Norma dirumuskan sebagai
aturan yang mengatur perilaku anggota kelompok. Sedangkan hubungan antar anggota
(intermember relation) dapat didasarkan atas banyak faktor, seperti otoritas, ketertarikan, dan
sebagainya.
15. Adanya perasaan sebagai kesatuan
Dalam hal ini, kelompok sosial dipersepsikan sebagai suatu keseluruhan (unified whole),
dimana tiap anggota merasa dirinya sebagai satu kesatuan dengan sejumlah anggota lain. Walau
struktur dalam kelompok adakalanya dirasakan membatasi, toh individu di mana pun tetap
bergabung menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena kelompok memberikan manfaat bagi
individu. Menurut Burn, kelompok memiliki manfaat berikut:
a. Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki. Adanya kelompok
membuat individu tidak merasa sendirian, sebab ada orang lain yang membutuhkan serta
menyayanginya.
b. Kelompok adalah sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam kelompok dapat
mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkah
laku sesuai norma kelompok itu.
c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan diri anggota kelompok. Adanya banyak
orang lain, dalam hal ini anggota kelompok, dapat memberi informasi tentang beragam hal,
termasuk membantu memahami diri dari perspektif berbeda.

D. Teori Pembentukan Kelompok Sosial


Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah
mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu-individu
itu telah terdapat pembagian tugas maupun struktur dan norma tertentu yang khas. Secara teoretis,
untuk membahas lebih mendalam mengenai proses pembentukan kelompok sosial, dapat
dikemukakan beberapa teori penting:
1. Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen
Teori yang dikemukakan oleh George C. Homans ini mengemukakan bahwa kelompok
terbentuk karena individu-individu melakukan aktivitas bersama secara intensif sehingga
memperluas wujud dan cakupan interaksi di antara mereka. Pada akhirnya, akan muncul sentimen
(emosi atau perasaan) keterikatan satu sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.

16. Teori Alasan Praktis


Teori alasan praktis (practicalities of group formation) dari H. Joseph berasumsi bahwa
individu bergabung dalam suatu kelompok untuk memenuhi beragam kebutuhan praktis.
Abraham H. Maslow mengidentifikasi beberapa kebutuhan praktis tersebut, yaitu:
• kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, makanan, pakaian), kebutuhan rasa aman,
• kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi,
• kebutuhan terhadap penghargaan (dari dirinya sendiri dan orang lain),
• kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (menggali segenap potensi) dan bertumbuh.

17. Teori Hubungan Pribadi


Teori ini disebut juga sebagai teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation
Orientation Behavior) dan dikemukakan oleh W.C. Schutz. Inti teori FIRO-B ialah bahwa manusia
berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hubungan antar pribadi, yakni :
• Kebutuhan inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibat dan tergabung dalam suatu kelompok.
• Kebutuhan kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, serta pedoman berperilaku
dalam kelompok.
• Kebutuhan afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian dalam kelompok.
Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota kelompok atas dua tipe, yaitu :
• Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuhkan inklusi (ingin diajak, ingin
dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat arahan, ingin dibimbing), dan
membutuhkan afeksi (ingin diperhatikan, ingin disayangi).
• Tipe yang memberi (expressed), yakni memberi inklusi (mengajak, melibatkan orang lain),
memberi kontrol (mengarahkan, memimpin, membimbing), dan memberi afeksi
(memperhatikan, menyayangi).
18. Teori Identitas Sosial
Teori yang dikemukakan oleh M. Billig ini menegaskan bahwa kelompok terbentuk karena
adanya sekumpulan orang-orang yang menyadari atau mengetahui adanya satu identitas sosial
bersama. Adapun identitas sosial dapat dimaknai sebagai proses yang mengikatkan individu pada
kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri sosial (social self) atau status yang melekat
padanya. Kesamaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu hingga membentuk suatu
kelompok sosial.

19. Teori Identitas Kelompok


Teori yang dikembangkan oleh D.L. Horowitz ini mengemukakan bahwa individu-individu
dapat mengelompok karena memiliki kesamaan identitas etnis atau suku bangsa. Identitas etnis
tersebut, misalnya, mewujud pada ciri fisik (baik bawaan lahir maupun akibat perlakuan tertentu
seperti dikhitan), kebiasaan hidup, bahasa, atau ekspresi budaya.
20. Teori Kedekatan (Propinquity) *
Teori ini dikemukakan oleh Fred Luthans. Asumsi teori propinquity ialah bahwa seseorang
berkelompok dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah (spatial and
geographical proximity). Sebagai contoh, seorang pelajar yang duduk berdekatan dengan seorang
pelajar lain di kelas akan lebih mudah membentuk kelompok, dibanding dengan pelajar yang
berbeda kelas. Dalam suatu kantor, pegawai-pegawai yang bekerja seruangan juga akan mudah
mengelompok, dibandingkan pegawai-pegawai yang secara fisik terpisahkan satu sama lain.
E. Klasifikasi Kelompok Sosial Menurut Ahli
Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan yang
bersifat guyub atau pun formal.
Beberapa ahli sosial mengklasifikasikan kelompok sosial atas beberapa tipe dan bentuk,
diantaranya :
1. Emile Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim, dalam bukunya yang berjudul The Division of Labour in Society
(1968) membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanis dan
kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis.
a) Kelompok dengan Solidaritas Mekanis
Dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis, yang diutamakan adalah persamaan
perilaku dan sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu suatu
kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok,
bersifat ekstrem serta memaksa.
Pada umumnya, spesialisasi (keahlian, pembagian kerja) individu tidak menonjol
karena siapa pun dapat melakukan semua hal, sehingga kedudukan masyarakat dipandang
lebih penting daripada kedudukan individu. Sebagai contoh, jika salah seorang anggota
meninggalkan kelompok, maka takkan terlalu dirasakan oleh anggota lainnya. Peran anggota
tadi akan dengan mudahnya digantikan oleh anggota lain secara mekanis.
Kelompok-kelompok dengan solidaritas mekanis umumnya ditemui pada masyarakat
yang masih segmental (sederhana), misalnya di kawasan pedesaan.
a) Kelompok dengan Solidaritas Organis
Masyarakat dengan solidaritas organis telah mengenal pembagian kerja yang
terperinci sehingga dipersatukan oleh rasa kesalingtergantungan (interdependency) antar
bagian. Pada masyarakat ini, ikatan utama yang mempersatukannya bukan lagi kesadaran
kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai profesi. Hukum yang
menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata.
Kelompok-kelompok dengan organis umumnya terdapat dalam masyarakat yang
kompleks, misalnya di kawasan perkotaan.
2. Ferdinand Tonnies (1855-1936)
Dalam bukunya yang berjudul Gemeinschaft und Gesellschaft, Ferdinand Tonnies
(dalam Sunarto, 2008) membuat perbedaan antara dua jenis kelompok yang dinamakannya
gemeinschaft dan gesellschaft. Bentuk kelompok sosial semacam ini oleh Prof.
Djojodigoeno, sosiolog dari Universitas Gajah Mada, diterjemahkan sebagai kelompok
paguyuban dan patembayan.
a) Kelompok Paguyuban
Paguyuban (gemeinschaft) adalah suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta relatif
langgeng. Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan kepedulian nyata. Kelompok paguyuban
sering dikaitkan dengan masyarakat desa atau masyarakat komunal dengan ciri-ciri adanya
ikatan kebersamaan (kolektif) dilandasi oleh kesetiakawanan sosial dan kegotongroyongan
yang sangat kuat.
b) Kelompok Patembayan
Kelompok patembayan (gesellschaft) identik dengan masyarakat kota. Kelompok
patembayan sengaja dibentuk dan diorganisasikan oleh sejumlah orang untuk memenuhi
kepentingan tertentu. Sekumpulan orang memang hadir bersama tapi masing-masing tetap
mandiri dan mementingkan pamrih. Corak hubungan cenderung bersifat sementara dan
semu, misalnya terbatas di bidang ekonomi, profesi, dan politik.
3. Robert Bierstedt (1913–1998)
Robert Bierstedt membedakan kelompok sosial, sebagai berikut:
a) Kelompok asosiasi (associational group)
Para anggotanya mempunyai kesadaran jenis, persamaan kepentingan pribadi
maupun kepentingan bersama, ada kontak dan komunikasi, di antara para anggota dijumpai
adanya ikatan organisasi formal. Contohnya, OSIS, Pramuka, karang taruna, dan lainnya.
c) Kelompok sosial (social group)
Anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain,
tapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contohnya, kelompok teman, kerabat.
d) Kelompok kemasyarakatan (societal group)
Kelompok yang hanya memiliki kesadaran akan persamaan di antara mereka. Belum
ada kontak dan komunikasi di antara mereka, dan juga tak ada organisasi. Contohnya,
pengelompokan penduduk menurut jenis kelamin.
e) Kelompok statistik (statistical group)
Tidak memenuhi seluruh kriteria Bierstedt. Kelompok statistik hanya ada dalam arti
analitis dan merupakan hasil ciptaan para ilmuwan sosial. Contohnya, pengelompokan
penduduk menurut usia dalam Sensus Penduduk.

F.  Klasifikasi Kelompok Sosial Menurut kejelasan Struktur


Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan
yang bersifat guyub atau pun formal. Berdasarkan kriteria kejelasan struktur, kelompok
sosial dapat dibedakan atas kelompok sosial teratur dan kelompok sosial tidak teratur.
Kelompok sosial teratur merupakan kelompok yang dapat dijelaskan struktur, norma,
dan perannya. Kelompok sosial teratur bisa dibedakan lagi atas sejumlah kriteria, yakni :
1. Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota kelompok
a) Kelompok primer (primary group)
Kelompok primer ditandai dengan adanya hubungan yang erat dimana anggota-
anggotanya saling mengenal dan seringkali berkomunikasi secara langsung bertatapan (face
to face). Selain itu, juga terdapat ikatan psikologis serta kerja sama bersifat pribadi.
Menurut Charles Horton Cooley, kondisi-kondisi fisik kelompok primer dapat
diuraikan:
• Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting
adalah bahwa anggota-anggotanya secara fisik harus saling berdekatan
• Jumlah anggotanya harus kecil, agar dapat saling mengenal dan bertemu muka.
• Hubungan antara anggota-anggotanya cenderung permanen.
Sedangkan sifat-sifat hubungan dalam kelompok primer, masih menurut Charles
Horton Cooley, ialah :
• Sifat utama hubungan primer ialah adanya kesamaan tujuan di antara para
anggotanya, yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan
sikap yang sama dalam usahanya untuk mencapai tujuan, serta salah satu pihak
harus rela berkorban demi kepentingan pihak lainnya.
• Hubungan primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang
bersangkutan tidak merasakan adanya penekanan-penekanan, melainkan
memperoleh kebebasan.
• Hubungan primer melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan
oleh orang lain. Bagi mereka yang mengadakan hubungan juga harus
menyangkut segenap kepribadiannya, misalnya perasaan, sifat, dan
sebagainya. Contoh kelompok primer adalah keluarga, kelompok
persahabatan, kelompok kerja, dan lainnya.
a) Kelompok sekunder (secondary group)
Pada kelompok sekunder, jumlah anggotanya banyak sehingga tidak saling
mengenal, hubungan relatif renggang dimana anggotanya tak perlu saling mengenal secara
pribadi, dan sifatnya tidak permanen. Hubungan cenderung pada hubungan formal, karena
sedikit sekali terdapat kontak di antara para anggotanya. Kontak baru dilakukan bila ada
kepentingan dan tujuan tertentu saja.
2. Berdasarkan derajat organisasinya
a) Kelompok formal (formal group)
Kelompok formal merupakan organisasi kelompok yang mempunyai peraturan tegas
dan sengaja dibuat oleh anggota-anggotanya untuk ditaati serta mengatur hubungan antar
anggota. Karena merupakan organisasi yang resmi, maka pastinya terdapat struktur
organisasi dan hierarkhi di antara anggota-anggota kelompok bersangkutan.
b) Kelompok informal (informal group)
Kelompok informal adalah organisasi kelompok yang tidak resmi serta tak memiliki
struktur ataupun organisasi. Biasanya kelompok ini dibentuk atas dasar pengalaman-
pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang sama dari para anggotanya. Karena tidak
mengenal aturan tertulis, maka loyalitas antar anggota sangat menonjol. Para anggota
umumnya dapat saling mengenal secara pribadi dan sering bertatap muka. Jadi, dapat
dikatakan bahwa sifat maupun ciri kelompok informal nyaris sama dengan kelompok
primer.

Anda mungkin juga menyukai